Anda di halaman 1dari 6

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 18%

Date: Sabtu, Maret 14, 2020


Statistics: 275 words Plagiarized / 1518 Total words
Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

MISI DAN TUJUAN ORGANISASI LAPAS : NAPI DAPAT HIDUP SECARA WAJAR SEBAGAI
WARGA YANG BAIK DAN BERTANGGUNG JAWAB NAMA : ANTOK KURNIYAWAN STB :
3166 PRODI : MANAJEMEN PEMASYARAKATAN TAHUN 2018 BAB I LATAR BELAKANG
Semua negara mempunyai tujuan ingin mencapai kehidupan yang adil dan makmur
bagi para warganya, salah satu hal yang menghalangi tercapainya tujuan tersebut
adalah adanya kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh sebagian warganya sendiri.
Maka oleh tiap-tiap negara diadakan usaha-usaha untuk mencegah dan memberantas
kejahatan-kejahatan tersebut.

Salah satu usaha pemberantasan kejahatan adalah mengenakan pada tiap-tiap pembuat
kejahatan menjadi jera dan menakuti warga lainnya agar tidak turut berbuat kejahatan.
Kemudian ditambahkan pada maksud memidana adalah membuat penjahat yang
bersangkutan menjadi warga yang baik. Adanya perubahan dalam cara dan bentuk
pidana ternyata dari perubahan pandangan hidup yang menjadi pendukungnya. Sejak
tahun 1945 atau tepatnya setelah perang dunia kedua, perlakuan terhadap narapidana
mendapat perhatian khusus dari kalangan dunia internasional, karena dalam perlakuan
tersebut berlandaskan pada perikemanusiaan, hingga tercipta “Standard Minimum Rules
for the Treatment of Prisoners” dan berkembanglah teori-teori baru dalam sistem
pembinaan narapidana.

Sesuai dengan perkembangan ilmu, di Indonesia yang menjadi fokus ialah kajian ilmu
pemasyarakatan, yang tadinya hanya berfokus kepada bagaimana memperlakukan
mereka yang mendapat putusan hakim berupa pidana kehilangan bergerak (pidana
penjara), mulai bergeser ke hal yang lebih luas lagi. Yakni berusaha juga menjawab
permasalahan bagaimana memperlakukan tindakan atau kebijakan yang diputuskan
oleh hakim terhadap pelanggar hukum. Hal ini diakibatkan oleh perkembangan
pemikiran aliran hukum yang berlaku di masyarakat. Sistem Pemasyarakatan sudah jauh
meninggalkan   paradigma pemidanaan yang berlandaskan pembalasan dan penjeraan.

Sistem Pemasyarakatan sudah menganut paradigma pemidanaan yang modern yakni


paradigma re-integrasi sosial. Hal ini dibuktikan dengan bergesernya tujuan
pemenjaraan yang pada awalnya ingin menimbulkan efek jera dan berfungsi sebagai
penyalur rasa dendam masyarakat berubah tujuannya menjadi : “meningkatkan kualitas
Warga Binaan Pemasyarakatan agar menyadari kesalahan bukan penjeraan,
memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali
oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat
hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab” (pasal 1 ayat 2).
Dalam konteks diatas, Lembaga Pemasyarakatan merupakan salah satu unit pelaksana
tugas dalam rangka mewujudkan tujuan Sistem Pemasyarakatan.

Salah satu tujuan dan misi organisasi Lembaga Pemasyarakatan ialah napi dapat hidup
secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Untuk mewujudkan misi
dan tujuan tersebut sangat diperlukan adanya indikator sebagai acuan dalam
menentukan sifat baik dan bertanggung dalam masyarakat. Proses pembianaan yang
dijalankan selama ini sepertinya hanya sebagai sarana menjalankan kewajiban, tidak
berorientasi pada keberlangsungan kehidupan Narapidana selanjutnya.

RUMUSAN MASALAH Apa kendala dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi Lapas
yaitu Narapidana dapat hidup hidup secara wajar dan bertanggung jawab? BAB II
KONSEPTUAL Dalam Lapas yang mejadi proses bussines adalah Pembinaan. Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999, Pembinaan diartikan sebagai kegiatan
utuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap
dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani Narapidana dan Anak Didik
Pemasyaraktan. Pembaninaan dalam tembok (intramural) ini yang menjadi proses
penting dalam mewujudkan tujuan dari sistem pemasyarakatan.

Apabila digambarkan dengan bagan maka akan menjadi : Namun sampai saat ini untuk
mewujudkan sebuah output yang diharapkan, masih menemui kendala. Beberapa faktor
yang menjadi penghambat ialah kualitas Petugas Pemasyarakatan rendah, anggaran
minim, sarana dan prasarana tidak memadai, proses dan cara yang tidak jelas, BAB III
PEMBAHASAN Analisis masalah dengan 5M Manusia Dalam konteks kualitas sumber
daya manusia , kualitas dan kuantitas dinilai sangat tidak mencukupi. Kualitas yang
berkaitan dengan keterampilan , dedikasi dan kompetensi di bidang pemasyarakatan
saat ini, masih sangat jauh dari kata ideal.
Padahal menurut aturan Standard Minimum of Rules kualitas sumberaya manusia di
bidang pemasyarakatan menuntut adanya kualifikasi yang khusus.(Dindin Sudirman,
2015). Dalam poin 46 (1) tertuliskan “ Manajemen lembaga Pemasyarakatan harus
mengadakan seleksi secara cermat pada semua tingkatan petugas karena pelaksanaan
lembaga pemasyarakatan yang baik bergantung pada integritas, rasa kemanusiaan,
kapasiatas keahlian, dan kesesuaian pribadi petugas dengan pekerjaan.” Dalam segi
kuantitas, pada tahun 2016 data menujukan jumlah petugas pengamanan berjumlah
14.584, sedangkan Narapidana berjumlah 189.979 dengan 479 UPT.

Dari angka tersebut dapat diperoleh perbandingan disetiap UPT ada 31 petugas dengan
4 regu jaga. Satu regu jaga beranggotakan 8 orang. Jika kita perkirakan jumlah
narapidana 189.979 dibagi 479 UPT, maka ada 397 Narapidana di setiap UPT. Rasio yang
dapat diperoleh adalah 1 Petugas harus menjaga 50 orang Narapidana. Implementasi
sebuah kebijakan untuk mencapai sasaran tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan
dari sumber daya manusia yang kualitas dan kuantitasnya cukup. Dalam konteks kualitas
sumber daya manusia , kualitas yang berkaitan dengan keterampilan, dedikasi,
profesionalitas, dan kompetensi di bidang pemasyarakatan, saat ini masih jauh dari
harapan.

Hal tersebut dapat diartikan pola pembinaan sumber daya pemasyarakatan mulai dari
rekrutmen, pendidikan dan pelatihan, penempatan, dan pembinaan, karier memerlukan
spesifikasi tersendiri. Mesin Amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
pelayanan publik , negara berkewajiban untuk melayani setiap warga negara,
Pemasyarakatan yang berada di bawah Kementerian Hukum dan HAM merupakan alat
negara yang mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan terhadap warga
negara yang sedang berhadapan dengan hukum yang ditempatkan di Lapas atau Rutan.

Sistem Database Pemasyarakatan merupakan sebuah terobosan yang baru yang


diharapkan menjadi solusi dan sarana memudahkan pekerjaan dalam menjalankan core
bussinesnya. Dalam penerapanya terdapat berbagi kendala yang dihadapi seperti : Tidak
meratanya koneksi yang membutuhkan jaringan internet untuk melakukan konsolidasi
data ke pusat. Operator daerah yang belum memperoleh pendidikan dan pelatihan
secara merata. Sever pusat yang sering mengalami down. Kekurangan sumber daya
manusia untuk operator pusat.

Modal dan Anggaran Rencana anggaran tahun 2016, Direktorat Jenderal


Pemasyarakatan Dalam tabel diatas anggaran terbesar adalah pada belanja pegawai dan
bahan makanan. Sedangkan anggaran untuk pembinaan kurang dari 6%. Bahan Baku /
Identifikasi masalah menegenai bahak baku (sarana dan prasarana) sebagi berikut :
Sarana prasarana yang digunakan oleh jajaran pemasyarakatan belum berbasis
teknologi. Di Lapas dan rutan masih menggunakan senjata yang mematikan, untuk itu
perlu dilakukan perubahan dengan menggunakan senjata yang melumpuhkan.

Sarana dan prasarana komputer sebagai dukungan dalam pelaksanaan pelayanan


pemasyarakatan berbasis IT dan jumlahnya masih minim. Belum adanya modul sebagai
acuan bagaimana pembinaan seharusnya dijalankan untuk mewujudkan tujuan
organisasi Metode/prosedur Metode dan prosedur berhungan dengan regulasi yang
berlaku. Kendala yang dialami meliputi : Undang-undang Pemasyarkatan dianggap
belum memuat secara komprehensif berbagai aspek yang berkaitan dengan tugas-
tugas Pemasyarakatan.

Undang-undang Pemasyarakatan saat ini lebih banyak memuat ketentuan tentang


pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan (WBP). Hal ini akan
mempersempit lingkup tugas Pemasyarakatan yang seakan-akan hanya berperan pada
proses post-adjudikasi Penguatan peran Pemasyarakatan tidak hanya dilakukan agar
pelaksanaan tugas Pemasyarakatan dapat dilakukan secara efektif, efisien, terpadu,
terorganisir dengan baik, dan bersifat komprehensif, tetapi juga untuk memperkuat
posisi Pemasyarakatan dalam sistem peradilan pidana. BAB IV PENUTUP Kesimpulan
Dalam sebuah proses yang dilakukan oleh Lapas banyak terdapat kendala yang
dihadapi.

Sesuai dengan rencana strategis yang ditentukan, keberadaan adanya suatu sinergi
antara analisis kebutuhan berdasarkan 5M sangat dibutuhkan. Perbaikan dan integritas
petugas Pemasyarakatan menjadi kusnci keberhasilan tujuan organisasi yaitu
Narapidana dapat hidup wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab.
B. Rekomendasi Kebijakan Manusia Kuntitas Kebutuhan pegawai yang harus dipenuhi
dengan kondisi jumlah UPT eksisting: - 242 Lapas x 119 orang = 28.789 orang 216 Rutan
x 110 orang = 23.760 orang 71 Bapas x 73 orang = 5.183 orang 63 Rupbasan x 77 orang
= 4.851 orang 18 LPKA x 131 orang = 2.358 orang Jumlah keseluruhan pegawai yang
dibutuhkan oleh pemasyarakatan adalah 64.941 Orang. Kebutuhan Petugas Penjagaan
sebanyak 52.375 orang untuk 4 shift penjagaan guna mencapai ratio ideal petugas
pengamanan dengan jumlah penghuni Lapas/Rutan saat ini sebesar 1 : 5 Kualitas
Pembentukan Jabatan Fungsional Tertentu di bidang Pemasyarakatan Pendidikan dan
pelatihan yang berkesinambungan terhadap pelaksanaan tugas Pemasyarakatan
Kerjasama dengan TNI dalam pengamanan Lapas/Rutan Kerjasama dengan Polri dalam
peningkatan Kapasitas Petugas Pemasyarakatan Modal dan Anggaran Mereview ulang
dan melakukan penyempurnaan terhadap nomenklatur anggaran tahun 2016, supaya
lebih jelas dan tidak menimbulkan salah persepsi, serta memberikan penamaan
anggaran yang lebih jelas dan output yang terukur.
Menghilangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat sosialisasi, diseminasi, bimbingan
teknis, coaching, mentoring, pengembangan, penguatan dan pemberdayaan pada
alokasi anggaran tahun 2016. Melakukan penghematan dengan mereviu ulang atas
alokasi anggaran tahun 2016, khususnya anggaran perjalanan dinas, honor output
kegiatan, honor jasa profesi. Penyederhanaan nomenklatur anggaran harus
menghasilkan penghematan anggaran yang selanjutnya dialokasikan untuk belanja
prioritas dan infrastruktur (sarana dan prasarana) di lingkungan Kementerian Hukum
dan HAM.

Melaksanakan instruksi ini dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh tanggung jawab.
Bahan baku Bahan baku manjadi faktor yang harus dipenuhi dalam menjalankan tugas
dan fungsinya. Kebutuhan yang terdapat di tabel kebutuhan menjadi mutlak adannya
untuk dipenuhi dan harus tersedia. Metode/Prosedur Perubahan Undang-Undang
Pemasyarakatan diharapkan dapat menjadi dasar dalam membangun sistem perlakuan
pelanggar hukum yang manusiawi serta mengedepankan pelayanan dan penghormatan
HAM.

Perlu adanya penyesuaian Rancangan Undang-Undang Pemasyarakatan dengan core


bisnis pemasyarakatan saat ini. Mesin Program pelayanan kunjungan, pengaduan dan
informasi pemasyarakatan berupa layanan yang berbasis IT. Pengembangan PB dan
Remisi online Pengembangan SDP di Bapas dan Rupbasan Pertukaran data dengan
aparat penegak hukum lainnya dalam mendukung program single case management.
Pembangunan CCTV yang terintegrasi dengan pusat. DAFTAR PUSTAKA Sudirman,
Dindin, dkk. 2015. Refleksi 50 Tahun Sistem Pemasyarakatan. Edisi Pertama.

Jakarta : Center For Detention Studies Republik Indonesia, 1995 Undang-Undang Nomor
12 tentang Pemasyarakatan , Jakarta : Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1999
Peraturan Presiden Nomor 31 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan
Pemasyarakatan, Jakarta : Sekretariat Negara

INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
1% - http://repositori.uin-alauddin.ac.id/6178/1/ahmad%20syahrun.pdf
<1% -
https://www.bphn.go.id/data/documents/aspek_hukum_pemberantasan_korupsi_di_ind
onesia.pdf
1% - http://eprints.walisongo.ac.id/7322/2/BAB%20I.pdf
2% - http://registrasi.seminar.uir.ac.id/prosiding/sem_nas17/file/SOC01708_Endang
%20Suparta.pdf
<1% - https://media.neliti.com/media/publications/240022-efektivitas-pidana-penjara-
dalam-membina-7c6b9faa.pdf
1% - http://repository.unpas.ac.id/3650/4/BAB%20I.pdf
1% - http://e-journal.uajy.ac.id/16395/3/HK117182.pdf
1% - https://osf.io/vaytd/download/?format=pdf
3% - https://www.bphn.go.id/data/documents/na_ruu_pemasyarakatan.pdf
<1% - https://media.neliti.com/media/publications/156928-ID-implementasi-kebijakan-
retribusi-jasa-us.pdf
<1% -
https://www.kemenkumham.go.id/attachments/article/223/LAKIP_FINAL_2012_Kemenku
mham.pdf
1% - https://www.bphn.go.id/data/documents/laporan_final.pdf
<1% - http://www.anggaran.kemenkeu.go.id/peraturan/2018%20PMK
%20206%202018.pdf
1% - http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/10931/SKRIPSI
%20LENGKAP-HMP-MUH.%20CHAERUL%20R..pdf?sequence=1
1% - http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/umum/64-rancangan-peraturan/rancangan-
undang-undang/2296-rancangan-undang-undang-tentang-sistem-
pemasyarakatan.html
1% - http://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/kebijakan/article/download/536/pdf
<1% - http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2017/bn969-2017.pdf
<1% -
https://karantina.pertanian.go.id/fileman/Uploads/Documents/Perencanaan/PEDOMAN_
UMUM_PELAKSANAAN_KEGIATA.pdf
<1% - https://www.kemenkumham.go.id/attachments/article/1314/LAKIP%20SEKJEN
%202015.pdf
<1% -
https://www.researchgate.net/publication/322098847_Etika_Kerja_Kepala_Sekolah_Dala
m_Meningkatkan_Kinerja_Guru
<1% - https://www.balitbangham.go.id/po-content/po-
upload/jurnal_volume_6_no_2_tahun_2015.pdf
1% - http://mardjonoreksodiputro.blogspot.com/2019/03/reformasi-lembaga-
pemasyarakatan.html
<1% - http://journals.ums.ac.id/index.php/jurisprudence/article/download/2998/1945

Anda mungkin juga menyukai