Anda di halaman 1dari 12

Komitmen Perilaku Kepemimpinan Lurah Menyikapi Resistensi Perubahan Organisasional

Gledies Anggy Pontoh Fakultas Ilmu Sosial / Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Negeri Manado

ABSTRACT This study aims to describe, interpret, and analyze The Behavior of Leadership Commitment to Addressing Resistance Ward Organizational Change, Studies in the Village of West Tondano District Rinegetan Minahasa regency. The research method used was qualitative research.The results show that the commitment of leadership behavior is applied by leaders concluded there is not optimal because the leader has not carried out its responsibility in accordance TUPOKSI, vision unrealized ward organization with good coordination and subordinate pempin still less because it is not optimal and effective communication, not planning the work program in a mature, mutual respect among partners and the public has not nurtured well, this will have an impact on service excellence and village governments decreased performance. If leaders recognize properly the duty and responsibility of the leaders will build a strong commitment on the vision that was so vision can live in the implementation of good governance at the village. Keywords: Commitment, Leadership Behavior, Organizational Change PENDAHULUAN Komitmen perilaku kepemimpinan Lurah menyikapi resistensi perubahan organisasional dimana suatu perubahan dalam segi apapun belum pasti langsung berjalan mulus, adanya hambatan yang

akan dihadapi dalam perubahan ketika masyarakat sebagai stakeholder maupun organisasi pemerintah memiliki rasa takut terhadap perubahan. Adapun masalah yang paling sering menonjol adalah penolakan terhadap perubahan itu sendiri, istilah yang sangat populer adalah terjadinya resistensi perubahan (resistence of change). Kesenjangan yang tampak, salah satunya adalah kurangnya penekanan pada garis koordinasi, kedudukan dan fungsi, sehingga menyebabkan pengarahan maupun pemberian instruksi kurang ditanggapi baik oleh pegawai, sehingga kerjasama (teamwork) berdasarkan garis koordinasi organisasional belum terbina. Dampak daripada hal ini tentunya berujung pada kurang optimalnya pemberian layanan kepada masyarakat. Perilaku kepemimpinan merupakan salah satu unsur penentu keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan, terlebih dalam menghadapi suatu perubahan. Pada fokus pertama menggunakan analisis teori dari James M. Kouzes dan Barry Z. Possner sebagai pisau analisis mengenai komitmen perilaku kepemimpinan visioner dimana pemimpin sebagai agent of change dengan bertindak menekankan pada visi yang merujuk pada komitmen organisasional yakni loyalitas pegawai (individu) terhadap organisasi melalui penerimaan sasaran-sasaran, nilai-nilai organisasi, keediaan atau kemauan untuk berusaha menjadi bagian dari organisasi, serta keinginan untuk bertahan dalam organisasi. Kemudian fokus kedua dengan menggunakan konsep peran penting kepemimpinan visioner dari Burt Nanus sebagai pisau analisis yang akan membantu menjelasakan tentang empat peran penting kepemimpinan visioner yaitu a). Peran pemimpin sebagai penentu arah; (b). Peran pemimpin sebagai agen perubahan; (c). Peran pemimpin sebagai juru bicara, dan (d). Peran pemimpin sebagai pembina. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, karena lebih menekankan pada proses pencarian makna, pengungkapan makna, dibalik

fenomena yang muncul dalam penelitian, dengan tujuan agar masalah yang akan dikaji lebih bersifat komprehensif, mendalam, alamiah dan apa adanya serta tanpa banyak campur tangan dari peneliti terhadap fakta yang muncul. Dengan demikian penelitian ini ditujukan untuk memberikan deskripsi, gambaran tentang komitmen perilaku kepemimpinan Lurah menyikapi resistensi perubahan organisasional yang terjadi. Cara yang perlu ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertahankan teori substantif; pergi dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang berada dilapangan Moleong (1994 : 4). Keterbatasan geografi, waktu, tenaga, perlu pula dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. Berdasarkan acuan tersebut diatas maka peneliti mengambil lokasi di Kelurahan Rinegetan Kecamatan Tondano Barat, Kabupaten Minahasa. Dalam penelitian kualitatif, instrumen utama adalah peneliti itu sendiri. Pada awal penelitian, penelitilah alat satu-satunya untuk memudahkan dalam pengumpulan data, maka peneliti dapat menggunakan alat-alat bantuan berupa catatan lapangan, tape recorder, maupun foto dan pedoman wawancara. Nasution (1988 : 11). Proses pengumpulan data ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut yaitu: (a) Proses saat memasuki lokasi penelitian; (b) Ketika peneliti berada di lokasi penelitian; (c) Mengumpulkan data.Penelitian kualitatif, proses pengumpulan data bergerak dari lapangan empiris dalam upaya membangun teori dari data.

masalah manusia atau sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks, yang disajikan dengan katakata, melaporkan pandangan terinci yang diperoleh dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam latar (setting) yang alamiah. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, karena lebih menekankan pada proses pencarian makna, pengungkapan makna, dibalik fenomena yang muncul dalam penelitian, dengan tujuan agar masalah yang akan dikaji lebih bersifat komprehensif, mendalam, alamiah dan apa adanya serta tanpa banyak campur tangan dari peneliti terhadap fakta yang muncul. Dalam penelitian kualitif selain dapat mengungkapkan peristiwa-peristiwa yang riil tetapi diharapkan dapat mengungkapkan nilai-nilai tersembunyi (Lincoln dan Guba, 1985 : 198). Pengertian metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau dala kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988 : 63). Dengan demikian penelitian ini ditujukan untuk memberikan deskripsi, gambaran tentang komitmen perilaku kepemimpinan Lurah menyikapi resistensi perubahan organisasional di kelurahan Rinegetan Kecamatan Tondano Barat. Fokus Penelitian Dengan berpedoman pada fokus penelitian, maka peneliti membatasi bidang-bidang temuan dengan arah fokus penelitian untuk dijadikan sarana untuk memadukan dan mengarahkan jalannya penelitian (Eisenhardt, 1989 : 67). Adapun fokus penelitiannya yaitu : (1) Bagaimana komitmen perilaku kepemimpinan Lurah Rinegetan, Kecamatan Tondano Barat Kabupaten Minahasa menyikapi resitensi perubahan organisasional?; (2) Apakah Lurah Rinegetan Kecamatan Tondano Barat Kabupaten Minahasa menerapkan

METODE PENELITIAN Creswell, J.W. dalam Tangkau (2012) mengatakan bahwa penelitian yang dibimbing oleh paradigma kualitatif didefinisikan sebagai: Suatu proses penelitian untuk memahami masalah-

kepemimpinan visioner menyikapi resistensi perubahan organisasional? Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penentuan lokasi ada berbagai faktor yang harus dipertimbangkan oleh peneliti Keterbatasan geografi, waktu, tenaga, perlu pula dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. Berdasarkan acuan tersebut diatas maka peneliti mengambil lokasi di Kelurahan rinegetan Kecamatan Tondano Barat. Sumber Data Sesuai dengan masalah dan fokus penelitian ini, maka sumber data adalah sebagai berikut: key informan, tempat dan peristiwa, dokumen yang relevan dengan masalah dan fokus penelitian. Teknik Pengumpulan Data Proses pengumpulan data ini meliputi tahap-tahap proses memasuki lokasi penelitian, ketika berada di lokasi penelitian, mengumpulkan data. Analisis Data Dalam penelitian kualitatif, analis data dilakukan sejak awal sepanjang proses penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini digunakan analisis data kualitatif (Miles dan Huberman, 1992 : 112) dengan prosedur, reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan atau verifikasi. Keabsahan Data Untuk menentukan keabsahan data dalam penelitian kualitatif harus memenuhi beberapa persyaratan sebagaimana yang dikemukakan Lincoln dan Guba (1985), Moleong (1994:5) yang dalam pemeriksaan data menggunakan empat kriteria yaitu: Derajat Kepercayaan, Keteralihan (Transferability), Ketergantungan (Dependability) dan Kepastian (Confirmability. HASIL DAN PEMBAHASAN KOMITMEN PERILAKU KEPEMIMPINAN Pemimpin dalam era pembaharuan adalah seorang yang mampu menciptakan

suatu lingkungan inovatif, tidak menghambat kreativitas murni dan kekuatan potensi kerja. Untuk memahami apa yang dimaksudkan dalam fokus satu yakni dengan komitmen perilaku kepemimpinan pemerintah Kelurahan ada baiknya terlebih dahulu mengetahui tentang yang dimaksudkan dengan komitmen kerja dan perilaku kepemimpinan di era pembaharuan. Komitmen adalah kuatnya pengenalan dan keterlibatan seseorang dalam organisasi tertentu. Proses pada individu/ pegawai dalam mengidentifikasi dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan organisasi. Komitmen organisasi merupakan suatu hal yang lebih dari sekedar kesetiaan yang pasif terhadap organisasi. Komitmen organisasi menyiratkan hubungan pegawai dengan organisasi secara aktif. Pegawai yang mnunjukkan komitmen tinggi memiliki keinginan untuk memberi tenaga dan tanggung jawab yang lebih dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi tempatnya bekerja. Perubahan sebagai konsep masa depan sering disebut dengan pembaharuan atau reformasi, yaitu menuju kearah terwujudnya keadaan baru, kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Perubahan adalah kebutuhan setiap organisasi. Hal ini sejalan dengan visi misi masing-masing organisasi serta dinamika perubahan perkembangan ilmu dan teknologi. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Kelurahan, Lurah mempunyai tugas pokok yaitu merupakan Pimpinan dari Kelurahan sebagai Perangkat Daerah Kabupaten/ Kota, yang bertanggung jawab kepada Camat karena posisinya yang berada di bawah Kecamatan. Tugas Lurah yaitu untuk memimpin, menyelenggarakan urusan-urusan pemerintah, pembangunan kemasyarakatan dan keterlibatan umum, melakukan pemantuan dan evaluasi kerja setiap seksi serta melaksanakan urusan pemerintah yang dilimpahkan oleh Camat. Adapun fungsi dari Lurah dalam menjalankan tugas yaitu mengkoordinasikan atas jalannya penyelenggaraan pemerintahan

Kelurahan, pelaksanaan untuk pembangunan dan pembinaan kepada masyarakat, melaksanakan setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat dan kesejahteraan rakyat, memberikan pelayanan kepada masyarakat dan melakukan pelaksanaan kegiatan ke-tata usahaan di Kelurahan. Berdasarkan hasil yang diperoleh di lokasi penelitian menunjukan komitmen perilaku kepemimpinan disana pelu mendapat perhatian. Seperti yang sudah dikemukakan menurut pandangan Kouzes dan Posner ada 6 (enam) komitmen perilaku kepemimpinan yang juga memuat pentingnya penerapan visi di dalamnya. Adapun pembahasan mengenai hal-hal diatas dapat disajikan dalam bentuk masalah yang terjadi secara empiris (empirical problem) dengan menggunakan pisau analisis dari Kousez dan Posner dan disandingkan dengan konsep serta regulasi (normative) yang ada, dan yang dianalisis pula dengan hasil penelitian terdahulu, seperti dijabarkan di bawah ini: Tanggung Jawab Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan didasari dengan konsep Kousez dan Posner (2009) yang dijadikan pisau analisis, bahwa tanggung jawab yang dilakukan oleh Lurah Rinegetan Kecamatan Tondano Barat dalam menjalankan kepemimpinan sesuai dengan TUPOKSI (PP No. 73 Tahun 2005) belum berjalan secara maksimal. Jika dilihat dari pandangan Bennis seorang pemimpin harus memiliki kualitas dan tanggung jawab serta memiliki visi dan misi yang jauh kedepan, dan pemimpin yang lahir di era demokrasi ini tidak boleh hanya terjebak pada fungsi memberi nasehat, memberi perintah, memberi mandat kepada bawahan, tetapi secara komprehensif lebih ditekankan pada tanggung jawab di dalam menjalankan tugas pokok, dan fungsinya (TUPOKSI), sesuai dengan visi, misi, serta tujuan yang hendak dicapai di dalam penyelenggaraan pemerintahan. Kemudian jika dianalisis sesuai konsep Bennis bahwa menjadi seorang pemimpin harus dibekali dengan wawasan yang luas serta bertanggung jawab penuh,

tetapi jika dihubungkan dengan hasil penelitian yang ada, hal ini tidak berlaku atau belum diterapkan oleh pemerintah Kelurahan Rinegetan Kecamatan Tondano Barat Kabupaten Minahasa, sehingga perlu mendapat perhatian dan di revitalisasi kembali pada pola penempatan untuk menempati jabatan sesuai dengan kemampuan (ability) dan kompetensi yang dimiliki, sehingga dapat menempatkan individu yang tepat sesuai dengan bidangnya (The Right Man in The Right Job) yang tentunya mempunyai responsibilitas, serta akuntabilitas yang baik. Hal ini senada dengan yang disampaikan bukunya The Leaders Edge: The seven Keys to Leadership in Turbulent World dinyatakan bahwa ciri-ciri pemimpin yang inovatif antara lain: (1) Pemimpin sebagai pengemban tanggungjawab, mengusahakan pelaksanaan tugas, memiliki impian dan menterjemahkannya menjadi kenyataan. (2) Pemimpin berusaha menyatukan komitmen anggota-anggotanya, memberikan dorongan kepada mereka dan mengubah organisasi menjadi suatu kesatuan baru yang memiliki kekuatan yang lebih besar untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berhasil. Dengan paparan diatas dapat dipahami bahwa konsep inovasi kepemimpinan punya kaitan erat dengan kemampuan pemimpin yang visioner. Pemimpin visioner menurut Goleman (2007) memiliki ciri antara lain; a). menggerakkan orang-orang ke arah impian bersama; b). berdampak paling positif terhadap iklim emosi; dan c). memiliki visi baru dalam perubahan. Dalam hal menggunakan inspirasi bersama dengan tritunggal iklim emosi yaitu kepercayaan diri, kesadaran diri dan empati, pemimpin visioner akan mengartikulasikan suatu tujuan yang baginya merupakan tujuan sejati dan selaras dengan nilai bersama orang-orang yang dipimpinnya. Dari semua itu empati merupakan kompetensi paling penting bagi kepemimpinan visioner dengan kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain dan memahami sudut pandang mereka berarti bahwa seorang pemimpin dapat mengartikulasikan visi yang benar-

benar menginspirasi dirinya (Goleman, 2007: 69-70). Membina Kesamaan Visi Dalam membina kesamaan visi oleh Lurah Rinegetan dikatakan bahwa visi Kelurahan sudah sesuai dengan Kabupaten dan Kecamatan, tapi dapat dilihat bahwa implementasi dari visi tersebut belum dijalankan dengan baik dan optimal. Menurut Harper (Sedarmayanti : 2001) menyatakan kepemimpinan menghadapi era perubahan pesat, karena itu waktu faktor pendekatan penting untuk dijadikan pemimpin visioner. Guna menghadapi perubahan pesat, pemimpin harus memiliki serangkaian kompetensi pokok, antara lain yaitu kemampuan antisipasi, kecepatan, kecerdikan, dan persepsi. Diantara tujuan-tujuan tersebut ialah: Meningkatkan kinerja (performance), memperbaiki motivasi, meningkatkan kerjasama, memperjelas komunikasi, mengurangi kemangkiran dan keluarnya pegawai, meminimalkan konflik, mengurangi biaya. Idealnya dalam membina kesamaan visi, pemimpin harus memperhatikan perubahan yang dapat terjadi, karena dalam implementasinya iklim organisasi Kabupaten dan Kecamatan itu berbeda demikian pula dengan perilaku aparatur di dalamnya yang beraneka ragam serta perilaku kepemimpinan dari pemimpin yang harus mampu mengelola aktivitas organisasional sekalipun resistensi terjadi dan muncul perbedaan perspektif dalam menyelenggarakan pemerintahan di Kelurahan. Menunjukkan Ketauladanan Sikap ketauladanan Lurah Rinegetan belum muncul dalam menjalankan pekerjaannya berdasarkan visi yang ada. Dalam perkembangannya konsep kepemimpinan merupakan kajian multidimensi yang telah menghasilkan banyak teori. Pemimpin dalam era pembaharuan adalah seorang yang mampu menciptakan suatu lingkungan inovatif, tidak mengambat kreativitas murni dan kekuatan potensi kerja. Pemimpin pembaharuan memberi arah pandangan

keluar demi kebutuhan bawahan. Diamana pemimpin dapat dipercaya untuk menjadi acuan dalam organisasi, tidak hanya memiliki kemampuan mengarahan tetapi juga pemimpin yan dapat menghidupkan arahan tersebut dalam tidakannya yakni menjadi teladan, hidup bersosialisasi dengan yang lain, bersentuhan dengan publik, loyal terhadap pekerjaannya, serta mampu menerima resiko apapun dari pekerjaanya itu. Perilaku kepemimpinan pemimpin disana dapat disimpulkan menerapkan ola kerja yang kaku sehingga kerjasama belum terbina dan hubungan kerja menjadi kurang bak. Dari hasil temuan dan analisis yang telah dipaparkan sebelum, maka seorang pemimpin harus menampakkan suatu ketauladanan dalam implementasi visi tersebut, sehingga visi cenderung hanya menjadi pajangan saja dan tidak di realisasikan. Dalam penyelenggaraan pemerintahan yang dipimpin oleh Lurah Rinegetan Kecamatan Tondano Barat Kabupaten Minahasa, harus mewujudkan tujuan yakni kesejahteraan masyarakat, jangan sampai ini menjadi suatu penyebab sehingga masyarakat merasa kurang diperhatikan dan berdampak pada pelayanan yang menurun. Jadi, seorang pemimpin harus menghidupkan visi dan mampu memperkuat rantai koordinasi sehingga harapan benar-benar tercapai. Memperkuat Mitra Kerja Dalam memperkuat mitra kerja oleh Lurah Rinegetan dikatakan harus dibina kembali komunikasi antar perangkat Kelurahan karena hubungan sebagai mitra kerja belum terjalin dengan baik dengan kata lain hubungan sebagai mitra kerja sudah menurun dan telah mempengaruhi kinerja dalam memberikan pelayanan maupun dalam harmonis dan eratnya hubungan kemitraan. Kerjasama mulai terkikis karena penyampaian komunikasi yang kurang efektif dalam member koordinasi. Seperti yang dimuat dalam Sedarmayanti (2009) pemimpin harus dapat berkomunikasi dengan banyak cara, dan sulit bagi pemimpin untk tidak berkomunikasi, karena pemimpin diperhatikan, dipanuti dan ditiru, sehingga

apapun mengkomunikasikan sesuatu. Banyak pemimpin mengkomunikasikan visi melalui bermaca media lain, diantaranya menggunakan surat/brosur untuk memperkenalkan konsep dan kemudian memperkuatnya dengan poster, presentasi videotape, artikal, dan lainnya. Mereka menyebarkan visi kepada pihak luar saat pertemuan tahunan, wawancara, jumpa pers, atau memanfaatkan media radio, penampilan di televisi, dan lainnya. Merencanakan Keberhasilan Secara Bertahap Dalam merencanakan keberhasilan secara bertahap. Maka dari data yang diperoleh bisa disimpulkan bahwa Lurah Rinegetan Kecamatan Tondano Barat Kabupaten Minahasa belum merancangkan perencanaan program kerja secara terukur dan sistematis, sehingga kurang optimalnya perencanaan secara bertahap untuk mencapai suatu keberhasilan. Sebuah organisasi memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut terwujud dengan tercapainya visi organisasi. Dalam proses pencapaian visi tersebut ada tindakan-tindakan manajerial yang dilakukan, adar organisasi dapat bekerja secara optimal dan efektif. Tindakan-tindakan manajerial tersebut, menurut George Terry dalam buku Principles of Management meliputi : perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dengan melaksanakan prinsip-prinsip manajemen terebut, maka visi organisasi akan tercapai secara sistematis dan terukur. Dalam materi ini akan dipaparkan prinsip yang paling awal dalam aktivitas manajemen, yakni perencanaan. Perencanaan program kerja merupakan tindakan lanjut setelah penentuan visi organisasi. Perencanaan sangat penting agar visi organisasi dapat dicapai secara terencana dan tersistematis. Perencanaan program kerja adalah sebuah tindakan perencanaan pelaksanaan program yang direncanakan untuk dilakukan secara sistematis, dengan capaian tujuan tertentu pada satu periodesasi kepemimpinan dalam organisasi. Perencanaan program kerja dibuat pada kurun waktu satu kepemimpinan.

Dengan demikian program kerja yakni, program kerja yang direncanakan untuk dilakukan secara sistematis dan terukur, dengan capaian tujuan tertentu pada satu periodesasi kepemimpinan dalam organisasi. Perencanaan program kerja dibuat pada kurun waktu satu kepemimpinan, karena harus menjawab capaian yang diharapkan saat sang pemimpin melaksanakan tugas memimpin organisasi. Seringkali perencanaan program dibuat hanya dengan cara melakukan plagiasi atau replikasi program-program yang sudah dilakukan pada periode sebelumnya. Hal ini tidak sepenuhnya salah, akan tetapi tidak mengesampingkan kegiatan analisa terhadap sumber-sumber daya organisasi, maka plagiasi dan replikasi program akan membuat organisasi tidak berkembang dan bergerak ditempat. Perencanaan program haruslah memperhatikan capaian dan kondisi organisasi, sehingga ada berkelanjutan program kerja dalam menjawab capaian visi organisasi. Merencanakan Keberhasilan Secara Bertahap Peran penting kepemimpinan yakni peran penentu arah, peran agen perubahan (the agent of change), peran juru bicara, peran pelatih. Bagaimana mengola dan menyampaikan pesan ke luar dengan berbicara, dan menghargai peranan setiap individu merupakan bagian penting dari keberlangsungan masa depan organisasi, pemimpin efektif adalah yang mengetahui dan menghargai bentuk komunkasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan untuk visi masa depan. Pemimpin harus mengkomunikasikan pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi secara internal dan eksternal. Visi yang disampaikan harus bermanfaat, menarik, dan menimbulkan gairah tentang masa depan organisasi. Peran pemimpin erat kaitannya pula dengan perilaku kepemimpinan Wahjosumidjo (Sudriamunawar, 1987: 6162) mengemukakan bahwa konsiderasi adalah perilaku pemimpin cenderung kearah kepentingan bawahan. Oleh

karena itu ciri-ciri perilaku pemimpin, sehubungan dengan bawahan adalah: Ramah tamah, mendukung dan membela bawahan, mau mendengar bawahan, menerima usulan bawahan, memikirkan kesejahteraan bawahan, memperlakukan bawahan setingkat dirinya. PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER LURAH Peran kepemimpinan visioner merupakan suatu merupakan salah satu unsur yang mengarahkan kemana organisasi itu akan dibawa, terlebih dalam menghadapi suatu resistensi dan gejolak perubahan yang tentunya tidak dapat dielakkan. Agar dapat memahami yang dimaksudkan dalam fokus dua ini yaitu yang menyangkut peran kepemimpinan visioner pemerintah Kelurahan ada baiknya terlebih dahulu mengetahui tentang yang dimaksudkan dengan visi, perubahan dan resistensi. Visi adalah sesuatu yang ingin dicapai secara ideal dari seluruh aktivitas, gambaran, mental tentang sesuatu yang ingin dicapai dimasa depan, cita-cita, wawasan kedepan yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu, bersifat kearifan intuituf yang menyentuh hati dan menggerakkan jiwa untuk berbuat. Peter Senge, 1997 (Sedarmayanti:161) mengatakan organisasi hanya akan mampu beradaptasi dengan perubahan apabila organisasi itu mampu menjadikan dirinya tampil sebagai organisasi pembelajaran, yakni organisasi yang dibangun oleh orang yagn terus menerus mau memperluas kapasitas dirinya dalm mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Visi memimpin akan menginspirasi tindakan dan membantu masa depan, namun dengan cara berbeda dibandingkan dengan visi pribadi. Visi adalah masa depan yang realistis, dapat dipercaya dan menarik bagi organisasi. Visi merupakan pernyataan tujuan kemana organisasi akan dibawah ke sebuah masa depan yang lebih baik, lebih berhasil atau lebih diinginkan dibandingkan kondisi sekarang. Visi selalu berhubungan dengan masa depan dan visi merupakan awal masa depan, karena

visi mengekspresikan apa yang akan dicapai melalui usaha keras. Adapun empat peran penting kepemimpinan visioner (Sedamaryanti:168-169) adalah: (a) Peran penentu arah. Merupakan peran pemimpin menyajikan visi, meyakinkan gambaran/ target organisasi di masa depan. Melibatkan orang dengan kelincahan dan semangat, yang merupakan esensi kepemimpinan, menyampaikan visi, mengkomunikasikannya, memotivasi pegawai dan rekan, meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan adalah hal yang benar, mendukung partisipasi seluruh tingkat dan seluruh tahap usaha menuju masa depan; (b) Peran agen perubahan (the agent of change) Dalam perubahan, lingkungan eksternal adalah pusat ekonomi, sosial, teknologi, da perubahan politis terjadi terus menerus, beberapa berlangsung dramatis dan lainnya berlangsung perlahan. Kebutuhan pelanggan dan pilihan berubah, pemimpin efektif harus secara konstan menyesuaikan terhadap perubahan dan berpikir ke depan tentang perubahan potensial yang dapat dirubah. Hal ini menjamin bahwa pemimpin disediakan untuk seluruh situasi/ peristiwa yang dapat mengancam kesuksesan organisasi saat ini, dan masa depan. Akhirnya, fleksibilitas, dan resiko terukur, dan lingkungan yang berubah; (c) Peran juru bicara (communicators) Memperoleh pesan ke luar, dan juga berbicara, merupakan bagian penting dari memimpikan masa depan organisasi. Pemimpin efektif adalah yang mengetahui dan menghargai bentuk komunkasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan untuk visi masa depan. Pemimpin harus mengkomunikasikan pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi secara internal dan eksternal. Visi yang disampaikan harus bermanfaat, menarik, dan menimbulkan gairah tentang masa depan organisasi. (d) Peran pembina. Menjadi pembina yang baik, harus dengan kerjasama kelompok untuk mencapai tujuan. Pemimpin mengoptimalkan kemampuan selalu pemain bekerjasama, mengkoordinir aktivitas/ usaha, ke arah

pencapaian kemenangan, atau menuju pencapaian visi organisasi. Pemimpin, menjaga pegawai memusatkan pada realisasi visi dan pengarahan, memberi harapan, dan membangun kepercayaan diantara pemain yang penting bagi organisasi dan visinya untuk masa depan (Burt Nanus, 1992). Hambatan yang dihadapi dalam perubahan muncul ketika individu maupun organisasi memiliki: Rasa takut terhadap perubahan, resiko terhadap penolakan, kegagalan dan kerugian. Banyak masalah yang biasa terjadi ketika perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling sering menonjol adalah penolakan atas perubahan itu sendiri. Istilah yang sangat populer adalah resistensi perubahan (resistance to change). Penolakan atas perubahan tidak selalu uncul di permukaan dalam bentuk standar. Penolakan bisa jelas kelihatan (eksplisit) dan segera, misalnya; mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya; arau bisa juga tersirat (implisit), dan lambat laun misalnya; loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat, dan lain sebagainya. Ada banyak konsep tentang resistensi, namun secara umum resistensi sebagai bagian dari konflik dalam berbagai bentuknya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu; 1) Resistensi sebagai bentuk protes atau perlawanan untuk melakukan perubahan, dan 2) Resistensi sebagai bentuk relasi dari kekuasaan. Dalam konteks ini, resistensi pada satu sisi bersifat negatif dan cenderung merusak namun pada sisi yang lain resistensi bersifat positif dalam arti dapat mengintegrasikan struktur sosial di masyarakat. Salah satu visi yang harus dilakukan dalam organisasi adalah membangun visi bersama, yakni harapan bersama tentang masa depan yang ingin dicapai organisasi. Visi benar-benar merupakan visi apabila setiap orang memiliki gambaran sama dan setiap orang rasa memiliki komitmen mencapainya. Visi mendorong organisasi tumbuh dan belajar, serta berkembang dalam mempertahankan survivenya organisasi

sehinga bisa bertahan sampai beberapa generasi. Visi dapat mengikat seluruh anggota, mampu menjadi sumber organisasi dalam menjalankan tugas, oleh sebab itu visi juga berfungsi untuk membangkitkan dan mengarahkan. Visi organisasi harus bisa memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) Kepantasan; (b) Idealistis; (c) Terpecaya dan penuh arti; (d) Mendatangkan ilham; (e) Dapat dimengerti; (f) Unik; dan (g) Ambisius. Pemimpin Sebagai Juru Bicara. Pemimpin efektif adalah yang mengetahui dan menghargai bentuk komunikasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan untuk visi masa depan. Pemimpin harus mengkomunikasikan pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi secara internal dan eksternal. Visi yang disampaikan harus bermanfaat, menarik, dan menimbulkan gairah tentang masa depan organisasi. Dalam Sedarmayanti (2009) pemimpin harus dapat berkomunikasi dengan banyak cara, dan sulit bagi pemimpin untk tidak berkomunikasi, karena pemimpin diperhatikan, dipanuti dan ditiru, sehingga apapun mengkomunikasikan sesuatu. Pendekatan universal dalam berkomunikasi adalah dengan berdialog sederhana yang dikembangkan menjadi seni bernilai dan tinggi oleh beberapa pimpinan. Pemimpin mempunyai keterampilan mengungkap cerita dramatis dan meneruskan antusiasme dan semangat terhadap visi kepada pendengarannya melalui pidato, memo, humor, metafora, dan cerita yag dapat menguasai imajinasi dan kegairahan pendengarnya. Pemimpin Sebagai Agen Penentu Arah Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dengan didasari pada konsep dan pandangan Burt Nanus dalam (Komang Ardana 2009:101) sebagai pisau analisis untuk menganalisis pada temuan di fokus dua, peneliti mengambil tiga poin sebagai esensi yang salah satu diantaranya adalah pemimpin sebagai agen penentu arah. Dimana dapat disimpulkan Lurah Rinegetan belum

menjadi agen penentu arah organisasi yang mengacu kepada visi untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Dalam hal resistensi sebagai perlawanan, Kendal dan Wickham (1999:49) serta Hunt dan Wickham (1994: 83) mengartikan resistensi sebagai: A technical component of governance, a component heavily involved in the fact that governance is always subject to politics. Resistance is the part of the fact that power can only ever make a social machinary run imperfectly or incompletely In foucaults words, resistance is the counter-stroke to power, a metaphor with strong technical, machine-like connotations. Power and resistance are together the governance machine of society, but only in the sense that together they contribute to the truism that things never quite work not in the conspiratorial sense that resistance serves to make power works perfectly. Pada titik ini, maka kata perlawanan mengindikasikan dua hal; pertama, kekuasaan adalah sesuatu yang dimiliki. Kedua, kerja perlawanan adalah kerja mengadu kekuatan dari luar dengan pihak luar lainnya, seakan-akan tidak ada relasi di antara kedua kekuatan tersebut sebagaimana dimaksudkan oleh Foucault. Resistensi sebagai perlawanan dalam berbagai bentuknya, sebagaimana Merton (1973) ada yang bersifat terbuka (manifest) dan ada yang bersifat tertutup (latent). Resistensi sebagai salah satu bentuk dari konflik ada yang menilai bersifat positif jika perlawanan tersebut bertujuan untuk mempersatukan, namun ada juga yang bersifat negatif jika tujuannya untuk merusak (Simmel, 1950). Pemimpin Sebagai Penghidup Visi Pemimpin sebagai penghidup visi. Dimana dapat disimpulkan Lurah Rinegetan belum optimal manjadi seorang penghidup visi, jelas sekali karena masih adanya pengeluhan terhadap kepemimpinan maupun proses pelayanan kepada masyarakat, dan penyelenggaraan pemerintahan yang kurang prima yang belum mengindahkan prinsip-prisnsip good governance.

Jika pemimpin tidak memperjuangkan sesuatu, maka pemimpin akan gagal dalam segala hal, karena visi menjadi bagian dari pemimpin, sehingga pemimpin harus mempresentasikan sendiri arah itu dan berusaha mempertahankannya. Pempin menghidupkan visi dengan menjaga agar semua tindakan dan perilaku konsisten dengan visi tersebut. Visi memungkinkan dan diperlukan pada berbagai tingkatan organisasi. Apabila pemimpin mempunyai pengendalian terhadap berbagai sumber daya, menerima tanggung jawab untuk berbagai aktivitas dan sepakat melakukan perubahan, maka pemimpin harus mengembangkan rencana, berpikir strategis, mampu menerima resiko dan paham benar kemana arah perubahan yang berdampak positif terhadap organisasi. Kepemimpinan Visioner memerlukan empat kompetensi kunci, yakni: (a) Memiliki kemampuan berkomunikasi efektif dengan pegawai lain dalam organisasi; (b) Memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi tepat atas segala ancaman dan peluang; (c) Memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk, dan jasa; (d) Memiliki atau mengembangkan ceruk untuk mengantisipasi masa depan. KESIMPULAN & SARAN KOMITMEN PERILAKU KEPEMIMPINAN PEMERINTAH KELURAHAN RINEGETAN Perilaku kepemimpinan yang dilakukan oleh pemimpin dapat disimpulkan kurang baik dalam hal disiplin kerja dan kurang optimalnya koordinasi antar pemimpin dan bawahan. Pemimpin yang kadang berada di Kantor pada waktu kerja menjadi kendala dalam melakukan public service, dapat dikatakan hal demikian terjadi karena kurangnya pemahaman akan tanggung jawab serta tugas pokok dan fungsinya. Dari data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab yang dilakukan oleh Lurah Rinegetan Kecamatan Tondano Barat dalam menjalankan

kepemimpinan sesuai dengan TUPOKSI (PP No. 73 Tahun 2005) belum berjalan secara maksimal. Dalam hal kepemimpinan yang mengacu pada kesamaan visi Kabupaten dan Kecamatan. Komitmen Perilaku kepemimpinan disana masih kurang, karena kurang melibatkan partisipasi dengan masyarakat dan perangkat kelurahan sehingga realisasi tentunya terhambat, hal ini dapat dikatakan bertabrakan dengan visi Kecamatan dan Kabupaten yang sebenarnya hendak melibatkan masyarakat pada proses penyelenggaraan pemerintahan. Jadi, dari hasil temuan dalam membina kesamaan visi, perilaku kepemimpinan yang diterapkan oleh Lurah Rinegetan Kecamatan Tondano Barat Kabupaten Minahasa perlu dilakukan pendekatan secara bertahap untuk menyerap aspirasi rakyat, membentuk pola pandangan yang sama, kesadaran untuk bekerja sama dalam merealisasikan tujuan bersama. Memimpin berarti menjadi teladan baik, merupaka poros dari organisasi masih urang diupayakan karena cenderung menerapkan pola kerja yang kaku sehingga kerjasama belum terbina dan hubungan kerja menjadi kurang bak. Dari hasil temuan dan analisis yang telah dipaparkan sebelum, maka seorang pemimpin harus menampakkan suatu ketauladanan dalam implementasi visi tersebut, sehingga visi cenderung hanya menjadi pajangan saja dan tidak di realisasikan. Dalam penyelenggaraan pemerintahan yang dipimpin oleh Lurah Rinegetan Kecamatan Tondano Barat Kabupaten Minahasa, harus mewujudkan tujuan yakni kesejahteraan masyarakat, jangan sampai ini menjadi suatu penyebab sehingga masyarakat merasa kurang diperhatikan dan berdampak pada pelayanan yang menurun. Jadi, seorang pemimpin harus menghidupkan visi dan mampu memperkuat rantai koordinasi sehingga harapan benar-benar tercapai. Komitmen perilaku kepemimpinan dari hasil temuan yang dianalisis maka dalam memperkuat mitra kerja, perilaku kepemimpinan yang diterapkan oleh Lurah Rinegetan Kecamatan Tondano Barat Kabupaten Minahasa masih perlu dilakukan pendekatan dengan bawahan

untuk mewujudkan kerja sama dan kekompakkan dalam organisasi, karena hubungan kemitraan yang ada sekarang kurang terjalin dengan baik. Dalam hal melakukan suatu perencanaan bertahap utnuk kesuksesan organisasi. Berdasarkan hasil temuan yang telah analisis dan dibahas maka seorang pemimpin harus mempunyai strategi kedepan dengan mengacu pada visi organisasi sehingga pemimpin dapat menyusun program kerja yang tersistematis dan berlangsung secara bertahap dengan melibatkan peranan individu lainnya sehingga keberhasilan dapat dinikmati bersama. Dari hasil temuan dan analisis yang telah dibahas, maka disimpulkan seorang pemimpin haruslah menghargai peranan setiap individu, berkomunikasi efektif, ramah, santun dan tentunya disiplin dengan waktu, sehingga kesejahteraan masyarakat dapat terwujud dan tercipta hubungan dalam suatu tatanan sosial yang harmonis. PERAN KEPEMIMPINAN VISIONER LURAH MENYIKAPI RESISTENSI PERUBAHAN ORGANISASIONAL. Peran kepemimpinan visioner Lurah Rinegetan seperti hasil temuan dan analisis yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa fungsinya sebagai juru bicara visi belum berjalan dengan baik. Jika sorang pemimpin yang menerapkan fungsi kepemimpinannya harus memperhatikan suatu komuniksi yang efektif juga memperkuat rantai komando dari atasan dan bawahan. Pemimpin yang berperan sebagai agen penentu perubahan belum bisa di implementasikan dengan baik oleh pemimpin sehingga berdasarkan hasil temuan dan analisis yang telah dibahas jika seorang pemimpin dalam menerapkan fungsi kepemimpinannya harus membina keterlibatan dan partisipasi dari berbagai pihak sehingga terwujud kesepakatan bersama pada sebuah arah organisasi yang jelas, dimana segala sesuatu diputuskan dengan musyawarah untuk mufakat, tidak bergantug pada pandangan pemimpin seorang. Mengenai peran pemimpin sebagai penghidup visi (membina, berani

mengambil resiko), kurang dilaksanakan dengan optimal oleh Lurah Rinegetan Kecamatan Tondano Barat. Dari hasil temuan dan analisis yang telah dibaha, jika seorang pemimpin dalam menerapkan fungsi kepemimpinannya harus membina keterlibatan dan partisipasi dari berbagai pihak sehingga terwujud kesepakatan bersama pada sebuah arah organisasi yang jelas, dimana segala sesuatu diputuskan dengan musyawarah untuk mufakat, tidak bergantung pada pandangan pemimpin seorang. Saran Praktis Untuk mewujudkan suatu komitmen perilaku kepemimpinan visioner di Kelurahan Rinegetan Kecamatan Tondano Barat, maka peneliti menyarankan agar supaya memperbaharui pola yang sudah lama. Merevitalisasi penempatan pada jabatan sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya (The right man in the right job), memperkuat rantai komando, menghidupkan visi lewat setiap program kerja kelurahan, disiplin waktu, melakukan pendekatan secara persuasif untuk membangun hubungan kemitraan, musyawarah untuk mufakat dalam mengambil suatu keputusan guna mencapai kesepakatan bersama. Saran Akademis Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan yang berarti untuk pengembangan karakter kepemimpinan yang memiliki komitmen perilaku yang kuat dalam mempertahankan prinsip kerja yang mengacu pada visi organisasi menyikapi perubahan. Semoga dapat membantu memperkaya pengetahuan dengan objek kajian Ilmu Administrasi Negara.

Burt

DAFTAR RUJUKAN Sumber Kepustakaan: Ardana Komang dkk, 2009. Perilaku Keorganisasian Edisi II, Graha Ilmu, Yogyakarta

Nanus, 2001. Kepemimpinan Visioner, Prenhalindo, Jakarta Fadli Hs, 2011. Organisasi dan Administrasi, Manhalun Nasyi-in Press, Jakarta Pusat Hayati Yayat, 2008. Perilaku Organisasi, Alfabeta, Bandung Herbert, 1985. The Limits Of Organizational Change Edisi terjemahan, Alfabeta, Bandung Komariah & Komariah, 2009. Metode Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung Kouzes & Posner, 2004. Leadership the Challenge. Tantangan Kepemimpinan Edisi 3, Erlangga, Jakarta Moleong, Lexi J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung Riani Laksmini, 2010. Budaya Organisasi, Graha Ilmu, Yogyakarta Riduwan, 2009. Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Alfabeta, Bandung Sedarmayanti, 2009. Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa Depan (mewujudkan pelayanan prima dan kepemerintahan yang baik), PT Refika Aditama, Jakarta Siagian, 2003. Filsafat Administrasi Edisi Revisi, Bumi Aksara, Jakarta Sudriamunawar, 2006. Kepemimpinan, Peran Serta, dan Produktivitas, Cv. Mandar Maju, Bandung Sugiono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta, Jakarta Sutarto, 1987. Dasar-dasar Organisasi , Gadjah Mada Press, Yogyakarta Tangkau Charles, 2012. Modul Teori Administrasi Publik, Unima, 2012. Teori-teori Pemerintahan, Formas, Malang Thoha, 2008. Perilaku Organisasi, Kencana, Yogyakarta Sumber Skripsi:

Maukar Yesika, 2011. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai Di Sekretariat Daerah Kabupten Minahasa Rengkuan Marini, (2012). Gaya Kepemimpinan Lurah di Era Otonomi Daerah (Studi Kasus di Kelurahan Tataaran II, Kecamatan Tondano Selatan, Kabupaten Minahasa). Sumber Internet: Emperordeva (2010). Makalah tentang Kepemimpinan From: http://emperordeva.wordpress.com /about/makalah-tentang kepemimpinan (Makalah tentang kepemimpinan) Thursday, March 15, 2012 7:55:39 AM file:///G:/DATA/proposal/Me ngelola%20Resistensi%20dalam% 20Manaj men%20Perubahan%20%20chang e%20management%20_%20rajapr esent asi.com.htm Kousez dan Possner, Kompetensi Kepemimpinan http://m.kompasiana.com/p ost/sosbud/2011/01/19/05/5leadership%e2%80%99sbest-practice/ Sumber Regulasi: Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, Tentang Pemerintahan Daerah. PT. Raja Grafindo, Jakarta Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 2005, Tentang Kelurahan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2008, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Kelurahan (Lembaran Daerah Kabupaten Minahasa Tahun 2008 Nomor 11).

Anda mungkin juga menyukai