Abstract
This research was motivated by the various tourism potential and creative economy in Kledung and Bansari,
Temanggung. But unfortunately the management that has been carried out so far has been impressed without a
clear concept, direction and strategy. Therefore, this study aims to synergize the management of various tourism
potentials and the creative economy so that it can provide more welfare for the surrounding community. This
research is approached descriptively qualitatively. Data obtained through in-depth interviews, surveys,
observations, and FGD. The data obtained were then analyzed rationally based on certain logical patterns of
thinking. After that the data is linked to the description of the development of the creative economy as a driver
of tourism in that location. In the end, the results of the analysis will be formulated to draw conclusions
regarding the tourism development strategy based on the creative economy. The results of this study are; 1)
Kledung coffee and Kledung Bansari coffee are creative economy clusters with fairly good management among
other clusters; 2) tourism development orientation is based on strengthening the creative economy sector as its
fulcrum; 3) the low competency of human resources is the main focus in developing tourism based on the
creative economy. The end of this study concludes that the management of tourism and the creative economy
has not been optimally synergized. This situation then has implications for the formulation of concepts,
directions and strategies which are factually contained in the document of the vision, mission, goals and
objectives of tourism development based on creative economy. This document will be the basis for relevant
stakeholders in developing tourism-based creative economy so that it is focused and directed so that it will draw
closer to welfare.
Key words: creative economy; tourism; economic cluster; economic chain
[106-125]
Ekonomi Kreatif sebagai Poros Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Kledung & Bansari, Kabupaten
Temanggung
108
Ekonomi Kreatif sebagai Poros Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Kledung & Bansari, Kabupaten
Temanggung
transportasi, produk, dan layanan) sehingga akan dengan minat muda-mudi saat ini. Oleh sebab
meningkatkan kunjungan wisatawan dan itu, pengembangan ekonomi kreatif khususnya
mewujudkan kepuasan wisatawan. Pada saat berbasis budaya perlu dilakukan dengan berbagai
itulah perputaran ekonomi terjadi yang akan strategi-strategi pengembangan (El Hasanah,
membawa pada kesejahteraan. 2018).
Sinergi antara ekonomi dan pariwisata akan Penulis simpulkan bahwa pola dasar pada
menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan pariwisata berbasis ekonomi
perkembangan pariwisata yang positif. Secara kreatif ini adalah dengan memacu kuantitas dan
umum, pengembangan pemberdayaan kualitas berbagai produksi ekonomi kreatif.
masyarakat (komunitas setempat) melalui Produk ekonomi kreatif yang bagus kemudian
ekonomi kreatif sangat membawa dampak positif akan menjadi daya pikat wisatawan, sehingga
dan merupakan salah satu model pengembangan daya tarik wisata yang ditawarkan tidak hanya
pembangunan pariwisata ke depan. potensi wisata alam, namun juga berbagai
Pemberdayaan tidak hanya dalam pengembangan produk kreatif dan inovatif. Muara dari simbiosis
potensi ekonomi masyarakat yang sedang tidak mutualisme antara pariwisata dan ekonomi
berdaya, namun juga pada upaya peningkatan kreatif adalah meningkatnya kesejahteraan
harkat, martabat, percaya diri, dan harga diri, masyarakat.
serta terpeliharanya tatanan nilai budaya
Namun demikian, rencana pengembangan
setempat (Wulandari, 2014).
tersebut memerlukan sinergi yang kuat antar-
Ekonomi kreatif memang sangat strategis untuk stakeholder yaitu pemerintah, cendekiawan,
dikolaborasikan dengan pariwisata. Sebagai tokoh masyarakat, dan para pelaku wisata.
contoh, Pemerintah Kota Pekalongan tengah Walaupun pada akhirnya, semua strategi
gencar mendorong kreatifitas dan inovasi dalam pengembangan tersebut akan bertumpu pada
pengelolaan dan produksi batik melalui berbagai peran aktif masyarakat.
strategi untuk menggenjot kunjungan wisatawan.
METODE PENELITIAN
Namun demikian, strategi-strategi tersebut masih
Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Kledung
berfokus pada aspek fisik saja. Lebih lanjut lagi,
dan Bansari, Temanggung, Jawa Tengah. Daerah
strategi yang diterapkan seharusnya tidak hanya
ini memiliki potensi wisata ekonomi kreatif yang
membagun aspek fisik namun aspek non-fisik,
beragam untuk dikembangkan, sehingga dipilih
seperti penyelenggaraan pameran, pelatihan, atau
sebagai lokasi penelitian untuk pengembangan
agenda pariwisata lainnya. Kreatifitas dan
pariwisata berbasis ekonomi kreatif.
inovasi dapat dituangkan pada konsep acara agar
dapat menarik lebih banyak wisatawan. Studi ini didekati secara kualitatif dan tergolong
(Damayanti & Latifah, 2015). sebagai studi deskriptif. Tujuan yang ingin
dicapai adalah mendapatkan gambaran dan
Keterkaitan yang erat antara pariwisata dengan
strategi pengembangan pariwisata melalui
ekonomi kreatif juga diperlihatkan di
ekonomi kreatif di lokasi penelitian. Gambaran
Yogyakarta. Yogyakarta memiliki potensi besar
tersebut diharapkan bersifat faktual dan
untuk mengembangkan ekonomi kreatif sebagai
sistematis tentang konsep pengembangan
penggerak utama pariwisata. Namun hal ini
pariwisata melalui ekonomi kreatiuf di kedua
masih mendapati kendala yang secara umum
kecamatan tersebut. Data yang didapatkan diolah
terkait dengan ketersedian Sumber Daya
dengan analisis rasional berdasarkan pola logika
Manusia (SDM) produktif dan bahan baku. SDM
berfikir tertentu. Data-data tersebut dikaitkan
yang kreatif dan melimpah justru lebih tertarik
dengan gambaran perkembangan ekonomi
untuk merantau ke kota-kota besar atau
kreatif sebagai penggerak pariwisata di lokasi
berorientasi pada status pegawai. Potensi
tersebut untuk kemudian didapatkan kesimpulan
pengembangan ekonomi kreatif sebagai
terkait strategi pengembangan pariwisata
pengerak pariwisata ini justru bertolak belakang
berdasarkan ekonomi kreatif yang lebih spesifik Tabel 1 Data Jumlah Penduduk Kecamatan
dan sistematis. Kledung
110
Ekonomi Kreatif sebagai Poros Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Kledung & Bansari, Kabupaten
Temanggung
penduduk, dahulu masih terdapat paradigma pangan, perkebunan (kopi dan tembakau), dan
bahwa bertani dan bekerja untuk menghasilkan terakhir buah-buahan.
uang adalah lebih baik daripada menghabiskan
Tabel 7 Luas Panen dan Hasil Produksi
uang untuk sekolah. Penulis merasa bahwa Tanaman Pangan, Sayur, Buah, dan
masyarakat di kedua kecamatan tersebut sangat Perkebunan Kecamatan Kledung 2017
membutuhkan pelatihan intensif terkait
pengelolaan pariwisata berbasis ekonomi kreatif
supaya pengembangan wisata ekonomi kreatif
dapat diwujudkan dengan maksimal.
b. Perekonomian
Kondisi perekonomian masyarakat terlihat dari
beragamnya jenis mata pencaharian yang ada.
Tabel 5 Data Mata Pencaharian Penduduk
Kecamatan Kledung
Seperti halnya dengan Kecamatan Kledung, Tabel 13 Luas Panen dan hasil Produksi
perekonomian Bansari juga paling banyak Tanaman Perkebunan per Desa di Kecamatan
ditopang oleh sektor pertanian dan perkebunan Bansari 2015
dengan komoditas terbesar adalah tanaman
pangan seperti padi dan jagung.
Tabel 10 Luas Panen dan hasil Produksi
Tanaman Pangan per Desa di Kecamatan
Bansari 2017
112
Ekonomi Kreatif sebagai Poros Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Kledung & Bansari, Kabupaten
Temanggung
2. Pemetaan Ekonomi Kreatif dan Pariwisata Kledung juga memiliki industri pengolahan
kuliner siap saji. Sebagai contohnya adalah Nasi
di Kledung dan Bansari
Jagung Instan dan Cangjahe Plethok Kuncoro.
a. Sub-Sektor Ekonomi Kreatif Kecamatan Kendati proses dan hasil produksi belum stabil,
Kledung namun adanya industri lokal kuliner siap saji
merupakan potensi yang strategis untuk
Sektor ekonomi kreatif yang terdapat di dikembangkan.
Kecamatan Kledung terbagi menjadi berbagai
sub-sektor, yaitu fashion, fotografi, kriya,
kuliner, musik, dan seni pertunjukan. Seni
pertunjukan, kuliner, dan fashion merupakan
sub-sektor yang paling mendominasi.
Tabel 15 Pemetaan Subsektor Ekonomi Kreatif
di Kecamatan Kledung
114
Ekonomi Kreatif sebagai Poros Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Kledung & Bansari, Kabupaten
Temanggung
Pengelolaan pariwisata masih dilakukan dengan berbasis ekonomi kreatif. Berbagai sub-sektor
sederhana sehingga masih terdapat berbagai telah dapat berkontribusi dengan baik dan
kendala. Berdasarkan wawancara dengan salah menghasilkan produksi yang bervariasi.
satu pelaku wisata lokal, Grasindo, mereka
Tabel 19 Produk-Produk Ekonomi Kreatif di
mengaku belum memiliki kantor tetap, SDM Kecamatan Bansari
belum profesional, dan fasilitas pariwisata sangat
terbatas. Kendala lain disampaikan oleh Ibu
Suci, salah seorang pemilik rumah makan yang
menyajikan nasi jagung khas. Kendala yang
dihadapi adalah keterbatasan jagung sebagai
bahan baku sehingga harus mendatangkan dari
daerah lain. Selebihnya, kendala yang dihadapi
adalah keterbatasan modal lahan untuk
memperluas warung makan.
Sementara itu, pengelola Desa Wisata Tlahab
mengaku bahwa konsep desa wisata belum
dipahami oleh masyarakat lokal. Pelibatan
masyarakat lokal dalam penyusunan masterplan
desa wisata saat ini juga dirasa kurang.
Disebutkan juga bahwa fasilitas pengembangan
SDM kurang tepat. Desa Tlahab yang memiliki
daya tarik wisata pegunungan, justru
mendapatkan pelatihan pemandu wisata air.
b. Sub-Sektor Ekonomi Kreatif Kecamatan
Bansari
Bansari telah memulai langkah konkrit untuk
mengembangkan potensi alam, budaya, dan
SDM dengan penyusunan Rencana
Pembangunan Kawasan Pedesaan Eduwisata
Kecamatan Bansari, Temanggung Tahun 2019-
2023. Rencana tersebut juga telah dengan rinci
mengidentifikasi sub-sektor ekraf yang paling
berpotensi.
Tabel 18 Pemetaan Subsektor Ekonomi Kreatif
di Kecamatan Bansari
116
Ekonomi Kreatif sebagai Poros Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Kledung & Bansari, Kabupaten
Temanggung
adanya divisi pemasaran dalam klaster dan Kecamatan Bansari telah bergerak untuk
standar harga baku. Seluruh klaster di Kledung mengembangkan ekonomi kreatif sebagai dasar
belum memiliki keduanya. Setiap industri pengembangan pariwisata. Sektor ekraf telah
memasarkan produk secara mandiri dengan dikembangkan melalui berbagai sub-sektornya;
harga masing-masing. Lebih lanjut, kompetisi fashion, kuliner, kriya, seni pertunjukan, dan
antar-daerah mengindikasikan kekuatan daya kopi tentu saja. Seni pertunjukan merupakan sub-
saing suatu klaster terhadap pasar di luar sektor yang paling menonjol di Bansari dengan
Temanggung. Klaster kopi, kompetisi luar variasi pertunjukannya yaitu ketoprak, kuda
daerah ditandai dengan kepemilikan Indikasi lumping, jathilan, dan kesenian tradisional
Geografis Kopi dan intesitas ekpsor kopi. Kopi lainnya. Kriya juga cukup berkembang
Arabica di Temanggung telah memiliki sertifikat khususnya pengolahan limbah kulit dan kayu.
Indikasi Geografis Kopi yang diterbitkan oleh Kopi di bansari belum semaju di Kledung karena
Dirjen HAKI dengan Nomor ID G 000-000-030. memang baru pada tahap awal perkembangan.
Terkait ekspor, beberapa industri kopi juga telah
Aspek jaringan lokal dari klaster kopi baru
memiliki pasar luar negeri, terutama di Korea.
terbentuk secara non-formal. Namun komunikasi
Untuk memenuhi kebutuhan ekspor, beberapa
telah terjalin secara informal melalui pertukaran
industri kopi saling bekerja sama.
informasi dan pelatihan pengolahan kopi baik di
Terkait aspek teknologi, klaster-klaster di hulu maupun di hilir. Klaster seni pertunjukan
Kledung telah menggunakan mesin dalam telah lebih berkembang dengan adanya wadah
produksinya yang diperoleh dari hibah Dinas komunikasi formal. Organisasi formal yang ada
Perindustrian.
berupa kelompok-kelompok seni yang rutin
Berdasarkan karaktersitik pada setiap klaster mengadakan pertemuan. Forum tersebut juga
ekraf dapat disimpulkan mengenai tipologi di menjadi media pertukaran informasi pengelolaan
setiap klaster. Klaster kopi telah mencapai pariwisata kesenian dan permintaan pementasan.
tipologi II, sementara klaster kuliner tradisional Sementara untuk kriya, komunikasi masih
dan kriya masih berada pada tipologi I karena bersifat non-formal terkait informasi pelathan
secara keseluruhan masih pada tahap awal dan bantuan alat produksi.
perkembangan.
Mengenai aspek spesialisasi, klaster kopi Bansari
c. Klaster Ekonomi Kreatif di Kecamatan memiliki karakter yang sama dengan dengan
Bansari klaster kopi Kledung. Tingkat imitasi tinggi
Tabel 22 Klaster Ekonomi Kreatif di terutama dilihat dari proses pengolahannya.
Kecamatan Bansari
Klaster seni pertunjukan memiliki diferensiasi di
antara kelompok seni dengan modifikasi cerita
walaupun sumber cerita induk sama. Klaster
kriya masih memiliki variasi produk yang tinggi.
Belum terdapat cukup imitiasi karena
komunikasi antar-industri belum terjalin dengan
baik.
Dari aspek jangkauan pasar, semua industri di
Bansari belum memiliki standar harga baku
maupun divisi pemasaran. Harga masih
bervariasi dengan pemasaran mandiri. Klaster
kopi telah mengantongi ID geografis.
Sayangnya, permintaan ekspor belum dapat
dilakukan karena pengelolaan yang masih
tradisional. Klaster kriya dan kesenian tidak
memiliki kompetisi lokak karena diferensiasi
118
Ekonomi Kreatif sebagai Poros Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Kledung & Bansari, Kabupaten
Temanggung
produknya yang tinggi. Klaster kesenian telah tembakau. Sementara itu, proses kreasi pada
melakukan pentas hingga cakupan nasional klaster kuliner tradisional dan kriya dilakukan
karena kekhasannya. Sementara jangkauan pada pengemasan dan produksi untuk menambah
klaster kriya masih sebatas lingkup Temanggung nilai jual selain label “tradisional”.
dan beberapa mulai memasarkan secara online.
Selanjutnya merupakan proses produksi. Pada
Pada aspek teknologi, klaster kopi dan kriya klaster kopi, proses ini terjadi saat petani
telah menggunakan mesin dalam produksinya. menyerahkan ceri kopi kepada kelompok petani.
Mesin-mesin didapatkan dari hibah Dinas Selanjutnya ceri kopi dijemur dan diproduksi
Pariwisata. Namun beberapa industri masih
dalam bentuk bubuk dan bijih kopi. Pada klaster
menggunakan metode manual, khususnya pada
klaster kriya. Klaster kriya memiliki keunggulan agrowisata, proses produksi terjadi ketika
pada desain dan kemasan. Klaster kesenian pengunjung membeli tiket di loket masuk atraksi
berperan dalam melestarikan budaya dan tradisi. wisata. Proses ini dikelola BUMDes dan
Inovasi yang dilakukan adalah kontekstualisasi Pokdarwis. Selanjutnya pada klaster kuliner
cerita supaya dapat diterima oleh generasi tradisional, petani wanita akan menyetorkan
sekarang. hasil pertanian ke kelompok tani, kemudian hasil
Berdasarkan karaktersitik pada setiap klaster pertanian tersebut akan diproduksi di sekretariat.
ekraf di atas, klaster kesenian telah mencapai
tipologi II, sementara klaster kopi dan kriya Pada proses distribusi, kopi Kledung
masih berada pada tipologi I karena secara mengandalkan online marketplace. Klaster ini
keseluruhan masih pada tahap awal juga memiliki pelanggan dari luar Temanggung,
perkembangan. misalnya jaringan café di Yogyakarta dan
d. Rantai Ekonomi Kreatif Semarang. Distribusi juga dilakukan melalui
outlet-outlet mandiri. Klaster kuliner tradisional
Penulis akan mengukur efektifitas industri-
juga memanfaatkan online marketplace dan
industri dalam meningkatkan daya kompetisinya
melalui toko lokal dalam distribusinya. Penitipan
dengan menggunakan analisis rantai ekonomi.
di pusat oleh-oleh di Magelang pernah dilakukan
Dalam industri kreatif ini, rantai ekonomi banyak
namun tidak menguntungkan sehingga
dipengaruhi oleh daya cipta dan kreatifitas setiap
dihentikan. Distribusi klaster agrowisata
individu yang diterapkan pada setiap proses.
mengandalkan pokdarwis sebagai operator utama
Dengan analisis rantai ekonomi, pemerintah dan
seperti jasa guide. Sementara BUMDes berperan
stakeholder akan lebih mudah memahami
dalam pengelolaan homestay.
kondisi setiap industri sehingga dapat
merumuskan arah strategi pengembangan dengan Proses terakhir adalah komersialisasi. Seluruh
akurat. Rantai ekonomi kreatif didukung oleh klaster telah melakukan upaya komersialisasi
empat faktor yaitu kreasi, produksi, distribusi, dengan berpartisipasi pada berbagai pameran.
dan komersialisasi. Klaster kopi telah lebih dulu berkembang dengan
ID Geografis dan beberapa industri telah
memiliki merk paten di Kemenkumham.
Pencitraan klaster kuliner tradisional sebagai
“Khas Temanggung” belum maksimal sehingga
Sumber: Departemen Perdagangan; 2008 upaya branding sebagai oleh-oleh khas
Gambar 4 Mata Rantai Ekonomi Kreatif Temanggung belum tercapai. Sementara itu,
e. Rantai Ekonomi Kreatif di Kledung klaster agrowisata melakukan branding sebagai
Agrowisata Posong sebagai upaya
Proses kreasi merupakan proses awal yang komersialisasi.
terjadi di hulu. Seperti pada klaster kopi, bijih
kopi dipetik langsung dari perkebunan lokal.
Pada klaster agrowisata, proses kreasi berupa
atraksi berbasis perkebunan terutama kopi dan
120
Ekonomi Kreatif sebagai Poros Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Kledung & Bansari, Kabupaten
Temanggung
5. Strategi pengembangan
Kedua kecamatan memiliki produk unggulan
ekonomi kreatif masing-masing. Namun dalam
pengembangannya, strategi dapat dirumuskan
agar dapat mencakup semua sub-sektor ekraf di
kedua kecamatan tersebut. Berikut adalah
ilustrasi bagan unggulan sub-sektor ekraf di
masing-masing kecamatan.
122
Ekonomi Kreatif sebagai Poros Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Kledung & Bansari, Kabupaten
Temanggung
Tabel 27 Strategi dan Indikasi Program terpopuler di Bansari adalah kesenian, kriya, dan
Pengembangan Pariwisata di Bansari kuliner.
Daya tarik pariwisata yang terdapat di kedua
kecamatan relatif sama yaitu pegunungan dan
perkebunan dengan sunrise/sunset view, air
terjun, embung, situs candi, dan camping
ground.
Hasil identifikasi klaster dan analisis mata rantai
pariwisata ekonomi kreatif berdasarkan
karaktersitik pada setiap klaster ekraf dapat
disimpulkan bahwa tipologi tertinggi adalah
tipologi II yakni klaster kopi di Kledung dan
klaster kesenian di Bansari. Kedua klaster telah
berkembang dengan baik. Hal ini ditandai
dengan adanya proses imitasi dan kompetisi di
dalam klaster, serta adanya organisasi formal
untuk saling bertukar informasi.
Klaster-klaster ekonomi kreatif telah memiliki
proses yang sistematis meliputi proses kreasi,
proses produksi, proses distribusi, dan proses
komersialisasi. Akan tetapi, bercermin pada
penggolongan tipologi, klaster kopi di Kledung
dan klaster kesenian di Bansari merupakan dua
klaster yang telah menerapkan proses rantai
ekonomi kreatif dengan optimal.
Kebijakan nasional terkait ekonomi kreatif
menjadi dasar pengembangan pariwisata
ekonomi kreatif. Pengembangan pariwisata
berorientasi pada optimalisasi sektor ekonomi
kreatif sebagai poros utama. Kedua kecamatan
pada dasarnya memiliki berbagai sub-sektor
ekonomi kreatif yang sangat potensial. Pun
sektor pariwisata sendiri dengan daya tarik
wisatanya yang masih dapat dieksplorasi. Visi
dan misi yang dirumuskan akan mensinergikan
sektor ekonomi kreatif dengan pariwisata untuk
menuju kesejahteraan masyarakat.
Hasil identifikasi strategi yang didapatkan
KESIMPULAN berdasarkan data dan analisis adalah sebagai
berikuit:
Berdasarkan hasil pembahasan, penulis dapat
menyimpulkan hasil pemetaan sub-sektor 1. Peningkatan kompetensi dan
ekonomi kratis dan potensi pariwisata di kedua profesionalisme SDM
kecamatan relatif sama yakni fashion, fotografi, 2. Peningkatan kualitas dan daya saing
kriya, kuliner, musik, dan kesenian. Di Kledung, produk-produk ekonomi kreatif
tiga sub-sektor terpopuler adalah kuliner, 3. Pelibatan seluruh stakeholder terkait secara
kesenian, dan fashion. Sementar tiga sub-sektor terpadu dan konsisten
Berikut beberapa saran terkait dengan studi ini: Fitriana, A. N., Noor, I., & Hayat, A. (n.d.).
1. Penyusunan kebijakan yang mendukung Studi tentang Industri Kreatif Sektor
pengembangan pariwisata berbasis ekonomi Kerajinan di Kota Batu. Jurnal
kreatif. Administrasi Publik, 2(2), 281–286.
2. Membangun sarana yang menunjang Google Images. (n.d.). Tagline Wisata Daerah—
pengembangan pariwisata berbasis ekonomi Google Search. Retrieved February 15,
kreatif. 2020, from
3. Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan https://www.google.com/search?safe=str
dengan tepat sasaran untuk meningkatkan ict&q=tagline+wisata+daerah&tbm=isc
kompetensi SDM. h&source=univ&client=firefox-b-
4. Merangkul seluruh stakeholder untuk bahu- d&sa=X&ved=2ahUKEwjd0tes0NLnAh
membahu mendukung pengembangan XayzgGHYvYDscQsAR6BAgKEAE
pariwisata berbasis ekonomi kreatif secara Howkins, J. (2001). The Creative Economy: How
konsisten. People Make Money from Ideas. Allen
5. Seluruh stakeholder berusaha Lane.
mengembangkan kompetensi diri melalui Kusnandar, V. B. (2019). Jumlah Perjalanan
pelatihan dan fasilitas lainnya. Wisatawan Nusantara 2018 Tumbuh
6. Seluruh stakeholder saling bekerja sama 12% | Databoks. Databoks.
untuk kemajuan bersama, tidak https://databoks.katadata.co.id/datapubli
mengutamakan kelompok. sh/2019/07/03/jumlah-perjalanan-
wisatawan-nusantara-2018-tumbuh-12
Meng, F., Tepanon, Y., & Uysal, M. (2008).
DAFTAR PUSTAKA
Measuring Tourist Satisfaction by
Corte, V., Sciarelli, M., Cascella, C., & Del Attribute and Motivation: The Case of a
Gaudio, G. (2015). Customer Nature-Based Resort. Journal of
Satisfaction in Tourist Destination: The Vacation Marketing, 14, 41–56.
Case of Tourism Offer in The City of https://doi.org/10.1177/1356766707084
Naples. Journal of Investment and 218
Management, 4, 39–50. Pitana, I. G. (2005). Sosiologi Pariwisata:
https://doi.org/10.11648/j.jim.s.2015040 Kajian Sosiologis Terhadap Struktur,
101.16 Sistem, dan Dampak-Dampak
Damayanti, M., & Latifah, L. (2015). Strategi Pariwisata. Andi.
Kota Pekalongan Dalam Pengembangan Suwantoro, G. (2004). Dasar-Dasar Pariwisata.
Wisata Kreatif Berbasis Industri Batik. Andi.
Jurnal Pengembangan Kota, 3(2), 100. Suwena, I. K., & Widyatmaja, I. G. N. (2017).
https://doi.org/10.14710/jpk.3.2.100-111 Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata
Dijk, M. P. V., & Sverrisson, Á. (2003). (Revisi). Pustaka Larasan.
Enterprise Clusters in Developing Wulandari, L. W. (2014). Pengembangan
Countries: Mechanisms of Transition Pariwisata Ekonomi Kreatif Desa
and Stagnation. Entrepreneurship & Wisata Berbasis Budaya Sebagai Niche
Regional Development, 15(3), 183–206. Market Destination (Studi Kasus
El Hasanah, L. L. N. (2018). Pengembangan Pengembangan Desa Wisata di
Wirausaha Muda Ekonomi Kreatif Kabupaten. Aplikasi Bisnis, 16(9),
Berbasis Budaya di Daerah Istimewa 2140–2167.
Yogyakarta. Jurnal Studi Pemuda, 4(2), Yoeti, O. A. (2008). Perencanaan dan
268. Pengembangan Pariwisata. PT. Pradnya
https://doi.org/10.22146/studipemudaug Paramita.
m.36812
124
Ekonomi Kreatif sebagai Poros Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Kledung & Bansari, Kabupaten
Temanggung