Anda di halaman 1dari 6

Abstrak — Salah satu trend dunia pariwisata saat ini adalah Glamping.

Glamping atau
glamourous / luxury camping adalah kegiatan berkemah yang tidak mengabaikan
kenyamanan dan kemewahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi
konsep green tourism pada lokasi glamping di Bali. Pendekatan yang digunakan adalah
penelitian kualitatif eksploratif dan deskriptif. Lokasi penelitian meliputi lokasi glamping di
beberapa kawasan di Bali seperti Bangli-Kintamani, Ubud-Gianyar, Uluwatu, Canggu,
Mengwi-Badung, Jatiluwih-Tabanan, dan Gerokgak-Singaraja. Pengumpulan data melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi pada komponen destinasi seperti atraksi,
aksesibilitas, amenitas, dan pendukung. Sampel ditentukan secara purposif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan konsep pariwisata hijau meliputi tanggung jawab lingkungan,
vitalitas ekonomi lokal, keanekaragaman budaya, dan kekayaan pengalaman. Ada dua dari
sebelas lokasi glamping di Bali yang menerapkan green tourism yang sudah disertifikasi oleh
badan-badan yang diakui.

Salah satu trend pariwisata yang sedang menjadi fenomena dunia saat ini adalah Glamping
[1-6]. Glamping berasal dari gabungan dua kata yaitu 'glamorous' dan 'camping' yang berarti
suatu bentuk berkemah dengan menggunakan akomodasi dan fasilitas yang lebih mewah dari
berkemah tradisional [7].

Glamping atau glamourous / luxury camping adalah kegiatan berkemah yang tidak
mengabaikan kenyamanan dan kemewahan. Glamping terkait dengan wisata nomaden.
Pariwisata nomaden adalah setiap kegiatan atau bisnis yang berkaitan dengan budaya migrasi
dan gaya hidup, yang dikaitkan dengan produk, jasa, dan pengalaman dalam pariwisata. Pasar
dari jenis pariwisata ini adalah kelas menengah berusia 35-55 tahun dengan pendidikan
diploma atau sarjana. Hal ini dikemukakan oleh D Gansukh, penasihat Menteri Lingkungan
Hidup dan Pariwisata Mongolia (UNWTO) [8].

Menurut sejarah, glamping saat ini sudah ada sejak jaman Kesultanan Utsmaniyah. Kaisar
Ottoman membangun tenda mewah seperti istana yang dapat dipindahkan dengan alat angkut
yang dihiasi sutra dan barang langka lainnya. Ini bisa dianggap sebagai awal dari sejarah
glamping. Saat ini muncul pada awal 1990-an, ketika pelancong kaya menghindari untuk
mengabaikan gaya hidup mewah selama tur safari mereka di Afrika [9].

Menurut data Kementerian Pariwisata Indonesia, potensi wisatawan milenial dunia yang
berwisata sebagai backpacker atau wisatawan travelling ke seluruh dunia mencapai 39,7 juta.
Wisatawan ini dibagi menjadi 3 kelompok besar yakni flash packer atau digital nomad sekitar
5 juta orang, glam packer atau millennial nomads yang menetap selama di suatu tempat
tujuan sambil bekerja sekitar 27 juta orang, dan lux packers atau perantau mewah yang
merantau di berbagai destinasi dunia yang instagramable oleh 7, 7 juta orang. Para lux
packers lebih suka berkeliaran untuk melupakan hiruk pikuk aktivitas dunia dan mereka lebih
menyukai fasilitas glamping di kawasan wisata alam; danau, gunung, pantai atau sungai.

Wisata glamping juga berkembang di Bali yang merupakan pintu gerbang utama pariwisata
Indonesia. Beberapa destinasi wisata glamping yang menarik dipasarkan melalui media
online. Berdasarkan penelusuran di internet, terdapat beberapa destinasi wisata glamping di
Bali yang berada di Kintamani Bangli; Ubud, Gianyar; Uluwatu, Mengwi dan Tuban / Kuta,
Badung; Jatiluwih, Tabanan; Sambangan, Singaraja; dan Pejarakan / Gerokgak, Buleleng dan
Penginuman, Negara.

Pariwisata hijau merupakan konsep ideal untuk pengembangan pariwisata. Wisata glamping
yang berkembang di beberapa daerah di Bali harus sesuai dengan prinsip green tourism.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen green tourism pada destinasi
glamping (lokasi glamping) di beberapa wilayah di Bali.

II. TINJAUAN LITERATUR

A. Glamping

Menurut Sakáčová [8], glamping adalah berkemah mewah dalam suasana alam yang luar
biasa. Glamping tampak sebagai layanan yang nyaman dan paling mahal, termasuk
kenikmatan makanan dan minuman yang enak. Glamping terbagi menjadi dua yaitu Resort
Glamping dan Caravan Glamping. Glamping Resort dilakukan di resort mewah, sedangkan
Caravan Glamping adalah glamping yang dilakukan dengan menggunakan karavan mewah di
sepanjang jalan. Berkaitan dengan motivasi orang berwisata, ada tiga motivasi utama
glamping.

1) Wisata berbasis alam: Wisata berbasis alam atau dekat dengan alam dianggap cocok dalam
karya sastra pariwisata [10-13]. Hal tersebut terkait dengan motivasi wisatawan. Meng,
Tepanon & Uysal membagi wisatawan berbasis alam menjadi tiga jenis yang berkaitan
dengan motivasi tertentu yaitu wisatawan yang mengunjungi taman yang dilatar belakangi
oleh suasana yang indah dan nyaman; wisatawan yang mengunjungi atraksi petualang
terutama mengejar pengenalan diri; dan wisatawan yang mengunjungi resor alami untuk
bersantai dan menjalin ikatan dengan keluarga [14].
Lindberg membedakan ada empat jenis wisatawan berbasis alam: wisatawan alam hard-core
yang mempelajari dan melestarikan alam; wisatawan alam yang berdedikasi yang ingin
mempelajari alam, budaya dan sejarah lokal; turis alam arus utama yang melakukan
perjalanan untuk liburan luar biasa; dan wisatawan alam santai yang mengunjungi objek
wisata alam secara tidak sengaja [15].

2) Kemewahan: Salah satu motivasi wisatawan dalam camping glamor atau mewah adalah
mengkonsumsi barang dan jasa mewah. Konon wisatawan rela membeli dengan harga lebih
mahal untuk produk dan jasa mewah dalam mencari pengakuan diri [16-19]. Para turis
terlihat istimewa dan menonjol di antara yang lain [17, 20]. Motivasi lain untuk membayar
harga yang lebih tinggi adalah memastikan bahwa produk dan layanan berkualitas tinggi [16,
21, 22].

3) Happiness: Happiness merupakan salah satu motivasi orang untuk melakukan glamping.
Perasaan positif seperti itu sangat penting karena kebahagiaan menciptakan orang yang lebih
sehat dan peningkatan kualitas hidup dalam lingkungan sosial dan profesional [14, 23].
Namun demikian, dapat dikatakan bahwa orang yang lebih sehat adalah orang yang bahagia
[23, 14]. Penyelidikan ilmiah menemukan bahwa kebahagiaan memiliki dampak yang baik
pada kesehatan mental dan fisik seseorang [24-25, 23], dan oleh karena itu pencarian ilmiah
yang berharga dan berharga [24-25, 15, 23]. Kebahagiaan dapat menghasilkan kehidupan
yang lebih sukses dalam pribadi dan profesi atau karier dan dapat membantu orang lain dan
masyarakat [27, 14]. Horáková [5] menyatakan bahwa bisnis glamping menciptakan peluang
akomodasi untuk menarik wisatawan petualang yang dulu tinggal di hotel. Cvelić-Bonifačić
[28] menyatakan dari sudut pandang ahli glamping (manajer dan produsen peralatan),
akomodasi glamping mengacu pada rumah kayu, bentuk akomodasi yang biasanya tidak diisi
dengan tenda, fitur utamanya adalah peralatan dan fasilitas tingkat atas, layanan berkualitas
tinggi dan dengan lingkungan alam.

Sebagai destinasi, tempat glamping dapat dilihat dari komponen daerah tujuannya yaitu
atraksi, aksesibilitas, amenitas dan penunjang [7].

B. Pariwisata Hijau

Green Tourism artinya ramah lingkungan dengan berbagai penekanan. Di kedua sisi,
pariwisata hijau berhubungan dengan wisatawan yang ramah lingkungan atau menyiapkan
layanan ramah lingkungan bagi wisatawan. Prinsip green tourism dapat diterapkan oleh
pengusaha pariwisata dan dapat menciptakan suasana lingkungan yang positif.

Pariwisata Hijau adalah bagian dari pariwisata berkelanjutan. Ini didefinisikan sebagai
kunjungan ke flora, fauna dan warisan budaya sebagai daya tarik utama [29]. Hal ini juga
dapat didefinisikan lebih jauh sebagai kunjungan ke tujuan dengan tujuan menghormati dan
melestarikan daya tarik alam untuk meningkatkan sumber dayanya yang rapuh [30]. Dodds
dan Joppe membedakan prinsip pariwisata menjadi empat komponen: Tanggung Jawab
Lingkungan mencakup cara melindungi, melestarikan dan meningkatkan alam untuk
kesehatan dan ekosistem yang berkelanjutan; Vitalitas Ekonomi Lokal mencakup cara
bagaimana mendukung keberlanjutan ekonomi lokal; Keanekaragaman Budaya meliputi cara
menghormati keragaman masyarakat lokal dan budaya wisata; dan Kekayaan Pengalaman
termasuk untuk mempersiapkan pengalaman berkualitas bagi wisatawan.

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif eksploratif dan deskriptif. Lokasi penelitian
termasuk destinasi glamping di beberapa daerah di Bali seperti Kintamani- Bangli; Ubud-
Gianyar; Uluwatu, Kuta / Tuban, dan Mengwi- Badung; Jatiluwih-Tabanan; Melaya-Negara;
dan Sambangan dan Gerokgak-Buleleng. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi pada komponen daerah tujuan lokasi glamping yaitu gambaran
utama, atraksi (sesuatu yang menarik glampers ke lokasi glamping), aksesibilitas (kondisi
jalan dan transportasi menuju lokasi glamping). ), amenitas (akomodasi dan fasilitasnya), dan
penunjang (layanan pendukung) dari lokasi glamping di kawasan tersebut di atas, terkait
dengan komponen green tourism. Informasi primer lokasi glamping diambil dari website
travel dan blog melalui internet, dilanjutkan pengamatan lokasi glamping. Wawancara
dengan pengelola dan staf lokasi glamping, secara langsung maupun tidak langsung melalui
telepon genggam. Ada sekitar 21 lokasi glamping yang ada, namun hanya 11 yang diambil
sebagai sampel karena keterbatasan waktu dan biaya. Penyajian hasil analisis dengan matriks
atau tabel, gambar dan deskripsi.

IV. HASIL DAN DISKUSI

Hasilnya

Berdasarkan observasi, wawancara dan dokumentasi objek wisata, aksesibilitas, amenitas,


dan penunjang situs glamping di Bali, hasilnya dapat ditampilkan seperti pada Tabel I.
B. Diskusi

Berdasarkan data pada Tabel I, hampir semua lokasi glamping di Bali termasuk dalam
kategori resort glamping yaitu glamping yang dilakukan di resort dan tidak ada caravan
glamping yaitu glamping dengan menggunakan karavan di sepanjang jalan. Daya tarik yang
dijadikan andalan oleh semua lokasi glamping adalah pemandangan alam seperti
pemandangan gunung, danau, pemandangan laut, pemandangan sungai, pemandangan hutan
dan pemandangan sawah. Jenis akomodasi yang digunakan di lokasi glamping bermacam-
macam seperti penginapan, penginapan, bungalow, hostel, wisma bintang 2, resor hotel
bintang 4 dan resor hotel bintang 5. Kemewahan yang ditunjukkan oleh harga akomodasi
mulai dari low budget (di bawah satu juta rupiah) hingga kemewahan (di atas satu juta
rupiah). Arsitektur khas Bali

Akomodasi di lokasi glamping adalah Lumbung, lumbung padi.

Karena semua lokasi glamping mengandalkan pemandangan alam, maka upaya konservasi
melalui minimalisasi energi, limbah dan pencemaran lingkungan sekitarnya akan dilakukan
demi kelangsungan hidup mereka. Hal ini relevan dengan konsep green tourism yaitu
Tanggung Jawab Lingkungan. Dengan mengedepankan sumber daya sekitar seperti
masyarakat lokal dan material lokal, lokasi glamping akan mendukung vitalitas dan
keberlanjutan ekonomi masyarakat sekitar (vitalitas ekonomi lokal).

Melalui situs glamping, masyarakat dari berbagai suku, agama dan ras yang berbeda dapat
bertemu dan berinteraksi, sehingga terjalin rasa saling menghargai terhadap keanekaragaman
budaya (Cultural diversity). Melalui partisipasi di situs glamping, ini memperkaya
pengalaman keterlibatan dengan alam, orang, tempat, dan budaya yang berbeda (Kekayaan
pengalaman). Semua lokasi glamping di Bali berusaha menerapkan konsep green tourism,
namun terdapat dua lokasi glamping resort yaitu Menjangan Dynasty Resort dan Bali
Dynasty Resort yang sudah tersertifikasi oleh badan yang diakui dan sisanya belum
tersertifikasi.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah penerapan konsep atau prinsip
green tourism pada situs glamping di Bali meliputi komponen tanggung jawab lingkungan,
vitalitas ekonomi lokal, keanekaragaman budaya, dan kekayaan eksperiensial. Semua lokasi
glamping di Bali berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan konsep green tourism,
namun hingga saat ini baru ada dua lokasi glamping resort yang disertifikasi oleh badan yang
diakui dan sisanya belum tersertifikasi. Artinya sekitar 18% menerapkan green tourism.

PENGAKUAN

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pelayanan Publik Direktorat
Jenderal Pemberdayaan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dan Politeknik Negeri Bali atas dukungannya.

Anda mungkin juga menyukai