263-289 263
Penelitian ini betujuan untuk membahas implementasi strategi komunikasi program “Bandung Juara” yang
merupakan bagian dari city branding Kota Bandung serta hambatan-hambatan yang dialami oleh pemerintah
kota Bandung sebagai pelaksana dalam mewujudkan program “Bandung Juara”. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian berupa studi kasus. Penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan key informan dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara mendalam semi struktur (in-depth), observasi, dan studi kepustakaan. Adapun teknik analisis
data yang dilakukan secara induktif yang disusun secara deskriptif. Adapun teori yang digunakan dalam
menganalisis fenomena dalam penelitian ini adalah teori konstruksi sosial atas realitas dari Berger dan
Luckman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian
dari city branding Kota Bandung diinternalisasi oleh pemerintah Kota Bandung serta masyarakat Kota
Bandung melalui berbagai program seperti menggalakan bersepeda, musrenbang, mempermudah izin usaha,
relawan kebersihan dan penataan taman kota. Namun demikian, terdapat pula berbagai hambatan dalam
internalisasi program “Bandung Juara” ini antara lain: (1) rendahnya sense of belonging stakeholders kota,
(2) keterbatasan waktu dan SDM yang dimiliki Pemkot Bandung, (3) strategi sosialisasi Pemkot Bandung
yang tidak bisa menjadikan Program “Bandung Juara” ini sebagai alat rekayasa sosial (social engineering),
(4) Munculnya sudut pandang negatif dari para stakeholder kota terhadap Pemkot Bandung sebagai pencetus
Program “Bandung Juara”, (5) dominasi staf Pemkot Bandung, (6) kebiasaan buruk warga Kota Bandung.
Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi strategi komunikasi oleh Pemkot Bandung dalam
mewujudkan Program “Bandung Juara” sudah dilakukan, tetapi semua itu tidak menjamin proses internalisasi
stakeholder kota akan sukses terbentuk.
This research aims to explore the implementation of the communication strategy of the “Bandung Juara”
program and the obstacles experienced by the Bandung city government as executors, which is part of the
Bandung city branding. This research uses a case study qualitative research methods. By using a purposive
sampling technique, the data collection techniques are in-depth interviews, observation, and literature study.
The data analysis technique is inductive using a descriptive report composition. The grand theory used
in analyzing the phenomena is the theory of social construction of reality of Berger and Luckman. The
results of this research shows that the communication strategy “Bandung Juara” as part of city branding
is internalized by the parties involved, namely the city government of Bandung and the people of the city
of Bandung through various programs including promoting cycling, “musrenbang,” facilitating business
licenses, cleaning volunteers and restructuring city parks. There are various obstacles in the internalization
of the “Bandung Juara” program, including: (1) the low Sense of Belonging for City Stakeholders, (2) the
limited time and human resources of Bandung City Government, (3) Bandung City Government’s socialization
strategy could not made the Program “ Bandung Juara “as a social engineering tool, (4) The emergence
of negative viewpoints of city stakeholders towards Bandung City Government as the originator of the”
Bandung Juara “Program, (5) dominance of Bandung City Government staff, (6) bad habits of Bandung
residents. The conclusion of this research shows that the implementation of the communication strategy by
the Bandung City Government in realizing the “Bandung Champion” Program has been carried out, but
all of that does not guarantee the process of internalization of city stakeholders will be successfully formed.
Korespondensi: Dr. Rosnandar Romli, M.Si, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung Sumedang KM.21,
Sumedang, Jawa Barat 45363. Email: rosnandar.romli@unpad.ac.id
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 265
yang cacat, meningkatkan pengaruh politik bagi citra produk, seperti “Jam tangan Swiss.
internasional yang lebih kuat (Mittila & Lauren, bentuk manajemen tempat. Pada tingkat
branding adalah sebagai sarana untuk dirasakan oleh kelompok pengguna tertentu
memungkinkan kota untuk meningkatkan daya Berdasarkan pengertian diatas bahwa city
tarik investasi dan pariwisata, serta memperkuat branding tak lain untuk menciptakan keunggulan
identitas lokal dan menghindari pengucilan kompetitif antar kota, maka keunggulan
sosial (Castillo-Villar, 2018). Kavaratzis kompetitif ini dicapai melalui pengelolaan dan
menyatakan bahwa terdapat 3 hal mengenai komunikasi citra kota yang menarik. Karena
kesalahan dalam penggunaan istilah place alasan ini, pencitraan kota bertujuan untuk
branding yaitu nomenklatur geografis, yang mengontrol prosedur yang beragam yang dapat
kedua, co-branding tempat-produk dan yang mengubah dan mengkomunikasikan citra kota
ketiga, branding sebagai manajemen tempat yang diinginkan secara lebih efektif.
(Kavaratzis & Ashworth, 2005). Beberapa wilayah di tanah air yang pernah
penamaan kota berdasarkan barang-barang atau antara lain Yogyakarta dengan “Jogja Never
sumber daya yang diproduksi di kota tersebut, Ending Asia” dan Solo dengan “Solo Spirit of
mereka menamakan kota tersebut sebagai melalui distribusi merek dengan diberbagai
penghasil Wine terkenal di dunia hanya karena tempat ikonik di Jogja serta berbagai pagelaran
tidak ingin ada lagi kota-kota lain yang juga kesenian khas Jawa yang beragam. Sementara,
nama ‘champagne’ untuk produksi anggur putih mereka. Tulungagung adalah kota berbasis
(Kavaratzis & Ashworth, 2005). Sedangkan co- industri kecil. Di kawasan ini, ada juga
branding mengenai suatu produk dan tempat potensi lain yang bisa menarik wisatawan
ditujukan untuk memasarkan produk fisik yaitu peninggalan sejarah masa lalu, terutama
yang dianggap memiliki atribut yang bermanfaat lokasi. Peninggalan prasejarah sejarah manusia
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
266 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289
juga ditemukan di sini. Dengan tema sejarah, fasilitas publik (Damayanti et al., 2017).
tagline “The Beginning of Life” (Damayanti, membangun brand (brand building) untuk
Rahayu, & Ulfah, 2017). Banjarmasin pun daerahnya, tentu yang sesuai dengan potensi
memploklamirkan diri sebagai Kota Sungai maupun positioning yang menjadi target kota
yang bersih dan nyaman (Barasih wan Nyaman) Bandung. Bandung pun tidak ketinggalan
sungai serta memanfaatkan sosial media “Bandung Juara”. Slogan Bandung sebagai
untuk membangun brand awareness seluruh Paris Van Java dari tahun 1900-an sudah menjadi
stakeholder (Maulina & Atika, 2019). image bahwa Bandung sebagai kota tolak ukur
tersebut. Sebagai contoh, Pekalongan ingin clothing dan outlet pakaian di kota Bandung.
menyoroti daerahnya yang memiliki banyak Reputasi kota Bandung sebagai tujuan wisata,
industri batik; Surakarta terkenal dengan “The tempat belanja, kuliner, pusat mode dan busana
Spirit of Java” yang ingin menyoroti budaya berdampak pada tumbuhnya industri kreatif
sebagai daerah khusus di Jawa memiliki “Jogja daya, hal ini menjadikan Bandung mempunyai
Istimewa” untuk mengkhususkan sistem daya tarik yang luar biasa bagi wisatawan
budaya dan pemerintahan daerah. Berkaitan maupun investor untuk beraktivitas di kota
tertinggal.Perumusan city branding di daerah- Kota Bandung memerlukan daya saing dan
daerah ini ternyata memiliki berbagai masalah. daya juang meningkatkan pertumbuhan
Istilah “Sparkling Surabaya” dan upaya untuk ekonomi, pertumbuhan industri kreatif yang
membuat city branding berasal dari koleksi sangat menjanjikan merupakan fakta sangat
pengusaha di kota simbol buaya ini. Komitmen membanggakan karena bisa menjadi lokomotif
untuk bekerjasama tidak terpelihara dengan pertumbuhan ekonomi secara makro dan harus
baik di antara pengusul dan pemerintah diakui bahwa Bandung mempunyai begitu
sehingga implementasi pencitraan kota ini banyak potensi ekonomi yang masih belum
hanya merupakan slogan di situs web atau di tergali dan didayagunakan secara maksimal.
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 267
Hal lain yang juga menjadi keunggulan yang mengarah pada karakter masyarakatnya
dan tidak banyak masyarakat di Kota Bandung yang masih membuang sampah di sembarang
yang menyadari bahwa sesungguhnya Bandung tempat. Saat ini, Walikota melalui Pemkot
yang lain. Dari segi SDM, Bandung memiliki Mereka melakukan beberapa kegiatan, seperti
segudang anak muda dengan talenta yang luar membersihkan iklan di tembok-tembok, hingga
biasa, selain itu jumlah pendidikan tinggi yang memotret pelaku pelanggaran. Sementara
banyak serta kemudahan mengakses teknologi, itu untuk PMKS (Penyandang Masalah
dan karakteristik masyarakat yang terbuka akan Kesejahteraan Sosial), Walikota telah meminta
perbedaan dan perubahan, mampu memacu para pengemis untuk beralih profesi menjadi
dan mendukung generasi muda untuk terjun penyapu jalan, jika tidak mereka akan dirazia.
menjadi wirausaha. Walikota, Ridwan Kamil juga memberikan
Berpijak dari pernyataan itulah kemudian perhatian besar pada taman-taman kota sehingga
city branding sesuai visi dan misinya untuk Indikasi keberhasilan program city
mewujudnya kota Bandung yang unggul, branding program “Bandung Juara” tidak
nyaman, dan sejahtera. Dan tujuan umumnya semata-mata terletak pada potensi potensi
tidak lain adalah untuk menarik minat masyarakat yang ada seperti telah dikemukakan. Ada
luar dan turis mancanegara agar berkunjung ke beberapa faktor yang juga sangat menentukan
Kota Bandung. Sedangkan ditinjau dari tujuan keberhasilan penyelenggaraan program ini
khususnya adalah merupakan upaya yang antara lain; ketegasan Pemkot Bandung
dilakukan pemerintah kota Bandung untuk dalam menerapkan regulasi, perbaikan sarana
membuka hati warga Bandung agar memiliki prasarana kota serta sumber daya manusia yang
Untuk pencapaian tujuan program itu tersebut Panjang (RPJMD) kota Bandung tahun
digelar berbagai macam agenda kegiatan, yaitu: 2005-2025, disebutkan bahwa RPJMD kota
seperti dalam kegiatan program kebersihan Bandung 2013-2018 merupakan tahap ketiga
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
268 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289
pembangunan jangka panjang daerah. Rencana bahkan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru
visi daerah, yaitu “Kota Bandung Bermartabat”. Program city branding kota Bandung
Pembangunan Kota Bandung saat ini dengan merupakan program yang besar dan meliputi
panjang daerah, kondisi, permasalahan dan banyak pihak, baik dari warga Pemkot
tantangan pembangunan yang dihadapai serta Bandung maupun stakeholder kota (kelompok
isu-isu strategis, maka visi kota Bandung Tahun kepentingan). Masyarakat kota Bandung adalah
2013-2018, yaitu; “Terwujudnya Kota Bandung stakeholder kota yang potensial yang dapat
yang Unggul, Nyaman, dan Sejahtera. membawa kota Bandung ke arah kemajuan juga
Faktor lainnya yang juga mendukung kemunduran. Peran stakeholder kota Bandung
dicetuskannya program “Bandung Juara” adalah dalam pelaksanaan program “Bandung Juara”
adanya potret realitas Bandung. Kota Bandung sangat penting mengingat dukungan dan
merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa apresiasi stakeholder kota terhadap kotanya
Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi. akan mempermudah tercapainya tujuan dari
Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara program “Bandung Juara” ini, dan akan
Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga berhasil manakala di kedalaman hati tiap warga
di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya kota Bandung tertanam rasa bangga (sense of
wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan program “Bandung Juara” ini semata-mata
Bandung) merupakan metropolitan terbesar untuk menggugah semangat dan rasa bangga
yang bersejarah ini, berdiri sebuah perguruan Program “Bandung Juara” dilakukan
serta pernah menjadi tempat berlangsungnya Melalui pendekatan inilah diharapkan warga
konferensi Asia – Afrika 1955, suatu pertemuan Bandung dapat lebih mudah tergugah hatinya
yang menyuarakan semangat anti kolonialisme, tanpa merasa ada paksaan dari pemkot Bandung
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 269
untuk ikut berpartisipasi dalam mewujudkan yang diharapakan menjadi opinion leader
program “Bandung Juara”. rupanya tidak menyebarluaskan informasi
Dilihat dari sudut pandang Pemkot Bandung program “Bandung Juara” ke masyarakat.
selaku penyelenggara program “Bandung Ketidakmerataan komunikasi yang dilakukan
Juara”, stakeholder kota merupakan unit-unit pemkot Bandung tidak hanya dirasakan oleh
yang memiliki karakter di luar kendali Pemkot masyarakat awam saja. Kalangan stakeholder
Bandung. Artinya, pihak-pihak kepentingan kota yang dekat dengan Pemkot pun banyak
itu mempunyai peluang untuk mendukung yang tidak memperoleh akses komunikasi
atau menolak program “Bandung Juara”. yang baik dari pemkot. Berdasarkan konteks
Oleh karena itu, Pemkot perlu menggalang sosial tersebut, kiranya dapat dipahami
komunikasinya dengan intens pada stakeholder mengapa pemilihan masalah dalam penelitian
kota melalui berbagai pendekatan komunikasi. ini lebih menitikberatkan pada bagaimana
Tindak lanjut dari komunikasi yang dilakukan strategi komunikasi pemkot Bandung kepada
Pemkot Bandung ini adalah munculnya stakeholder kota dalam mewujudkan program
partisipasi stakeholder kota dalam mewujudkan “Bandung Juara”. Usaha mengkaji persoalan ini
Program “Bandung Juara”. akan dilihat secara lebih terperinci terutama yang
Stakeholder kota sebagai sasaran Program menyangkut bagaimana strategi komunikasi
“Bandung Juara” merasa perlu turut serta pemkot Bandung kepada stakeholder kota
menyumbangkan aspirasinya. Program dalam mewujudkan Program “Bandung Juara”.
“Bandung Juara” ini menuntut pelibatan Studi mengenai strategi komunikasi
seluruh stakeholder kota. Akan tetapi, semakin dalam upaya city branding dilakukan beberapa
terbukanya keran demokrasi dalam masyarakat peneliti, antara lain Prihartini (2013) yang
menjadikan masyarakat lebih kritis dalam meneliti strategi komunikasi dan promosi
menyikapi hal baru di lingkungan sekitar. wisata sungai Musi Dinas Pariwisata Provinsi
Menanggapi langkah Pemkot Bandung dalam dan kota Palembang dalam membangun
program Bandung Juara”, stakeholder kota brand waterfront. Pada penelitian ini terdapat
Bandung menilai bahwa yang dilakukan pemkot kritikan bahwa proses komunikasi dan promosi
Bandung selama ini masih belum efektif sampai oleh para pejabat atau panitia yang dibentuk
pada sasaran. sebaiknya dilakukan tidak hanya secara alamiah
Kelompok-kelompok kepentingan atau berdasarkan pengalaman saja, namun juga
yang selama ini telah didekati pemkot perlu mengacu pada konsep strategi komunikasi
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
270 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289
pariwisata yang ada, agar biaya dan tenaga yang definisi city branding berdasarkan pemahaman
ada dapat lebih optimal (Prihartini, 2013). sejarah, daya tarik, branding efforts, demografi,
Sedangkan Joram Ndlovu (2009) ekonomi, dan pariwisata, masyarakat kota,
membahas mengenai pengembangan turis, project yang dilakukan kota dalam rangka
destination branding dan kerangka pemikiran city branding dan kelemahan, permasalahan
berdasarkan pengalaman masyarakat dan solusinya. Penelitian ini membahas City
Zimbabwe. Hasil penelitian ini adalah bahwa Branding New York, Paris, San Francisco,
konsep branding diinterpretasikan berbeda- Rochester, Berlin, dan Charlotte (Winfield-
beda dalam destination marketing. Destination pfefferkorn, 2005).
branding harus di sepakati bersama mengenai Berdasarkan pemaparan tersebut, maka,
pemahaman dan pengertiannya sebelum kajian ini menjadi menarik untuk diteliti, oleh
dilakukan aktivitas dalam upaya re-branding katena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk
(Ndlovu, 2009). mengetahui upaya Pemkot Bandung dalam
Adapun Gordon Jonathon Day (2005) mendorong partisipasi stakeholder kota guna
membahas mengenai produk wisata yang mewujudkan program “Bandung Juara”.
ditawarkan serta proses penjualan dan
METODE PENELITIAN
pengenalan brand tersebut. Dalam penelitian ini
kualitatif terjun sendiri ke lapangan untuk berbagai sumber informasi yang meliputi:
diperoleh berupa data kualitatif, bukan dokumentasi dan laporan pertanggung jawaban
kuantitatif karena data yang diperoleh tidak setiap program yang mendukung kampanye
memerlukan pengukuran. Oleh sebab itu dalam ini. Pada jenis single case holistik, jumlah unit
penelitian kualitatif tidak ada satu kebenaran yang digunakan pada umumnya hanya satu
Penelitian ini menggunakan jenis studi dapat dijelaskan, karena terintegrasi dengan
penelitian studi kasus. Dapat dikatakan, studi kasusnya. Dalam penelitian studi kasus yang
kasus merupakan penelitian di mana peneliti demikian, unit analisis tidak dapat ditentukan
menggali suatu fenomena tertentu (kasus) karena kasus tersebut juga sekaligus merupakan
dalam suatu waktu dan kegiatan (program, unit analisis dari penelitian.
event, proses, institusi atau kelompok sosial) Penelitian ini menggunakan teknik
serta mengumpulkan informasi secara terinci pengambilan key informan dengan teknik
dan mendalam dengan menggunakan berbagai purposif sampling. Teknik penentuan key
prosedur pengumpulan data selama periode informan adalah merupakan teknik penentuan
tertentu. Penelitian ini merujuk pada jenis studi narasumber. Untuk menentukan narasumber
kasus karena berupaya untuk menggali sebuah yang akan digunakan dalam penelitian.
program city branding kota Bandung bertajuk Berdasarkan syarat kriteria key informan yang
“Bandung Juara” dengan prosedur pengumpulan ditetapkan dalam penelitian ini adalah 1) bersedia
data berupa wawancara mendalam, observasi untuk diwawancarai dan dapat menjelaskan
dan studi literatur dimana informasi yang dengan baik mengenai strategi komunikasi
dikumpulkan memerinci setiap kegiatan yang Pemkot Bandung dalam mewujudkan program
dalam kurun waktu 2013 hingga 2018. memahami dengan baik strategi komunikasi
tunggal dengan tipe holistik. Penelitian studi program “Bandung Juara”; 3) Terlibat dalam
kasus tunggal holistik adalah penelitian yang penyelenggaraan strategi komunikasi Pemkot
menempatkan sebuah kasus sebagai fokus Bandung stakeholder kota dalam mewujudkan
dari penelitian dengan menggunakan berbagai program “Bandung Juara”; dan 4) Mengetahui
sumber data. Penelitian ini pun menggunakan sejarah dan keadaan kota Bandung sebelum
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
272 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289
ada strategi komunikasi Pemkot Bandung jalan dan utilitas. Kapasitas jalan sudah jenuh
stakeholder kota dalam mewujudkan program akibat buruknya manajemen lalu lintas dan
“Bandung Juara” dan sesudah adanya program, jaringan jalan. Solusi bukan membebaskan
sehingga key informan terpilih sebanyak 14 ongkos transportasi kepada masyarakat atau
mana teknik komunikasi yang lainnya tidak berikutnya adalah penyediaan transportasi
dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi massal untuk masyarakat yang belum optimal.
alat yang sangat bermanfaat. Penelitian ini Pemkot menciptakan berbagai kegiatan
menggunakan teknik pengumpulan data berupa program yang mampu merangsang partisipasi
data yang dilakukan adalah secara induktif yang menjadi walikota pada 2013, melalui Pemkot
“Bandung Juara”. Pemkot Bandung kegiatan program unggulan untuk Kota Bandung,
menciptakan berbagai kegiatan program yang yang dapat mendorong pemberdayaan ekonomi,
mulai dari sampah, ketertiban kota, hingga solusi transportasi kota. Dalam rangka
transparansi pengelolaan anggaran. Untuk itu, mewujudkan Program “Bandung Juara” yang
pada pembentukan karakter, disiplin, dan pola kegiatan itu, selain itu Pemkot Bandung juga
pikir sumber daya manusia (SDM). Sumber memberikan dukungan berupa dana pemerintah
daya manusia inilah yang memberikan dampak untuk bantuan masyarakat. Dan untuk
paling besar pada wajah kota. Program tidak pengusaha diluncurkannya aplikasi pelayanan
bisa berjalan lancar tanpa dukungan masyarakat. untuk memudahaan perizinan usaha. Sehingga
Masalah lain adalah buruknya kualitas jaringan pemohon perizinan bisa melalui portal
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 273
tanpa harus bertatap muka dengan pegawai mampu mempermudah proses pembangkitan
Berbagai program kegiatan yang dibentuk Bandung.Jika rasa bangga masyarakat telah ada
Pemkot Bandung untuk mendorong partisipasi dalam diri stakeholder maka secara otomatis
stakeholder kota dalam pelaksanaan Program masyarakat akan bersedia mendukung program-
“Bandung Juara” sudah baik, karena program program Pemkot yang bertujuan mewujudkan
yang dibuat umumnya bertahap dan bersifat kota Bandung menjadi juara dalam berbagai
belum merata di semua lapisan masyarakat dalam menumbuhkan rasa sense of belonging
kota Bandung yang menjadi sasaran masyarakat kota Bandung yang tergambar pada
berpartisipasi dalam Program “Bandung kota menghambat proses indentifikasi diri pada
Juara” sedangkan masyarakat yang merasa tahap internalisasi. Zhao dkk merujuk kepada
diam, belum dapat berpartisipasi. Di samping identification, dan sense of membership. Sense
dalam Program “Bandung Juara” ini justru tidak emosional pengguna kepada objek tertentu, di
muncul dari kesadaran sendiri. Masyarakat dalam penelitiannya berupa virtual communities
tim Pemkot. Dengan kata lain, tahap akhir dari Peneliti lain, Fail, Thompson& Walker
pelaksanaan strategi komunikasi yang dilakukan menyebutkan sense of belonging sebagai bagian
Pemkot Bandung tersebut belum berhasil integral dari perasaan di rumah sendiri (at home),
memunculkan kesadaran diri stakeholder kota yang bisa melekat pada sebuah tempat atau
Bandung secara menyeluruh yang menjadi hubungan yang penting. Objek kelekatan ini
yang strategis telah dilakukan Pemkot dalam ditemukan memiliki kekuatan yang lebih besar
menanamkan pemahaman, dan mendorong tiga kali lipat kelekatan terhadap negara tertentu
Gambar 1 Strategi Komunikasi Program “Bandung Juara” Sebagai Bagian dari City Branding Kota Bandung
Grajczonek sebagai pengetahuan di mana dan Phinney, Horenczyk, Liebkind & Vedder
dengan siapa kita berada. Pengetahuan ini menyebutkan bahwa sense of belonging terhadap
adalah sesuatu yang integral pada hidup manusia objek budaya tertentu akan membentuk identitas
dan akan selalu berkembang. Rasa memiliki etnik pada diri individu (Yuwono, 2015). Meyer
yang dimiliki pertama kali oleh seorang anak dan Allen merumuskan dua dimensi utama
adalah kepada keluarga, kelompok budayanya, sense of belonging yaitu: (1) perasaan berharga,
tetangga dan komunitas yang lebih luas. Sense dibutuhkan atau penting dengan menghargai
of belonging akan makin berkembang sejalan orang, kelompok atau lingkungan, (2) perasaan
dengan makin beragamnya lingkungan anak cocok di dalam atau menjadi serupa dengan
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 275
orang lain, kelompok atau lingkungan melalui stakeholder kota dan pemkot Bandung. Selain
karakteristik yang sama. Munculnya sense of itu, tiap individu anggota stakeholder kota tidak
belonging ini menimbulkan beberapa efek pada hanya hidup dalam dunia yang sama, tetapi
diri individu (Yuwono, 2015). masing-masing dari mereka juga berpartisipasi
Zhou dkk (2012) menyebutkan tiga efek dalam program yang dikomunikasikan oleh
yaitu: (1) keterlibatan psikologis, sosial, spiritual pemkot Bandung. Baru setelah mencapai taraf
atau fisik, (2) atribut yang penuh makna bagi internalisasi ini, stakeholder kota dan pemkot
dirinya atas keterlibatan ini, (3) kematangan Bandung telah membaur menjadi anggota
dalam respon emosi, kognitif dan perilaku. masyarakat yang berorentasi pada satu misi
Melalui sense of belonging ini individu-individu untuk mewujudkan program “Bandung Juara”.
di dalam organisasi akan saling memperhatikan Internalisasi merupakan dasar bagi
sehingga mendorong adanya keinginan untuk pemahaman mengenai ”sesama saya,” yaitu
lebih berpartisipasi di dalamnya. Sense of pemahaman individu dan orang lain yang sama-
belonging yang kuat juga akan mendorong sama sebagai bagian dari stakeholder kota
kesediaan untuk menginternalisasi nilai-nilai Bandung untuk memahami program “Bandung
organisasi ke dalam diri mereka. Beberapa Juara” sebagai sesuatu yang maknawi dari
faktor yang mempengaruhi kuat lemahnya sense suatu kenyataan sosial. Pada tahap internalisasi
of belonging adalah familieritas, kepercayaan, ini pemkot Bandung kepada stakeholder kota
dan kemiripan yang dimiliki di antara anggota berupaya untuk mendorong stakeholder kota
organisasi (Yuwono, 2015). agar bersedia turut berpartisipasi dalam bentuk
Tahap terakhir dalam proses konstruksi tindakan untuk mewujudkan program “Bandung
sosial program “Bandung Juara” ini adalah Juara”. Artinya, keterlibatan stakeholder kota
tahap internalisasi. Pada tahap internalisasi, dalam menyokong pelaksanaan program
masing-masing individu anggota stakeholder “Bandung Juara” merupakan salah satu wujud
kota tidak hanya memahami definisi strategi terbentuknya internalisasi di dalam tubuh
komunikasi dari pemkot Bandung yang stakeholder kota Bandung itu sendiri. Banyak
dialaminya bersama, namun tiap individu juga sedikitnya partisipasi masyarakat kota Bandung
mendefinisikan kenyataan-kenyataan itu secara dalam pelaksanaan program “Bandung Juara”
timbal balik. Pada saat ini yang terpenting dapat dijadikan sebagai tolok ukur terbentuknya
terdapat suatu pengidentifikasian timbal balik internalisasi. Pemkot telah menempuh berbagai
yang berlangsung secara terus menerus antara upaya untuk mendorong partisipasi stakeholder
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
276 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289
Pada konteks ini Berger dan Luckmann hanya diminta dengan CSR nya bekerjasama
(1990: 186), mengatakan bagaimanapun juga dengan pemkot Bandung menata taman kota. Di
dalam bentuk internalisasi yang kompleks, samping itu, pemkot juga membentuk “Relawan
individu tidak hanya “memahami” dunia di Disiplin” kegiatan ini untuk bersih-bersih kota
mana dia hidup dan dunia itu menjadi dunia dan Musyawarah Rencana Pembangunan
individu bagi dirinya. Ini menandai antar (Musrenbang)” sebagai upaya menggerakkan
individu anggota stakeholder kota mengalami masyarakat untuk menata lingkungannya guna
kebersamaan dalam waktu, dengan cara yang menyongsong program “Bandung Juara”.
lebih dari sekedar sepintas lalu, dan juga suatu Dalam merealisasikan program-program
Beberapa langkah yang telah ditempuh bergerak sesuai dengan yang diharapkan
menciptakan berbagai kegiatan dalam program menempuh berbagai upaya untuk mendorong
“Bandung Juara” yang mampu merangsang partisipasi stakeholder kota, tetapi semua
naik sepeda untuk berjalan-jalan Bandung. stakeholder kota akan sukses terbentuk.
Sedikit demi sedikit hal itu dapat mempengaruhi Kenyataan di lapangan justru menunjukkan
masyarakat untuk melakukan hal yang sama. bahwa tahap internalisasi ini tidak terbentuk
Seluruh fasilitas dan pelayanan telah diberikan dengan baik. Artinya stakeholder kota tidak
kebahagiaan masyarakat, tinggal bagaimana dalam konteks program “Bandung Juara”. Ada
tersebut agar tetap utuh dalam kondisi seperti internalisasi ini tidak terbentuk dengan baik,
dikota Bandung membuat berbagai perizinan dan objektivasi. Selain itu dilihat dari sudut
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 277
pandang stakeholder kota, adanya etos kerja yang menyertainya. Berger dan Luckmann
yang kurang baik dan sulit untuk diajak maju menyatakan, tanpa mempertimbangkan
serta rendahnya sense of belonging stakeholder dimensi lainnya, bisa dikatakan bahwa
kota terhadap kota Bandung sendiri akhirnya sosialisasi sekunder adalah proses memperoleh
menghambat proses identifikasi diri di tahap pengetahuan khusus sesuai dengan perannya
Menurut Berger dan Luckmann, proses itu secara langsung atau tidak berakar dalam
ontogenic, dimana individu menjadi anggota pembagian kerja. Artinya, dalam sosialisasi
sosialisasi. Dengan demikian, sosialisasi dapat mampu membentuk ciri khas tersendiri sesuai
dunia objektif suatu masyarakat atau salah Dalam tahap ini tiap stakeholder kota mampu
satu sektornya. Proses internalisasi yang ideal memaknai dan membawa konsep Program
selalu didahului dengan tahap sosialisasi “Bandung Juara” ke dalam kehidupannya. Hanya
primer dan sosialisasi sekunder. Pada proses saja dalam prakteknya langkah komunikasi
internalisasi ini, tahap sosialisasi primer yang strategis yang dilakukan Pemkot Bandung
dilakukan Pemkot Bandung melalui third party belum bisa menjangkau sampai pada ranah
endorsment (Tokoh Masyarakat, Para Ahli, tersebut. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya
Walikota Bandung dan Pejabat pemerintahan faktor penghalang yang terjadi di lapangan
lainnya) hanya bisa menyentuh sisi kognitif yang menjadi penghalang terbentuknya
sasaran, tetapi tidak berhasil membangun identifikasi dari di tahap internalisasi ini
kedekatan emosional dengan sasaran. Akibatnya antara lain, pada tahap internalisasi ini, salah
sosialisasi sekunder tidak terbentuk dengan baik satu faktor yang banyak dituding sebagai
Pada sosialisasi sekunder, telah terjadi stakeholder kota adalah keterbatasan waktu
internalisasi “subdunia” kelembagaan atau dan SDM yang dimiliki Pemkot Bandung
distribusi pengetahuan dalam masyarakat dan SDM yang dimilki Pemkot Bandung,
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
278 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289
kegagalan tahap internalisasi ini juga Dalam program “Bandung Juara” ini Pemkot
dipengaruhi oleh strategi sosialisasi pemkot Bandung seolah-olah mengundang orang luar
Bandung yang tidak bisa menjadikan program untuk datang ke kota Bandung, tetapi yang terjadi
“Bandung Juara” ini sebagai alat rekayasa sosial orang luar tersebut bukannya membeli potensi
(social engineering). Contoh sederhana pada yang dimiliki kota Bandung. Para tamu dari luar
kasus program “Bandung Juara” ini misalnya Bandung tersebut justru membuat kemacetan
ketika misi kota Bandung yang dicanangkan di mana-mana, dan warga Bandung sendiri
oleh pemkot. Bandung adalah menjadi kota menjadi enggan untuk menikmati kotanya.
Ungggul, nyaman dan sejahtera yang berbasis Selain menilai pelaksanaan tahap internalisasi
religius, dari visi ini saja banyak masyarakat kota program “Bandung Juara” dari sudut pandang
Bandung yang tidak tahu. Proses pembentukan Pemkot Bandung, penilaian dari sudut pandang
visi-misi kota Bandung ini tidak bisa dilakukan stakeholder kota pun membawa pengaruh
dengan sistem top-down. Visi-Misi kota besar terhadap keberhasilan pelaksanaan tahap
perasan dari apa yang ada di masyarakat dan Minimnya partisipasi masyarakat pada dasarnya
apa yang diaspirasikan masyarakat. Kalau yang disebabkan oleh gagalnya pembentukan
terjadi di kota Bandung ini justru aneh, visinya internalisasi program “Bandung Juara” di tubuh
menjadi kota unggul, nyaman dan sejahtera stakeholder kota Bandung. Sehingga otomatis
yang berbasis religius. Branding-nya justru penanaman nilai-nilai dan spirit kebanggaan
keluar dari program “Bandung Juara”. Ini seolah warga kota bandung terhadap kotanya pun tidak
tidak ada benang merah antara keduanya. Dari membawa hasil yang memuaskan. Munculnya
hal sederhana semacam itulah yang kemudian sudut pandang negatif para stakeholder kota
spirit branding kota, Malaysia Truly Asia Kegagalan tahap internalisasi ditandai
merupakan salah satu contoh sukses yang layak denganmunculnya berbagai sudut pandang
ditiru. Malaysia melakukan follow up dengan negatif dari stakeholder kota dalam memandang
membentuk Visit Malaysia, artinya mereka program “Bandung Juara” dan pemkot Bandung.
berhasil menjual negaranya ke luar. Sedangkan Dalam hal ini stakeholder kota punya banyak
yang terjadi di kota Bandung tidak demikian. celah untuk menyerang pemkot Bandung selaku
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 279
pencetus program “Bandung Juara”. Salah satu Juara”, sehingga masyarakat pun bergeraknya
penilaian negatif tentang Program “Bandung karena ada instruksi tersebut dan bukan karena
oleh Pemkot Bandung. Perasaan ditumbalkan negatif stakeholder kota terhadap program
ini muncul manakala pemkot Bandung lebih “Bandung Juara” diwujudkan dalam penilaian
intensif menggarap PKL dan pekerja informal yang memandang program “Bandung Juara”
dari pada komuniksi ke masyarakat kota sarat aroma proyek pemkot. Dilihat dari SDM
Program “Bandung Juara” ini dinilai mayoritas pelaksananya hampir dikuasai oleh
sebagai ajang menggenjot kota Bandung orang pemkot. Artinya aroma proyeknya
khususnya untuk kepentingan pariwisata. Jadi menjadi sangat kental di situ. Termasuk proyek
pihak yang barangkali benar-benar diuntungkan bagi-bagi duit dan bagi-bagi keuntungan
adalah seperti ASITA, PHRI, dan lain-lain. dari donatur atau pengusaha dan APBD kota
bisa dijadikan the way of life, sebetulnya ini Pandangan negatif stakeholder kota
akan bisa menggerakkan lebih banyak orang. terhadap program “Bandung Juara” pun menjalar
Tetapi ketika Pemkot Bandung lebih banyak sampai ke sudut pandang politik. Stakeholder
menggarap kalangan bisnis dan ketika tidak kota menilai bahwa Program “Bandung Juara”
semua masyarakat kota Bandung bisa menikmati ini merupakan proyek politik dari Walikota
intensitas komuniksi yang sama, makanya Bandung, Ridwan Kamil. Jadi ketika kota
masyarakat kota Bandung tidak mensupport Bandung jadi penyelenggara peringatan KAA
sepenuhnya. Dalam hal ini masyarakat kota ke 60, Walikota dapat mendampingi Presiden
Bandung merasa ditumbalkan oleh pemkot demi Jokowi dan para pejabat pemerintahan RI
kepentingan satu-dua orang. Langkah awal yang ini merupakan satu selling point tersendiri
seharusnya dilakukan pemkot untuk meletakkan bagi Walikota dalam karir politiknya sebagai
program program “Bandung Juara” ini adalah Walikota Bandung. Berbagai sudut pandang
dengan membongkar sisi kemasyarakatan dulu, negatif tentang program “Bandung Juara” yang
selama ini strategi pemkot langsung dengan muncul dari benak stakeholder kota tersebut
di kota Bandung akan ada program “Bandung proses identifikasi stakeholder kota untuk bisa
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
280 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289
menerima program “Bandung Juara”. Juara” ini, termasuk dalam berbagai kegiatan
Faktor lain yang turut mempersulit lainnya. Bagi warga masyarakat Bandung
terbentuknya internalisasi Program “Bandung sendiri yang peka terhadap kondisi ini, akan
Juara” bagi stakeholder kota adalah adanya menilai bahwa pemkot mengistimewakan
dominasi staf pemkot Bandung. Sekondusif pedagang dan usaha kuliner. Bila ada pihak
apapun kehidupan antara stakeholder kota yang yang menilai demikian, dapat dianggap sebagai
ada di kota Bandung tetap saja membuahkan sesuatu yang wajar selama pihak tersebut
rasa kecemburuan sosial meskipun persoalan masih mengungkapkannya dalam batas yang
tersebut tidak sampai meluap ke permukaan. bisa ditolerir. Akan menjadi lain persoalannya
Menengok sejarah kota Bandung sendiri, jika pihak warga masyarakat Bandung yang
jumlah orang kreatif usaha masyarakat yang merasa cemburu terhadap keterlibatan warga
ada di kota Bandung hampir sebanding antara pendatang dalam Program “Bandung Juara” ini
yang lemah dan yang kuat, ini dapat dilihat kemudian memelihara rasa cemburunya hingga
dari pertumbuhan usaha rakyat yang ada di memunculkan sikap sentimen terhadap Program
kota Bandung ini yang menjadi hidupnya kota “Bandung Juara”. Masyarakat Bandung yang
Bandung saat ini. Tumbuh berbagai komunitas berpandangan sentimen semacam inilah yang
yang ada di kota Bandung tetap memelihara pada akhirnya menjadi biang penghambat
warga masyarakat kota Bandung ini memberi “Bandung Juara” ini selain disebabkan oleh
sumbangsih besar bagi geliat pariwisata di kota faktor kendala teknis di lapangan dan cara
Bandung. Sehingga tidak jarang banyak pihak pandang stakeholder kota yang cenderung
yang menyebut kota Bandung sebagai tempat sentimen terhadap Program “Bandung Juara”,
wisata alam, belanja dan kuliner. juga dipengaruhi oleh kebiasaan buruk warga
dicetuskan, wisata kuliner dan belanja tersebut Namanya internalisasi adalah proses
masuk menjadi salah satu nilai jual bagi identifikasi baik yang bersifat individu maupun
program “Bandung Juara” kota Bandung ini. antar individu. Rumus yang sama juga akan
Maka tidak mengherankan bila ikon-ikon wisata berlaku pada tahap internalisasi Program
ini juga ditonjolkan dalam program “Bandung “Bandung Juara” di dalam tubuh stakeholder
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 281
kota Bandung. Kondisi psikologis individu menghadapi perubahan ini dalam waktu yang
stakeholder kota sangat berpengaruh terhadap cepat. Akibatnya, masyarakat kota Bandung
proses internalisasi. Menengok latar belakang masih merasa suatu kewajaran perilaku buruk
warga masyarakat yang pernah tinggal di kota ini dalam kehidupan sehari-harinya. akhirnya
Bandung, adanya kultur yang tidak gampang memilih untuk menarik diri dalam keikutsertaan
untuk mengubahnya, hingga perilaku warga itu kegiatan dan pesimis bahwa program semacam
menjadi sesuatu yang wajar bagi masyarakat program “Bandung Juara” tidak akan menuai
menjadi bagian hidup masyarakat. Pembiaran Berpijak dari keseluruhan hasil pembahasan
ini yang menjadikan kebiasan warga kota mengenai proses pembentukan konstruksi
Bandung. Kondisi ini dalam waktu yang cukup realitas program “Bandung Juara” dengan
lama akan berujung pada pembentukan kultur strategi komunikasi yang telah diciptakan
warga Bandung, sehingga akan berujung pemkot Bandung, dapat ditarik satu kesimpulan
pada terbentuknya pada diri setiap warga kota besar bahwa pada prinsipnya pembentukan
Sikap buang sampah sembarangan ini telah masyarakat kota Bandung melalui komunikasi
tertanam dalam diri masyarakat kota Bandung, yang strategis tidak dapat berlangsung secara
dan ini menjadikan sikap negatif yang telah sempurna. Artinya tidak terjadi hubungan
tertanam dan mendarah daging dari generasi timbal balik antara pemkot Bandung dengan
ke generasi warga masyarakat kota Bandung. stakeholder kota. Pada akhirnya tidak terjadi
Akibatnya hingga saat ini secara psikososial peleburan pemikiran antara kedua belah pihak,
masyarakat kota Bandung menderita sikap sehingga antara Pemkot Bandung dengan
mental “jorok” dalam membuang sampah, stakeholder kota seolah berjalan sendiri-sendiri
dan hal itu sudah merupakan kebiasaan dalam sesuai dengan kehendak masing-masing. Ada
Program “Bandung Juara” merupakan suatu dari pihak Pemkot Bandung maupun dari
ide yang menuntut perubahan cepat menuju stakeholder kota Bandung itu sendiri. Pada
ke arah kemajuan. Mensikapi sikap mental tahap eksternalisasi, terjadi proses penyesuaian
awal yang tertanam pada warga Bandung ini, diri di dalam tubuh Pemkot Bandung maupun
warga secara keseluruhan merasa tidak siap stakeholder kota. Hanya saja dalam proses
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
282 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289
penyesuaian diri ini, perhatian sasaran terhadap tidak merata dan cenderung bersifat top-down
program “Bandung Juara” tetap rendah. Ada sehingga mengakibatkan munculnya banyak
beberapa faktor yang mempengaruhi antara kritik terhadap Pemkot dari pihak-pihak yang
lain; persoalan etos kerja Pemkot Bandung yang punya pemahaman sinis tentang program
telah terbiasa bekerja berdasarkan kebiasaan “Bandung Juara”. Di samping itu, faktor
dan tidak open minded terhadap kemajuan, pengemasan pesan yang terlalu umum, kurang
belum tertata, rendahnya sense of belonging “Bandung Juara” punya makna mengambang di
tuntutan yang berlebihan dari stakeholder kota Jika pada dua tahap sebelumnya sudah
Melangkah pada tahap selanjutnya yaitu menunjukkan hasil yang tidak meyakinkan.
tahap objektivasi pun tidak luput dari berbagai Pada tahap internalisasi ini, stakeholder
hambatan. Pada tahap objektivasi ini pada kota sebagai sasaran sulit untuk melakukan
dasarnya pemilihan tools yang dilakukan identifikasi diri terhadap program “Bandung
Pemkot Bandung untuk berinteraksi dengan Juara”. Dengan kata lain, dapat dinilai bahwa
sasaran pada dasarnya sudah tepat. Hanya proses internalisasi di dalam tubuh stakeholder
saja pemanfaatan dan pengelolaan dari tiap kota Bandung tidak terbentuk. Kondisi ini
tools tersebut belum bisa maksimal. Akibatnya dipengaruhi oleh keterbatasan waktu, SDM
hasil pemahaman sasaran terhadap program dan kendala teknis yang dihadapi Pemkot
“Bandung Juara” dan minat sasaran terhadap Bandung, dan yang terpenting adalah penyakit
program “Bandung Juara” masih terhitung psikososial yang diderita sasaran terkait kultur
rendah. Hal ini ditunjukkan dengan fakta yang telah terbentuk pada warga masyarakat
masih banyaknya sasaran yang merasa bingung Bandung, sehingga menimbulkan kecemburuan
dengan arah realisasi program “Bandung sosial. Kondisi inilah yang pada akhirnya
pada tahap objektivasi ini dipengaruhi banyak “Bandung Juara”. Maka, hasil akhir dari
faktor anatra lain; kualitas kinerja SDM pemkot langkah strategi komunikasi Pemkot Bandung
Bandung yang tidak memiliki koordinasi yang dalam mewujudkan Program “Bandung
jelas, adanya pola penyebaran komunikasi yang Juara” ini adalah bahwa proses konstruksi
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 283
sosial tentang program “Bandung Juara” yang Pemkot Bandung dalam mewujudkan Program
terjadi distakeholder kota Bandung tidak “Bandung Juara”, namun bukan berarti
bisa terbentuk dengan sempurna. Akibatnya partisipasi stakeholder kota dalam Program
program “Bandung Juara” berjalan sebagaimana “Bandung Juara” tidak ada sama sekali. Setelah
adanya hanya dengan dukungan dari sebagian Pemkot Bandung mengupayakan berbagai
program yang melibatkan tarik ulur anggota stakeholder kota punya cara tersendiri
pemkot Bandung sendiri terjadi pergolakan Juara” sesuai dengan kadar pemahamannya
dibanding dari pada kalangan stakeholder dalam bentuk tindakan mendukung Program
kota. Kalangan stakeholder kota memiliki “Bandung Juara”, ada yang hanya sebatas tahu
pandangan heterogen dalam menilai program dan memahami program “Bandung Juara”, ada
“Bandung Juara”. Ada yang berpandangan pro yang memandang skeptis terhadap program
dan kontra terhadap program “Bandung Juara” “Bandung Juara” ada pula yang memilih
ada juga pihak-pihak yang lebih memilih untuk bersikap pasif dalam merespon program
“Bandung Juara”. Tiap pihak memiliki cara Pada saat ini, strategi komunikasi itu penting
pandang yang berbeda-beda terhadap program untuk memenangkan persaingan antar daerah
“Bandung Juara”. Masing-masing individu atau bahkan antar negaea. Startegi komunikasi
dalam konteks ini berperan mempertahankan ini saat ini harus mampu merubah orientasi
cara pandangnya terhadap program “Bandung mereka dalam pengelolaan kawasan dari local
baik atas nama pribadi maupun institusi sosial Tidak saja antar negara yang berkompetisi,
Pemkot Bandung belum sepenuhnya mampu berbagai daerah di Indonesia dihadapkan pada
membangkitkan sense of belonging stakeholder persaingan global dengan daerah dan kota lain
kota Bandung melalui strategi komunikasi di seluruh dunia yang tidak bisa ditawar-tawar.
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
284 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289
Jogja, Surabaya dan Jakarta, tetapi juga dengan dijajaran penerintahan pemerintahan kota
Kualalumpur, Singapura, Phuket, Macau dan perlu dikembangkan secara seksama dengan
Strategi komuniasi ini berkaitan erat kota itu sendiri yang berhubungan dengan
dengan pencapaian visi, misi, obyektif, dan karyawan, stakeholder kota dan warga
ada serta semua kondisi eksternal dan internal pemerintahan kota ini perlu dikembangkan
yang ada. Langkah awal dalam mengkontruksi sebagai titik strategis. Komunikasi ini
strategi komuniasi adalah perumusan harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin
komunikasi image kota sebagai salah satu cara dicapai, strategi yang akan digunakan untuk
untuk membentuk brand. Hal yang penting mencapainya, dan taktik atas sumber daya
untuk strategi komunikasi dalam city branding akan digunakan serta sumber daya yang
adalah poin interaksi. Poin ini berarti persepsi dimiliki pemerintahan kotanya. Membangun
terhadap kota, yang dibentuk oleh setiap sistem komunikasi internal dan eksternal,
individu yang mendiami sebuah kota. Hal itulah membuat program komunikasi yang sesuai
yang disebut dengan image kota. Segala sesuatu strategi membangun dan meningkatkan public
yang dikandung oleh suatu kota segala sesuatu trust. Hal ini dimaksudkan agar ada kesatuan
yang bertempat di kota, dilakukan oleh kota dan strategi komunikasi dalam strategi komunikasi
pesan mengenai image kota mereka Hal inilah internal juga strategi komunikasi dalam
yang membentuk kota mereka. Hal inilah yang menjangkau sasaran yang lebih luas.
membentuk brand. Pembentukan brand adalah Kontrol dan evaluasi pelaksanaan strategi
dengan perumusan komunikasi image kota komunikasi secara terus menerus, evaluasi
melalui pola-pola komunikasi tertentu sesuai yang baik dapat memperbaiki kualitas strategi
dengan target audiens yang ingin dicapai. komuniasi dan bahkan realisasi visi dan misi
dalam pemerintahan kota di mana mereka itu, dalam penerapan strategi komunikasi,
harus menyadari logika komunikasi yang perlu dilakukan audit persepsi untuk mengukur
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 285
bahwa publik memiliki persepsi yang sama (communication) program “Bandung Juara”,
dengan posisi yang diinginkan pemerintahan informasi yang berkenaan dengan langkah-
mengidentifikasi mereka yang membawa yang secara efektif dapat mempengaruhi pihak-
perubahan dan memberi cara terbaik untuk pihak yang dianggap penting dan berpotensi
kegiatan organisasi saat ini dan memberikan Bandung menginformasikan apa saja yang telah
tolak ukur untuk mengukur keberhasilan di dilakukan dan apa yang akan dilakukan kepada
waktu yang akan datang. Menyusun sebuah target audiens dari stategi komunikasi yang
strategi komunikasi adalah suatu yang ilmiah, dijalankannya.
bukan hanya sebuah seni, dan ada banyak cara Secara konsep strategi komunikasi
pendekatan yang berbeda untuk melakukan Pemkot Bandung kepada stakeholder kota
tugas ini. Strategi komunikasi juga dapat dalam mewujudkan Program ‘Bandung Juara”
diterapkan untuk program kegiatan tahunan dapat dijelaskan melalui model pembentukan
secara bertahap, atau dapat menunjuk ke brand dan mencoba untuk menkonstruksi
strategi komunikasi di luar rencana periodik branding temapat dalam pembentukan citra
tersebut atau di bawah strategi organisasi yang kota, di mana tahapannya melalui upaya
Susanto berpendapat bahwa komunikasi pengaruh dinamis bagaimana brand kota ini
dikatakan berhasil apabila komunikasi itu akan ditanamkan dalam benak stakeholder
mampu mengubah sikap dan tindakan seseorang (Zeithaml, Parasuraman, & Berry, 2011)
secara sukarela (Susanto, 1993). Salah satu Pada tahap awal dari model ini yang
caranya adalah dengan menyusun starategi terpenting adalah penjabaran identitas kota
komunikasi yang tepat dan akurat. Strategi tempat yang berkaitan dengan latar belakang
komunikasi yang diterapkan oleh pemerintahan brand name mengenai “Bandung Juara”, yaitu
kota Bandung berorientasi pada upaya identitas kota Bandung yang akan ditonjolkan
penyadaran stakeholder kota agar bersedia adalah potensi potensi yang dimiliki kota
berpartisipasi dalam mewujudkan program Bandung serta tujuan yang ingin dicapai yang
misi kota Bandung dan program walikota mancanegara agar berkunjung ke kota Bandung.
Bandung menjadi landasan dalam menyusunan Sedangkan ditinjau dari tujuan khusus Program
rancangan awal RPJMD, rancangan awal “Bandung Juara” merupakan upaya yang
RPJMD kemudian menjadi pedoman rancangan dilakukan pemerintah kota Bandung untuk
awal Renstra SKPD. Rancangan RPJMD membuka hati warga Bandung agar memiliki
kemudian didiskusikan dalam Musrenbang rasa bangga terhadap kotanya. Lebih jauh
RPJMD di mana produk akhirnya adalah berita warga kota Bandung diharapkan kesadarannya
acara Musrenbang RPJMD yang merupakan ikut berpartisipasi dalam mewujudkan Program
akhir RPJMD tersebut ditetapkan beserta Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan
rancangan Perda untuk RPJMD lalu dilakukan tersebut, maka sebaiknya Pemkot Bandung
pembahasan Raperda RPJMD dengan DPRD membentuk Divisi Litbang yang bertugas
juga konsultasi rancangan akhir RPJMD. Hasil melakukan monitoring dan evaluasi terpadu
Visi dan misi RPJMD Kota Bandung 2013- Juara” baik pada tahap pra-pelaksanaan, saat
2018 Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri program “Bandung Juara” berlangsung dan
Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, visi pasca-pelaksanaan program agar kekurangan-
dalam RPJMD adalah visi kepala daerah dan kekurangan yang terjadi di lapangan dapat
wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan ditangani dengan tepat dan terencana sehingga
pada waktu pemilihan kepala daerah. Pedoman persoalan kacaunya koordinasi Pemkot
utama penyusunan visi kepala daerah adalah Bandung dan adanya ketidakkonsistensian
kesesuaian dengan sasaran pokok dan arah penggunaan istilah program “Bandung Juara”
kebijakan pembangunan Tahap III RPJPD Kota yang membingungkan stakeholder kota dapat
dari sasaran pokok sangat bergantung pada Selain itu, sebaiknya Pemkot Bandung
program city branding kota Bandung yang pemkot. Bandung dan stakeholder kota) seperti
memiliki visi dan misi mewujudkan kota dengan mengadakan dialog satu meja dengan
Bandung yang unggul, nyaman, dan sejahtera para opinion leader dari berbagai perwakilan
serta menarik minat masyarakat luar dan turis stakeholder yang hidup sebagai masyarakat
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 287
kota Bandung guna membahas isu program Secara keseluruhan strategi komunikasi ini
“Bandung Juara” agar jarak yang membentang untuk 360 kegiatan program “Bandung Juara”
tidak ada lagi perasaan perbedaan di antara Implementasi strategi komunikasi oleh
mereka. Dampak secara tidak langsung dari Pemkot Bandung dalam mewujudkan program
program dialogis seperti itu adalah untuk “Bandung Juara” sudah dilakukan, tetapi
mengikis rasa “penganaktirian” dan mereka semua itu tidak menjamin proses internalisasi
mengetahui hak dan kewajiban mereka sebagai stakeholder kota akan sukses terbentuk.
Bandung kepada stakeholder kota dalam “Bandung Juara”. Ada beberapa kondisi yang
mewujudkan Program “Bandung Juara” target menyebabkan tahap internalisasi ini tidak
utamanya adalah pemahaman Staf Pemkot terbentuk dengan baik antara lain upaya Pemkot
Bandung (stakeholder internal) dan stakeholder Bandung kurang maksimal dalam membentuk
Kota Bandung (stakeholder eksternal). Kegiatan penyesuaian diri stakeholder kota di tahap
program dibuat oleh diskominfo sebagai eksternalisasi dan objektivasi. Selain itu dilihat
institusi Pemkot Bandung yang bertanggung dari sudut pandang stakeholder kota, adanya
jawab dalam membangun komunikasi dengan budaya dari sebagian Staf Pemkot Bandung
masyarakat dan mengaplikasikannya dalam yang sulit berubah dan mau untuk diajak maju,
Juara”. Berdasarkan hasil penelitian strategi kota sendiri terhadap Kota Bandung, akhirnya
komunikasi ini untuk kegiatan pembinaan menghambat proses identifikasi diri di tahap
kemitraan dengan komunitas, membuat jaringan internalisasi ini. Kegagalan proses internalisasi
komunikasi, pelaksanaan kegiatan program program “Bandung Juara” ini juga dipengaruhi
prioritas seperti upaya keterbitan, penataan oleh kondisi psikologis masyarakat kota
kota, dan kebersihan kota, penataan PKL, Bandung yang terbiasa “berperilaku buruk” dan
juga untuk menggalang partisipasi tindakan menjadi kebiasaan yang kronis bahkan menjadi
dari stakeholder kota untuk mendukung budaya akibat pembiaran dari pemerintahan
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 289
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)