Anda di halaman 1dari 27

PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm.

263-289 263

Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari


city branding Kota Bandung

Rosnandar Romli1, Nada Arina Romli2


1
Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia
2
Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, Indonesia
ABSTRAK

Penelitian ini betujuan untuk membahas implementasi strategi komunikasi program “Bandung Juara” yang
merupakan bagian dari city branding Kota Bandung serta hambatan-hambatan yang dialami oleh pemerintah
kota Bandung sebagai pelaksana dalam mewujudkan program “Bandung Juara”. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian berupa studi kasus. Penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan key informan dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara mendalam semi struktur (in-depth), observasi, dan studi kepustakaan. Adapun teknik analisis
data yang dilakukan secara induktif yang disusun secara deskriptif. Adapun teori yang digunakan dalam
menganalisis fenomena dalam penelitian ini adalah teori konstruksi sosial atas realitas dari Berger dan
Luckman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian
dari city branding Kota Bandung diinternalisasi oleh pemerintah Kota Bandung serta masyarakat Kota
Bandung melalui berbagai program seperti menggalakan bersepeda, musrenbang, mempermudah izin usaha,
relawan kebersihan dan penataan taman kota. Namun demikian, terdapat pula berbagai hambatan dalam
internalisasi program “Bandung Juara” ini antara lain: (1) rendahnya sense of belonging stakeholders kota,
(2) keterbatasan waktu dan SDM yang dimiliki Pemkot Bandung, (3) strategi sosialisasi Pemkot Bandung
yang tidak bisa menjadikan Program “Bandung Juara” ini sebagai alat rekayasa sosial (social engineering),
(4) Munculnya sudut pandang negatif dari para stakeholder kota terhadap Pemkot Bandung sebagai pencetus
Program “Bandung Juara”, (5) dominasi staf Pemkot Bandung, (6) kebiasaan buruk warga Kota Bandung.
Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi strategi komunikasi oleh Pemkot Bandung dalam
mewujudkan Program “Bandung Juara” sudah dilakukan, tetapi semua itu tidak menjamin proses internalisasi
stakeholder kota akan sukses terbentuk.

Kata-kata Kunci: Strategi; komunikasi; Bandung juara; city branding; Bandung

Communication strategy implementation of “Bandung Juara” as part of Bandung


city branding
ABSTRACT

This research aims to explore the implementation of the communication strategy of the “Bandung Juara”
program and the obstacles experienced by the Bandung city government as executors, which is part of the
Bandung city branding. This research uses a case study qualitative research methods. By using a purposive
sampling technique, the data collection techniques are in-depth interviews, observation, and literature study.
The data analysis technique is inductive using a descriptive report composition. The grand theory used
in analyzing the phenomena is the theory of social construction of reality of Berger and Luckman. The
results of this research shows that the communication strategy “Bandung Juara” as part of city branding
is internalized by the parties involved, namely the city government of Bandung and the people of the city
of Bandung through various programs including promoting cycling, “musrenbang,” facilitating business
licenses, cleaning volunteers and restructuring city parks. There are various obstacles in the internalization
of the “Bandung Juara” program, including: (1) the low Sense of Belonging for City Stakeholders, (2) the
limited time and human resources of Bandung City Government, (3) Bandung City Government’s socialization
strategy could not made the Program “ Bandung Juara “as a social engineering tool, (4) The emergence
of negative viewpoints of city stakeholders towards Bandung City Government as the originator of the”
Bandung Juara “Program, (5) dominance of Bandung City Government staff, (6) bad habits of Bandung
residents. The conclusion of this research shows that the implementation of the communication strategy by
the Bandung City Government in realizing the “Bandung Champion” Program has been carried out, but
all of that does not guarantee the process of internalization of city stakeholders will be successfully formed.

Keywords: Strategy; communication; Bandung Juara; city branding; Bandung

Korespondensi: Dr. Rosnandar Romli, M.Si, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung Sumedang KM.21,
Sumedang, Jawa Barat 45363. Email: rosnandar.romli@unpad.ac.id

Submitted: September 2019, Accepted: November 2019, Published: February 2020


ISSN: 2528-6927 (printed), ISSN: 2541-3678 (online). Website: http://jurnal.unpad.ac.id/profesi-humas
264 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289

PENDAHULUAN visi dan misi kota. Sebagaimana menurut

(Nugraha, Yustikasari, & Koswara, 2017)


Peningkatan arus globalisasi menuntut
suatu kota akan memiliki penilaian branding,
berbagai negara atau daerah bersaing dengan
citra, dan reputasi apabila memiliki hasil
negara dan daerah lainnya dalam hal attention,
karya monumental yang dirasakan langsung
influence, markets, investments, businesses,
oleh warga yang bersifat fisik. Terbentuknya
visitors, residents, talent dan events. Untuk
pencitraan kota tersebut tidak terlepas dari
dapat bersaing, negara dan daerah harus
peran serta pemerintah kota dan warganya
merubah orientasi mereka dalam pengelolaan
dalam mendukung pelaksanaan Programnya.
kawasan dari local orientation ke global-
Karenanya pembentukan rasa bangga warga
cosmopolit orientation. Tidak saja antar
kota terhadap kotanya merupakan tujuan tak
negara yang berkompetisi, akan tetapi dengan
terpisahkan dari upaya city branding.
kota dan wilayah tertentu di seluruh dunia.
Sukmaraga dan Nirwana menyatakan City
Perkembangan ini harus dihadapi oleh berbagai
branding diadaptasi dari corporate branding,
daerah di Indonesia pada persaingan global
sehingga city branding dipahami sebagai
dengan daerah dan kota lain di seluruh dunia
jaringan asosiasi atau persepsi di benak
yang tidak bisa ditawar-tawar. Bali misalnya,
konsumen (turis/ investor). Oleh karena itu, city
tidak hanya bersaing dengan Jogja, Surabaya
branding dapat didefinisikan sebagai jaringan
dan Jakarta, tetapi juga dengan Kualalumpur,
asosiasi dalam benak konsumen, berdasarkan
Singapura, Phuket, Macau dan kota lainnya di
ekspresi visual, verbal dan perilaku dari suatu
dunia.
tempat yang diwujudkan melalui tujuan,
Upaya branding kota atau daerah (city
komunikasi, nilai-nilai dan budaya umum para
branding) untuk lebih mengenalkannya ke
pemangku kepentingan (Mihardja, 2019).
dunia luar semakin dibutuhkan agar sukses
Mittila dan Lauren berpendapat bahwa
“menggaet” investor dan mitra dari luar daerah
branding suatu negara adalah membangun
lainnya. City branding merupakan upaya
asosiasi positif untuk dirinya sendiri,
pembangunan merek sebuah kawasan untuk
penghuninya, dan produk-produknya. Tujuan
tujuan tertentu seperti pariwisata maupun
utama utama dari merek negara adalah
investasi. Tujuan akhir dari city branding ini
untuk berkontribusi pada kesejahteraan
adalah terbentuknya pencitraan kota sesuai
warganya. Merek negara yang kuat juga dapat
dengan falsafah yang telah dirumuskan dalam
mengembalikan kredibilitas internasional

Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 265

yang cacat, meningkatkan pengaruh politik bagi citra produk, seperti “Jam tangan Swiss.

internasional, dan merangsang kemitraan Place branding dapat diperlakukan sebagai

internasional yang lebih kuat (Mittila & Lauren, bentuk manajemen tempat. Pada tingkat

2014). paling sederhana, manajemen tempat sangat

Kavaratzis menyatakan bahwa place bergantung pada perubahan cara tempat

branding adalah sebagai sarana untuk dirasakan oleh kelompok pengguna tertentu

mencapai keunggulan kompetitif yang akan (Kavaratzis & Ashworth, 2005).

memungkinkan kota untuk meningkatkan daya Berdasarkan pengertian diatas bahwa city

tarik investasi dan pariwisata, serta memperkuat branding tak lain untuk menciptakan keunggulan

identitas lokal dan menghindari pengucilan kompetitif antar kota, maka keunggulan

sosial (Castillo-Villar, 2018). Kavaratzis kompetitif ini dicapai melalui pengelolaan dan
menyatakan bahwa terdapat 3 hal mengenai komunikasi citra kota yang menarik. Karena

kesalahan dalam penggunaan istilah place alasan ini, pencitraan kota bertujuan untuk

branding yaitu nomenklatur geografis, yang mengontrol prosedur yang beragam yang dapat

kedua, co-branding tempat-produk dan yang mengubah dan mengkomunikasikan citra kota

ketiga, branding sebagai manajemen tempat yang diinginkan secara lebih efektif.

(Kavaratzis & Ashworth, 2005). Beberapa wilayah di tanah air yang pernah

Place branding sering diidentikkan dengan menerapkan program destination branding

penamaan kota berdasarkan barang-barang atau antara lain Yogyakarta dengan “Jogja Never

sumber daya yang diproduksi di kota tersebut, Ending Asia” dan Solo dengan “Solo Spirit of

seperti halnya kota Champagne di Perancis, Java.” mengimplementasikan kampanyenya

mereka menamakan kota tersebut sebagai melalui distribusi merek dengan diberbagai

penghasil Wine terkenal di dunia hanya karena tempat ikonik di Jogja serta berbagai pagelaran

tidak ingin ada lagi kota-kota lain yang juga kesenian khas Jawa yang beragam. Sementara,

memiliki pabrik anggur yang menggunakan Tulungagung merumuskan city branding

nama ‘champagne’ untuk produksi anggur putih mereka. Tulungagung adalah kota berbasis

(Kavaratzis & Ashworth, 2005). Sedangkan co- industri kecil. Di kawasan ini, ada juga

branding mengenai suatu produk dan tempat potensi lain yang bisa menarik wisatawan

ditujukan untuk memasarkan produk fisik yaitu peninggalan sejarah masa lalu, terutama

dengan mengasosiasikannya dengan tempat di bidang arkeologi ditemukan di beberapa

yang dianggap memiliki atribut yang bermanfaat lokasi. Peninggalan prasejarah sejarah manusia
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
266 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289

juga ditemukan di sini. Dengan tema sejarah, fasilitas publik (Damayanti et al., 2017).

Tulungagung merancang city branding dengan Pemerintah Kota Bandung harus

tagline “The Beginning of Life” (Damayanti, membangun brand (brand building) untuk

Rahayu, & Ulfah, 2017). Banjarmasin pun daerahnya, tentu yang sesuai dengan potensi

memploklamirkan diri sebagai Kota Sungai maupun positioning yang menjadi target kota

yang bersih dan nyaman (Barasih wan Nyaman) Bandung. Bandung pun tidak ketinggalan

dengan melakukan program revitaliasi meluncurkan program ini dengan sebutan

sungai serta memanfaatkan sosial media “Bandung Juara”. Slogan Bandung sebagai

untuk membangun brand awareness seluruh Paris Van Java dari tahun 1900-an sudah menjadi

stakeholder (Maulina & Atika, 2019). image bahwa Bandung sebagai kota tolak ukur

Pencitraan kota di setiap wilayah fashion di nasional bahkan internasional, hal


dimaksudkan untuk menyoroti potensi daerah ini dibuktikan dengan menjamurnya industri

tersebut. Sebagai contoh, Pekalongan ingin clothing dan outlet pakaian di kota Bandung.

menyoroti daerahnya yang memiliki banyak Reputasi kota Bandung sebagai tujuan wisata,

industri batik; Surakarta terkenal dengan “The tempat belanja, kuliner, pusat mode dan busana

Spirit of Java” yang ingin menyoroti budaya berdampak pada tumbuhnya industri kreatif

Jawa-nya; Daerah Istimewa Yogyakarta yang didukung ketersediaan berbagai sumber

sebagai daerah khusus di Jawa memiliki “Jogja daya, hal ini menjadikan Bandung mempunyai

Istimewa” untuk mengkhususkan sistem daya tarik yang luar biasa bagi wisatawan

budaya dan pemerintahan daerah. Berkaitan maupun investor untuk beraktivitas di kota

dengan itu, keinginan Pemerintah Kota Malang Bandung.

untuk menonjolkan kecantikannya takkalah Di tengah persaingan menuju era globalisasi

tertinggal.Perumusan city branding di daerah- Kota Bandung memerlukan daya saing dan

daerah ini ternyata memiliki berbagai masalah. daya juang meningkatkan pertumbuhan

Istilah “Sparkling Surabaya” dan upaya untuk ekonomi, pertumbuhan industri kreatif yang

membuat city branding berasal dari koleksi sangat menjanjikan merupakan fakta sangat

pengusaha di kota simbol buaya ini. Komitmen membanggakan karena bisa menjadi lokomotif

untuk bekerjasama tidak terpelihara dengan pertumbuhan ekonomi secara makro dan harus

baik di antara pengusul dan pemerintah diakui bahwa Bandung mempunyai begitu

sehingga implementasi pencitraan kota ini banyak potensi ekonomi yang masih belum

hanya merupakan slogan di situs web atau di tergali dan didayagunakan secara maksimal.

Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 267

Hal lain yang juga menjadi keunggulan yang mengarah pada karakter masyarakatnya

dan tidak banyak masyarakat di Kota Bandung yang masih membuang sampah di sembarang

yang menyadari bahwa sesungguhnya Bandung tempat. Saat ini, Walikota melalui Pemkot

ini memiliki nilai-nilai melebihi kota-kota Bandung mempunyai “Relawan Disiplin”.

yang lain. Dari segi SDM, Bandung memiliki Mereka melakukan beberapa kegiatan, seperti

segudang anak muda dengan talenta yang luar membersihkan iklan di tembok-tembok, hingga

biasa, selain itu jumlah pendidikan tinggi yang memotret pelaku pelanggaran. Sementara

banyak serta kemudahan mengakses teknologi, itu untuk PMKS (Penyandang Masalah

dan karakteristik masyarakat yang terbuka akan Kesejahteraan Sosial), Walikota telah meminta

perbedaan dan perubahan, mampu memacu para pengemis untuk beralih profesi menjadi

dan mendukung generasi muda untuk terjun penyapu jalan, jika tidak mereka akan dirazia.
menjadi wirausaha. Walikota, Ridwan Kamil juga memberikan

Berpijak dari pernyataan itulah kemudian perhatian besar pada taman-taman kota sehingga

Pemkot Bandung menginisiasi program tagline “Bandung Juara” segera terwujud.

city branding sesuai visi dan misinya untuk Indikasi keberhasilan program city

mewujudnya kota Bandung yang unggul, branding program “Bandung Juara” tidak

nyaman, dan sejahtera. Dan tujuan umumnya semata-mata terletak pada potensi potensi

tidak lain adalah untuk menarik minat masyarakat yang ada seperti telah dikemukakan. Ada

luar dan turis mancanegara agar berkunjung ke beberapa faktor yang juga sangat menentukan

Kota Bandung. Sedangkan ditinjau dari tujuan keberhasilan penyelenggaraan program ini

khususnya adalah merupakan upaya yang antara lain; ketegasan Pemkot Bandung

dilakukan pemerintah kota Bandung untuk dalam menerapkan regulasi, perbaikan sarana

membuka hati warga Bandung agar memiliki prasarana kota serta sumber daya manusia yang

rasa bangga terhadap kotanya. dimiliki Kota Bandung.

Program “Bandung Juara” digelar Merujuk pada Perda Kota Bandung

pemerintah kota Bandung adalah untuk mengenai pengelolaan dan pengendalian

mensejajarkan diri dengan kota-kota manajemen Pemerintah Kota Bandung Nomor

metropolitan di Indonesia bahkan di dunia. 08 tahun 2008, Rencana Pembangunan Jangka

Untuk pencapaian tujuan program itu tersebut Panjang (RPJMD) kota Bandung tahun

digelar berbagai macam agenda kegiatan, yaitu: 2005-2025, disebutkan bahwa RPJMD kota

seperti dalam kegiatan program kebersihan Bandung 2013-2018 merupakan tahap ketiga
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
268 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289

pembangunan jangka panjang daerah. Rencana bahkan Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru

Pembangunan Jangka Menengah Daerah dalam pidatonya mengatakan bahwa Bandung

(RPJMD), Tahun 2005-2025 mengamanatkan adalah ibu kotanya Asia-Afrika.

visi daerah, yaitu “Kota Bandung Bermartabat”. Program city branding kota Bandung

Pembangunan Kota Bandung saat ini dengan merupakan program yang besar dan meliputi

mempertimbangkan arah pembangunan jangka berbagai kegiatan yang akan melibatkan

panjang daerah, kondisi, permasalahan dan banyak pihak, baik dari warga Pemkot

tantangan pembangunan yang dihadapai serta Bandung maupun stakeholder kota (kelompok

isu-isu strategis, maka visi kota Bandung Tahun kepentingan). Masyarakat kota Bandung adalah

2013-2018, yaitu; “Terwujudnya Kota Bandung stakeholder kota yang potensial yang dapat

yang Unggul, Nyaman, dan Sejahtera. membawa kota Bandung ke arah kemajuan juga
Faktor lainnya yang juga mendukung kemunduran. Peran stakeholder kota Bandung

dicetuskannya program “Bandung Juara” adalah dalam pelaksanaan program “Bandung Juara”

adanya potret realitas Bandung. Kota Bandung sangat penting mengingat dukungan dan

merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa apresiasi stakeholder kota terhadap kotanya

Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi. akan mempermudah tercapainya tujuan dari

Kota ini terletak 140 km sebelah tenggara program “Bandung Juara” ini, dan akan

Jakarta, dan merupakan kota terbesar ketiga berhasil manakala di kedalaman hati tiap warga

di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya kota Bandung tertanam rasa bangga (sense of

menurut jumlah penduduk. Sedangkan belonging) terhadap kota Bandung. Karenanya,

wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan program “Bandung Juara” ini semata-mata

Bandung) merupakan metropolitan terbesar untuk menggugah semangat dan rasa bangga

ketiga di Indonesia setelah Jabotabek. Di kota masyarakat Bandung terhadap kotanya.

yang bersejarah ini, berdiri sebuah perguruan Program “Bandung Juara” dilakukan

tinggi teknik pertama di Indonesia (Technische melalui pendekatan komunikasi kepada

Hoogeschool te Bandoeng– TH Bandung, masyarakat Bandung, khususnya dimulai dari

sekarang Institut Teknologi Bandung. Menjadi pendekatan terhadap kelompok-kelompok

ajang pertempuran di masa kemerdekaan, kepentingan (stakeholder) kota Bandung.

serta pernah menjadi tempat berlangsungnya Melalui pendekatan inilah diharapkan warga

konferensi Asia – Afrika 1955, suatu pertemuan Bandung dapat lebih mudah tergugah hatinya

yang menyuarakan semangat anti kolonialisme, tanpa merasa ada paksaan dari pemkot Bandung

Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 269

untuk ikut berpartisipasi dalam mewujudkan yang diharapakan menjadi opinion leader
program “Bandung Juara”. rupanya tidak menyebarluaskan informasi
Dilihat dari sudut pandang Pemkot Bandung program “Bandung Juara” ke masyarakat.
selaku penyelenggara program “Bandung Ketidakmerataan komunikasi yang dilakukan
Juara”, stakeholder kota merupakan unit-unit pemkot Bandung tidak hanya dirasakan oleh
yang memiliki karakter di luar kendali Pemkot masyarakat awam saja. Kalangan stakeholder
Bandung. Artinya, pihak-pihak kepentingan kota yang dekat dengan Pemkot pun banyak
itu mempunyai peluang untuk mendukung yang tidak memperoleh akses komunikasi
atau menolak program “Bandung Juara”. yang baik dari pemkot. Berdasarkan konteks
Oleh karena itu, Pemkot perlu menggalang sosial tersebut, kiranya dapat dipahami
komunikasinya dengan intens pada stakeholder mengapa pemilihan masalah dalam penelitian
kota melalui berbagai pendekatan komunikasi. ini lebih menitikberatkan pada bagaimana
Tindak lanjut dari komunikasi yang dilakukan strategi komunikasi pemkot Bandung kepada
Pemkot Bandung ini adalah munculnya stakeholder kota dalam mewujudkan program
partisipasi stakeholder kota dalam mewujudkan “Bandung Juara”. Usaha mengkaji persoalan ini
Program “Bandung Juara”. akan dilihat secara lebih terperinci terutama yang
Stakeholder kota sebagai sasaran Program menyangkut bagaimana strategi komunikasi
“Bandung Juara” merasa perlu turut serta pemkot Bandung kepada stakeholder kota
menyumbangkan aspirasinya. Program dalam mewujudkan Program “Bandung Juara”.
“Bandung Juara” ini menuntut pelibatan Studi mengenai strategi komunikasi
seluruh stakeholder kota. Akan tetapi, semakin dalam upaya city branding dilakukan beberapa
terbukanya keran demokrasi dalam masyarakat peneliti, antara lain Prihartini (2013) yang
menjadikan masyarakat lebih kritis dalam meneliti strategi komunikasi dan promosi
menyikapi hal baru di lingkungan sekitar. wisata sungai Musi Dinas Pariwisata Provinsi
Menanggapi langkah Pemkot Bandung dalam dan kota Palembang dalam membangun
program Bandung Juara”, stakeholder kota brand waterfront. Pada penelitian ini terdapat
Bandung menilai bahwa yang dilakukan pemkot kritikan bahwa proses komunikasi dan promosi
Bandung selama ini masih belum efektif sampai oleh para pejabat atau panitia yang dibentuk
pada sasaran. sebaiknya dilakukan tidak hanya secara alamiah
Kelompok-kelompok kepentingan atau berdasarkan pengalaman saja, namun juga
yang selama ini telah didekati pemkot perlu mengacu pada konsep strategi komunikasi
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
270 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289

pariwisata yang ada, agar biaya dan tenaga yang definisi city branding berdasarkan pemahaman
ada dapat lebih optimal (Prihartini, 2013). sejarah, daya tarik, branding efforts, demografi,
Sedangkan Joram Ndlovu (2009) ekonomi, dan pariwisata, masyarakat kota,
membahas mengenai pengembangan turis, project yang dilakukan kota dalam rangka
destination branding dan kerangka pemikiran city branding dan kelemahan, permasalahan
berdasarkan pengalaman masyarakat dan solusinya. Penelitian ini membahas City
Zimbabwe. Hasil penelitian ini adalah bahwa Branding New York, Paris, San Francisco,
konsep branding diinterpretasikan berbeda- Rochester, Berlin, dan Charlotte (Winfield-
beda dalam destination marketing. Destination pfefferkorn, 2005).
branding harus di sepakati bersama mengenai Berdasarkan pemaparan tersebut, maka,
pemahaman dan pengertiannya sebelum kajian ini menjadi menarik untuk diteliti, oleh
dilakukan aktivitas dalam upaya re-branding katena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk
(Ndlovu, 2009). mengetahui upaya Pemkot Bandung dalam
Adapun Gordon Jonathon Day (2005) mendorong partisipasi stakeholder kota guna
membahas mengenai produk wisata yang mewujudkan program “Bandung Juara”.
ditawarkan serta proses penjualan dan
METODE PENELITIAN
pengenalan brand tersebut. Dalam penelitian ini

memfokuskan mengenai pengembangan “brand Penelitian ini menggunakan metode


Australia” di Amerika oleh Komisi Nasional pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif
Pariwisata Australia dari tahun 1996-2004 adalah pengumpulan data pada suatu latar
yang menggunakan kampanye marketing yaitu alamiah, dengan menggunakan metode
salah satunya menggunakan Olimpiade Sydney alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti
pada tahun 2000 sebagai katalis pengembangan yang tertarik secara alamiah. Jelas definisi
Komisi Nasional Pariwisata Australia sebagai ini memberikan gambaran bahwa penelitian
brand partner untuk branding Australia (Day, kualitatif mengutamakan latar alamiah,
2005). metode alamiah, dan dilakukan oleh orang
Julia Winfield-Pfefferkorn yang membahas yang mempunyai perhatian alamiah (Moleong,
mengenai bagaimana cara mengembangkan 2000).
brand yang kuat dan apa saja yang diperlukan Jadi dalam penelitian kualitatif, seorang
oleh kota dalam menyukseskan brand tersebut. peneliti memasuki tatanan alamiah dari orang
Dalam penelitian ini juga membahas mengenai yang ditelitinya. Peneliti dalam penelitian
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 271

kualitatif terjun sendiri ke lapangan untuk berbagai sumber informasi yang meliputi:

mengumpulkan datanya. Data-data yang observasi, wawancara, materi audio-visual,

diperoleh berupa data kualitatif, bukan dokumentasi dan laporan pertanggung jawaban

kuantitatif karena data yang diperoleh tidak setiap program yang mendukung kampanye

memerlukan pengukuran. Oleh sebab itu dalam ini. Pada jenis single case holistik, jumlah unit

penelitian kualitatif tidak ada satu kebenaran yang digunakan pada umumnya hanya satu

yang mutlak atau bahkan sama sekali unit analisisnya tidak

Penelitian ini menggunakan jenis studi dapat dijelaskan, karena terintegrasi dengan

penelitian studi kasus. Dapat dikatakan, studi kasusnya. Dalam penelitian studi kasus yang

kasus merupakan penelitian di mana peneliti demikian, unit analisis tidak dapat ditentukan

menggali suatu fenomena tertentu (kasus) karena kasus tersebut juga sekaligus merupakan
dalam suatu waktu dan kegiatan (program, unit analisis dari penelitian.

event, proses, institusi atau kelompok sosial) Penelitian ini menggunakan teknik

serta mengumpulkan informasi secara terinci pengambilan key informan dengan teknik

dan mendalam dengan menggunakan berbagai purposif sampling. Teknik penentuan key

prosedur pengumpulan data selama periode informan adalah merupakan teknik penentuan

tertentu. Penelitian ini merujuk pada jenis studi narasumber. Untuk menentukan narasumber

kasus karena berupaya untuk menggali sebuah yang akan digunakan dalam penelitian.

program city branding kota Bandung bertajuk Berdasarkan syarat kriteria key informan yang

“Bandung Juara” dengan prosedur pengumpulan ditetapkan dalam penelitian ini adalah 1) bersedia

data berupa wawancara mendalam, observasi untuk diwawancarai dan dapat menjelaskan

dan studi literatur dimana informasi yang dengan baik mengenai strategi komunikasi

dikumpulkan memerinci setiap kegiatan yang Pemkot Bandung dalam mewujudkan program

dilakukan dalam rangkaian program tersebut “Bandung Juara”; 2) Mengetahui serta

dalam kurun waktu 2013 hingga 2018. memahami dengan baik strategi komunikasi

Penelitian ini menggunakan desain kasus Pemkot Bandung dalam mewujudkan

tunggal dengan tipe holistik. Penelitian studi program “Bandung Juara”; 3) Terlibat dalam

kasus tunggal holistik adalah penelitian yang penyelenggaraan strategi komunikasi Pemkot

menempatkan sebuah kasus sebagai fokus Bandung stakeholder kota dalam mewujudkan

dari penelitian dengan menggunakan berbagai program “Bandung Juara”; dan 4) Mengetahui

sumber data. Penelitian ini pun menggunakan sejarah dan keadaan kota Bandung sebelum
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
272 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289

ada strategi komunikasi Pemkot Bandung jalan dan utilitas. Kapasitas jalan sudah jenuh

stakeholder kota dalam mewujudkan program akibat buruknya manajemen lalu lintas dan

“Bandung Juara” dan sesudah adanya program, jaringan jalan. Solusi bukan membebaskan

sehingga key informan terpilih sebanyak 14 ongkos transportasi kepada masyarakat atau

orang. membangun sky train, dan lain-lain bersifat

Masalah dalam kasus-kasus tertentu di populis serta rendah manfaat. Masalah

mana teknik komunikasi yang lainnya tidak berikutnya adalah penyediaan transportasi

dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi massal untuk masyarakat yang belum optimal.

alat yang sangat bermanfaat. Penelitian ini Pemkot menciptakan berbagai kegiatan

menggunakan teknik pengumpulan data berupa program yang mampu merangsang partisipasi

wawancara mendalam semi struktur (in-depth), masyarakat dalam mewujudkan program


observasi, dan studi kepustakaan. Teknik analisis “Bandung Juara”. Ridwan Kamil Sejak dilantik

data yang dilakukan adalah secara induktif yang menjadi walikota pada 2013, melalui Pemkot

merupakan susunan laporan deskriptif. Bandung telah meluncurkan beberapa kegiatan

prioritas berkaitan dengan permasalahan Pemkot


HASIL DAN PEMBAHASAN
Bandung dan mengajak stakeholderuntuk

Agar stakeholder kota bersedia berpatisipasi dalam mewujudkan program

berpartisipasi untuk mewujudkan Program “Bandung Juara”. Pemkot telah menyiapkan

“Bandung Juara”. Pemkot Bandung kegiatan program unggulan untuk Kota Bandung,

menciptakan berbagai kegiatan program yang yang dapat mendorong pemberdayaan ekonomi,

mampu merangsang partisipasi masyarakat. mengentaskan kemiskinan, peningkatan

Kota Bandung mempunyai sejumlah masalah infrastruktur, optimalisasi pendidikan serta

mulai dari sampah, ketertiban kota, hingga solusi transportasi kota. Dalam rangka

transparansi pengelolaan anggaran. Untuk itu, mewujudkan Program “Bandung Juara” yang

Pemkot Bandung memberikan perhatian besar sukses, Pemkot intensif mengkomunikasikan

pada pembentukan karakter, disiplin, dan pola kegiatan itu, selain itu Pemkot Bandung juga

pikir sumber daya manusia (SDM). Sumber memberikan dukungan berupa dana pemerintah

daya manusia inilah yang memberikan dampak untuk bantuan masyarakat. Dan untuk

paling besar pada wajah kota. Program tidak pengusaha diluncurkannya aplikasi pelayanan

bisa berjalan lancar tanpa dukungan masyarakat. untuk memudahaan perizinan usaha. Sehingga

Masalah lain adalah buruknya kualitas jaringan pemohon perizinan bisa melalui portal

Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 273

tanpa harus bertatap muka dengan pegawai mampu mempermudah proses pembangkitan

pemerintah. sense of belonging masyarakat terhadap Kota

Berbagai program kegiatan yang dibentuk Bandung.Jika rasa bangga masyarakat telah ada

Pemkot Bandung untuk mendorong partisipasi dalam diri stakeholder maka secara otomatis

stakeholder kota dalam pelaksanaan Program masyarakat akan bersedia mendukung program-

“Bandung Juara” sudah baik, karena program program Pemkot yang bertujuan mewujudkan

yang dibuat umumnya bertahap dan bersifat kota Bandung menjadi juara dalam berbagai

berkesinambungan. Hanya saja pelaksanaannya aspek. Namun terdapat beberapa penghambat

belum merata di semua lapisan masyarakat dalam menumbuhkan rasa sense of belonging

kota Bandung yang menjadi sasaran masyarakat kota Bandung yang tergambar pada

program. Akibatnya, hanya masyarakat yang gambar 1.


merasa berkepentingan saja yang bersedia Rendahnya Sense of Belonging Stakeholder

berpartisipasi dalam Program “Bandung kota menghambat proses indentifikasi diri pada

Juara” sedangkan masyarakat yang merasa tahap internalisasi. Zhao dkk merujuk kepada

tidak memikili kepentingan apapun dengan Hagborg menyamakan sense of belonging

Program “Bandung Juara” cenderung memilih dengan havingan attachment, sense of

diam, belum dapat berpartisipasi. Di samping identification, dan sense of membership. Sense

itu, kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi of belonging didefinisikan sebagai kelekatan

dalam Program “Bandung Juara” ini justru tidak emosional pengguna kepada objek tertentu, di

muncul dari kesadaran sendiri. Masyarakat dalam penelitiannya berupa virtual communities

bersedia berpartisipasi jika ada himbauan dari (Yuwono, 2015).

tim Pemkot. Dengan kata lain, tahap akhir dari Peneliti lain, Fail, Thompson& Walker

pelaksanaan strategi komunikasi yang dilakukan menyebutkan sense of belonging sebagai bagian

Pemkot Bandung tersebut belum berhasil integral dari perasaan di rumah sendiri (at home),

memunculkan kesadaran diri stakeholder kota yang bisa melekat pada sebuah tempat atau

Bandung secara menyeluruh yang menjadi hubungan yang penting. Objek kelekatan ini

sasaran program. dapat berupa apa saja dengan tingkat kelekatan

Berbagai upaya pendekatan komunikasi yang berbeda. Kelekatan terhadap ‘hubungan’

yang strategis telah dilakukan Pemkot dalam ditemukan memiliki kekuatan yang lebih besar

menanamkan pemahaman, dan mendorong tiga kali lipat kelekatan terhadap negara tertentu

partisipasi. Berbagai upaya tersebut diharapkan (Yuwono, 2015).


Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
274 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289

Sumber: Hasil Penelitian

Gambar 1 Strategi Komunikasi Program “Bandung Juara” Sebagai Bagian dari City Branding Kota Bandung

Sense of belonging didefinisikan oleh (Yuwono, 2015).

Grajczonek sebagai pengetahuan di mana dan Phinney, Horenczyk, Liebkind & Vedder

dengan siapa kita berada. Pengetahuan ini menyebutkan bahwa sense of belonging terhadap

adalah sesuatu yang integral pada hidup manusia objek budaya tertentu akan membentuk identitas

dan akan selalu berkembang. Rasa memiliki etnik pada diri individu (Yuwono, 2015). Meyer

yang dimiliki pertama kali oleh seorang anak dan Allen merumuskan dua dimensi utama

adalah kepada keluarga, kelompok budayanya, sense of belonging yaitu: (1) perasaan berharga,

tetangga dan komunitas yang lebih luas. Sense dibutuhkan atau penting dengan menghargai

of belonging akan makin berkembang sejalan orang, kelompok atau lingkungan, (2) perasaan

dengan makin beragamnya lingkungan anak cocok di dalam atau menjadi serupa dengan

Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 275

orang lain, kelompok atau lingkungan melalui stakeholder kota dan pemkot Bandung. Selain
karakteristik yang sama. Munculnya sense of itu, tiap individu anggota stakeholder kota tidak
belonging ini menimbulkan beberapa efek pada hanya hidup dalam dunia yang sama, tetapi
diri individu (Yuwono, 2015). masing-masing dari mereka juga berpartisipasi
Zhou dkk (2012) menyebutkan tiga efek dalam program yang dikomunikasikan oleh
yaitu: (1) keterlibatan psikologis, sosial, spiritual pemkot Bandung. Baru setelah mencapai taraf
atau fisik, (2) atribut yang penuh makna bagi internalisasi ini, stakeholder kota dan pemkot
dirinya atas keterlibatan ini, (3) kematangan Bandung telah membaur menjadi anggota
dalam respon emosi, kognitif dan perilaku. masyarakat yang berorentasi pada satu misi
Melalui sense of belonging ini individu-individu untuk mewujudkan program “Bandung Juara”.
di dalam organisasi akan saling memperhatikan Internalisasi merupakan dasar bagi
sehingga mendorong adanya keinginan untuk pemahaman mengenai ”sesama saya,” yaitu
lebih berpartisipasi di dalamnya. Sense of pemahaman individu dan orang lain yang sama-
belonging yang kuat juga akan mendorong sama sebagai bagian dari stakeholder kota
kesediaan untuk menginternalisasi nilai-nilai Bandung untuk memahami program “Bandung
organisasi ke dalam diri mereka. Beberapa Juara” sebagai sesuatu yang maknawi dari
faktor yang mempengaruhi kuat lemahnya sense suatu kenyataan sosial. Pada tahap internalisasi
of belonging adalah familieritas, kepercayaan, ini pemkot Bandung kepada stakeholder kota
dan kemiripan yang dimiliki di antara anggota berupaya untuk mendorong stakeholder kota
organisasi (Yuwono, 2015). agar bersedia turut berpartisipasi dalam bentuk
Tahap terakhir dalam proses konstruksi tindakan untuk mewujudkan program “Bandung
sosial program “Bandung Juara” ini adalah Juara”. Artinya, keterlibatan stakeholder kota
tahap internalisasi. Pada tahap internalisasi, dalam menyokong pelaksanaan program
masing-masing individu anggota stakeholder “Bandung Juara” merupakan salah satu wujud
kota tidak hanya memahami definisi strategi terbentuknya internalisasi di dalam tubuh
komunikasi dari pemkot Bandung yang stakeholder kota Bandung itu sendiri. Banyak
dialaminya bersama, namun tiap individu juga sedikitnya partisipasi masyarakat kota Bandung
mendefinisikan kenyataan-kenyataan itu secara dalam pelaksanaan program “Bandung Juara”
timbal balik. Pada saat ini yang terpenting dapat dijadikan sebagai tolok ukur terbentuknya
terdapat suatu pengidentifikasian timbal balik internalisasi. Pemkot telah menempuh berbagai
yang berlangsung secara terus menerus antara upaya untuk mendorong partisipasi stakeholder
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
276 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289

kota di tahap ini. sehubungan dengan usahanya dan mereka

Pada konteks ini Berger dan Luckmann hanya diminta dengan CSR nya bekerjasama

(1990: 186), mengatakan bagaimanapun juga dengan pemkot Bandung menata taman kota. Di

dalam bentuk internalisasi yang kompleks, samping itu, pemkot juga membentuk “Relawan

individu tidak hanya “memahami” dunia di Disiplin” kegiatan ini untuk bersih-bersih kota

mana dia hidup dan dunia itu menjadi dunia dan Musyawarah Rencana Pembangunan

individu bagi dirinya. Ini menandai antar (Musrenbang)” sebagai upaya menggerakkan

individu anggota stakeholder kota mengalami masyarakat untuk menata lingkungannya guna

kebersamaan dalam waktu, dengan cara yang menyongsong program “Bandung Juara”.

lebih dari sekedar sepintas lalu, dan juga suatu Dalam merealisasikan program-program

perspektif komprehensif yang mempertautkan perangsang partisipasi masyarakat tersebut,


urutan situasi secara intersubjektif (Berger & Pemkot Bandung tidak lupa membubuhkan

Luckmann, 2016). tindakan percontohan agar masyarakat dapat

Beberapa langkah yang telah ditempuh bergerak sesuai dengan yang diharapkan

Pemkot Bandung untuk mendorong partisipasi Pemkot Bandung.

stakeholder kota antara lain Pemkot Meskipun pemkot Bandung telah

menciptakan berbagai kegiatan dalam program menempuh berbagai upaya untuk mendorong

“Bandung Juara” yang mampu merangsang partisipasi stakeholder kota, tetapi semua

partisipasi masyarakat seperti, menggalakan itu tidak menjamin proses internalisasi

naik sepeda untuk berjalan-jalan Bandung. stakeholder kota akan sukses terbentuk.

Sedikit demi sedikit hal itu dapat mempengaruhi Kenyataan di lapangan justru menunjukkan

masyarakat untuk melakukan hal yang sama. bahwa tahap internalisasi ini tidak terbentuk

Seluruh fasilitas dan pelayanan telah diberikan dengan baik. Artinya stakeholder kota tidak

kepada masyarakat untuk menunjang indeks bisa mengidentifikasikan diri sepenuhnya

kebahagiaan masyarakat, tinggal bagaimana dalam konteks program “Bandung Juara”. Ada

masyarakat Bandung memelihara fasilitas beberapa kondisi yang menyebabkan tahap

tersebut agar tetap utuh dalam kondisi seperti internalisasi ini tidak terbentuk dengan baik,

semula. antara lain upaya pemkot Bandung kurang

Melalui program tersebut Pemkot juga maksimal dalam membentuk penyesuaian

memudahkan masyarakat khususnya pengusaha diri stakeholder kota di tahap eksternalisasi

dikota Bandung membuat berbagai perizinan dan objektivasi. Selain itu dilihat dari sudut

Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 277

pandang stakeholder kota, adanya etos kerja yang menyertainya. Berger dan Luckmann

yang kurang baik dan sulit untuk diajak maju menyatakan, tanpa mempertimbangkan

serta rendahnya sense of belonging stakeholder dimensi lainnya, bisa dikatakan bahwa

kota terhadap kota Bandung sendiri akhirnya sosialisasi sekunder adalah proses memperoleh

menghambat proses identifikasi diri di tahap pengetahuan khusus sesuai dengan perannya

internalisasi ini. (role specific knowledge), dimana peran-peran

Menurut Berger dan Luckmann, proses itu secara langsung atau tidak berakar dalam

ontogenic, dimana individu menjadi anggota pembagian kerja. Artinya, dalam sosialisasi

masyarakat seperti di atas, disebut sebagai sekunder masing-masing stakeholderkota telah

sosialisasi. Dengan demikian, sosialisasi dapat mampu membentuk ciri khas tersendiri sesuai

didefinisikan sebagai pengimbasan individu dengan karakter komunitasnya (Berger &

secara konprehensif dan konsisten ke dalam Luckmann, 2016).

dunia objektif suatu masyarakat atau salah Dalam tahap ini tiap stakeholder kota mampu

satu sektornya. Proses internalisasi yang ideal memaknai dan membawa konsep Program

selalu didahului dengan tahap sosialisasi “Bandung Juara” ke dalam kehidupannya. Hanya

primer dan sosialisasi sekunder. Pada proses saja dalam prakteknya langkah komunikasi

internalisasi ini, tahap sosialisasi primer yang strategis yang dilakukan Pemkot Bandung

dilakukan Pemkot Bandung melalui third party belum bisa menjangkau sampai pada ranah

endorsment (Tokoh Masyarakat, Para Ahli, tersebut. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya

Walikota Bandung dan Pejabat pemerintahan faktor penghalang yang terjadi di lapangan

lainnya) hanya bisa menyentuh sisi kognitif yang menjadi penghalang terbentuknya

sasaran, tetapi tidak berhasil membangun identifikasi dari di tahap internalisasi ini

kedekatan emosional dengan sasaran. Akibatnya antara lain, pada tahap internalisasi ini, salah

sosialisasi sekunder tidak terbentuk dengan baik satu faktor yang banyak dituding sebagai

(Berger & Luckmann, 2016). penyebab kegagalan pembentukan identifikasi

Pada sosialisasi sekunder, telah terjadi stakeholder kota adalah keterbatasan waktu

internalisasi “subdunia” kelembagaan atau dan SDM yang dimiliki Pemkot Bandung

yang berdasarkan lembaga. Karena itu untuk mengkomunikasikan program “Bandung

wilayah jangkauan dan sifatnya ditentukan Juara”.

oleh kompleksitas pembagian kerja dan Selain permasalahan keterbatasan waktu

distribusi pengetahuan dalam masyarakat dan SDM yang dimilki Pemkot Bandung,
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
278 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289

kegagalan tahap internalisasi ini juga Dalam program “Bandung Juara” ini Pemkot

dipengaruhi oleh strategi sosialisasi pemkot Bandung seolah-olah mengundang orang luar

Bandung yang tidak bisa menjadikan program untuk datang ke kota Bandung, tetapi yang terjadi

“Bandung Juara” ini sebagai alat rekayasa sosial orang luar tersebut bukannya membeli potensi

(social engineering). Contoh sederhana pada yang dimiliki kota Bandung. Para tamu dari luar

kasus program “Bandung Juara” ini misalnya Bandung tersebut justru membuat kemacetan

ketika misi kota Bandung yang dicanangkan di mana-mana, dan warga Bandung sendiri

oleh pemkot. Bandung adalah menjadi kota menjadi enggan untuk menikmati kotanya.

Ungggul, nyaman dan sejahtera yang berbasis Selain menilai pelaksanaan tahap internalisasi

religius, dari visi ini saja banyak masyarakat kota program “Bandung Juara” dari sudut pandang

Bandung yang tidak tahu. Proses pembentukan Pemkot Bandung, penilaian dari sudut pandang
visi-misi kota Bandung ini tidak bisa dilakukan stakeholder kota pun membawa pengaruh

dengan sistem top-down. Visi-Misi kota besar terhadap keberhasilan pelaksanaan tahap

Bandung sebetulnya merupakan rangkuman, internalisasi program “Bandung Juara” ini.

perasan dari apa yang ada di masyarakat dan Minimnya partisipasi masyarakat pada dasarnya

apa yang diaspirasikan masyarakat. Kalau yang disebabkan oleh gagalnya pembentukan

terjadi di kota Bandung ini justru aneh, visinya internalisasi program “Bandung Juara” di tubuh

menjadi kota unggul, nyaman dan sejahtera stakeholder kota Bandung. Sehingga otomatis

yang berbasis religius. Branding-nya justru penanaman nilai-nilai dan spirit kebanggaan

keluar dari program “Bandung Juara”. Ini seolah warga kota bandung terhadap kotanya pun tidak

tidak ada benang merah antara keduanya. Dari membawa hasil yang memuaskan. Munculnya

hal sederhana semacam itulah yang kemudian sudut pandang negatif para stakeholder kota

menjadi penghambat proses internalisasi terhadap Pemkot Bandung sebagai pencetus

stakeholder kota. program “Bandung Juara” menjadikan proses

Ketika berbicara tentang penanaman identifikasi diri semakin sulit terbentuk.

spirit branding kota, Malaysia Truly Asia Kegagalan tahap internalisasi ditandai

merupakan salah satu contoh sukses yang layak denganmunculnya berbagai sudut pandang

ditiru. Malaysia melakukan follow up dengan negatif dari stakeholder kota dalam memandang

membentuk Visit Malaysia, artinya mereka program “Bandung Juara” dan pemkot Bandung.

berhasil menjual negaranya ke luar. Sedangkan Dalam hal ini stakeholder kota punya banyak

yang terjadi di kota Bandung tidak demikian. celah untuk menyerang pemkot Bandung selaku

Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 279

pencetus program “Bandung Juara”. Salah satu Juara”, sehingga masyarakat pun bergeraknya

penilaian negatif tentang Program “Bandung karena ada instruksi tersebut dan bukan karena

Juara” yang dilontarkan stakeholder kota adalah masyarakat terpanggildari hatinya.

kedudukan mereka yang merasa ditumbalkan Selain perasaan ditumbalkan, pandangan

oleh Pemkot Bandung. Perasaan ditumbalkan negatif stakeholder kota terhadap program

ini muncul manakala pemkot Bandung lebih “Bandung Juara” diwujudkan dalam penilaian

intensif menggarap PKL dan pekerja informal yang memandang program “Bandung Juara”

dari pada komuniksi ke masyarakat kota sarat aroma proyek pemkot. Dilihat dari SDM

Bandung secara luas. sebagai pelaksana program “Bandung Juara”,

Program “Bandung Juara” ini dinilai mayoritas pelaksananya hampir dikuasai oleh

sebagai ajang menggenjot kota Bandung orang pemkot. Artinya aroma proyeknya
khususnya untuk kepentingan pariwisata. Jadi menjadi sangat kental di situ. Termasuk proyek

pihak yang barangkali benar-benar diuntungkan bagi-bagi duit dan bagi-bagi keuntungan

adalah seperti ASITA, PHRI, dan lain-lain. dari donatur atau pengusaha dan APBD kota

Seandainya program “Bandung Juara” ini Bandung.

bisa dijadikan the way of life, sebetulnya ini Pandangan negatif stakeholder kota

akan bisa menggerakkan lebih banyak orang. terhadap program “Bandung Juara” pun menjalar

Tetapi ketika Pemkot Bandung lebih banyak sampai ke sudut pandang politik. Stakeholder

menggarap kalangan bisnis dan ketika tidak kota menilai bahwa Program “Bandung Juara”

semua masyarakat kota Bandung bisa menikmati ini merupakan proyek politik dari Walikota

intensitas komuniksi yang sama, makanya Bandung, Ridwan Kamil. Jadi ketika kota

masyarakat kota Bandung tidak mensupport Bandung jadi penyelenggara peringatan KAA

sepenuhnya. Dalam hal ini masyarakat kota ke 60, Walikota dapat mendampingi Presiden

Bandung merasa ditumbalkan oleh pemkot demi Jokowi dan para pejabat pemerintahan RI

kepentingan satu-dua orang. Langkah awal yang ini merupakan satu selling point tersendiri

seharusnya dilakukan pemkot untuk meletakkan bagi Walikota dalam karir politiknya sebagai

program program “Bandung Juara” ini adalah Walikota Bandung. Berbagai sudut pandang

dengan membongkar sisi kemasyarakatan dulu, negatif tentang program “Bandung Juara” yang

selama ini strategi pemkot langsung dengan muncul dari benak stakeholder kota tersebut

memberikan instruksi ke masyarakat bahwa otomatis akan mempersulit terbentuknya

di kota Bandung akan ada program “Bandung proses identifikasi stakeholder kota untuk bisa
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
280 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289

menerima program “Bandung Juara”. Juara” ini, termasuk dalam berbagai kegiatan

Faktor lain yang turut mempersulit lainnya. Bagi warga masyarakat Bandung

terbentuknya internalisasi Program “Bandung sendiri yang peka terhadap kondisi ini, akan

Juara” bagi stakeholder kota adalah adanya menilai bahwa pemkot mengistimewakan

dominasi staf pemkot Bandung. Sekondusif pedagang dan usaha kuliner. Bila ada pihak

apapun kehidupan antara stakeholder kota yang yang menilai demikian, dapat dianggap sebagai

ada di kota Bandung tetap saja membuahkan sesuatu yang wajar selama pihak tersebut

rasa kecemburuan sosial meskipun persoalan masih mengungkapkannya dalam batas yang

tersebut tidak sampai meluap ke permukaan. bisa ditolerir. Akan menjadi lain persoalannya

Menengok sejarah kota Bandung sendiri, jika pihak warga masyarakat Bandung yang

jumlah orang kreatif usaha masyarakat yang merasa cemburu terhadap keterlibatan warga

ada di kota Bandung hampir sebanding antara pendatang dalam Program “Bandung Juara” ini

yang lemah dan yang kuat, ini dapat dilihat kemudian memelihara rasa cemburunya hingga

dari pertumbuhan usaha rakyat yang ada di memunculkan sikap sentimen terhadap Program

kota Bandung ini yang menjadi hidupnya kota “Bandung Juara”. Masyarakat Bandung yang

Bandung saat ini. Tumbuh berbagai komunitas berpandangan sentimen semacam inilah yang

yang ada di kota Bandung tetap memelihara pada akhirnya menjadi biang penghambat

peradaban nenek moyangnya sehingga terbentuknya internalisasi program “Bandung

bisa membentuk ciri khas kota Bandung. Juara”.

Disadari ataupun tidak, hasil kreativitas Kegagalan proses internalisasi program

warga masyarakat kota Bandung ini memberi “Bandung Juara” ini selain disebabkan oleh

sumbangsih besar bagi geliat pariwisata di kota faktor kendala teknis di lapangan dan cara

Bandung. Sehingga tidak jarang banyak pihak pandang stakeholder kota yang cenderung

yang menyebut kota Bandung sebagai tempat sentimen terhadap Program “Bandung Juara”,

wisata alam, belanja dan kuliner. juga dipengaruhi oleh kebiasaan buruk warga

Sampai ide Program “Bandung Juara” ini kota Bandung.

dicetuskan, wisata kuliner dan belanja tersebut Namanya internalisasi adalah proses

masuk menjadi salah satu nilai jual bagi identifikasi baik yang bersifat individu maupun

program “Bandung Juara” kota Bandung ini. antar individu. Rumus yang sama juga akan

Maka tidak mengherankan bila ikon-ikon wisata berlaku pada tahap internalisasi Program

ini juga ditonjolkan dalam program “Bandung “Bandung Juara” di dalam tubuh stakeholder

Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 281

kota Bandung. Kondisi psikologis individu menghadapi perubahan ini dalam waktu yang

stakeholder kota sangat berpengaruh terhadap cepat. Akibatnya, masyarakat kota Bandung

proses internalisasi. Menengok latar belakang masih merasa suatu kewajaran perilaku buruk

warga masyarakat yang pernah tinggal di kota ini dalam kehidupan sehari-harinya. akhirnya

Bandung, adanya kultur yang tidak gampang memilih untuk menarik diri dalam keikutsertaan

untuk mengubahnya, hingga perilaku warga itu kegiatan dan pesimis bahwa program semacam

menjadi sesuatu yang wajar bagi masyarakat program “Bandung Juara” tidak akan menuai

kota Bandung, secara psikologis juga sudah keberhasilan.

menjadi bagian hidup masyarakat. Pembiaran Berpijak dari keseluruhan hasil pembahasan

ini yang menjadikan kebiasan warga kota mengenai proses pembentukan konstruksi

Bandung. Kondisi ini dalam waktu yang cukup realitas program “Bandung Juara” dengan
lama akan berujung pada pembentukan kultur strategi komunikasi yang telah diciptakan

warga Bandung, sehingga akan berujung pemkot Bandung, dapat ditarik satu kesimpulan

pada terbentuknya pada diri setiap warga kota besar bahwa pada prinsipnya pembentukan

Bandung. konstruksi sosial program “Bandung Juara” di

Sikap buang sampah sembarangan ini telah masyarakat kota Bandung melalui komunikasi

tertanam dalam diri masyarakat kota Bandung, yang strategis tidak dapat berlangsung secara

dan ini menjadikan sikap negatif yang telah sempurna. Artinya tidak terjadi hubungan

tertanam dan mendarah daging dari generasi timbal balik antara pemkot Bandung dengan

ke generasi warga masyarakat kota Bandung. stakeholder kota. Pada akhirnya tidak terjadi

Akibatnya hingga saat ini secara psikososial peleburan pemikiran antara kedua belah pihak,

masyarakat kota Bandung menderita sikap sehingga antara Pemkot Bandung dengan

mental “jorok” dalam membuang sampah, stakeholder kota seolah berjalan sendiri-sendiri

dan hal itu sudah merupakan kebiasaan dalam sesuai dengan kehendak masing-masing. Ada

kehidupannya sehari-hari di mata stakeholder beberapa hambatan yang merintangi di tiap

kota. tahap dialektika baik hambatan tersebut datang

Program “Bandung Juara” merupakan suatu dari pihak Pemkot Bandung maupun dari

ide yang menuntut perubahan cepat menuju stakeholder kota Bandung itu sendiri. Pada

ke arah kemajuan. Mensikapi sikap mental tahap eksternalisasi, terjadi proses penyesuaian

awal yang tertanam pada warga Bandung ini, diri di dalam tubuh Pemkot Bandung maupun

warga secara keseluruhan merasa tidak siap stakeholder kota. Hanya saja dalam proses
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
282 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289

penyesuaian diri ini, perhatian sasaran terhadap tidak merata dan cenderung bersifat top-down

program “Bandung Juara” tetap rendah. Ada sehingga mengakibatkan munculnya banyak

beberapa faktor yang mempengaruhi antara kritik terhadap Pemkot dari pihak-pihak yang

lain; persoalan etos kerja Pemkot Bandung yang punya pemahaman sinis tentang program

telah terbiasa bekerja berdasarkan kebiasaan “Bandung Juara”. Di samping itu, faktor

dan tidak open minded terhadap kemajuan, pengemasan pesan yang terlalu umum, kurang

manajemen sosialisasi pemkot Bandung masih menarik menjadikan pesan-pesan program

belum tertata, rendahnya sense of belonging “Bandung Juara” punya makna mengambang di

stakeholder kota terhadap kotanya dan adanya mata sasaran.

tuntutan yang berlebihan dari stakeholder kota Jika pada dua tahap sebelumnya sudah

dalam menyongsong pelaksanaan program menunjukkan sinyal ketidakberhasilan,


“Bandung Juara”. maka pada tahap akhir dialektika ini pun

Melangkah pada tahap selanjutnya yaitu menunjukkan hasil yang tidak meyakinkan.

tahap objektivasi pun tidak luput dari berbagai Pada tahap internalisasi ini, stakeholder

hambatan. Pada tahap objektivasi ini pada kota sebagai sasaran sulit untuk melakukan

dasarnya pemilihan tools yang dilakukan identifikasi diri terhadap program “Bandung

Pemkot Bandung untuk berinteraksi dengan Juara”. Dengan kata lain, dapat dinilai bahwa

sasaran pada dasarnya sudah tepat. Hanya proses internalisasi di dalam tubuh stakeholder

saja pemanfaatan dan pengelolaan dari tiap kota Bandung tidak terbentuk. Kondisi ini

tools tersebut belum bisa maksimal. Akibatnya dipengaruhi oleh keterbatasan waktu, SDM

hasil pemahaman sasaran terhadap program dan kendala teknis yang dihadapi Pemkot

“Bandung Juara” dan minat sasaran terhadap Bandung, dan yang terpenting adalah penyakit

program “Bandung Juara” masih terhitung psikososial yang diderita sasaran terkait kultur

rendah. Hal ini ditunjukkan dengan fakta yang telah terbentuk pada warga masyarakat

masih banyaknya sasaran yang merasa bingung Bandung, sehingga menimbulkan kecemburuan

dengan arah realisasi program “Bandung sosial. Kondisi inilah yang pada akhirnya

Juara”. Tidak maksimalnya hasil interaksi menghambat proses internalisasi Program

pada tahap objektivasi ini dipengaruhi banyak “Bandung Juara”. Maka, hasil akhir dari

faktor anatra lain; kualitas kinerja SDM pemkot langkah strategi komunikasi Pemkot Bandung

Bandung yang tidak memiliki koordinasi yang dalam mewujudkan Program “Bandung

jelas, adanya pola penyebaran komunikasi yang Juara” ini adalah bahwa proses konstruksi

Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 283

sosial tentang program “Bandung Juara” yang Pemkot Bandung dalam mewujudkan Program

terjadi distakeholder kota Bandung tidak “Bandung Juara”, namun bukan berarti

bisa terbentuk dengan sempurna. Akibatnya partisipasi stakeholder kota dalam Program

program “Bandung Juara” berjalan sebagaimana “Bandung Juara” tidak ada sama sekali. Setelah

adanya hanya dengan dukungan dari sebagian Pemkot Bandung mengupayakan berbagai

masyarakat kota Bandung. langkah strategi komunikasi kepada stakeholder

Program “Bandung Juara” merupakan kota, pada prinsipnya masing-masing individu

program yang melibatkan tarik ulur anggota stakeholder kota punya cara tersendiri

kepentingan berbagai pihak. Di kalangan dalam berpartisipasi di program “Bandung

pemkot Bandung sendiri terjadi pergolakan Juara” sesuai dengan kadar pemahamannya

pro-kontra dalam memandang Program terhadap Program “Bandung Juara”. Ada


“Bandung Juara” walaupun tidak sekuat stakeholder kota yang bersedia berpartisipasi

dibanding dari pada kalangan stakeholder dalam bentuk tindakan mendukung Program

kota. Kalangan stakeholder kota memiliki “Bandung Juara”, ada yang hanya sebatas tahu

pandangan heterogen dalam menilai program dan memahami program “Bandung Juara”, ada

“Bandung Juara”. Ada yang berpandangan pro yang memandang skeptis terhadap program

dan kontra terhadap program “Bandung Juara” “Bandung Juara” ada pula yang memilih

ada juga pihak-pihak yang lebih memilih untuk bersikap pasif dalam merespon program

bersikap netral dalam memandang program “Bandung Juara”.

“Bandung Juara”. Tiap pihak memiliki cara Pada saat ini, strategi komunikasi itu penting

pandang yang berbeda-beda terhadap program untuk memenangkan persaingan antar daerah

“Bandung Juara”. Masing-masing individu atau bahkan antar negaea. Startegi komunikasi

dalam konteks ini berperan mempertahankan ini saat ini harus mampu merubah orientasi

cara pandangnya terhadap program “Bandung mereka dalam pengelolaan kawasan dari local

Juara” mewakili kepentingan masing-masing orientation ke global-cosmopolit orientation.

baik atas nama pribadi maupun institusi sosial Tidak saja antar negara yang berkompetisi,

tempat berkiprah. akan tetapi dengan kota dan region tertentu

Meskipun dalam pelaksanaannya di seluruh dunia. Perkembangan ini menuntut

Pemkot Bandung belum sepenuhnya mampu berbagai daerah di Indonesia dihadapkan pada

membangkitkan sense of belonging stakeholder persaingan global dengan daerah dan kota lain

kota Bandung melalui strategi komunikasi di seluruh dunia yang tidak bisa ditawar-tawar.
Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
284 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289

Bali misalnya, tidak hanya bersaing dengan dijalankannya. Fungsi-fungsi lembaga

Jogja, Surabaya dan Jakarta, tetapi juga dengan dijajaran penerintahan pemerintahan kota

Kualalumpur, Singapura, Phuket, Macau dan perlu dikembangkan secara seksama dengan

kota lainnya di dunia. mempertimbangkan kepentingan pencitraan

Strategi komuniasi ini berkaitan erat kota itu sendiri yang berhubungan dengan

dengan pencapaian visi, misi, obyektif, dan karyawan, stakeholder kota dan warga

goal-goal pemerintahan kotanya dengan masyarakat secara umum.

memperhitungkan segala sumber daya yang Secara internal, strategi komunikasi

ada serta semua kondisi eksternal dan internal pemerintahan kota ini perlu dikembangkan

yang ada. Langkah awal dalam mengkontruksi sebagai titik strategis. Komunikasi ini

strategi komuniasi adalah perumusan harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin
komunikasi image kota sebagai salah satu cara dicapai, strategi yang akan digunakan untuk

untuk membentuk brand. Hal yang penting mencapainya, dan taktik atas sumber daya

untuk strategi komunikasi dalam city branding akan digunakan serta sumber daya yang

adalah poin interaksi. Poin ini berarti persepsi dimiliki pemerintahan kotanya. Membangun

terhadap kota, yang dibentuk oleh setiap sistem komunikasi internal dan eksternal,

individu yang mendiami sebuah kota. Hal itulah membuat program komunikasi yang sesuai

yang disebut dengan image kota. Segala sesuatu strategi membangun dan meningkatkan public

yang dikandung oleh suatu kota segala sesuatu trust. Hal ini dimaksudkan agar ada kesatuan

yang bertempat di kota, dilakukan oleh kota dan strategi komunikasi dalam strategi komunikasi

pemerintahan kota akan mengkomunikasikan pemerintahan kota. baik strategi pengembangan

pesan mengenai image kota mereka Hal inilah internal juga strategi komunikasi dalam

yang membentuk kota mereka. Hal inilah yang menjangkau sasaran yang lebih luas.

membentuk brand. Pembentukan brand adalah Kontrol dan evaluasi pelaksanaan strategi

dengan perumusan komunikasi image kota komunikasi secara terus menerus, evaluasi

melalui pola-pola komunikasi tertentu sesuai yang baik dapat memperbaiki kualitas strategi

dengan target audiens yang ingin dicapai. komuniasi dan bahkan realisasi visi dan misi

Langkah selanjutnya adalah pemerintahan kota yang dijalankan untuk

mempertimbangkan setiap personal merealisasi program program kerjanya. Selain

dalam pemerintahan kota di mana mereka itu, dalam penerapan strategi komunikasi,

harus menyadari logika komunikasi yang perlu dilakukan audit persepsi untuk mengukur

Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 285

tingkat kepercayaan publik dan memastikan Pada tahap mengkomunikasikan

bahwa publik memiliki persepsi yang sama (communication) program “Bandung Juara”,

dengan posisi yang diinginkan pemerintahan informasi yang berkenaan dengan langkah-

kotanya. langkah yang akan dilakukan dijelaskan

Lebih lanjut, komunikasi dapat sehingga mampu menimbulkan kesan-kesan

mengidentifikasi mereka yang membawa yang secara efektif dapat mempengaruhi pihak-

perubahan dan memberi cara terbaik untuk pihak yang dianggap penting dan berpotensi

menghadapi mereka, memungkinkan telaah untuk memberikan dukungan. Pemkot

kegiatan organisasi saat ini dan memberikan Bandung menginformasikan apa saja yang telah

tolak ukur untuk mengukur keberhasilan di dilakukan dan apa yang akan dilakukan kepada

waktu yang akan datang. Menyusun sebuah target audiens dari stategi komunikasi yang
strategi komunikasi adalah suatu yang ilmiah, dijalankannya.

bukan hanya sebuah seni, dan ada banyak cara Secara konsep strategi komunikasi

pendekatan yang berbeda untuk melakukan Pemkot Bandung kepada stakeholder kota

tugas ini. Strategi komunikasi juga dapat dalam mewujudkan Program ‘Bandung Juara”

diterapkan untuk program kegiatan tahunan dapat dijelaskan melalui model pembentukan

secara bertahap, atau dapat menunjuk ke brand dan mencoba untuk menkonstruksi

strategi komunikasi di luar rencana periodik branding temapat dalam pembentukan citra

tersebut atau di bawah strategi organisasi yang kota, di mana tahapannya melalui upaya

menyeluruh. pengidentifikasi elemen-elemen yang memiliki

Susanto berpendapat bahwa komunikasi pengaruh dinamis bagaimana brand kota ini

dikatakan berhasil apabila komunikasi itu akan ditanamkan dalam benak stakeholder

mampu mengubah sikap dan tindakan seseorang (Zeithaml, Parasuraman, & Berry, 2011)

secara sukarela (Susanto, 1993). Salah satu Pada tahap awal dari model ini yang

caranya adalah dengan menyusun starategi terpenting adalah penjabaran identitas kota

komunikasi yang tepat dan akurat. Strategi tempat yang berkaitan dengan latar belakang

komunikasi yang diterapkan oleh pemerintahan brand name mengenai “Bandung Juara”, yaitu

kota Bandung berorientasi pada upaya identitas kota Bandung yang akan ditonjolkan

penyadaran stakeholder kota agar bersedia adalah potensi potensi yang dimiliki kota

berpartisipasi dalam mewujudkan program Bandung serta tujuan yang ingin dicapai yang

“Bandung Juara”. dilihat dari Visi-Misi Kota Bandung. Visi-


Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
286 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289

misi kota Bandung dan program walikota mancanegara agar berkunjung ke kota Bandung.

Bandung menjadi landasan dalam menyusunan Sedangkan ditinjau dari tujuan khusus Program

rancangan awal RPJMD, rancangan awal “Bandung Juara” merupakan upaya yang

RPJMD kemudian menjadi pedoman rancangan dilakukan pemerintah kota Bandung untuk

awal Renstra SKPD. Rancangan RPJMD membuka hati warga Bandung agar memiliki

kemudian didiskusikan dalam Musrenbang rasa bangga terhadap kotanya. Lebih jauh

RPJMD di mana produk akhirnya adalah berita warga kota Bandung diharapkan kesadarannya

acara Musrenbang RPJMD yang merupakan ikut berpartisipasi dalam mewujudkan Program

rumusan rancangan akhir RPJMD. Rancangan “Bandung Juara”.

akhir RPJMD tersebut ditetapkan beserta Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan

rancangan Perda untuk RPJMD lalu dilakukan tersebut, maka sebaiknya Pemkot Bandung
pembahasan Raperda RPJMD dengan DPRD membentuk Divisi Litbang yang bertugas

juga konsultasi rancangan akhir RPJMD. Hasil melakukan monitoring dan evaluasi terpadu

akhirnya adalah penetapan Perda RPJMD. terhadap pelaksanaan program “Bandung

Visi dan misi RPJMD Kota Bandung 2013- Juara” baik pada tahap pra-pelaksanaan, saat

2018 Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri program “Bandung Juara” berlangsung dan

Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, visi pasca-pelaksanaan program agar kekurangan-

dalam RPJMD adalah visi kepala daerah dan kekurangan yang terjadi di lapangan dapat

wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan ditangani dengan tepat dan terencana sehingga

pada waktu pemilihan kepala daerah. Pedoman persoalan kacaunya koordinasi Pemkot

utama penyusunan visi kepala daerah adalah Bandung dan adanya ketidakkonsistensian

kesesuaian dengan sasaran pokok dan arah penggunaan istilah program “Bandung Juara”

kebijakan pembangunan Tahap III RPJPD Kota yang membingungkan stakeholder kota dapat

Bandung. Untuk mencapai indikator dan target diminimalisir.

dari sasaran pokok sangat bergantung pada Selain itu, sebaiknya Pemkot Bandung

tekanan dan prioritas pembangunan. banyak menggelar program pertemuan antar

Program “Bandung Juara” merupakan stakeholder (mewakili komunitasnya, staf

program city branding kota Bandung yang pemkot. Bandung dan stakeholder kota) seperti

memiliki visi dan misi mewujudkan kota dengan mengadakan dialog satu meja dengan

Bandung yang unggul, nyaman, dan sejahtera para opinion leader dari berbagai perwakilan

serta menarik minat masyarakat luar dan turis stakeholder yang hidup sebagai masyarakat

Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 287

kota Bandung guna membahas isu program Secara keseluruhan strategi komunikasi ini

“Bandung Juara” agar jarak yang membentang untuk 360 kegiatan program “Bandung Juara”

antar komunitas dapat terhapuskan sehingga dan dilakukan secara bertahap.

tidak ada lagi perasaan perbedaan di antara Implementasi strategi komunikasi oleh

mereka. Dampak secara tidak langsung dari Pemkot Bandung dalam mewujudkan program

program dialogis seperti itu adalah untuk “Bandung Juara” sudah dilakukan, tetapi

mengikis rasa “penganaktirian” dan mereka semua itu tidak menjamin proses internalisasi

mengetahui hak dan kewajiban mereka sebagai stakeholder kota akan sukses terbentuk.

masyarakat yang hidup di kota Bandung. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa

tahap internalisasi ini terbentuk tidak sempurna.


SIMPULAN
Artinya stakeholder kota belum sepenuhnya

Implementasi strategi komunikasi pemkot mengidentifikasikan diri dalam konteks program

Bandung kepada stakeholder kota dalam “Bandung Juara”. Ada beberapa kondisi yang

mewujudkan Program “Bandung Juara” target menyebabkan tahap internalisasi ini tidak

utamanya adalah pemahaman Staf Pemkot terbentuk dengan baik antara lain upaya Pemkot

Bandung (stakeholder internal) dan stakeholder Bandung kurang maksimal dalam membentuk

Kota Bandung (stakeholder eksternal). Kegiatan penyesuaian diri stakeholder kota di tahap

program dibuat oleh diskominfo sebagai eksternalisasi dan objektivasi. Selain itu dilihat

institusi Pemkot Bandung yang bertanggung dari sudut pandang stakeholder kota, adanya

jawab dalam membangun komunikasi dengan budaya dari sebagian Staf Pemkot Bandung

masyarakat dan mengaplikasikannya dalam yang sulit berubah dan mau untuk diajak maju,

menunjang mewujudkan program “Bandung serta rendahnya sense of belonging stakeholder

Juara”. Berdasarkan hasil penelitian strategi kota sendiri terhadap Kota Bandung, akhirnya

komunikasi ini untuk kegiatan pembinaan menghambat proses identifikasi diri di tahap

kemitraan dengan komunitas, membuat jaringan internalisasi ini. Kegagalan proses internalisasi

komunikasi, pelaksanaan kegiatan program program “Bandung Juara” ini juga dipengaruhi

prioritas seperti upaya keterbitan, penataan oleh kondisi psikologis masyarakat kota

kota, dan kebersihan kota, penataan PKL, Bandung yang terbiasa “berperilaku buruk” dan

juga untuk menggalang partisipasi tindakan menjadi kebiasaan yang kronis bahkan menjadi

dari stakeholder kota untuk mendukung budaya akibat pembiaran dari pemerintahan

penyelenggaraan Program “Bandung Juara”. sebelumnya. Kondisi yang demikian akhirnya


Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
288 PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289

mempersulit terciptanya proses identifikasi Kavaratzis, M., & Ashworth, G. J. (2005).


J.1467-9663.2005.00482.X.Pdf.
stakeholder kota terhadap terwujudnya program
Tijdschrift Voor Economische En Sociale
“Bandung Juara”. Geografie-2005, 96(5), 506–514. https://
Program “Bandung Juara” sebaiknya doi.org/10.1111/j.1467-9663.2005.00482.x
Maulina, N., & Atika, A. (2019). Strategy
setiap kegiatan melibatkan masyarakat,
of Forming Banjarmasin City Branding
agar tercipta sence of belonging terhadap as Clean and Comfortable (Barasih wan
program tersebut. Serta untuk selanjutnya Nyaman) River City, 292, 28–35. https://
doi.org/10.2991/agc-18.2019.5
jika bisa program yang diusung sesuai dengan
Mihardja, E. J. (2019). City Branding Strategy
harapan dan kebutuhan masyarakat dengan and Local Government Readiness,
melakukan pra-riset berupa FGD, sehingga 353(IcoSIHESS), 206–212.
Mittila, T. S., & Lauren, H. L. M. (2014). 2.0
bisa mengetahui apa program yang telat untuk
Country Branding, (Gecss), 370–373.
mendukung “Bandung Juara”. Penelitian https://doi.org/10.2991/gecss-14.2014.93
selanjutnya diharapkan untuk lebih menggali Moleong, L. J. (2000). Metode penelitian
kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
pada perbandingan City Branding kota Bandung
Ndlovu, J. (2009). Branding as a strategic tool
dengan program “Bandung Juara” to reposition a destination: a survey of
key tourism stakeholders. in Zimbabwe,
(April), 222–289.
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, A. R., Yustikasari, & Koswara, A.
Berger, P., & Luckmann, T. (2016). The (2017). Branding kota Bandung di Era
social construction of reality. Social Smartcity. Jurnal Ilmu Komunikasi, 8(1),
Theory Re-Wired: New Connections to 1–16.
Classical and Contemporary Perspectives: Prihartini, L. H. (2013). Strategi komunikasi
Second Edition, 110–122. https://doi. dan promosi program wisata sungan
org/10.4324/9781315775357 Musi dalam membangun citra waterpront
Castillo-Villar, F. R. (2018). City branding and city kota Palembang. Disertasi. Program
the theory of social representation. Bitacora Pascasarjana Universitas Padjadjaran
Urbano Territorial, 28(1), 31–36. https:// Bandung.
doi.org/10.15446/bitacora.v28n1.52939 Universitas, P., & Surakarta, M. (2014).
Damayanti, R., Rahayu, R. K., & Ulfah, I. F. Proceeding seminar nasional “, 219–227.
(2017). Mapping Model of City Branding Pfefferkorn, J. W. (2005). The branding of
Formulation In Indonesia, 163 (Icodag), cities. Thesis. Graduate School of Syracuse
199–206. https://doi.org/10.2991/ University.
icodag-17.2017.37 Yuwono, S. (2015). Handarbeni dan Sense of
Day, G. J. (2005). Branding nations as tourism Belonging di Universitas Muhammadiyah
destination in the USA. Disertasi. James Surakarta. Proceeding Seminar Nasional
Cook University. Selamatkan Generasi Bangsa dengan

Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)
PRofesi Humas, Volume 4, No. 2, 2020, hlm. 263-289 289

Membentuk Karakter Berbasis Kearifan (2011). Problems and Services Strategies


Lokal. in Marketing. Journal of Marketing, 49(2),
Zeithaml, V. A., Parasuraman, A., & Berry, L. L. 33–46.

Implementasi strategi komunikasi “Bandung Juara” sebagai bagian dari city branding Kota Bandung
(Rosnandar Romli, Nada Arina Romli)

Anda mungkin juga menyukai