Anda di halaman 1dari 14

PL4104 Teori Perencanaan Kelvin Narada Gunawan -15418063

Kajian Pengaruh Re-Branding Terhadap Wajah Kota


Studi Kasus: Koridor Kawasan Perumahan Berskala
Besar Citra Raya Tangerang

Kelvin Narada Gunawan (Mahasiswa)


Dr. Ir. Heru Purboyo Hidayat Putro, DEA (Dosen)

Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota


Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan
Institut Teknologi Bandung – 2021

ABSTRAK

Identitas kota tidak secara langsung tercipta begitu saja namun terbentuk melalui tahapan dan proses
yang begitu lama sehingga melekat dalam persepsi dan pemahaman masyarakat atau pengunjung
dalam menilai image kota tersebut. Terdapat lima kategori elemen yang digunakan orang untuk
menyusun kesadaran atas image kawasan yakni: paths, edges, districts, nodes, dan landmarks (Lynch,
1981). Citra Raya Tangerang adalah kawasan perumahan berskala besar yang dibangun oleh
perusahaan pengembang swasta Ciputra Group namun memiliki persaingan pasar dengan
pengembang lainnya, sehingga menyebabkan perlunya city branding sebagai pemikat pasar. Citra
Raya Tangerang mengalami re-branding dari “Citra Raya Kota Nuansa Seni” menjadi “Citra Raya
Eco Culture” pada tahun 2011. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh perubahan
city branding pada dua koridor utama kawasan perumahan berskala besar di Citra Raya Tangerang
yang berupa jalan primer pada kedua area berbeda di kawasan yang lama dan baru melalui pendekatan
citra kota Kevin Lycnh (1960) yakni: paths, edges, districts, nodes, dan landmark. Hasil analisis
menemukan adanya pengaruh perubahan city branding pada dua koridor dan city branding memiliki
peran penting dalam pembentukan wajah kota yang dapat dikenali dari penggunaan elemen-
elemennya. Kedua lokasi studi mempunyai karakter elemen wajah kota yang berbeda, namun tidak
terdapat hubungan kesamaan visual yang menyatukan keduanya.

Kata kunci: Identitas kota, city branding, re-branding, pengembang swasta

1. Pendahuluan sebagai paradigma kota itu sendiri


(Vamala, 2021). Adapun menurut Budiman
Kota adalah pusat kegiatan yang tercipta et al (2018), sebuah kota terbentuk karena
dari berbagai aktivitas manusia di dalamnya adanya interaksi kegiatan manusia dalam
yang secara tidak sadar menciptakan ciri- menjalani kehidupan dan penghidupannya
ciri fisik suatu kota yang lambat laun ini terbentuk karena adanya fungsi.
menjadi gambaran (image) khas yang
melekat menjadi representasi kota, baik Identitas kota tidak secara langsung tercipta
bagi manusia yang bertempat tinggal begitu saja namun terbentuk melalui
maupun pengunjung yang menyinggahi tahapan dan proses yang begitu lama
kota tersebut (Mahendra, 2019). sehingga melekat dalam persepsi dan
Perkembangan suatu kota tidak akan lepas pemahaman masyarakat atau pengunjung
dari identitasnya, hal itu sangatlah penting dalam menilai image kota tersebut. Adapun

1
PL4104 Teori Perencanaan Kelvin Narada Gunawan -15418063

dari sebuah lingkungan, setiap orang akan New York yang identik dengan “I Love
terbentuk gambaran citra (image) dalam New York”. Kawasan perumahan berskala
hubungan fisik antara satu lingkungan besar Citra Raya Tangerang juga memiliki
dengan yang lainnya (Mahendra, 2019). city branding yang menjadi identitasnya
Menurut Kevin Lynch (1981) terdapat lima yakni “Citra Raya Kota Nuansa Seni” pada
kategori elemen yang digunakan orang tahun 1994 hingga 2011 dan pada tahun
untuk menyusun kesadaran atas image 2011 berubah menjadi “Citra Raya Eco
kawasan yaitu: paths, edges, districts, Culture”.
nodes, dan landmarks.
City branding “Citra Raya Kota Nuansa
Citra Raya Tangerang adalah kawasan Seni” menekankan identitas Citra Raya
perumahan berskala besar yang dibangun Tangerang yang terbentuk dari seni.
oleh perusahaan pengembang swasta Implementasi dari identitas tersebut adalah
Ciputra Group dengan luas pengembangan ruang jalan dan open space sebagai pusat
sebesar 2.760 Ha, dibangun sejak tahun ekspresi seni bagi residen, baik di ruang
1994, berlokasi di dua kecamatan yakni kawasan maupun lingkungan dalam cluster,
Kecamatan Cikupa dan Kecamatan perabot jalan dengan patung sebagai
Panongan, Kabupaten Tangerang (Citra implementasi seni, pemberian nama cluster
Raya Tangerang, 2019). Pengembangan dengan tema seni, hingga kerjasama dengan
kota terpadu Citra Raya Tangerang seniman nasional dalam pembentukan
memiliki fokus pengembangan yakni wajah kota. Sedangkan city branding “Citra
landed housing dan sesuai dengan RTRW Raya Eco Culture” menekankan identitas
Kabupaten Tangerang 2011-2031, Citra Raya Tangerang yang
peruntukan lahan di Citra Raya Tangerang mengembangkan kawasan berwawasan
adalah permukiman dengan kepadatan lingkungan yang livable dan sustainable.
sedang dan rendah. Implementasi dari identitas tersebut adalah
penggunaan material yang ramah
Dalam pengembangan kawasan perumahan lingkungan, adanya analisis jalur angin dan
berskala besar Citra Raya Tangerang, matahari yang diimplementasikan pada
pengembang Ciputra Group memiliki desain rumah, program pemanfaatan
persaingan pasar dengan pengembang limbah dan air hujan kembali, dan adanya
lainnya seperi Summarecon, Paramount program keterlibatan dan edukasi residen.
Land, Alam Sutera, hingga BSD City, Perubahan city branding dari yang awalnya
menyebabkan perlunya city branding “Citra Raya Kota Nuansa Seni” menjadi
sebagai pemikat pasar. Adapun city “Citra Raya Eco Culture” pada tahun 2011
branding adalah strategi dari praktik disebabkan oleh dua faktor utama, yakni
pemasaran yang dipakai oleh perencana program penyesuaian terhadap krisis
kota untuk meningkatkan data saing kota moneter dimana produk cluster rumah kecil
dalam persaingan pasar dengan sebagai penjualan utama dan upaya Ciputra
membangun diferensiasi dan memperkuat Group supaya tetap bertahan di tengah
identitas kotanya (Yamanda & Salamah, persaingan pasar diantara pengembang
2014). Umumnya, city branding berbentuk swasta lainnya (Dwinanda, 2015).
slogan seperti Kota Singapura yang identik
dengan “Uniquely Singapore” dan Kota

2
PL4104 Teori Perencanaan Kelvin Narada Gunawan -15418063

Penelitian ini bertujuan untuk


membandingkan pengaruh perubahan City
Branding pada dua koridor utama kawasan
perumahan berskala besar di Citra Raya
Tangerang yang berupa jalan primer pada
kedua area berbeda di kawasan yang lama
dan baru melalui pendekatan citra kota Gambar 1. Peran dan letak keilmuan
perancangan kota
Kevin Lycnh (1960) yakni: paths, edges,
Sumber: Poerbo, 2001
districts, nodes, dan landmarks. Hasil dari
penelitian ini dapat digunakan sebagai Perancangan kota atau rancang kota adalah
dasar pertimbangan dan masukan kepada sebutan umum untuk suatu proses yang
perancang kota baik di lembaga swasta menghasilkan arahan perancangan fisik
maupun pemerintahan dalam dari perkembangan kota, konservasi, dan
mengimplementasikan city branding dalam perubahan. Di dalamnya termasuk
suatu kawasan. Selain itu, penelitian ini pertimbangan lansekap lebih dari pada
juga memberikan manfaat untuk bangunannya, preservasi dan pembangunan
memberikan masukan kepada pemerintah baru; perdesaan yang perkembangannya
daerah maupun pengembang swasta terkait dipengaruhi kota, rencana lokal, renovasi
dampak dari city branding terhadap citra kota oleh pemerintah serta kepentingan
kota. lokal (Tauhid, 2012).

2. Kajian Literatur Menurut Pierre Merlin dan Francoise


Choay (Lang, 2005), perancangan kota
Pada bagian ini, akan dijelaskan mengenai
adalah proses yang berawal dari konsep
teori perancangan kota, teori lima elemen
serta realisasi arsitektur yang
rancang kota yang didalamnya melingkupi
memungkinkan penguasaan pengaturan
definisi citra perkotaan dan lima elemen
formal pada perkembangan suatu kota.
rancang kota itu sendiri.
Rancang kota merupakan titik tengah dari
2.1 Teori Perancangan Kota praktik keilmuan arsitektur yang berfokus
kepada konsep formal dan realisasi
Menurut Beckley (1986) dalam tulisan
arsitektural pada konstruksi bangunan serta
(Poerbo, 2001), perancangan kota (urban
perancang kota yang berkonsentrasi pada
design) adalah jembatan yang
penggunaan dan pembagian yang kurang
menghubungkan perencanaan kota dan
sempurna dari sumber kepemilikan dan
arsitektur dengan perhatian utama pada
penghancuran yang tak perlu dari bagian
bentuk kota secara fisik. Perancangan kota
bersejarah, sehingga terciptanya kesatuan
merupakan bagian dari proses perencanaan
dan keindahan dalam lingkungan terbangun
yang berhubungan dengan kualitas
yang terintegrasi.
lingkungan fisik kota (Shirvani, 1985).
Dalam pengertian lain, perancangan kota Dapat disimpulkan dari berbagai pengertian
adalah perpaduan kegiatan antara profesi perancangan kota, dapat ditarik kesimpulan
yang terlingkup dalam perencana kota, bahwa perancangan kota sebagai berikut.
lansekap, rekayasa sipil, arsitektur, dan 1. Pengaturan unsur fisik lingkungan
transportasi dalam wujud fisik (Poerbo, kota.
2001)

3
PL4104 Teori Perencanaan Kelvin Narada Gunawan -15418063

2. Tanggapan secara inderawi • Potensi 'dibacakan' sebagai


terhadapa aspek estetika/ identitas, orang dapat memahami
keindahan, penampilan visual. gambaran perkotaan (identifikasi
3. Bagian dari ilmu perencanaan kota, dam perbedaan antara objek serta
Arsitektur dan Arsitektur Lansekap. perihal lainnya yang dapat
diketahui)
• Potensi 'disusun' sebagai struktur,
orang dapat melihat pola perkotaan
(hubungan objek dan subjek serta
pola yang dapat dilihat)
• Potensi 'dibayangkan' sebagai
makna, orang dapat mengalami
ruang perkotaan (mengartikan
objek dan subjek serta rasa yang
Gambar 2. Ranah keilmuan rancang kota dapat dialami).
sebagai kombinasi berbagai disiplin ilmu
Sumber: Arsitektur ITB, 2012 dalam Tauhid,
b. Lima elemen citra kota
2012 Elemen-elemen yang dipakai untuk
2.2 Teori Lima Elemen Pembentuk Citra mengungkapkan citra kota menurut Lynch
Kota (Kevin Lynch) (1981) dapat dibagi menjadi lima elemen
yaitu:
Teori citra kota ini digagas oleh Lynch
(1981), seorang tokoh peneliti kota, melalui 1. Landmark (tengaran) adalah titik
riset yang didasarkan pada citra mental pedoman obyek fisik. Landmark dapat
penduduk suatu kota. Dalam riset tersebut, berupa fisik natural seperti bukit ataupun
ia menemukan betapa pentingnya citra gunung dan fisik buatan seperti gedung,
mental karena citra yang jelas di suatu kota menara, kubah dan lainnya sehingga orang
akan memberikan kesan dan hal yang bisa dengan mudah mengorientasikan diri
sangat penting bagi penduduknya seperti di dalam suatu kota atau kawasan.
kemampuan untuk berorientasi dengan Landmark biasanya statis dan menjadi
mudah dan cepat, perasaan nyaman karena isyarat penting dalam mencari jalan
tidak merasa tersesat, identitas yang kuat (Tauhid, 2012)
terhadap suatu tempat, dan keselarasan
hubungan dengan tempat-tempat yang lain.
a. Definisi dan citra perkotaan
Citra kota adalah gambaran mental dari
sebuah kota sesuai dengan rata-rata
pandangan masyarakatnya. Lynch (1981)
menemukan tiga komponen yang sangat
memengaruhi gambaran mental orang Gambar 3. Elemen landmark
terhadap suatu kawasan, yakni: Sumber: Lynch, 1981

4
PL4104 Teori Perencanaan Kelvin Narada Gunawan -15418063

2. Edge (tepian) adalah elemen dengan jelas (Layton & Latham, 2021) dan dapat
bentuk linear yang tidak dilihat sebagai dilihat homogen (Nassar, 2015).
path. Edge berada pada batas antara dua
kawasan tertentu dan berfungsi sebagai
pemutus linear, misalnya tembok, pantai,
batasan lintasan kereta api, ataupun
topografi. Adapun edge bersifat sebagai
referensi daripada elemen sumbu (Amin,
Gambar 6. District events
2014) yang sifatnya adalah koordinasi
Sumber: Lynch, 1981
(Ashihara, 1992)
5. Nodes (simpul) adalah elemen yang
bererpa simpul atau lingkaran daerah yang
strategis di mana arah atau aktivitasnya
saling bertemu ataupun bersilangan.
Simpul ini juga memungkinkan perubahan
dari satu aktivitas ke arah aktivitas lain.
Contoh dari simpul misalnya adalah
Gambar 4. Elemen edge pada waterfront Kota persimpangan lalu lintas, teminal, stasiun,
Boston
ataupun lapangan terbang (Carmona,
Sumber: Lynch, 1981
2010).
3. Path (jalur) adalah elemen yang paling
penting dalam citra kota menurut Lynch
(1981). Jika identitas elemen ini tidak jelas
maka sebagian besar orang akan meragukan
rute-rute sirkulasi tersebut. Contoh dari
elemen ini yakni jalan, gang utama, hingga
lintasan kereta api Gambar 6. Elemen simpul
Sumber: Lynch, 1981

3. Metode
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai
paradigma dan metode serta lingkup dan
wilayah penelitian.
Gambar 5. Elemen path
Sumber: Lynch, 1981 3.1 Paradigma dan Metode

4. District (kawasan) adalah elemen yang Penelitian ini menggunakan pendekatan


berupa kawasan kota dalam. Adapun yang rasionalistik dengan data yang diolah
sebuah kawasan dalam suatu distrik kualitatif. Data berupa hasil observasi
memiliki ciri khas yang mirip dari pola, melalui google street map view terhitung
bentuk, atau wujudnya. Suatu distrik dalam pada tanggal 10 Desember 2021 hingga 13
kota mempunyai identitas yang baik bila Desember 2021 serta peta yang
tampilan batasnya dapat dirasakan dengan dikumpulkan untuk melihat tanda-tanda
dan temuan di lapangan. Selanjutnya,
peneliti menyusun konsepsualisasi teoritik

5
PL4104 Teori Perencanaan Kelvin Narada Gunawan -15418063

berdasarkan teori-teori yang ada dari


variabel penelitian.
Dalam penelitian ini juga dilakukan proses
metode analisa deduksi yaitu usaha
menjelaskan tentang adanya fakta ataupun
kejadian di lokasi penelitian menurut kajian
literatur sebelumnya. Ini juga digunakan
untuk menyusun konseptualisasi teoritik
untuk melihat kesatuan holistik city
branding yang ada pada koridor kawasan
perumahan berskala besar Citra Raya
Tangerang Gambar 8. Wilayah penelitian koridor lama
Sumber: Hasil analisis, 2021
3.2 Lingkup dan Wilayah Penelitian
Studi awal dan analisa akan melakukan
identifikasi terhadap elemen citra kota,
dengan melakukan komparasi pada koridor
kota. Adapun koridor kota yang terpilih
masing masing merepresentasikan
implementasi dua konsep city branding
yang berbeda, dijelaskan lebih lanjut pada
bagian 3.3 Lokasi Penelitian
3.3 Lokasi Penelitian
Secara geografis kawasan studi terletak di
Gambar 9. Wilayah penelitian koridor baru
dua koridor yang berbeda yakni Jl. Citra
Sumber: Hasil analisis, 2021
Raya Boulevard, Talagasari, Kec. Cikupa,
Kabupaten Tangerang, Banten 15710 3.4 Mekanisme Penelitian
dengan panjang koridor 2 kilometer dan Jl.
Ecopolis Citra Raya, Mekar Bakti, Kec. a. Persiapan penelitian
Panongan, Kabupaten Tangerang, Banten
15710 dengan panjang koridor 1,5 Persiapan penelitian dalam rangka awal
kilmoeter. penelitian adalah mengenali elemen citra
kota, mengumpulkan data, dan
mengkategorisasikan data berdasarkan
Koridor lama
elemen citra kota. Dalam persiapan ini
dilakukan pemetaan fisik pada peta dasar
berdasarkan elemen fisik yang ada
Koridor baru
b. Teknik pengambilan data Penelitian
Penelitian membutuhkan kegiatan
pendataan yang sesuai dengan kenyataan di
lapangan. Adapun pendataan yang
dilakukan secara akurat akan di dapat
penilaian yang objektif. (Darmanah, 2019)
Gambar 7. Kawasan studi
Sumber: Hasil analisis, 2021

6
PL4104 Teori Perencanaan Kelvin Narada Gunawan -15418063

• Data primer diperoleh melalui, 4.1 Path


Pengamatan terhadap elemen Path adalah jalur di mana orang melakukan
aktivitas yang terjadi serta elemen pergerakan (Lynch, 1981). Pada koridor
fisik beserta elemen-elemen utama kota yang dipilih untuk menjadi
pendukung yang terdapat di perbandingan antara implementasi konsep
delineasi studi, adapun dimulai dari branding lama dengan baru, komponen path
keseluruhan kawasan hingga didapati berupa jalur kendaraan bermotor,
jalur sepeda, jalur pedestrian, serta jalur
segmen jalan per zona kawasan
hijau (McFarlane, 2019).
melalui google street view maps.
Tabel 1. Hasil identifikasi elemen path
• Data sekunder diperoleh melalui
Peta-peta dasar bangunan, peta Komponen Koridor Lama Koridor Baru

garis, site plan dan block plan serta Jalur ROW 40, ROW 32,
peta wilayah studi yang berkaitan Kendaraan material material
Bermotor finishing aspal finishing beton,
dan terdapat terdiri atas dua
c. Pelaksanaan penelitian
paving block di jalru yang
area bundaran, dipisahkan oleh
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan median jalan,
terdiri atas dua
langkah-langkah pengambilan data di jalur yang
dimana masing
lapangan yaitu: masing
dipisahkan oleh
memiliki 2 lajur
median jalan di
• Mengidentifikasi elemen-elemen mana masing
fisik dalam bentuk, peletakan, masing
memiliki 3 jalur
fungsi dan kondisi. Mengolah Jalur Sepeda Berada di Berada di
keterkaitan antara fisik dan aktivitas Rumaja, sebagai Ruwasja,
bagian dari bersama jalan
serta hubungannnya dengan citra ruang pada pedestrian,
kota badan jalan, material paving
menggunakan block
• Menentukan temuan masalah dari garis marka
fenomena lapangan dan berusaha jalan

mengarahkan temuan tersebut Jalur Pedestrian Berada di Berada di


kepada rekomendasi Rumija sebagai Ruwasja dan
bagian dari terhubung secara
trotoal, tidak kontinu
d. Kesimpulan dan Rekomendasi terhubung
menerus
Hasil keseluruhan analisis dan pembahasan
serta temuan-temuan yang ada dilapangan Jalur Hijau Berupa taman Pada medain
median jalan dan jalan, jalur hijau
kemudian akan disimpulkan sebagai hasil taman trotoar, berfungsi
kajian pengaruh re-branding terhadap berfungsi sebagai border
wajah kota dengan studi kasus: Koridor sebagai pemisah antara badan
jalur kendaraan jalan dan saluran
Kawasan Perumahan Berskala Besar Citra drainase makro
Raya Tangerang
Lainnya Terdapat jalur
4. Hasil dan Pembahasan air berupa
saluran drainase
Pada bagian ini, akan dijelaskan hasil dan makro yang
pembahasan penelitian yang dibagi menjadi elemen
utama di median
berdasarkan lima elemen rancang kota jalan
menurt Kevin Lynch (1981) dan
komparasinya yang ada di dua koridor Sumber: Hasil Analisis, 2021
tersebut.

7
PL4104 Teori Perencanaan Kelvin Narada Gunawan -15418063

material aspal sebagai finishing tipikal serta


paving block di area bundaran. Jalur hijau
berupa taman median jalan dan taman berm
jalan dan berfungsi sebagai border yang
memisahkan jalur kendaraan.

Gambar 10. Visualisasi elemen path di koridor


lama
Sumber: Hasil analisis, 2021

Gambar 12. Visualisasi elemen path di koridor baru


Sumber: Hasil analisis, 2021

Gambar 11. Potongan penampang jalan koridor


lama
Sumber: Hasil analisis, 2021
Gambar 13. Potongan penampang jalan koridor
Pada koridor lama (dengan ROW 40), jalur baru
pedestrian linear memanjang di area berm Sumber: Hasil analisis, 2021
sisi kiri dan kanan jalan, memiliki material
Pada koridor baru (dengan ROW 32) Jalur
paving block, dan tidak konsisten karena
pedestrian dan sepeda berada di Ruwasja,
tidak menerus pada beberapa penggal
sebagai bagian dari public realm, terhubung
koridor. Jalur sepeda linear memanjang di
secara kontinu sepanjang koridor, memiliki
bahu jalan kendaraan, menggunakan cat
material paving block. Jalur biru sebagai
marka jalan sebagai indikator batas area.
elemen utama yang membentuk karakter
Jalur kendaraan memanjang dengan linear
median jalan berupa saluran drainase
dua jalur, masing-masing terdiri atas 3
makro. Jalur kendaraan dengan ROW 32,
lajur, dilintasi kendaraan pribadi dan
memiliki material finishing beton, memiliki
transportasi publik, area parkir kendaraan
jalur lambat dan jalur cepat, area parkir
berada pada Ruwasja, dan memiliki

8
PL4104 Teori Perencanaan Kelvin Narada Gunawan -15418063

kendaraan berada pada Rumija. Jalur Hijau


pada median jalan, jalur hijau berfungsi
untuk batasan antara badan jalan dan
saluran drainase makro, berupa pulau jalan
pada Rumaja yang memisahkan jalur cepat
dan jalur lambat, berupa pulau jalan pada
Ruwasja yang memisahkan area parkir dan
public realm, berupa planter pit yang
berada menyebar di sepanjang public Gambar 15. Foto elemen edge pada koridor baru
Sumber: Google street view, 2021
realm.
4.2 Edge Pada koridor baru (ROW 32) terdapat
deretan ruko sebagai pemisah antara area
Edge adalah elemen linear yang dapat publik dan area hunian, sekaligus pengakhir
dilihat atau dirasakan, namun tidak koridor, membentuk skyline kota dengan
digunakan atau tidak disadari sebagai path ketinggian 2-3 lantai, dan desain fasad ruko
oleh pengamat dan juga merupakan didominasi bergaya arsitektur modern.
pemisah satu bagian kota dengan bagian
lainnya (Lynch, 1981). Dalam konteks 4.3 District
koridor lokasi studi, edge didapati berupa District adalah wilayah yang memiliki
deretan bangunan ruko yang menghadap ke kesamaan, baik karakter, fungsi, ataupun
jalan. Keberadaannya menjadi batas yang latar belakang sejarah, yang terdapat batas
memisahkan dua bagian kota, yaitu yang khas sehingga pengamat dengan
memisahkan jaringan jalan dengan mudah mengidentifikasi di mana harus
pemukiman. memulai dan mengakhiri (Lynch, 1981).
Pada koridor lokasi studi, pengamatan
distrik dilakukan pada kesamaan fungsi dan
karakter pada tipikal fungsi-fungsi ruang
sekitarnya

Gambar 14. Foto elemen edge pada koridor lama


Sumber: Google Street View, 2021

Pada koridor lama (ROW 40) terdapat


deretan ruko sebagai pemisah antara area
publik dan area hunian, sekaligus pengakhir
koridor, membentuk skyline kota dengan
ketinggian 2-3 lantai, desain fasad ruko
didominasi bergaya arsitektur klasik. Gambar 16. Visualisasi elemen district pada
koridor lama
Sumber: Hasil analisis, 2021

9
PL4104 Teori Perencanaan Kelvin Narada Gunawan -15418063

Gambar 17. Foto elemen district pada koridor lama


Sumber: Google street view, 2021 Gambar 19. Foto elemen district pada koridor baru
Sumber: Google street view, 2021
Pada koridor lama (ROW 40), terdapat
karakter kesamaan fungsi dan visual yang Pada koridor baru (ROW 32) karakter
dapat diidentifikasi yakni: terdapat deretan kesamaan fungsi dan visual yang dapat
ruko sebagai pemisah antara area publik diidentifikasi, yakni: terdapat deretan ruko
dan area hunian, desain fasad ruko bergaya sebagai pemisah antara area publik dan area
arsitektur klasik, terdapat area parkir hunian, desain fasad ruko bergaya
berderet sepanjang ruko, dan taman median arsitektur modern, area selasar di depan
lebar dengan pepohonan bertajuk besar ruko lebar yang berfungsi sebagai public
realm, badan jalan terbagi atas jalur cepat
dan jalur lambat, area parkir kendaraan
terpisah dari public realm, median jalan
berfungsi sebagai jalur drainase makro
yang diberi batas.
4.4 Nodes
Nodes adalah sebuah simpul atau titik
konsentrasi strategis di dalam kota, yang
dapat diakses dan bisa menjadi fokus yang
kuat untuk berorintasi di dalam kota
(Lynch, 1981). Pada studi di koridor kedua
koridor, didapati nodes berupa pusat
aktivitas komersial, nodes hijau
Gambar 18. Visualisai elemen district pada koridor
persimpangan jalan, serta ruang terbuka
baru
Sumber: Hasil analisis, 2021 publik.

10
PL4104 Teori Perencanaan Kelvin Narada Gunawan -15418063
Pusat aktivitas kuliner: Cifest

Pada koridor baru, tidak banyak nodes yang


terkonsentrasi, karena aktivitas publik
memiliki konsep terintegrasi sepanjang
koridor jalan dan node hijau di
persimpangan jalan tidak memiliki karakter
Tipikal RTH
yang kuat.
Pusat Transportasi

4.5 Landmark
Elemen yang memiliki bentuk visual yang
menonjol dari suatu kota yang membantu
orang untuk mengorientasikan diri di dalam
Tipikal bundaran kota (Lynch, 1981) dan membantu
mengenali suatu kawasan (Neal, et al.,
2015).
Tabel 3. Hasil identifikasi elemen landmark

Komponen Koridor Lama Koridor Baru

Gambar 20. Visualisasi dan foto elemen nodes pada Entrance Terwakili oleh Tidak ada
koridor lama Statement gerbang utama
Sumber: Google street view dan hasil analisis, 2021 kawasan,
dengan bentuk
yang berbeda
Pada koridor lama, terlihat konsentrasi
dan ukuran
pusat-pusat aktivitas terletak menyebar dan yang besar
node hijau di persimpangan jalan berfungsi dibandingkan
bangunan di
sebagai perkuatan estetika kota.
sekitarnya
Tipikal bundaran
Sculpture Terdapat Tidak ada
sculpture pada
Pusat Entertainment: Eco
Plaza & Eco Clu setiap round-a-
bout dengan
bentuk, ukuran,
dan warna yang
mencolok,
terdapat
sculpture pada
side street
dengan ukuran
yang cukup
Pusat Aktivitas Taman
Tematik: Little Kyo besar dan
bentuk yang
unik

Sumber: Hasil analisis, 2021

Gambar 21. Visualisasi dan foto elemen nodes pada


koridor baru
Sumber: Google street view dan hasil analisis, 2021

11
PL4104 Teori Perencanaan Kelvin Narada Gunawan -15418063

yang terjadi pada masing masing elemen,


Entrance Statement ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 4. Persamaan dan perbedaan masing masing
elemen di koridor lama dan koridor baru

Bundaran 1: Patung tematik


Elemen Persamaan Perbedaan

Path Kedua koridor Perbedaan


memiliki tipe karakter ruang
fungsi jalan jalan
yang serupa, merupakan
yaitu jalur jalan komponen yang
Sculpture kendaraan, jalur paling
sepeda, pejalan menonjol yang
Bundaran 2: Patung tematik
kaki, dan jalur membedakan
hijau ciri dari kedua
koridor, yaitu
pemanfaatan
Rumaja,
Rumija, dan
Ruwasja yang
berbeda
Bundaran 3: Patung tematik
Edge Kedua koridor Terdapat dua
memiliki edge gaya arsitektur
Gambar 21. Visualisasi dan foto elemen landmark berupa deretan yang berbeda
ruko yang pada fasad ruko
pada koridor lama
menghadap ke yang
Sumber: Google street view dan hasil analisis, 2021 jalan yang membentuk
memisahkan wajah kota, di
Pada koridor baru tidak ditemukan adanya dua bagian kota mana pada
elemen landmark yang mencolok sehingga yaitu koridor lama
pemukiman didominasi
tidak ada visualisasi atau foto yang sebagai ruang penggunaan
ditunjukan pada tulisan ini. privat dan gaya klasik
koridor jalan sedangkan di
kota sebagai koridor baru
5. Penutup ruang publik didominasi
dan membentuk gaya modern
Pada bagian ini, akan dijelaskan skyline kota
kesimpulan dan rekomendasi dari hasil dengan
ketinggian 2-3
penelitian lantai

5.1 Kesimpulan District Kedua koridor Terdapat


memiliki perbedaan
Dapat disimpulkan untuk menjawab kesamaan dari fungsi dan
karakter fungsi visual area
pertanyaan penelitian, terdapat pengaruh lahan, yaitu hijau, terdapat
perubahan city branding pada dua koridor keberadaan perbedaan
ruang privat pemanfaatan
utama kawasan perumahan berskala besar
dan ruang area Ruwasja
di Citra Raya Tangerang yang berupa jalan publik yang yang paling
primer pada kedua area berbeda di kawasan dibatasi oleh mencolok
deretan ruko dengan adanya
yang lama dan baru melalui pendekatan public realm
citra kota Kevin Lycnh (1960) yakni: paths, pada koridor
baru
edges, districts, nodes, dan landmarks.
Pengaruh perubahan City Branding tersebut
(dilanjutkan ke halaman selanjutnya)
terlihat pada persamaan dan perbedaan

12
PL4104 Teori Perencanaan Kelvin Narada Gunawan -15418063

Nodes Terdapat pusat- Pada koridor Carmona, M. (2010). Contemporary public


pusat aktivitas lama,
publik dan node keberadaan space, part two: Classification. Journal
persimpangan pusat-pusat of Urban Design, 157-173.
hijau aktivtas publik
terletak
Citra Raya Tangerang. (2019). Citra Raya
menyebar. Pada Tangerang. Retrieved from
koridor baru, https://citraraya.com/
aktivitas publik
cenderung Darmanah, G. (2019). Metodologi
terletak Penelitian. Lampung: CV. Hira Tech.
menerus di
sepanjang
Dwinanda, E. (2015). Re-Branding Citra
public realm Raya Tangerang. Jakarta: Trisakti.
Landmarks Tidak ada Koridor lama Kota Tangerang Selatan. (2011, Desember
persamaan memiliki 30). Peraturan Daerah Kota Tangerang
landmark di elemen-elemen
kedua koridor estetika kota
Selatan Nomor 15 Tahun 2011 tentang
yang di studi yang mencolok Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
di bandingkan Tangerang Selatan Tahun 2011-2031.
bagian kota
yang lainnya Lang, J. T. (2005). Urban Design: A
baik secara Typology of Procedures and Products.
ukuran, bentuk,
maupun warna. Sydney: Routledge.
Layton, J., & Latham, A. (2021). Social
Sumber: Hasil analisis, 2021
infrastructure and public life – notes on
City branding mempunyai peran penting Finsbury Park, London. Urban
dalam pembentukan wajah kota yang dapat Geography.
dikenali dari penggunaan elemen- Lynch, K. (1981). A Theory of Good City
elemennya. Form. Cambridge: MIT Press.
Mahendra, I. M. (2019). Pengaruh Elemen
5.2 Rekomendasi
Elemen Rancang Kota di Kawasan
Kedua lokasi studi mempunyai karakter Jalan Gajah Mada Denpasar Bali.
elemen wajah kota yang berbeda, namun Jurnal SPACE, 16-25.
tidak terdapat hubungan kesamaan visual McFarlane, C. (2019). Social infrastructure,
yang menyatukan keduanya. Diperlukan citizenship and life on the margins in
sebuah area transisi yang terencana dengan popular neighbourhoods. In C.
baik untuk mengintegrasikan antara satu Lemanski, Citizenship and
kawasan dengan kawasan lainnya dalam infrastructure practices and identities
satu kota sebagai satu bagian yang tak of citizens and the state (pp. 22-42).
terpisahkan. Routledge.
Nassar, U. a. (2015). Urban Space Design
DAFTAR PUSTAKA
to Enhance Physical Activities and
Motivate Healthy Social Behavior in
Amin, A. (2014). Lively Infrastructure.
Cairo, Egypt. International
Culture & Society, 137-161.
Conference on Education and Social
Ashihara, Y. (1992). Hidden Order: Tokyo
Sciences (pp. 1137-1147). Istanbul:
Through the Twentieth Century.
INTCESS15- 2nd.
Kodansha America, Incorporated.
Neal, Sarah, Bennett, Katy, Jones, Hannah,
. . . Giles. (2015). Multiculture and

13
PL4104 Teori Perencanaan Kelvin Narada Gunawan -15418063

public parks: Researching super-


diversity and attachment in public
green space. Population, Space and
Place,, 462-475.
Poerbo, H. W. (2001). Urban Design
Guidelines as Design Control
Instrument with a Case Study Of Silver
Triangle Superblock, Jakarta.
Kaiserslautern: Universität
Kaiserslautern.
Shirvani, H. (1985). The Urban Design
Process. New York: Van Nostrand
Reinhold Company, Inc.
Tauhid, F. A. (2012). Perancangan Kota
Ramah Bencana. Makassar: Alauddin
University Press.
Vamala, M. A. (2021). Analisis Elemen-
Elemen Pemebntuk Citra Kota di
Kawasan Kota Tua Ampenan. Jurnal
Wilayah dan Kota.
Yamanda, M., & Salamah, U. (2014).
Branding Tempat: Membangun Kota,
Kabupaten, dan Provinsi Berbasis
Identitas. Jakarta Selatan: Makna
Informasi.

14

Anda mungkin juga menyukai