Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS BUDI LUHUR

FAKULTAS TEKNIK

PERTEMUAN 2
CITRA KOTA DAN TEMPAT

Capaian : Mahasiswa diharapkan mampu memahami materi


Pembelajaran tentang tempat bermakna (places) pada suatu kota
yang telah ditentukan.
Sub Pokok : 1.1. Materi Perkuliahan
Bahasan 1.1.1. Konsep Citra Kota Dalam Urban Design
1.2. Tugas dan Diskusi
Daftar : 1. Madanipour, A. 1996. Design of Urban Space.
Pustaka Chichester. John Wiley & Sons. UK
2. Yeang, Ken. 2002. Reinventing The Sky Scraper:
Vertical Theory of Urban Design. Academy Press.
London
ISI MODUL

2.1. Materi Perkuliahan


2.1.1. Konsep Citra Kota Dalam Urban Design
Teori mengenai citra kota sering disebut sebagai milestone, suatu teori
penting dalam perancangan kota, karena sejak tahun 1960-an teori citra kota
mengarahkan pandangan perancangan kota ke arah yang mengarahkan
pikiran terhadap kota yang hidup di dalamnya.

Citra kota dapat disebut juga sebagai kesan atau persepsi antara pengamat
dengan lingkungannya. Kesan pengamat terhadap lingkungannya tergantung
dari kemampuan beradaptasi “pengamat” dalam menyeleksi, mengorganisir
sehingga lingkungan yang diamatinya akan memberikan perbedaan dan
keterhubungan. Persepsi atau perseive dapat diartikan sebagai pengamatan
yang dilakukan secara langsung dikaitkan dengan suatu makna. Persepsi
setiap orang berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
pengalaman yang dialami, sudut pengamatan, dan lain-lain.

Citra kota belum tentu merupakan identitas. Citra Kota dapat dibuat secara
instan, sedangkan identitas membutuhkan waktu yang lama untuk
membentuknya. Jati diri kota berkaitan dengan ritme sejarah yang telah
melalui proses panjang sehingga jati diri suatu kota tidak dapat diciptakan
begitu saja berbeda dengan citra kota.

Sumber: google.com

Gambar 2.1. Konsep Citra Kota


Lynch, (1975: 6-8) dalam bukunya “The Image of The City” sebuah citra
memerlukan:
– Identitas pada sebuah obyek atau sesuatu yang berbeda dengan yang lain
– Struktur atau pola saling hubung antaran obyek dan pengamat
– Obyek tersebut mempunyai makna bagi pengamatnya

Citra/ kesan/ wajah pada sebuah kota merupakan kesan yang diberikan oleh
orang banyak bukan individual. Citra kota lebih ditekankan pada lingkungan
fisik atau sebagai kualitas sebuah obyek fisik (seperti warna, struktur yang
kuat, dll), sehingga akan menimbulkan bentuk yang berbeda, bagus dan
menarik perhatian.

Sumber: google.com

Gambar 2.2. Alur Hubungan Manusia Dengan Lingkungan Kota

Kevin Lynch melakukan riset didasarkan pada citra mental jumlah penduduk
dari sebuah kota terhadap kotanya tersebut. Dalam risetnya, ia menemukan
betapa pentingnya citra mental itu karena citra yang jelas akan memberikan
banyak hal yang sangat penting bagi masyarakatnya, seperti kemampuan
untuk berorientasi dengan mudah dan cepat disertai perasaan nyaman karena
tidak tersesat, identitas yang kuat terhadap suatu tempat, dan keselarasan
hubungan dengan tempat-tempat yang lain. Citra kota dapat didefinisikan
sebagai gambaran mental dari sebuah kota sesuai dengan rata-rata
pandangan masyarakatnya. Kevin Lynch dalam risetnya meminta para
penduduk untuk menjelaskan kepadanya suatu gambaran mental terhadap
kota yang mereka diami: Apa yang diingat? Di mana letaknya di dalam
kawasan? Bagaimana rupanya? Ke mana saya harus pergi dari tempat ini ke
tempat yang lain? Lynch mengamati dengan baik bahwa rata-rata berbagai
jawaban orang relatif sama, dan sering jauh berbeda dengan realitas di dalam
kawasan. Misalnya, sketsa-sketsa yang dibuat orang dengan tim peneliti
sering jauh berbeda dengan peta kota yang sebenarnya. Ia mengamati bahwa
masalah itu terutama tidak disebabkan oleh ketidakbiasaan orang untuk
menggambar sketsa, melainkan karena kesulitan mereka untuk mengingat
keadaan tempatnya.

Elemen pembentuk citra kota menurut Kevin Lynch adalah:


1. Paths
Merupakan suatu jalur yang digunakan oleh pengamat untuk bergerak atau
berpindah tempat. Menjadi elemen utama karena pengamat bergerak
melaluinya pada saat mengamati kota dan disepanjang jalur tersebut elemen-
elemen lingkungan lainnya tersusun dan dihubungkan. Path merupakan
elemen yang paling penting dalam image kota yang menunjukkan rute-rute
sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara
umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta api,
saluran dan sebagainya. Path mempunyai identitas yang lebih baik kalau
memiliki identitas yang besar (misalnya ke stasiun, tugu, alun-alun, dan lain-
lain), serta ada/ penampakan yang kuat (misalnya fasade, pohon, dan lain-
lain), atau belokan yang jelas.

Secara fisik paths adalah merupakan salah satu unsur pembentuk kota. Path
sangat beranaka ragam sesuai dengan tingkat perkembangan kota, lokasi
geografisnya, aksesibilitasnya dengan wilayah lain dan sebagainya.
Berdasarkan elemen pendukungnya, paths dikota meliputi jaringan jalan
sebagai prasarana pergerakan dan angkutan darat, sungai, laut, udara,
terminal/ pelabuhan, sebagai sarana perangkutan. Jaringan perangkutan ini
cukup penting khususnya sebagai alat peningkatan perkembangan daerah
pedesaan dan jalur penghubung baik produksi maupun komunikasi lainnya.
Berdasarkan frekuensi, kecepatan dan kepentingannya jaringan penghubung
di kota dikelompokan menjadi:
- Jalan arteri primer
- Jalan arteri sekunder
- Jalan kolektor primer
- Jalan kolektor sekunder
- Jalan utama lingkungan
- Jalan lingkungan

Paths ini akan terdiri dari eksternal akses dan internal akses, yaitu jalan-jalan
penghubung antar kota dengan wilayah lain yang lebih luas. Jaringan jalan
adalah pengikat dalam suatu kota, yang merupakan suatu tindakan dimana
kita menyatukan semua aktivitas dan menghasilkan bentuk fisik suatu kota

Sumber: google.com

Gambar 2.3. Jalan Jend. Sudirman Jakarta

2. Edges
Merupakan batas, dapat berupa suatu desain, jalan, sungai, gunung. Edge
memiliki identitas yang kuat karena tampak visualnya yang jelas. Edge
merupakan penghalang walaupun kadang-kadang ada tempat untuk masuk
yang merupakan pengakhiran dari sebuah district atau batasan sebuah district
dengan yang lainnya. Edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas
tampak jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas: membagi
atau menyatukan. Contoh: adanya jalan tol yang membatasi dua wilayah yaitu
pelabuhan dan kawasan perdagangan.

Sumber: google.com

Gambar 2.4. Hotel Indonesia Jakarta

3. Districts
Merupakan suatu bagian kota mempunyai karakter atau aktivitas khusus yang
dapat dikenali oleh pengamatnya. District memiliki bentuk pola dan wujud yang
khas begitu juga pada batas district sehingga orang tahu akhir atau awal
kawasan tersebut. District memiliki ciri dan karakteristik kawasan yang berbeda
dengan kawasan disekitarnya. District juga mempunyai identitas yang lebih
baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat
homogen, serta fungsi dan komposisinya jelas. Contoh: kawasan perdagangan,
kawasan permukiman, daerah pinggiran kota, daera pusat kota.

Sumber: google.com

Gambar 2.5. Kawasan Perkantoran Jakarta


4. Nodes
Merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau
aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain,
misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota
secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square, tempat
suatu bentuk perputaran pergerakan, dan sebagainya. Node juga merupakan
suatu tempat di mana orang mempunyai perasaan ‘masuk’ dan ‘keluar’ dalam
tempat yang sama. Node mempunyai identitas yang lebih baik jika tempatnya
memiliki bentuk yang jelas (karena lebih mudah diingat), serta tampilan
berbeda dari lingkungannya (fungsi, bentuk). Contoh: persimpangan jalan.

Sumber: google.com

Gambar 2.6. Bundaran Hotel Indonesia Jakarta

5. Landmark
Merupakan simbol yang menarik secara visual dengan sifat penempatan yang
menarik perhatian. Biasanya landmark mempunyai bentuk yang unik serta
terdapat perbedaan skala dalam lingkungannya. Beberapa landmark hanya
mempunyai arti di daerah kecil dan hanya dapat dilihat di daerah itu, sedangkan
landmark lain mempunyai arti untuk keseluruhan kota dan bisa di lihat dari
mana-mana. Landmark adalah elemen penting dari bentuk kota karena
membantu orang mengenali suatu daerah. Selain itu landmark bisa juga
merupakan titik yang menjadi ciri dari suatu kawasan. Contoh: patung Lion di
Singapura, menara Kudus, Kubah gereja Blenduk.
Sumber: google.com

Gambar 2.7. Monumen Nasional (Monas) Jakarta

2.2. Tugas dan Diskusi


Sesuai dengan pengetahuan yang anda kuasai tentang citra kota, Anda
diminta untuk membuat tulisan mengenai elemen pembentuk kota pada kota-
kota di Indonesia. Tugas dan Diskusi yang dikerjakan adalah:
1. Mahasiswa membuat kelompok
2. Setiap kelompok terdiri dari 2 (dua) mahasiswa
3. Mahasiswa mencari elemen pembentuk kota pada kota-kota di Indonesia
4. Format tugas paper dan PPT
5. Tugas dipresentasikan dan didiskusikan di kelas

Rangkuman
Citra kota dapat disebut juga sebagai kesan atau persepsi antara pengamat dengan
lingkungannya. Citra kota belum tentu merupakan identitas. Citra Kota dapat dibuat
secara instan, sedangkan identitas membutuhkan waktu yang lama untuk
membentuknya. Jati diri kota berkaitan dengan ritme sejarah yang telah melalui
proses panjang sehingga jati diri suatu kota tidak dapat diciptakan begitu saja berbeda
dengan citra kota

Anda mungkin juga menyukai