Anda di halaman 1dari 22

A.

Makna dan citra kota


1. Pengertian Citra Kota
Menurut Rapoport 1977, citra pada umumnya merupakan internalisasi
representasi dan evaluasi lingkungan, dan merupakan representasi mental
sebagian individu terhadap realitas eksternal yang mereka ketahui melalui
berbagai jenis pengalaman, termasuk pengalaman tidak langsung. Dengan kata
lain, citra kota erat kaitannya dengan evaluasi bentuk fisik berdasarkan
pengalaman seseorang. Di sisi lain, citra kota merupakan gambaran mental suatu
kota yang sesuai dengan jumlah penduduk rata-rata (Zahnd, 1999). Lebih dari
sekedar kesan visual, citra perkotaan juga dapat diartikan sebagai kesan individu
terhadap lingkungan perkotaan atau kota secara keseluruhan (1965, Indri, 2006).
Menurut Syarif 1999, citra suatu kota adalah kumpulan keyakinan, gagasan, dan
kesan yang dimiliki masyarakat terhadap suatu tempat, atau gambaran kolektif
tentang hal-hal yang diabstraksi dari realitas fisik kota. Dengan kata lain, citra
kota merupakan gambaran atau evaluasi bersama masyarakat yang pernah
mempunyai pengalaman baik atau buruk terhadap lingkungan perkotaan.
2. Identitas Kota
Setiap kota memiliki identitas berbeda, baik positif maupun negatif.
Identitas suatu kota merupakan kondisi dan ciri khas yang membedakannya
dengan kota lain. Identitas perkotaan merupakan sebuah konsep kuat yang
menciptakan gambaran yang selama ini tidak dapat dipahami di benak
masyarakat (Fasli, 2003). Identitas sebuah kota sebenarnya tidak dapat
dikonstruksikan, tetapi ia membentuk dirinya sendiri. Identitas suatu kota tercipta
melalui pemahaman dan penafsiran citra apa yang ada atau telah ada/terhubung
dengan kota tersebut atau dengan mengenali objek fisik (bangunan dan unsur
fisik lainnya) dan benda non fisik (benda sosial) oleh kegiatan yang terbentuk dari
waktu ke waktu. Aspek sejarah dan persepsi citra yang dirasakan warga kota
merupakan hal yang penting dalam memaknai identitas perkotaan dan citra
daerah (Wikantiyoso, 2006).
3. Komponen-Komponen yang mempengaruhi citra kota
Menurut Lynch (1960), faktor kinerja visual (imageability) menjadi sangat
dominan ketika menandai lingkungan. Semakin kuat elemen visualnya, maka
akan semakin diingat dan dipahami oleh pengamatnya. Pasalnya, pada dasarnya
memiliki tiga elemen yang harus diingat oleh pengamat, yaitu unsur pemberi
identitas, unsur pembentuk pola perkotaan dan unsur pemberi makna (baik bagi
individu maupun masyarakat). Dan menurut Lynch, citra lingkungan dapat
dianalisis berdasarkan tiga elemen: identitas, struktur dan makna.
a. Identitas: Artinya masyarakat dapat memahami gambaran mental suatu kota
(identifikasi objek, perbedaan antar objek, apa yang dapat dikenali). Dengan
kata lain identitas beberapa objek/elemen dalam suatu kawasan yang dapat
disebut dengan ciri-ciri perkotaan yang memiliki identitas tersendiri yang
dengan daerah lain.
b. Struktur: Artinya masyarakat dapat melihat kawasan perkotaan (hubungan
obyek-obyek, hubungan subyek-obyek, pola-pola yang terlihat). Dengan kata
lain pola-pola hubungan antara obyek/elemen dengan obyek/elemen lain
dalam ruang kawasan tersebut meliputi benda-benda yang dapat dipahami
dan pengamat berkaitan dengan fungsi kawasan di mana benda/elemen itu
berada.
c. Makna: masyarakat dapat merasakan ruang kota (makna benda, makna
subjek dan benda, sensasi yang dapat dialami) atau merupakan pemahaman
pengamat terhadap makna kedua komponen tersebut (identitas dan struktur).
Citra harus terlebih dahulu mengidentifikasi suatu objek yang berarti
bagaimana hal tersebut berbeda dari yang lain, mengenalinya sebagai entitas yang
terpisah (wujud/sesuatu dengan keberadaan yang berbeda) ini dikatakan identitas.
Kedua, citra harus memuat hubungan spesial (ruang) atau pola objek pengamat
dan objek lainnya. Bagaimanapun, objek ini harus memiliki makna praktis dan
emosional bagi yang melihatnya.
Berdasarkan teori tersebut, Mulyandari (2011:253) menerjemahkan menjadi:
a. Kemungkinan dibaca sebagai identitas
Artinya, masyarakat dapat memahami citra kota (identifikasi objek, hal yang
dapat diketahui), misalnya identitas kota Semarang yang dikenal dengan kota
lamanya.
b. Kemungkinan tersusun sebagai struktur
Artinya, masyarakat dapat melihat pola yang ada di kota (hubungan objek-
objek, hubungan subjek-subjek, pola yang dilihat).
c. Kemungkinan dibayangkan sebagai makna
Dengan kata lain, masyarakat dapat merasakan ruang kota (makna benda,
makna subjek dan benda, serta sensasi yang dapat dialami).
Gambar: Kota Lama
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com

4. Elemen-Elemen Pembentuk Citra Kota (Kevin Lynch)


Teori ini dirumuskan Kevin Lynch, seorang peneliti perkotaan terkemuka.
Penelitiannya didasarkan pada citra mental penduduk kota (Lynch, Kevin. The
Image of City, 1969). Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa pentingnya
suatu citra yang jelas menuyampaikan banyak hal yang sangat penting bagi
Masyarakat. Misalnya menyangkut kemampuan mengoorientasikan diri dengan
mudah dan cepat serta rasa aman karena masyarakat tidak merasa tersesat, namun
merasakan identitas yang kuat terhadap suatu tempat dan hubungan yang
harmonis dengan tempat lain. Terdapat lima elemen dasar perkotaan yang dapat
menambah kualitas visual kota itu sendiri. Elemen-elemen ini cenderung lebih
terlihat dan terasa di wilayah perkotaan. Semakin kuat kelima faktor tersebut,
semakin baik pula kualitas citra kota tersebut kepada pengamat.

Gambar: Elemen-elemen pembentuk citra kota


Sumber: https://uuntitu.blogspot.com
Lima elemen ini digunakan untuk membuat peta mental yang memudahkan
mengingat dan mencatat elemen fisik dalam suatu kota.
a. Jalur (Path)
Jalur merupakan rute perjalanan. Bagi banyak orang, elemen ini
merupakan elemen utama dari citra kota. Orang-orang mengamati kota saat
mereka melewatinya dan dalam prosesnya mengamati bagaimana elemen-
elemen lingkungan lainnya diatur dan dihubungkan. Jalur (path) mudah
dikenali karena merupakan koridor linier yang anda rasakan saat berjalan dan
mengamati kota. Struktur ini meliputi jalan transit, jalan raya, zona pejalan
kaki, Sungai dan rel kereta api. Elemen jalur adalah elemen kota yang paling
mudah dikenali dan semua orang senang berjalan-jalan di kota. Dengan kata
lain, unsur ini mengandung makna jalur transportasi linier yang dapat
dikenali masyarakat.
Dalam penelitian Kevin Lynch, ia menemukan bahwa kebanyakan orang
mempertanyakan citra sebuah kota secara keseluruhan Ketika identitas
elemen-elemen tersebut tidsak jelas. Jalur atau path merupakan jalur lalu
lintas yang biasa digunakan masyarakat untuk melakukan pergerakan secara
umum. Jalur memiliki identitas yang lebih baik jika tujuannya besar (seperti
stasiun, monument, alun-alun, dll), dan ada fasad yang kuat (fasad
pepohonan, dll), atau terdapat tikungan yang jelas.

Gambar: Path (jalur)


Sumber: https://ruangkotahanun.blogspot.com

Orang yang mengenal kotanya dengan baik biasanya mengetahui


beberapa struktur jalanannya. Orang-orang ini berfikir secara luas dalam
kerangka jalut-jalur yang spesifik dan saling terkait. Mereka mengetahui
sebuah kota dengan lebih baik dengan mengandalkan landmark-landmark
kecilnya dibandingkan lingkungan atau pusatnya. Kualitas ruang kelebaran
dan kesempitan dapat menyempurnakan citra suatu jalan tertentu dengan cara
yang sangat sederhana sehingga dapat menarik perhatian dengan menentukan
lebar atau sempitnya jalan. Sifat lebar dan sempit memperoleh maknanya dan
hubungan umum antara jalan raya dan lebarnya, jalan samping dan
sempitnya. Selain itu, fitur fasad khusus penting untuk identitas jalan,
terutama ditekankan oleh fasad bangunan yang berdekatan. Menyesuaikan
struktur jalan setapak dan penempatan tanaman juga bisa sangat efektif
dalam mengingatkan citra jalan setapak.
b. Tepian (Edge)
Tepi adalah elemen linier yang tidak digunakan atau dipandang sebagai
jalur oleh pengamat. tepi adalah batas antara dua area, kesenjangan
kontinuitas linier, yaitu pantai, rel kereta api, tepi bangunan dan dinding.
Tepian merupakan elemen linier yang dikenali manusia saat berjalan, namun
itu bukanlah jalan. Batasnya dapat berupa Pantai, tembok, deretan bangunan,
deretan pepohonan atau lanskap, dll. Perbatasan juga bisa menjadi pembatas
antara dua area yang berbeda, seperti pagar, tembok atau sungai. Fungsi
elemen ini adalah untuk menetapkan batas-batas di sekitar wilayah kota demi
menjaga privasi dan identitas kawasan, namun memahami elemen ini tidak
sesederhana memahami jalur atau path.

Gambar: Edge (tepian)


Sumber: http://ruangkotahanun.blogspot.com
Lake Michigan. Contoh tepi tampak besar untuk memvisualisasikan kota
metropolitan. Bangunan besar, taman dan Pantai pribadi kecil semuanya
terhubung ke perairan dan dapat diakses serta terlihat oleh semua orang. Tepi
terletak pada batas antara dua wilayah tertentu dan bertindak sebagai
pemutus linier. Tepian emberikan penghalang, namun terkadang ada titik
masuk. Hal ini juga memberikan kesimpulan yang lebih baik bagi kabupaten
Ketika kesinambungannya didefinisikan dengan jelas. Demikian pula fungsi
batasnya harus jelas, membagi atau menyatukan. Tepi sering juga merupakan
jalur. Jika pengamat tidak berhenti bergerak di jalur, maka gambar sirkulasi
akan muncul sebagai gambar dominan. Elemen ini biasanya digambarkan
sebagai jalur yang diperkuat oleh fitur perbatasan.
c. Kawasan (District)
Kawasan atau district merupakan kawasan perkotaan dua dimensi
dengan ukuran kota sedang hingga besar, dimana masyarakat umumnya
merasa di dalam dan di luar kawasan dengan karakteristik yang berbeda-
beda. Kualitas ini dirasakan baik di dalam maupun di luar kawasn jika
dibandingkan dengan kawasan dimana penamat berbeda. Elemen ini
mungkin dipahami secara berbeda oleh orang yang berbeda, namun ini
adalah elemen perkotaan kedua yang paling dikenal setelah jalan setapak.
Kawasan merupakan wilayah yang serupa (homogen). Kesamaan tersebut
dapat diwujudkan dalam bentuk kesamaan sifat fisik dan ciri bangunan, ciri
kawasan, konteks Sejarah dan lain-lain. Kawasan mempunyai ciri-ciri
(bentuk, pola, bentuk) yang sama dan juga unik dalam batas-batasnya,
dimana masyarakat merasa berakhir atau memulainya. Lingkungan di dalam
kota dapat dilihat sebagai referensi internal dan eksternal. Suatu lingkungan
jika batas-batasnya secara visual terdefinisi dengan baik dan dapat dikenali
sebagai homogen, serta fungsi dan posisinya jelas (introvert/ekstrovert atau
berdiri sendiri atau dikaitkan dengan yang lain. Ciri-ciri fisik yang
menentukan suatu kawasan adalah kesinambungan tematik, unsur-unsur yang
beraneka ragam, yaitu tekstur, ruang, bentuk, detail, jenis bangunan,
kegunaan, kegiatan, penghuni, tingkat pemeliharaan, dan topografi. Di kota-
kota padat, keseragaman fasad merupakan panduan dasar untuk
mengidentifikasi kawasan yang besar. Petunjuk ini sekedar petunjuk visual.
Suara bising atau ketidakteraturan juga bisa dijadikan petunjuk. Seperti
halnya kawasan etnis suatu kota, nama kawasan juga berkontribusi terhadap
pembentukan identitasnya.

Gambar: District (kawasan)


Sumber: http://ruangkotahanun.blogspot.com

d. Simpul (Nodes)
Simpul adalah suatu titik-titik strategis dalam suatu kota yang dapat
dimasuki oleh pengamat dan menjadi fokus ke mana dan dari mana tujuan
pengamat. Titik simpul meliputi persimpangan jalan, jeda jalan (berhenti
sebentar) dari jalur, persilangan atau pertemuan jalur, ruang terbuka atau titik
pembeda antara bangunan satu dengan bangunan lainnya. Elemen ini juga
erat kaitannya dengan elemen kawasan karena simpul-simpul kota yang kuat
membentuk karakter kawasan. Dalam beberapa kasus, simpul juga dapat
ditandai dengan adanya elemen fisik yang kuat. Simpul merupakan llokasi
yang strategis karena menjadi titik berkumpulnya berbagai aktivitas yang
membentuk ruang kota.
Setiap nodes dapat memiliki bentuk yang berbeda-beda tergantung pola
aktivitas yang terjadi di dalamnya. Nodes adalah simpul atau lingkaran pada
kawasan strategis dimana arah atau kegiatan dapat bertemu dan berubah kea
rah atau kegiatan lain, misalnya persimpangan, stasiun kereta api, bandara,
jembatan, seluruh kota pada tingkat makro yang besar, pasar, taman, alun-
alun, dll. Tidak semua persimpangan adalah nodes dan yang menetukan
adalah pemandangan jalanannya. Node adalah tempat dimana orang merasa
berada di luar dan di dalam tempat yang sama. Identitas sebuah nodes
meningkat Ketika lokasinya memiliki bentuk yang jelas sehingga lebih
mudah diingat dan tampilan fungsi dan bentuk yang berbeda dari
lingkungannya.
Persimpangan jalan dan tempat berhenti di sepanjang jalan sangat
penting bagi orang yang mengamati kota. Karena keputusan perlu dibuat di
persimpangan jalan, masyarakat dapat memusatkan perhatian mereka pada
persimpangan tersebut dan melihat elemen-elemen di dekatnya dengan lebih
jelas.karena tren ini sering diamati, dapat diasumsikan bahwa elemen yang
ditempatkan pada node otomatis memperoleh keuntungan khusus dari
posisinya. Kesadaran akan pentingnya tempat juga terlihat dalam hal lain.
Ketika ditanya di mana pemberhentian pertema mereka di sebuah kota,
banyak orang menyebutkan halte angkutan umum sebagai lokasi utama.
Stasiun kereta besar seperti bandara hamper selalu menjadi pusat penting
dalam sebuah kota. Secara teori, persimpangan jalan biasa merupakan
simpul, namun karena persimpangan tersebut tersebut tidak dapat memuat
banyak simpul pusat, maka persimpangan tersebut umumnya tidak
mempunyai manfaat yang cukup untuk dianggap lebih dari sekedar
persimpangan.

Gambar: Node (simpul)


Sumber: https://ruangkotahanun.blogspot.com

e. Tangeran (Landmark)
Landmark merupakan titik acuan yang berada di luar dan tidak dapat
diakses oleh pengamat. bangunan terkenal biasanya merupakan objek yang
didefinisikan secara sederhana, beberapa landmark adalah landmark jauh
yang terlihat dari berbagai sudut dan jarak di atas simpul elemen kecil dan
digunakan sebagai acuan arah. Landamark lainnya bersifat lokal dan hanya
dapat dilihat pada lokasi terbatas dan jarak tertentu. Tanda-tanda yang
jumlahnya sangat banyak, seperti papan reklame, etalase toko, pepohonan,
gagang pintu, dan detail perkotaan lainnya. Hal tersebut seringkali digunakan
sebagai petunjuk mengenai identitas atau struktur dan dinyatakan pelengkap
perjalanan menjadi akrab.
Landmark merupakan elemen fisik suatu kota yang menjadi acuan kota
tersebut yang dimana pengamat tidak bisa masuk ke dalamnya, namun
penandanya bersifat eksternal. Hal ini biasanya dikenali dari bentuk fisik
dominan suatu kawasan perkotaan, seperti pada bangunan, monument,
pertokoan dan gunung. Landmark dikenali dalam jarak tertentu secara radial
dalam suatu wilayah kota dan dapat dilihat dari berbagai sudut kota. Namu,
ada beberapa landmark yang hanya dapat dideteksi pada jarak yang relative
dekat dari suatu area tertentu. Tempat wisata biisa terletak di dalam kota
maupun di luar kawasan kota yang merupakan perbedaan antara wisata di
pegunungan dan wisata di monumen. Elemen fisik yang bergerak seperti
matahari dan bulan juga dapat digunakan sebagai penanda. Dalam skala yang
lebih kecil, penanda yang lebih detail seperti etalase toko, lampu jalanan, dan
papan reklame juga dapat digunakan sebagai penanda. Landmark pada
umumnya merupakan tanda yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu
daerah.
Landmark merupakan titik acuan yang mirip dengan elemen nodes atau
simpul, namun terlihat dari luar dan tidak dapat diakses oleh manusia.
Landmark adalah elemen eksternal dan ciri visiual khas suatu kota.beberapa
tempat wisata berada di dekat landmark, sementara yang lain terletak jauh.
Beberapa landmark hanya mempunyai arti penting di area kecil dan hanya
terlihat di area tersebut, sementara landmak lainnya penting bagi keseluruhan
kota dan dapat dilihat dari mana saja. Bangunan terkenal paling baik
digunakan Ketika bentuknya berbeda dan unik dalam lingkungannya. ketika
beberapa bangunan terkenal berurutan atau merasa nyaman saat melakukan
orientasi, dan ketika setiap bangunan terkenal memiliki skala yang berbeda
dan memiliki identitas yang baik.
Gambar: Landmark (tangeran)
Sumber: https://ruangkotahanun.blogspot.com

Contoh landmark: kawasan jl. Jendral Sudirman Solo Koridor, Balai


Kota, pusat pemerintahan kota Solo yang menjadi landmark di kawasan
teersebut dan Monas yang terletak di Jakarta yang juga merupakan landmark
Jakarta.

Gambar: Balai Kota Solo & Monas Jakarta


Sumber: https://ruangkotahanun.blogspot.com

B. Hubungan ekonomi dan perkembangan kota


Pembangunan nasional mmembeawa keberhasilan pembangunan ekonomi.
Perkembangan ekonomi yang pesat telah membentuk kehidupan pemerintah Indonesia
saat ini dan di masa depan. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan bermasyarakat
saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh hubungan ekonomi. Perkembangan ini akan
membawa dampak yang luas, termasuk aspek penataan ruang. Oleh karena itu, para
pengambil keputusan dan pemangku kepentingan perencanaan wilayah dan kota harus
mampu mengenali perubahan periaku agar dapat menyesuaikan dengan semua produk
perencanaan yang dihasilkan.
1. Pengertian Ilmu Ekonomi Perkotaan
Ilmu ekonomi perkotaan merupakan ilmu yang mempelajari pilihan lokasi
yang dilakukan oleh pelaku ekonomi di perkotaan, yaitu badan usaha (enterprise)
dan rumah tangga (household) (sullinian, Urban Economis). Dalam
perekonomian perkotaan, aspek ruang menjadi elemen analisis yang penting.
Dapat dikatakan bahwa perekonomian perkotaan selangkah lebih maju
dibandingkan perekonomian lainnya. Sebab dalam perekonomian sektor
perkotaan, perusahaan dan rumah tangga melakukan kegiatan ekonomi tidak
selalu pada satu titik saja, melainkan dimana saja, sedangkan pada sektor lainnya
Ilmu ekonomi mengasumsikan bahwa seluruh aktivitas produksi dan konsumsi
berada pada suatu titik waktu tertentu. Mengingat maksimalisasi keuntungan
perusahaan dan maksimalisasi utilitas rumah tangga, asumsi ini tidak realistis dan
sulit diterapkan pada kegiatan ekonomi aktual, karena baik perusahaan maupun
rumah tangga dapat melakukan kegiatan ekonomi dimana saja. Dalam
perekonomian perkotaan, pilihan perusahaan untuk membangun pabrik, kantor,
dan pusat perdagangan, serta pilihan rumah tangga untuk tinggal dan bekerja,
merupakan faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam analisis.
Pemilihan lokasi oleh rumah tangga dan dunia usaha berkontribusi terhadap
permasalahan yang dihadapi kota dan permasalahan yang ada di kota
mempengaruhi keputusan lokasi oleh rumah tangga dan dunia usaha. Pemilihan
lokasi dan permasalahan perkotaan saling berkaitan. Permasalahan perkotaan
seperti kemiskinan, kemacetan, perumahan, kejahatan, dan polusi saling terkait
dengan keputusan lokasi rumah tangga dan bisnis.
2. Peran Ekonomi Perkotaan
Sebagai salah satu cabang ilmu ekonomi baru, ilmu ekonomi perkotaan
merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi yang fokus pada analisis
perekonomian wilayah perkotaan. Pada pertengahan abad ke-20, tepatnya akhir
tahun 1950-an, cabang ilmu ekonomi ini mulai berkembang dilatarbelakangi
munculnya permasalahan perkotaan seperti kemacetan lalu lintas, permukiman
kumuh, kemiskinan, dan meningkatnya angka kriminalitas. Sejak saat itu, para
ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, termasuk ekonom, melakukan upaya intensif
untuk memahami fenomena yang terjadi di perkotaan.
Pola penggunaan lahan dan struktur perkotaan saat ini tidak dapat dipisahkan
dari aktivitas individu di masa lalu. Jika sistem penggunaan lahan tidak diatur
dengan hati-hati, hal ini dapat menimbulkan masalah serius di masa depan. Oleh
karena itu, peran pemerintah sebagai otoritas pengatur penggunaan lahan
sangatlah penting. Selain itu, terdapat banyak penelitian yang menunjukkan peran
pemerintah dalam struktur tata ruang di wilayah perkotaan. Dalam konteks ini,
perekonomian perkotaan memainkan peran sebagai berikut:
1. Peran positif adalah memberikan penjelasan teoritis dan empiris. Dalam hal
ini, perekonomian perkotaan dapat digunakan oleh otoritas pengatur sebagai
informasi untuk menentukan arah kebijakan perencanaan kota.
2. Peran normatif, dalam hal ini ekonomi perkotaan digunakan untuk
mengevaluasi dan mengukur implementasi kebijakan yang ditetapkan oleh
otoritas pengatur sebelumnya dalam sistem ekonomi perkotaan. Aspek
normatif ini sering disebut dengan ekonomi kesejahteraan. Evaluasi dan
kinerja sistem ekonomi perkotaan berkaitan dengan efisiensi dan pemerataan
3. Perkembangan dan Pertumbuhan Kota
Istilah pembangunan perkotaan dapat diartikan sebagai perubahan
menyeluruh yang mempengaruhi seluruh perubahan masyarakat perkotaan secara
keseluruhan, termasuk perubahan sosial ekonomi, sosial budaya, dan perubahan
fisik. Pertumbuhan dan perkembangan perkotaan pada dasarnya mewakili proses
pembangunan perkotaan. Pertumbuhan kota mempunyai arti kuantitatif, dalam
hal ini ditunjukkan dengan besarnya faktor-faktor produksi yang digunakan oleh
sistem perekonomian kota. Peningkatan produksi berarti peningkatan permintaan.
Pembangunan Perkotaan kini mengacu pada kualitas, sebuah proses menuju
kedewasaan. Tanda-tandanya terlihat pada struktur kegiatan perekonomian, mulai
dari industri primer, industri sekunder, dan tersier. Umumnya kota mengalami
pertumbuhan dan perkembangan dengan memasukkan kegiatan sumber daya
manusia berupa peningkatan jumlah penduduk dan sumber daya alam yang ada di
kota (Hendarto, 1997). Secara umum, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan perkotaan:
a. Faktor demografi, yaitu pertumbuhan penduduk karena pertumbuhan alami
atau migrasi.
b. Faktor sosial ekonomi, yaitu berkembangnya kegiatan usaha masyarakat.
c. Faktor sosial budaya, yaitu perubahan pola hidup dan masyarakat akibat
pengaruh luar, sistem komunikasi dan informasi.
Gambar: Ibu Kota Jakarta
Sumber: https://globalcontromation.com

Perkembangan suatu kota juga dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi


dan tindakan politik. Hal ini dikarenakan pembangunan perkotaan pada
hakikatnya merupakan wujud fisik pembangunan ekonomi (Firman, 1996).
Kegiatan sekunder dan tersier seperti manufaktur dan jasa cenderung berlokasi
di perkotaan karena faktor ekonomi urbanisasi. Faktor ini diartikan sebagai
kekuatan yang mendorong kegiatan usaha berlokasi di perkotaan, seperti pusat
pasar atau tenaga kerja terampil.
Menurut Raharjo dalam Widyaningsih (2001), pembangunan perkotaan
mengacu pada perubahan yang dialami kawasan perkotaan dalam aspek
kehidupan dan penghidupan perkotaan. Mulai dari tidak ada hingga ada, dari
sedikit hingga banyak, dari kecil hingga besar, dari ketersediaan perkotaan
hingga luas lahan, dari tapak kecil hingga lahan yang sangat padat, dan
seterusnya.
4. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Wilayah terhadap Pembangunan Kota
Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan peningkatan pendapatan
masyarakat akibat peningkatan nilai tambah secara keseluruhan di wilayah
tersebut (Tarigan, 2005). Pendapatan wilayah mewakili tingkat kemakmuran
wilayah akibat kegiatan yang memberi imbalan terhadap faktor-faktor produksi
aktif lokal, seperti tanah, modal, tenaga kerja, dan teknologi. Suatu wilayah
dikatakan tumbuh secara ekonomi apabila laju kenaikan produksi akibat proses
perekonomian di wilayah tersebut lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan
penduduk dan cenderung terus menerus dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan ekonomi wilayah tidak dapat dipisahkan dari pembangunan
perkotaan karena berkaitan erat dengan pembangunan perkotaan dalam proses
pembangunan negara. Pertumbuhan ekonomi daerah mempunyai dampak yang
besar terhadap pembangunan perkotaan. Di sisi lain, pembangunan perkotaan
yang baik juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Pengaruh
antara pertumbuhan ekonomi daerah dan pembangunan perkotaan adalah:
a. Penyediaan lapangan kerja
Pertumbuhan ekonomi di kawasan ini menciptakan banyak lapangan
kerja baru, menarik penduduk dari daerah pedesaan dan kota-kota kecil ke
kota-kota yang mempunyai lebih banyak kesempatan kerja. Dengan
mengembangkan lapangan kerja baru, kita dapat mengurangi jumlah
penduduk dari kota kecil dan desa ke kota yang menawarkan kesempatan
kerja yang berkualitas dan terjamin. Hal ini meningkatkan kebutuhan akan
infrastruktur perumahan, transportasi dan layanan publik lainnya, dan
pembangunan perkotaan meresponsnya dengan menyediakan lebih banyak
fasilitas perumahan, transportasi dan layanan, yang pada akhirnya
menciptakan struktur perkotaan yang lebih modern. Dengan
mengembangkan lapangan kerja baru, jumlah penduduk dapat dikurangi
dari kota dan desa ke kota dengan kesempatan kerja yang melimpah.
b. Peningkatan pendapatan dan konsumsi
Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah akan berdampak pada
peningkatan pendapatan penduduk dan pada gilirannya meningkatkan daya
beli. Hal ini akan meningkatkan konsumsi barang dan jasa, termasuk jasa
hiburan, restoran dan sektor lainnya di kota. Meningkatnya permintaan
dapat memungkinkan bisnis lokal untuk berkembang dan mendorong
pembangunan ekonomi di kota-kota. Jangan lupa bahwa tuntutan terhadap
kondisi lingkungan semakin meningkat karena dapat berdampak pada
manusia dan orang lain.
c. Infrastruktur yang lebih baik
Pertumbuhan ekonomi regional seringkali mengarah pada investasi
pada pembangunan infrastruktur. Dana tambahan tersedia untuk perbaikan
jalan, jembatan, transportasi umum, dan fasilitas lainnya. Perbaikan
infrastruktur meningkatkan dan memfasilitasi pergerakan penduduk kota,
mengurangi kemacetan lalu lintas, dan menciptakan lingkungan yang lebih
efisien bagi dunia usaha dan industri. Indonesia kini memiliki sejumlah
sistem transportasi umum yang memudahkan Anda berpindah dari satu
tempat ke tempat lain. Selain itu, ada banyak kendaraan ramah lingkungan
yang menggunakan tenaga listrik, bukan bahan bakar.
d. Pendidikan dan inovasi
Wilayah dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat cenderung memiliki
penduduk yang berpendidikan tinggi. Hal ini dapat mengarah pada
terciptanya pusat-pusat inovasi di kota-kota yang mendukung
pengembangan teknologi, penelitian dan industri berbasis pengetahuan
lainnya. Peningkatan pendidikan dan inovasi akan mendorong pertumbuhan
ekonomi lebih lanjut, menciptakan lapangan kerja yang lebih baik dan
meningkatkan kualitas hidup.
e. Tantangan pertumbuhan yang berkelanjutan
Pertumbuhan ekonomi di kawasan membawa manfaat besar, namun
tantangan juga harus diatasi untuk mempertahankan pertumbuhan tersebut.
Misalnya, pertumbuhan yang tidak terkendali dapat menimbulkan masalah
seperti polusi, kemacetan, dan kesenjangan ekonomi. Oleh karena itu,
perencanaan yang bijaksana dan langkah-langkah dukungan diperlukan
untuk mengelola pertumbuhan ini dengan baik. Pedoman yang ada harus
diterapkan dengan baik untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan.
Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi daerah merupakan faktor
penting bagi pembangunan perkotaan. Pertumbuhan ekonomi daerah tidak
dapat dipisahkan dari pembangunan perkotaan karena berkaitan erat dengan
pembangunan perkotaan dalam proses pembangunan negara. Pertumbuhan
ekonomi regional mempengaruhi banyak aspek pembangunan perkotaan
melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan, investasi
infrastruktur, pendidikan yang lebih baik, dan inovasi. Namun, untuk
mencapai pertumbuhan berkelanjutan memerlukan pemikiran dan tindakan
strategis yang menggunakan pendekatan holistik terhadap tantangan dan
dampaknya. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi daerah dapat menjadi
kekuatan positif dalam membentuk kota masa depan yang lebih maju dan
lebih baik.
C. Dinamika Politik Kota dan Budaya
1. Budaya Politik
Budaya politik mengacu pada seperangkat nilai, norma, keyakinan, dan
praktik politik yang ada dalam suatu masyarakat. Ini adalah pola perilaku politik
dan pandangan politik yang menjadi dasar bagaimana individu dalam suatu
masyarakat terlibat dalam politik. Budaya politik mencakup aspek-aspek seperti
cara masyarakat berpartisipasi dalam pemilu, pandangan mereka terhadap
pemerintah, dan sikap mereka terhadap partisipasi politik.

Gambar: Pemilu
Sumber: https://www.selasar.com

Menurut Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, dalam bukunya The Civic
Culture, menyatakan bahwa budaya politik dapat diidentifikasi berdasarkan tiga
dimensi utama:
a. Orientasi politk: Hal ini mencakup bagaimana individu dalam masyarakat
memandang diri mereka sendiri dalam konteks politik. Apakah mereka
merasa bahwa mereka memainkan peranan penting dalam proses politik, atau
apakah mereka merasa hanya menjadi pengamat yang pasif?
b. Tingkat partisipasi: Mengacu pada tingkat partisipasi politik dalam
masyarakat, termasuk pemilu, kampanye politik, dan aktivitas politik lainnya.
Apakah masyarakat cenderung berpartisipasi aktif atau lebih pasif?
c. Arah politik: Bagaimana individu dalam masyarakat mengukur efektivitas
pemerintah dan mempunyai pandangan politik yang konsisten? Bagaimana
individu dalam masyarakat mengukur efektivitas pemerintah dan mempunyai
pandangan politik yang konsisten?
Gambar: Sosialisasi pencalonan
Sumber: https://www.selasar.com

Memahami budaya politik bagi suatu masyarakat penting karena berdampak


besar terhadap stabilitas politik, keamanan, dan kualitas demokrasi agar
masyarakat memandang dan berpartisipasi dalam politik mempengaruhi hasil
pemilu, jumlah pemilih, dan kemampuan pemerintah untuk mengembangkan
kebijakan yang mencerminkan kepentingan masyarakat. Dalam buku A More
Perfect Constitution, Larry J. Sabato menyatakan bahwa budaya politik yang
sehat adalah salah satu landasan utama masyarakat demokratis yang berfungsi
dengan baik. Ketika budaya politik menumbuhkan partisipasi aktif dan kontrol
dalam pemerintahan, warga negara akan lebih mungkin mencegah
penyalahgunaan kekuasaan dan memastikan bahwa kebijakan disesuaikan dengan
kebutuhan mereka. Berbagai jenis budaya politik telah diidentifikasi dalam
literatur politik. Tiga jenis budaya politik yang paling umum adalah:

Gambar: Unjuk rasa


Sumber: https://www.selasar.com
a. Budaya politik partisipan
Budaya politik partisipan merupakan suatu bentuk budaya politik dimana
masyarakat berpartisipasi aktif dalam proses politik. Orang dengan budaya
politik ini cenderung berpartisipasi dalam pemilu dan kampanye serta terlibat
dalam berbagai aktivitas politik. Mereka juga cenderung percaya bahwa
partisipasi politik mereka mempunyai dampak yang lebih besar. Menurut
buku Ronald Inglehart yang berjudul Culture Shift in Advanced Industrial
Society, budaya politik peserta sering dikaitkan dengan orang-orang yang
memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, standar hidup lebih tinggi, dan
akses lebih baik terhadap informasi politik.
b. Budaya politik subjektif
Budaya politik subyektif merupakan salah satu bentuk budaya politik
dimana individu dalam suatu masyarakat cenderung pasif dalam mengamati
politik. Mereka mungkin tidak berpartisipasi aktif dalam pemilu atau
kegiatan politik lainnya dan mungkin merasa bahwa partisipasi mereka tidak
akan membawa dampak yang signifikan. Budaya politik subjektif mungkin
terkait dengan isolasi sosial dan kurangnya keterlibatan masyarakat. Orang-
orang yang termasuk dalam budaya politik subjektif lebih menekankan
kehidupan pribadinya daripada politik.
c. Budaya politik parokial
Budaya politik parokial merupakan salah satu bentuk budaya politik
dimana individu-individu dalam suatu masyarakat mempunyai kepentingan
yang sangat terbatas terhadap politik. Mereka mungkin tidak tertarik pada
pemilu dan politik dan merasa bahwa politik adalah bagian yang tidak
relevan dalam kehidupan mereka. Budaya politik parokial seringkali
diasosiasikan dengan masyarakat yang memiliki struktur sosial yang sangat
tertutup dan tradisional.
2. Hubungan Dinamis Budaya Lokal dan Sistem Politik di Era Globalisasi
Indonesia merupakan daerah dengan karakteristik budaya masyarakatnya
yang unik dan kompleks. Indonesia merupakan produk sejarah dari berbagai
bangsa yang bercampur membentuk kehidupan bersama dan menyebar dari
berbagai pulau, dipengaruhi oleh empat pola agama besar (Hindu, Budha, Islam,
dan Kristen), terdapat ratusan suku bangsa dengan identitas agama yang diperoleh
dalam berbagai bahasa. Setiap wilayah/kepulauan di Indonesia merupakan rumah
bagi berbagai suku bangsa dengan ciri budaya yang unik.
Globalisasi budaya adalah serangkaian proses di mana hubungan antara akal
dan pikiran manusia menjadi relatif independen terhadap wilayah geografis. Gede
Arimbawa, 2011: 175, menyatakan bahwa globalisasi budaya adalah proses
homogenisasi dunia dengan mengemas budaya populer Amerika. Istilah
Westernisasi disebut juga dengan kebudayaan Barat, yaitu kebudayaan yang pada
umumnya masyarakat dunia diperjualbelikan sambil menjadi konsumen atau
peminat (Culla, 2005).
Masyarakat berkembang sebagai sekelompok individu yang mendukung
kebudayaan, termasuk karya dan warisannya dari generasi ke generasi. Tingkat
kompleksitas suatu kebudayaan tergantung pada kompleksitas masyarakat yang
mendukungnya. Dalam masyarakat modern, budaya yang mereka anut cenderung
lebih kompleks dibandingkan masyarakat yang lebih sederhana. Perilaku
manusia dalam konteks sosial, termasuk perilaku politik, sangat ditentukan oleh
pola orientasi dan proses pembelajaran individu dalam masyarakat. Demokrasi
merupakan sebuah konsep ideal yang bila diterapkan dalam kehidupan berbangsa
memerlukan kriteria tertentu terkait dengan realitas politik yang diacunya.
Kriteria tersebut menjadi standar nasional yang mencakup aspek budaya untuk
menilai apakah suatu masyarakat memiliki budaya politik demokratis dan
sebaliknya. Oleh karena itu, untuk memahami perilaku politik, penting untuk
memahami budaya politik suatu masyarakat.
Era globalisasi yang ditandai dengan semakin sempitnya arus informasi dan
interkoneksi global telah membawa perubahan besar dalam dinamika interaksi
antara budaya lokal dan sistem politik. Dalam keadaan seperti ini, hubungan
antara budaya lokal dan sistem politik menjadi rumit dan tidak menentu, sehingga
menimbulkan tantangan dan peluang yang besar. Mengembangkan kebijakan dan
langkah-langkah untuk mendukung keragaman budaya dan menjaga
keseimbangan antara dimensi lokal dan global dengan memahami hubungan
dinamis antara budaya lokal dan sistem politik di era globalisasi.
Hubungan antara budaya lokal dan sistem politik di era globalisasi saat ini
sangatlah kompleks dan menarik. Globalisasi adalah fenomena di mana interaksi
ekonomi, sosial, dan budaya melintasi batas negara dan dapat berdampak
signifikan terhadap dinamika budaya dan sistem politik regional. Perubahan
budaya pada masyarakat tradisional, seperti peralihan dari keadaan tertutup ke
keadaan lebih terbuka, dari nilai-nilai homogen menjadi pluralitas nilai dan
norma sosial, merupakan akibat langsung dari proses globalisasi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan mendasar bagi dunia.
Komunikasi dan transportasi internasional menghapus batas-batas budaya antar
negara. Kebudayaan masing-masing negara cenderung menuju globalisasi dan
berkontribusi terhadap peradaban dunia, termasuk umat manusia secara
keseluruhan. Dengan munculnya perubahan sosial akibat proses industrialisasi,
sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, seni kita beralih ke aspek
komersial. Dampak globalisasi dapat bersifat positif dan negatif dan mencakup
perubahan nilai, norma, gaya hidup, serta ekspresi seni dan budaya.
Memperkenalkan sistem politik global ke dalam suatu budaya adalah
penerimaan dan penerapan unsur-unsur sistem politik yang umumnya diakui
secara internasional dalam konteks masyarakat atau negara tertentu. Sistem
politik dunia mencakup prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi manusia,
pemerintahan yang baik, dan prinsip-prinsip lain yang dianggap sebagai standar
umum tatanan politik dunia. Banyak negara telah mengadopsi prinsip-prinsip
demokrasi sebagai dasar sistem politik mereka. Hal ini termasuk
menyelenggarakan pemilihan umum, melibatkan masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan, dan mengakui hak asasi manusia. Dalam semangat
perlindungan hak asasi manusia, penerapan kebijakan ini bertujuan untuk
mengakui dan menegakkan hak-hak dasar individu tanpa diskriminasi. Partisipasi
politik global merupakan upaya untuk mendorong warga negara berpartisipasi
aktif dalam pemilihan umum, organisasi masyarakat sipil, dan bentuk partisipasi
lainnya. Membangun sistem politik global seringkali memerlukan partisipasi
dalam kerja sama internasional. Negara-negara dapat berpartisipasi dalam
organisasi internasional untuk mengatasi isu-isu global seperti perdamaian,
perdagangan, dan lingkungan.
Mengintegrasikan ekspresi budaya ke dalam ruang politik dapat menjadi cara
yang efektif untuk memasukkan perspektif lokal ke dalam kebijakan dan
keputusan. Partisipasi aktif masyarakat dalam proses politik memungkinkan suara
budaya lokal didengar. Mendorong generasi muda untuk berpartisipasi dalam
kegiatan budaya tradisional membantu menjaga keberlangsungan budaya lokal.
Program kreatif seperti festival dan lomba kesenian lokal dapat berfungsi sebagai
forum untuk mengkomunikasikan nilai-nilai budaya.

DAFTAR PUSTAKA
Pengertian citra kota: https://text-id.123dok.com/document/9ynln220q-
pengertian-citra-kota-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-terbentuknya-
citra-kota.html
Pengertian komponen-komponen yang mempengaruhi citra kota: http://e-
journal.uajy.ac.id/8638/3/2MTA00019.pdf
Pengertian elemen-elemen pembentuk citra kota:
https://core.ac.uk/download/pdf/292663366.pdf
Penegertian path: https://arsibook.blogspot.com/2016/11/elemen-pembentuk-
citra-kota-menurut.html
Pengertian tepian: https://arsibook.blogspot.com/2016/11/elemen-pembentuk-
citra-kota-menurut.html
Pngertian district atau kawasan: https://arsibook.blogspot.com/2016/11/elemen-
pembentuk-citra-kota-menurut.html
Pngertian simpul dan landmark: https://arsibook.blogspot.com/2016/11/elemen-
pembentuk-citra-kota-menurut.html
Penjelasan pertama hubungan ekonomi dan perkembangan kota:
https://journals.itb.ac.id/index.php/jpwk/article/view/5785
pengertian ilmu ekonomi perkotaan: http://repository.ut.ac.id/4007/1/ESPA4527-
M1.pdf
peran ekonomi perkotaan: http://repository.ut.ac.id/4007/1/ESPA4527-M1.pdf
perkembangan dan pertumbuhan kota:
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PWKL4206-
M1.pdf
WEBSITE
Kota sebagai unsur pembentuk satuan wilaya ekonomi dan perannya dalam
Pembangunan,
https://simantu.pu.go.id/personal/img-post/autocover/ac2c1c009e0c3a75e
ee0e58b580d7788.pdf
Pengertian identitas kota, https://media.neliti.com/media/publications/221043-
identitas-kota-fenomena-dan-permasalahan.pdf
Pengaruh pertumbuhan ekonomi wilayah terhadap pembangunan kota,
https://www.kompasiana.com/aurilliasalsabillaindarto8335/650805ac08a8
b53eec7b2832/pengaruh-pertumbuhan-ekonomi-wilayah-terhadap-
pembangunan-kota?page=all#section1
Sumber budaya politik, https://kumparan.com/pengertian-dan-istilah/pengertian-
budaya-politik-fungsi-dan-jenis-jenisnya-21IeBEsQfcL/2
Sumber hubungan budaya lokal dan sistem politik di era globalisasi,
https://www.kompasiana.com/deyanurfitriyani1711/657084dd12d50f2517
36eaa2/hubungan-dinamis-antara-budaya-lokal-dan-sistem-politik-di-era-
globalisasi?page=all#section1

Anda mungkin juga menyukai