Anda di halaman 1dari 17

PERANCANGAN RUANG LUAR

ELEMEN ELEMEN TOWNSCAPE

NAMA/NIM
RAHMAT HIDAYATULLAH/170406121
DOSEN
IR.SRI GUNANA SEMBIRING MT

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Townscape adalah seni yang terdapat secara visual dalam penataan bangunan-bangunan,
jalan, serta ruang yang menghiasi lingkungan perkotaan. Definisi lain dari townscape adalah salah
satu cara yang dapat digunakan dari segi fisik visual untuk mengenali bentuk fisik suatu kota.
Selain itu, townscape juga dapat diidentifikasi melalui bentuk penataan atau desain dari bangunan-
bangunan dan jalan yang ditangkap berdasar berbagai tingkatan emosional masing-masing
pengamat. Konsep townscape ini menjadi dasar bagi para arsitek, perencana, dan pihak-pihak
yang memperhatikan wajah kota.

Bentuk fisik ruang kota dipengaruhi dan ditentukan oleh bentuk dan massa bangunan.
Keterkaitan itu dirasakan secara psikologis maupun secara fisik oleh pengamat bentuk fisik ruang
kota serta bentuk dan massa bangunan tersebut. Selain itu, keterkaitan juga dapat dilihat secara
visual pada kualitas bentuk kota yang ditentukan oleh bentuk dan ukuran ruang kota serta
penataannya.
Melalui buku The Concise Townscape, Gordon Cullen mengemukakan nilai-nilai yang harus
ditambahkan dalam urban design sehingga masyarakat di kota tersebut secara emosional dapat
menikmati lingkungan perkotaan yang baik melalui rasa psikologis maupun fisik. Empat hal yang
ditekankan Cullen pada bukunya adalah: serial vision, place, content, dan the functional tradition.
Masing-masing dari empat inti townscape tersebut memiliki rincian aspek townscape lebih detail
lagi yang dapat dilihat pada bukunya, The Concise Townscape.

Penjelasan dari serial vision adalah gambaran-gambaran visual yang ditangkap oleh
pengamat yang terjadi saat berjalan dari satu tempat ke tempat lain pada suatu kawasan. Rekaman
pandangan oleh pengamat itu menjadi potongan-potongan gambar yang bertahap dan membentuk
satu kesatuan rekaman gambar kawasan bagi pengamat. Biasanya, akan ada kemiripan, suatu
benang merah, atau satu penanda dari potongan-potongan pandangan tersebut yang memberi
kepastian pada pengamat bahwa dia masih berada di satu kawasan yang sama.

Penjelasan dari Place adalah perasaan yang dimiliki pengamat secara emosional pada saat
berada di suatu tempat tertentu. Place dipengaruhi oleh batas-batas yang ada pada suatu tempat
tersebut.

Penjelasan dari content adalah isi dari suatu kawasan yang mempengaruhi perasaan
seseorang terhadap keadaan lingkungan kota tersebut. Content tergantung oleh dua faktor yaitu
pada tingkat kesesuaian (conformity) dan tingkat kreativitas (creativity).

Penjelasan dari the functional tradition adalah kualitas di dalam elemen-elemen yang
membentuk lingkungan perkotaan yang juga memiliki segi ekonomis, efisien dan efektif.

Berdasarkan uraiannya dalam buku The Concise Townscape, Cullen menyimpulkan tiga hal
di akhir bukunya, yaitu:

1. Suatu lingkungan perkotaan tersusun melalui dua cara. Yang pertama, kota disusun
sebagai objek dari luar perencana sebagai subjek. Yang kedua, kota yang sudah disusun
kemudian diisi oleh aktivitas-aktivitas penghidup. Keduanya merupakan suatu
kesinambungan yang saling melengkapi. Peran townscape disini adalah sebagai pembentuk
kota yang menjadi struktur dan mendukung aktivitas manusia tersebut.
2. Penataan perkotaan harus bisa memberikan rasa nyaman pada masyarakat yang
menempatinya. Lingkungan perkotaan banyak mempengaruhi perkembangan
masyarakatnya secara psikologis maupun fisik. Oleh karena itu, art of environment perlu
ditekankan dalam urban design.
3. Dalam penataan suatu perkotaan harus memperhatikan logika dalam lingkungan Atlas. Hal
ini berkaitan dengan dimensi fisik geometri dan dimensi waktu.
Pada intinya, townscape menjadi rangkaian elemen perkotaan yang penting di dalam urban design.
Dengan townscape, masyarakat bisa mengenali suatu kawasan baik secara fisik maupun secara
emosional. Townscape sebaiknya tertata secara baik karena pengaruhnya yang cukup berdampak
pada perkembangan masyarakat yang menempati suatu kawasan tersebut. Selain itu, dengan
townscape, maka tercipta the art of environment yang penting bagi suatu kota

elemen-elemen pembetuk ruang kota atau biasa disebutdengan citra kota dibagi dalam lima
elemen, yaitu:a.

1. Path (Jalur)

Path merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan
pergerakan secara umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta
api,saluran dan lain sebagainya. Path mempunyai identitas yang lebih baik kalau memiliki
tujuan rute sirkulasi yang besar (tugu, alun-alun, dan lain sebagainya), serta ada
penampakan yang kuat (misal fasade, pohon, dan lain-lain), atau ada belokan yang
jelas,mempunyai karakter spesifik.Karakteristik Path meliputu : Pola Jaringan jalan,
Pencapaianbangunan, dan kekhasan Jalan

2. Edges
Edges adalah elemen linier yang tidak dipakai sebagai path.Edge berada pada batas
antaradua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linier, misalnya : pantai,
tembok, lintasan jalan, dan jalur kereta api. Edge merupakan penghalang walaupun kadang-
kadang ada tempat masuk. Edges merupakan pengakhiran sebuah district. Edges memiliki
identitas yang lebih baik apabila kontinuitas tampak jelas batasnya. Demikian pula fungsi
batasnya harus jelas, membagi atau menyatukan. Edges ini terbentuk karena pengaruh dari
fasade bangunan, kondisi alam, maupun karakteristik fungsi kawasan. Pada kawasan edge
berupa pembatas kawasan yang berupa fisik, pada kawasan koridor edge dapat juga
berupa tepian jalan (sebagai pembatas kawasan koridor)

c. District Sebuah district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola dan wujudnya) dan khas
pula dalam batasnya, orang akan merasa harus mengakhiri atau memulainya. District
mempunyai identitas yang baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat
dilihat homogen, serta fungsi dan posisinya jelas (introvert/ekstrovert; berdiri sendiri atau
dikaitkan dengan yang lain). Citra distrik ini tidak boleh hilang, karena bila hal ini terjadi akan
mengaburkan citra kawasan.

d. Nodes (Simpul) Nodes merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis yang arah atau
aktivitasnya saling bertemu dan dapat dirubah ke arah atau ke aktivitas lain, misalnya
persimpangan lalu lintas, pasar, taman dan lain sebagainya (catatan : tidak semua
persimpangan jalan adalah nodes). Adalah suatu tempat yang orang mempunyai perasaan
“masuk” dan “keluar” dalam tempat yang sama. Nodes mempunyai identitas yang lebih baik
jika tempatnya memiliki bentuk yang jelas (karena lebih mudah diingat) serta tampilan
berbeda dari lingkungannya (fungsi dan bentuk).

e. Landmark (Tetanger) Landmark merupakan titik referensi, atau elemen eksternal dan
merupakan bentuk visual yang paling menonjol dari sebuah kota. Landmark adalah elemen
penting dari bentuk kota karena membantu orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota
dan membantu orang mengenali suatu daerah. Landmark mempunyai identitas yang lebih
baik jika bentuknya jelas dan unik dalam lingkungannya, ada sekuens dari beberapa
landmark (merasa nyaman dalam orientasi) serta ada perbedaan skala .
Elemen Pembentuk Townscape
 Junctions (Persimpangan Jalan)
T-Junction

T-Junction berupa penutupan pemandangan yang memberi rasa tertentu pada suatu
tempat. Persimpangan T-Junction ini dapat pula diartikan sebagai pertigaan. Dalam T-
Junction ini terdapat beberapa pertemuan jalan dan aktivitas. Pada umumnya, T Junction
berupa suatu jalan kecil yang terhubung ke jalan yang lebih besar.

Sumber: Cluskey, 1979

Y-Junction

Y-Junction berfungsi untuk memberikan alternatif pilihan jalan atau membagi jalan menjadi
dua arah yang menuju tempat yang berbeda. Y-Junction ini mampu membangkitkan
pemandangan dan penjelajahan yang menarik perhatian. Oleh karena itu, orang tidak akan
merasa jenuh untuk melewati jalan tersebut.

Sumber: Cluskey, 1979

Multiple views

Multiple views merupakan persimpangan jalan dimana terdapat dua gang atau lebih yang
saling berdekatan, sehingga menimbulkan keingintahuan orang untuk melihat keadaan di
sekitarnya serta dapat membandingkan bentuk dan karakter suatu gang tersebut secara
bersamaan.
Sumber: Cluskey, 1979
 Line (Garis)
Line (garis) merupakan salah satu dari enam kategori roadform, yang terdiri dari curve
(tikungan), angles (sudut), the pivot (poros), deviation (penyimpangan), deflection
(pembelokan), dan level change (peubahan tingkatan).
Curve (Tikungan)
Penutupan pemandangan seseorang dari struktur bangunan dan juga merupakan jalan yang
mempunyai bentuk melengkung, sehingga tidak dapat menjangkau pandangan yang lebih
jauh kedepan.

Sumber: Cluskey, 1979

Angle (Sudut)

Garis yang berupa tikungan yang berbentuk seperti patahan serta terjadi perubahan sudut
garis arah jalan yang memperlihatkan sisa-sisa pemandangan yang panjang dan sebagian
tertutup, sehingga kita mengalami kesulitan untuk memiliki jangkauan pandangan ke depan
yang luas dan leluasa.

Sumber: Cluskey, 1979


The Pivot (Poros)
Adanya poros/pusat pada suatu bangunan, sehingga jalan nampak menjadi bagian yang
menyatu dan saling mengikat dengan bangunan lain di sekitarnya atau terkesan seperti
berputar atau berbentuk lingkaran.

Sumber: Cluskey, 1979

Deviation (Penyimpangan)
Adanya sebuah simpangan kecil yang memisahkannya ke dalam tempat yang berbeda.

Sumber: Cluskey, 1979

Deflection (Pembelokan)
Sebuah struktur yang sumbunya merupakan sebuah sudut ke arah utama pada sebuah rute,
yang dapat muncul untuk membelokan pengguna ke arah yang baru juga merupakan rute
dalam suatu gang yang didalamnya masih terdapat beberapa percabangan gang lainnya yang
menuju arah yang berlainan tempat.
Sumber: Cluskey, 1979

Level Change (Perubahan Tingkatan)


Level change merupakan perubahan tingkatan dari posisi yang lebih tinggi ke posisi yang
rendah yang juga dipengaruhi oleh keadaan topografi suatu kawasan tersebut atau
perubahan lebar jalan dari posisi terbuka ke posisi yang tertutup, sehingga justru dapat
menambah keunikan dari suatu kawasan.

Sumber: Cluskey, 1979


 Width (Lebar)
Width (lebar) merupakan suatu komponen townscape yang dilihat dari lebar sempitnya jalan
yang terbentuk oleh karakter dan struktur bangunan yang berada di sekitanya. Width terdiri
dari enam tipe komponen, yaitu fluctuation (pergerakan), narrowing (penyempitan),
funelling (penyempitan bertahap), widening (pelebaran), constriction (penekanan), dan wing
(penghalangan).
Fluctuation (Pergerakan)
Adanya pergerakan dalam keterhubungan antar ruang, misalnya dari tempat sempit keluar
menuju tempat terbuka. Jadi, suatu jalan mengalami suatu pelebaran ke arah samping,
karena di bagian tengah jalan tersebut digunakan sebagai ruang terbuka (taman, boulevard,
dan lain-lain), tetapi setelah melewati ruang terbuka tersebut, maka jalan kembali
menyempit. Dan, hal ini terulang beberapa kali.
Sumber: Cluskey, 1979

Narrowing (Penyempitan)
Narrowing ditandai dengan adanya bangunan yang menjorok keluar dari garis bangunan
yang memberikan makna penyempitan permukaan jalan. Selain itu, narrowing juga dapat
terjadi akibat adanya kegiatan atau aktivitas di sekitar jalan, misalnya aktivitas perdagangan,
sehingga menyebabkan lebar jalan menjadi semakin menyempit.

Sumber: Cluskey,1979

Funelling (Penyempitan Bertahap)


Funelling dapat diartikan sebagai penyempitan lebar ruang atau jalan secara bertahap. Jadi,
semakin lama jalan yang dilalui, maka lebarnya akan menjadi semakin menyempit, seperti
memasuki suatu jalan yang awalnya lebar kemudian lama kelamaan menjadi menyempit.

Sumber: Cluskey, 1979

Widening (Pelebaran)
Widening berupa pergerakan dari tekstur ruang sempit ke ruang yang besar. Jalan yang kita
lalui awalnya sempit kemudian semakin lama akan menjadi semakin lebar, sehingga
membuat perasaan kita menjadi lebih lapang dan tidak lagi merasa terkurung.

Sumber: Cluskey, 1979


Constriction (Penakanan)
Diketahui bahwa terjadinya penyempitan ruang dari yang lebar menjadi menyempit juga
merupakan kesan visual yang kontras terlihat sehingga dengan terjadinya
pemberhentian/penyempitan ruang akan menimbulkan rasa seakan menekan.

Sumber: Cluskey, 1979

 Overhead (Atas)
Overhead terdiri dari tujuh tipe, yaitu the chasm (lorong), the collonade (barisan tiang), the
overhang, the arch (lengkungan), the bridge, the maw, dan going trought.
The Chasm

The chasm merupakan suatu lorong sempit panjang yang dapat memberi kesan menakutkan
ataupun menyenangkan, tergantung dari persepsi dan pandangan masing-masing individu
terhadap lorong tersebut. The chasm terbentuk oleh adanya dua atau lebih bangunan yang
didirikan dengan menyisakan ruang bagi orang untuk dapat melakukan pergerakan.

Sumber: Cluskey,1979

The Colonnade
The collonade merupakan elemen barisan tiang atau kolom berupa pilar-pilar sebagai
penyangga bangunan yang sejajar dengan garis jalan, dan mampu menimbulkan kesan yang
indah, sehingga mampu menimbulkan perasaan ketertarikan dan penasaran orang-orang
untuk masuk ke dalam bangunan.

Sumber: Cluskey,1979

The Overhang

The overhang merupakan bagian bangunan yang menjorok keluar sehingga ruang di
bawahnya dapat dimanfaatkan bagi orang sekitarnya, seperti: ruang untuk aktivitas
berdagang juga ruang bagi pejalan kaki untuk menghindari panas dan lain-lain.

Sumber: Cluskey,1979

The Arch

The arch adalah pintu masuk suatu tempat yang memiliki bentuk melengkung dan indah.
The arch ini merupakan suatu simbol yang unik dan kuat untuk menarik orang untuk
memasuki bangunan atau suatu kawasan tertentu.

Sumber: Cluskey,1979

The Bridge
Merupakan jembatan penghubung antara suatu tempat ke tempat lainnya, the bridge juga
dapat digunakan dalam berbagai cara yang berbeda, seperti aktivitas berjalan di bawah
jembatan, penekanan keterpisahan ruang, efek penampakan bangunan pada saat turun dari
lengkungan.

Sumber: Cluskey,1979

The Maw

The maw merupakan terowongan gelap yang tertutup atau pintu masuk di dalam bangunan
yang dapat di jalani untuk menghubungkan ke tempat lain, seperti subway, terowongan
bawah tanah, dll.

Sumber: Cluskey,1979

Going Through

Going trough merupakan bukaan dalam sebuah struktur bangunan di lintasan jalan. Jadi,
terdapat suatu bangunan yang didirikan di atas jalan, dimana masyarakat dapat melintas
atau melakukan aktivitas di bawah bangunan tersebut (sejenis terowongan).

Sumber: Cluskey,1979
 Contaiment (Penahanan)
Containment atau yang biasa dikenal sebagai pengurungan memiliki empat komponen,
antara lain closure (penutupan), enclosure, going into, dan dead end.
Closure (Penutupan)
Suatu bentukan massa mengelilingi atau membatasi ruang (seolah membentuk ruang
tersendiri). Misalnya, suatu jalan yang pingir jalan tersebut berupa deretan bangunan yang
menutupi ruang terbuka. Closure mampu menimbulkan rasa bosan bagi yang melihatnya,
karena kita hanya melihat bangunan saja di sepanjang jalan dan tidak terdapat
pemandangan lain yang dapat menarik perhatian.

Sumber: Cluskey,1979

Enclosure

Enclosure merupakan suatu ruang terbuka yang cukup lapang untuk melakukan berbagai
macam aktivitas. Enclosure dapat berupa taman, jalan yang sangat luas, dan lain sebagainya.

Sumber: Cluskey,1979

Going Into

Going into merupakan pintu gerbang yang menunjukan pengurungan. Jadi, setelah kita
memasuki pintu, maka seolah-olah kita memiliki perasaan terkurung. Namun, di tengah
bangunan tersebut berupa ruang terbuka yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai
macam aktivitas. Misalnya, stadion Senayan yang digunakan untuk menggelar berbagai
macam pertandingan olahraga, lapangan sepak bola Jati diri, dan lain-lain.
Sumber: Cluskey,1979

Dead End

Dead end merupakan gang buntu, yang merupakan akhir dari sebuah jalan. Dead end ini
biasanya terletak di kawasan permukiman dimana terdapat jalan-jalan kecil yang tidak
terhubung dengan jalan yang lain. Seseorang yang memasuki gang buntu harus kembali lagi
ke jalan awal, karena tidak terdapat jalan untuk memutar keluar dari jalan tersebut.

Sumber: Cluskey,1979

 Feature (Ciri)
Ada delapan tipe features, diantaranya adalah hinting, enticing, isolation, framing, vistas,
incident, puctuation, dan landmark.
Hinting

Hinting merupakan salah satu dari beberapa tampilan konfigurasi, yang hasilnya membantu
seseorang agar dapat memasuki sebuah ruang yang tidak hanya memberikan sebuah tanda
jalan masuk.

Sumber: Cluskey,1979

Enticing

Enticing merupakan suatu poin petunjuk atau bagian dari sebuah bangunan (seperti menara)
yang menarik perhatian orang untuk mencapainya, tetapi tidak dapat dicapai secara
langsung. Orang yang ingin pergi ke bangunan tersebut harus memutar melalui jalan lain
terlebih dahulu, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama.
Sumber: Cluskey,1979

Isolation

Isolation merupakan sebuah efek yang dramatis yang dapat dicapai karena melalui suatu
jalan yang terisolasi, dimana di sekitar jalan tersebut terdapat bangunan yang berbeda
dengan bangunan yang lain (memiliki bentuk jenis bangunan yang berbeda).

Sumber: Cluskey,1979

Framing

Framing dapat diartikan sebagai bingkai. Framing dapat berupa bangunan-bangunan yang
seolah membingkai landmark dari suatu kota. Elemen townscape ini berfungsi untuk
membuat suatu jalan menarik untuk dilewati, karena jalan tersebut sebagai akses menuju ke
landmark. Apabila kita menelusuri jalan tersebut, maka beberapa saat kemudian kita akan
sampai pada landmark yang dituju.

Sumber: Cluskey,1979

Vistas

Vistas merupakan suatu jalan dimana di pinggir jalan tersebut terdapat bangunan-bangunan
sebagai batas jalan. Vistas berfungsi untuk memperlihatkan pemandangan atau panorama
kota yang berada di hadapan kita. Apabila kita melewati jalan tersebut, maka suatu saat kita
akan mencapai pemandangan yang ada di hadapan kita.
Sumber: Cluskey,1979

Punctuation

Incident merupakan pemandangan yang dapat kita lihat di sebuah jalan, dan mampu
menarik perhatian bagi orang yang sedang berada di jalan tersebut, seperti menara,
lonceng, dan lain sebagainya.

Sumber: Cluskey,1979

Incident

Punctuation digunakan untuk menunjukan akhiran dari suatu ruang dan permulaan bagi
ruang yang lain.

Sumber: Cluskey,1979

Landmark

Landmark adalah bangunan atau elemen penting yang merupakan ciri khas, identi;tas suatu
daerah. Landmark membantu orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota dan
membantu orang mengenali suatu daerah. Landmark seringkali diidentikkan dalam
perwujudan tugu dan gapura. Namun, landmark juga dapat berupa bangunan, pegunungan,
dan sejenisnya. Bangunan ini dapat menjadi landmark apabila terletak pada lokasi yang
penting dan mempunyai bentuk yang berarti pula. Secara tidak langsung, dapat dikatakan
bahwa harus ada bangunan-bangunan lain yang kurang penting, supaya sebuah bangunan
dapat menonjol dalam pemandangan kota.

Sumber: Cluskey,1979

Anda mungkin juga menyukai