Anda di halaman 1dari 10

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai ...........................

114

Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai .............. 115

Gambar 5.32 Kondisi Jalur Pedestrian Penghubung Stasiun dan Terminal............... 118

Gambar 5.33 Peta Rencana Titik Transit Rencana Kawasan Manggarai .................. 118

Gambar 5.34 Guna Lahan di Sekittar Stasiun Manggarai ......................................... 120

Gambar 5.35 Peta Kondisi eksisting titik transit (kiri), rencana titik transit (kanan) 121

Gambar 5.36 Peta Lokasi Perubahan Guna Lahan Kawasan Manggarai................... 122

Gambar 5.37 Peta Perubahan KDB Kawasan Manggarai .......................................... 124

Gambar 5.38 Peta Kondisi Eksisting Guna Lahan (kiri), Rencana Guna Lahan
(kanan) .................................................................................................... 125

Gambar 5.39 Dimensi Jalan di dalam Kawasan Permukiman ................................... 126

Gambar 5.40 Taman Proklamasi (kiri), Taman Depan Stasiun (kanan) .................... 127

Gambar 5.41 Taman yang Tertutupi Pepohonan Rindang ......................................... 128

Gambar 5.42 Peta Rencana Penambahan Ruang Terbuka Hijau ............................... 129

Gambar 5.43 Jalur Pedestrian Jalan Dr. Saharjo (kiri), Jalan Sultan Agung (kanan) 130

Gambar 5.44 Keramaian tinggi di jalan utama (atas) Keramaian rendah di depan di
depan stasiun (bawah) ............................................................................ 132

Gambar 5.45 Grafik Posisi Kawasan TOD Manggarai ............................................. 141

Gambar 6.1 Grafik Posisi Kawasan TOD Manggarai ............................................... 155

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia dan sebagai pusat pertumbuhan


menyebabkan timbulnya daya tarik yang tinggi Kondisi ini diperkuat dengan
keadaan DKI Jakarta saat ini yaitu sebagai pusat perekonomian yang menawarkan
banyak lahan pekerjaan sehingga seringkali menjadi daerah tujuan migrasi. DKI
Jakarta banyak menarik masyarakat dari berbagai wilayah Indonesia untuk datang
dan mengadu nasib di Ibukota. Selama beberapa dekade terakhir, jumlah
penduduk yang bermigrasi ke DKI Jakarta mengalami peningkatan dengan jumlah
yang bila dibandingkan dengan jumlah kelahiran akan menunjukkan angka yang
lebih tinggi yaitu mencapai 4 juta jiwa pada tahun 2010.

Maraknya migrasi masuk penduduk ke DKI Jakarta ini menyebabkan


besarnya tingkat kebutuhan tempat tinggal. Dengan jumlah penduduk yang
meningkat pesat, Jakarta sudah tidak mampu menampung penduduk dengan
kondisi yang layak. Pada beberapa penduduk menengah kebawah akan memilih
tempat tinggal daerah ilegal seperti sempadan sungai, sempadan rel dan lahan-
lahan terlantar milik pemerintah yang menimbulkan perkampungan kumuh di
perkotaan. Lain halnya dengan penduduk berpendapatan menengah keatas lebih
memilih tempat tinggal yang cukup jauh dari pusat kota, daerah yang menjadi
tujuan antara lain Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Depok, dan Kota Tangerang.
Kota-kota inilah yang kemudian menjadi kota satelit bagi DKI Jakarta.
Kecenderungan ini mengakibatkan tingginya pergerakan masyarakat ke Kota
Jakarta yang diikuti oleh kebutuhan ketersediaan sarana dan prasarana transportasi
yang memadai.

Hasil survey yang dilakukan JICA menunjukan terjadinya jumlah perjalanan


yang tinggi dari dan menuju Jakarta setiap harinya mencapai 18.755.000 perhari.
Kondisi ini menyebabkan permasalahan yang kini menjadi persoalan utama yaitu

1
kemacetan, baik itu di dalam kota maupun ke arah luar kota. Pada
kenyataannya ,tingginya tingkat pergerakan ini tidak diikuti oleh ketersediaan
transportasi masal yang memadai seperti minimnya ketersediaan angkutan umum
massal dan juga ketidaknyamanan angkutan massal yang ada, hal ini
menimbulkan ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi

Permasalahan inilah yang disadari oleh Pemerintah Daerah sebagai


permasalahan yang harus segera diselesaikan. Salah satu upaya yang dilakukan
oleh pemerintah DKI Jakarta adalah peningkatan dan penyediaan transportasi
massal dengan sistem transit. Sampai saat ini, pengembangan transportasi massal
yang telah dilaksanakan adalah pengadaan BRT Transjakarta dan Kereta
commuter line. Kedua transportasi massal ini kemudian diintegrasikan melalui
pengembangan wilayah yaitu melalui pengembangan kawasan mengunakan
sistem Transit Oriented Development (TOD). TOD merupakan pengembangan
kawasan yang menjadikan stasiun atau terminal transit menjadi pusat
perkembangan wilayah. Rencana ini telah tertuang dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) DKI Jakarta 2010-2030. Pengembangan kawasan TOD ini
direncanakan berlokasi pada titik transit atau yang disebut sebagai stasiun terpadu
dan titik perpindahan berbagai moda transportasi. Terdapat 2 Rencana penerapan
Konsep TOD ini yaitu sebagai pusat kegiatan primer, yang berlokasi di Stasiun
Dukuh Atas dan Kawasan Manggarai, dan pusat kegiatan sekunder yang berlokasi
di Kawasan Harmoni, Kawasan Senen,Kawasan Jatinegara, Kawasan Blok M dan
Kawasan Grogol.

Salah satu wilayah yang direncakan menjadi kawasan TOD adalah Kawasan
Manggarai. Dalam masterplan perkeretaapian Jabodetabek 2020, kawasan
Manggarai disebutkan sebagai Kawasan Railway-Bus Integrated terminal atau
wilayah perpindahan dan integrasi transportasi bus dan rel, dan pada Jakarta mass
Transit system Manggarai ditetapkan sebagai Kawasan TOD Maksimum diluar
MRT J. Kawasan TOD Maksimum memiliki arti Kawasan TOD Manggarai telah
dipersiapkan menjadi kawasan TOD bertipe Regional Urban core.

2
Gambar 1.1: Peta titik kawasan TOD di Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Direktorat Jendral Perkeretaapian,2013

Dapat dilihat pada peta diatas, Stasiun Manggarai yang berada di titik no.1
merupakan titik perpindahan moda dengan bulatan paling besar yang menandakan
posisi Manggarai dalam TOD DKI Jakarta sebagai pusat TOD DKI Jakarta.
Begitu pula dalam hasil wawancara dengan pihak PT.KAI, Stasiun Manggarai
telah direncanakan sebagai stasiun pusat DKI Jakarta yang melayani tidak hanya
Jabodetabek, tetapi juga skala provinsi dan Internasional.

Stasiun Manggarai akan direncanakan untuk dibangun 2 lantai dengan 22


track di dalamnya yang melayani perjalanan baik lokal maupun jarak jauh. Posisi
stasiun Manggarai akan menggantikan Stasiun Gambir saat ini sehingga semua
perjalanan jarak jauh yang ada distasiun Gambir akan di pindahkan ke Stasiun
manggarai. Dari Kementrian Perkeretaapian juga merencanakan kereta bandara
yang tujuan akhirnya akan di Stasiun Manggarai ini. Stasiun Manggarai akan
menjadi stasiun utama di DKI Jakarta.
-PT.KAI-

3
Selain itu pula di dalam RTRW DKI Jakarta 2030 pasal 84,Kawasan
Manggarai ditetapkan sebagai pusat kegiatan primer dengan arahan
pengembangan kawasan perdagangan, jasa, perkantoran dengan mengintegrasikan
antar bangunan dan menyediakan ruang untuk sektor informal dan ruang terbuka
publik .

Gambar 1.2: Peta Lokasi Stasiun Manggarai, Provinsi DKI Jakarta


Sumber: Hasil Olahan Peneliti,2013

Dapat dilihat pada peta diatas, Manggarai telah ditetapkan sebagai kawasan
strategis perekonomian dan Pusat Kegiatan Primer. Posisinya di dalam Provinsi
DKI Jakarta pun terletak di pusat kota dan merupakan titik termu jalur kereta api
yang menghubungkan dengan kota disekitarnya seperti Kota Bekasi, Depok, dan
Tangerang.

Stasiun Manggarai temasuk di dalam wilayah administrasi Jakarta


Selatan ,dikelilingi oleh pusat-pusat perekonomian dan pemerintahan DKI Jakarta.
Pusat perekonomian terdekat dari Stasiun Manggarai adalah Kawasan Rasuna
Said dan CBD Mega Kuningan serta kawasan pusat pemerintahan DKI Jakarta
yaitu Kawasan Medan Merdeka. Dilalui oleh berbagai jalur utama kereta api yang

4
menghubungkan antar wilayah di Jabodetabek, Kawasan Manggarai terletak di
posisi strategis DKI Jakarta.

Gambar 1.3: Posisi Stasiun Manggarai terhadap wilayah sekitar


Sumber: Hasil Olahan Peneliti,2013

1.2. Permasalahan Penelitian

Sama halnya dengan stasiun lain di ibukota, Kawasan Manggarai tidak


terlepas dari kondisi yang umum ditemukan sekitar stasiun di DKI Jakarta yaitu
kemacetan, kesemrawutan akibat kepadatan aktivitas dan lalu lintas sampai
kekumuhan permukiman di di sekitar stasiun. Pada umumnya kawasan stasiun di
DKI Jakarta kental dengan kondisi terbelakang, kumuh dan tertinggal. Lahan
bebas disekitar stasiun seringkali digunakan sebagai tempat tinggal illegal yang
terus menerus dibiarkan hingga menjadi padat dan cenderung slum. Karakteristik
wilayah ini lah yang umum ditemukan di wilayah sekitar stasiun lain yang juga
akan menjadi kawasan TOD (Kawasan Senen, Tanah Abang, Jatinegara, dll).
Dengan konsep TOD yang cenderung baru untuk diterapkan di Jakarta, Manggarai
menjadi kawasan pertama yang memiliki dokumen masterplan Kawasan TOD
berbasis stasiun. Melalui kesamaan karakteristik wilayah pada wilayah yang
ditetapkan sebagai kawasan TOD, Uji kemungkinan penerapan TOD Manggarai
ini dapat dijadikan contoh dalam melihat kemungkinan penerapan dan strategi

5
implementasi sebagai masukan dalam perencanaan kawasan TOD lain di DKI
Jakarta.

Gambar 1.4: Kondisi di Kawasan Sekitar Stasiun Manggarai


Sumber: Dokumentasi Peneliti,2013

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan yang terjadi di lapangan terdapat beberapa hal yang menjadi


dasar pertanyaan peneliti, hal ini tertuang dalam pertanyaan penelitian, Sebagai
berikut:

1. Seberapa besarkan kemungkinan penerapan masterplan TOD Stasiun


Manggarai?
2. Bagaimanakah tingkat kesesuaian Masterplan TOD Stasiun Manggarai
terhadap kondisi ideal teori dan kondisi eksisting kawasan? Kesenjangan
apa saja yang mungkin terjadi?

6
3. Strategi apa saja yang dapat diambil dalam implementasi Masterplan
TOD Kawasan Manggarai?

1.4. Tujuan Penelitian

Dilihat dari latar belakang dan permasalahan yang terjadi, maka tujuan dari
penelitian ini,antara lain:

1. Mengukur kemungkinan masterplan rencana untuk diimplementasikan;


2. Mengukur tingkat kesesuaian masterplan terhadap kondisi ideal teori
dan kondisi eksisting kawasan;
3. Memberi masukan terhadap strategi yang dapat diterapkan dalam
pengimplementasian rencana;
4. Memberi masukan bagi perencanaan kawasan TOD di lokasi TOD
lainnya.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil Peneilitan ini diharapkan memiliki manfaat antara lain:

1. Memberi masukan bagi pemerintah DKI Jakarta dalam penyusunan


Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Manggarai
2. Sebagai pertimbangan dalam menentukan hal-hal yang menjadi poin
penting dalam perencanaan TOD di DKI Jakarta.

1.6. Batasan Penelitian

1.6.1. Ruang Lingkup Lokasi


a. Areal
Lingkup lokasi penelitian ini terletak pada Kawasan Stasiun
manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta selatan dengan cakupan radius 750
m dari lokasi stasiun. Batasan wilayah mengikuti batasan yang ditentukan
berdasarkan deliniasi masterplan Kawasan TOD Manggarai.

7
b. Temporal
Penelitian dilakukan selama rentang waktu 3 bulan dimulai pada
Bulan maret sampai dengan Mei 2013.

1.6.2. Fokus Penelitian

Penelitian “Masterplan Transit Oriented Development Stasiun Manggarai:


Tinjauan Kesesuaian Terhadap Kondisi Ideal Teori Dan Kondisi Eksisting
Kawasan“ dilakukan berdasarkan Masterplan Kawasan TOD Manggarai dari
Dinas Tata Ruang Provinsi DKI Jakarta. Dokumen rencana menjadi dasar dalam
mengidentifikasi kemungkinan implementasi melalui kesesuaiannya terhadap
kondisi eksisting dan teoritis, hal-hal lain diluar perencanaan kawasan TOD tidak
menjadi bahasan penelitian kecuali memiliki pengaruh langsung terhadap rencana.

1.7. Keaslian Penelitian

Sepanjang penelitian penelitian ini, penelitian “Masterplan Transit Oriented


Development Stasiun Manggarai: Tinjauan Kesesuaian Terhadap Kondisi Ideal
Teori Dan Kondisi Eksisting Kawasan“ belum pernah dilakukan sebelumnya,
hanya terdapat beberapa penelitian yang mingkin memiliki sedikit kesamaan segi
lokasi ataupun dasar pemikiran. Beberapa yang mungkin terkait itu antara lain:

1. Septian Sofoewan Permana yang berjudul “Peluang dan Tantangan


Penerapan Transit Oriented Development di Yogyakarta Pembelajaran
Keberhasilan Curitiba dan Bogota” (2012) terdapat kesamaan terhadap
konsep yang digunakan yaitu TOD, namun terdapat perbedaan skala
kawasan yang di ambil dan fokus penelitian;
2. Andi Muhhamad Hasan Mukhlis yang berjudul “Pemilihan Moda
Transportasi Pada titik Simpul Pergantian Moda: Studi Kasus BAndara
Adisutjipto dan Stadiun Tugu Yogyakarta Provinsi D.I Yogyakarta” (2012)
yang memiliki kesamaan terhadap bahasan penelitian yaitu mengenai titik
transit, namun penelitian ini merupakan penelitian tentang pemilihan moda

8
3. Bernard Partogion Sihombing yang berjudul “Stasiun Kereta Rel Listrik
Manggarai Stasiun Komuter Pada Central Business District” (1991) yang
memiliki kesamaan lokasi penelitian namun penelitian ini merupakan
perancangan desain bangunan Stasiun Manggarai menjadi stasiun pusat.
4. Iriani C yang berjudul “Pengembangan kawasan Manggarai Sebagai
Kota Primer Kota Jakarta” (1996) yang memiliki kesamaan lokasi penelitian.

Hanya saja selama penelitian proposal ini peneliti meyakini bahwa


penelitian ini belum dilakukan sebelumnya, karena belum ada penelitian yang
meneliti tentang penerapan TOD dan dalam perencanaan di Indonesia TOD masih
menjadi perencanaan baru dan sejauh ini baru diterapkan di DKI Jakarta.
Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan baik untuk penerapan TOD di wilayah
lain maupun sebagai acuan penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai