Anda di halaman 1dari 20

ELEMEN PEMBENTUK CITRA KOTA MENURUT KEVIN LYNCH

Salah satu aspek kuat yang dapat menjadi branding suatu kota adalah citra kota yang
merupakan suatu gambaran khas yang melekat pada kota yang dapat menciptakan
representasi kota bagi penduduk maupun pengunjung. Citra kota pada umumnya
dipengaruhi oleh aspek fisik kota tersebut.  Dalam bukunya Image of The City, Kevin
Lynch engungkapkan ada 5 elemen pembentuk image kota secara fisik,
yaitu: path (jalur), edge (tepian), distric (kawasan), nodes (simpul),
dan landmark (penanda). Kelima elemen ini dirasa dapat mewakili cita rasa dari suatu
kawasan dan memberikan citra yang kuat terhadap kota.

Kelima elemen ini digunakan untuk membentuk mental map (peta mental) yang
digunakan untuk memudahkan mengingat atau merekam elemen-elemen fisik dalam
suatu kota.
Elemen Path (Jalan/Jejalur)
Path adalah jalur-jalur dimana pengamat biasanya bergerak dan
melaluinya. Path dapat berupa jalan raya, trotoar, jalur transit, canal, jalur kereta api.
Bagi banyak orang, ini adalah elemen dominan dalam gambaran mereka. Orang
mengamati kota sambil bergerak melaluinya, dan sepanjang path elemen-elemen
lingkungan lain diatur dan berhubungan.
Path (jalan) secara mudah dapat dikenali karena merupakan koridor linier yang dapat
dirasakan oleh manusia pada saat berjalan mengamati kota. Struktur ini bisa berupa
gang-gang utama, jalan transit, jalan mobil/ kendaraan, pedestrian, sungai, atau rel
kereta api. Untuk kebanyakan orang, jalan adalah elemen kota yang paling mudah
dikenali, karena semua manusia menikmati kota pada saat dia berjalan. Jadi didalam
elemen ini mengandung pengertian jalur transportasi linier yang dapat dirasakan
manusia.
Path adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Kevin Lynch menemukan
dalam risetnya bahwa jika identitas elemen ini tidak jelas, maka kebanyakan orang
meragukan citra kota secara keseluruhan. Path merupakan rute-rute sirkulasi yang
biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara
umum. Path mempunyai identitas yang lebih baik kalau memiliki tujuan besar (misalnya
ke stasiun, tugu, alun-alun, dan lain-lain), serta ada penampakan yang kuat (misalnya
fasad, pohon, dan lain-lain), atau ada belokan yang jelas.
Orang yang mengetahui kota dengan lebih baik, biasanya telah menguasai bagian dari
struktur jalan; orang-orang ini berpikir jauh dalam kaitannya dengan jalan-jalan tertentu
dan saling berhubungan. Mereka mengetahui kota dengan paling baik dengan
mengandalkan pada landmark kecil dan kurang tergantung pada wilayah
atau pith (pusat).
Kualitas ruang mampu menguatkan citra jalan-jalan khusus, dengan cara yang sangat
sederhana yang dapat menarik perhatian, dengan pengaturan kelebaran atau
kesempitan jalan-jalan.  Kualitas ruang kelebaran dan kesempitan mengambil bagian
kepentingan mereka dari kaitan umum jalan-jalan utama dengan kelebaran dan jalan-
jalan pinggir dengan kesempitan. Selain itu karakteristik facade khusus juga penting
untuk identitas path, dengan menonjolkan sebagian karena facade-facade bangunan
yang membatasinya. Juga dengan pengaturan tekstur trotoar dan pengaturan tanaman
dapat menguatkan gambaran path dengan sangat efektif.
Elemen Edges (Tepian)
Edges adalah elemen linear yang tidak digunakan atau dipertimbangkan sebagai path
oleh pengamat. Edges adalah batas-batas antara dua wilayah, sela-sela linier dalam
kontinuitas: pantai, potongan jalur kereta api, tepian bangunan, dinding.
Edges juga merupakan elemen linier yang dikenali manusia pada saat dia berjalan, tapi
bukan merupakan jalur/paths. Batas bisa berupa pantai, dinding, deretan bangunan,
atau jajaran pohon/ lansekap. Batas juga bisa berupa barrier antara dua kawasan yang
berbeda, seperti pagar, tembok, atau sungai. Fungsi dari elemen ini adalah untuk
memberikan batasan terhadap suatu area kota dalam menjaga privasi dan identitas
kawasan, meskipun pemahaman elemen ini tidak semudah memahami paths.

Lake Michigan. Contoh edge yang dapat dilihat pada skala besar yang mengeskpos


Metropolis untuk dilihat. Bangunan-bangunan besar, taman, dan pantai-pantai privat
kecil semua mengarah pada edge air, yang dapat diakses dan dilihat bagi semua.
Edges berada pada batas antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus
linear. Edges merupakan penghalang walaupun kadang-kadang ada tempat untuk
masuk. Juga merupakan pengakhiran dari sebuah district yang lebih baik jika
kontinuitas tampak jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas; membagi
atau menyatukan.
Edges sering merupakan path juga. Jika pengamat tidak berhenti bergerak pada path,
maka image sirkulasi nampak merupakan gambaran yang dominan. Unsur ini biasanya
digambarkan sebagai path, yang dikuatkan oleh karakteristik-karakteristik perbatasan.
Elemen District (Distrik)
Distrik (district) adalah kawasan kota yang bersifat dua dimensi dengan skala kota
menengah sampai luas, dimana manusia merasakan ’masuk’ dan ’keluar’ dari kawasan
yang berkarakter beda secara umum. Karakter ini dapat dirasakan dari dalam kawasan
tersebut dan dapat dirasakan juga dari luar kawasan jika dibandingkan dengan
kawasan dimana si pengamat berada.
Elemen ini adalah elemen kota yang paling mudah dikenali setelah jalur/paths,
meskipun dalam pemahaman tiap individu bisa berbeda. Districts merupakan wilayah
yang memiliki kesamaan (homogen). Kesamaan tadi bisa berupa kesamaan
karakter/ciri bangunan secara fisik, fungsi wilayah, latar belakang sejarah dan
sebagainya.
Sebuah kawasan district memiliki ciri khas yang mirip (bentuk, pola, wujudnya) dan
khas pula dalam batasnya, dimana orang merasa harus mengakhiri atau
memulainya. District dalam kota dapat dilihat sebagai referensi interior maupun
eksterior. Distrik mempunyai identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan
jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen, serta fungsi dan posisinya jelas
(introvert/ekstrovert atau berdiri sendiri atau dikaitkan dengan yang lain).
Karakteristik-karakteristik fisik yang menentukan district adalah kontinuitas tematik yang
terdiri dari berbagai komponen yang tidak ada ujungnya: yaitu tekstur, ruang, bentuk,
detail, simbol, jenis bangunan, penggunaan, aktivitas, penghuni, tingkat pemeliharaan,
topografi. Di sebuah kota yang dibangun dengan padat,
homogenitas facade merupakan petunjuk dasar dalam mengidentifikasi district besar.
Petunjuk tersebut tidak hanya petunjuk visual: kebisingan dan ketidakteraturan bisa
dijadikan sebagai petunjuk. Nama-nama district juga membantu memberikan identitas,
juga distrik-distrik etnik dari kota tersebut.
 

Elemen Nodes (Simpul)
Nodes adalah titik-titik, spot-spot strategis dalam sebuah kota dimana pengamat bisa
masuk, dan yang merupakan fokus untuk ke dan dari mana dia berjalan. Nodes bisa
merupakan persimpangan jalan, tempat break (berhenti sejenak) dari jalur, persilangan
atau pertemuan path, ruang terbuka atau titik perbedaan dari suatu bangunan ke
bangunan lain.
Elemen ini juga berhubungan erat dengan elemen district, karena simpul-simpul kota
yang kuat akan menandai karakter suatu district. Untuk beberapa kasus, nodes bisa
juga ditandai dengan adanya elemen fisik yang kuat. Nodes menjadi suatu tempat yang
cukup strategis, karena bersifat sebagai tempat bertemunya beberapa kegiatan/aktifitas
yang membentuk suatu ruang dalam kota.
Setiap nodes dapat memiliki bentuk yang berbeda-beda, tergantung dengan pola
aktifitas yang terjadi didalamnya. Nodes merupakan simpul atau lingkaran daerah
strategis dimana arah atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau
aktivitasnya lain, misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang,
jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square,
dan sebagainya. Tidak setiap persimpangan jalan adalah sebuah nodes, yang
menentukan adalah citra place terhadapnya. Nodes adalah satu tempat dimana orang
mempunyai perasaan ‘masuk’ dan ’keluar’ dalam tempat yang
sama. Nodes mempunyai identitas yang lebih baik jika tempatnya memiliki bentuk yang
jelas (karena lebih mudah diingat), serta tampilan berbeda dari lingkungannya (fungsi,
bentuk).
Persimpangan jalan atau tempat berhenti sejenak dalam perjalanan sangat penting bagi
pengamat kota. Karena keputusan harus dibuat dipersimpangan jalan-persimpangan
jalan, masyarakat meningkatkan perhatian mereka ditempat-tempat tersebut dan
melihat unsur-unsur terdekat dengan lebih jelas. Kecenderungan ini dikonfirmasi
dengan begitu berulang kali sehingga unsur-unsur yang berada pada persimpangan
otomatis dapat diasumsikan mengambil kelebihan khusus dari lokasinya. Pentingnya
persepsi lokasi tersebut menunjukkan cara lain juga, ketika masyarakat ditanya dimana
kebiasaan mereka pertama kali di kota, banyak yang memilih titik perhentian
transportasi sebagai tempat kunci.
Stasiun-stasiun kereta utama adalah hampir selalu menjadi node-node kota penting,
sama halnya bandara udara. Dalam teori, persimpangan jalan biasa adalah node-node,
tetapi umumnya mereka tidak mempunyai cukup keunggulan untuk dibayangkan lebih
dari sekedar simpang empat, karena tidak dapat memuat banyak pusat nodes.

Boston mempunyai sangat banyak contoh, diantaranya adalah sudut Jordan-Filene dan
Louisburg Square. Sudut Jordan-Filene berfungsi sebagai persimpangan antara
Washington Street dan Summer Street, dan berkaitan dengan perhentian kereta api di
bawah tanah tetapi ia dikenal sebagai pusat dari pusat kota. Itulah sudut komersial
“100%”, yang dilambangkan sampai tingkat yang jarang terlihat di kota Amerika, tetapi
sangat  akrab dengan orang-orang Amerika. Ini merupakan inti: fokus dan simbol
wilayah yang penting.
Elemen Landmark (Penanda)
Landmark adalah titik-acuan dimana si pengamat tidak memasukinya, mereka adalah
di luar. Landmark biasanya merupakan benda fisik yang didefinisikan dengan
sederhana seperti: bangunan, tanda, toko, atau pegunungan.
Beberapa landmark adalah landmark-landmark jauh, dapat terlihat dari banyak sudut
dan jarak, atas puncak-puncak dari elemen yang lebih kecil, dan digunakan sebagai
acuan orintasi.
Landmark-landmark lain adalah yang bersifat lokal, hanya bisa dilihat di tempat-tempat
yang terbatas dan dari jarak tertentu. ini adalah tanda-tanda yang tak terhitung, depan-
depan toko, pohon-pohon, gagang pintu, dan detail perkotaan lain, yang mengisi citra
dari sebagian besar pengamat. Mereka sering digunakan sebagai petunjuk identitas
dan bahkan struktur, dan diandalkan karena perjalanan menjadi semakin familiar.
Landmark adalah elemen fisik suatu kota sebagai referensi kota dimana pengamat
tidak dapat masuk kedalamnya, tetapi penanda bersifat eksternal terhadap pengamat.
Biasanya dikenali melalui bentuk fisik dominan dalam suatu kawasan kota seperti
bangunan, monumen, toko, atau gunung. Landmark sudah dikenali dalam jarak tertentu
secara radial dalam kawasan kota dan dapat dilihat dari berbagai sudut kota; tetapi ada
beberapa landmark yang hanya dikenali oleh kawasan tertentu pada jarak yang relatif
dekat. Landmark bisa terletak di dalam kota atau diluar kawasan kota (bedakan antara
gunung dan monumen). Elemen fisik yang bersifat bergerak/mobile juga dapat
dijadikan penanda, seperti matahari dan bulan. Pada skala yang lebih kecil, penanda
yang lebih detail, seperti facade sebuah toko, lampu jalanan, reklame juga bisa
dijadikan penanda. Secara umum, landmark merupakan suatu tanda dalam mengenali
suatu kawasan.
Landmark merupakan titik referensi seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk
didalamnya karena bisa dilihat dari luar letaknya. Landmark adalah elemen eksternal
dan merupakan bentuk visual yang menonjol dari kota. Beberapa landmark letaknya
dekat, sedangkan yang lainnya jauh sampai di luar kota. Beberapa landmark hanya
mempunyai arti di daerah kecil dan dapat dilihat hanya di daerah itu,
sedangkan landmark lain mempunyai arti untuk keseluruhan kota dan bisa dilihat dari
mana-mana. Landmark adalah elemen penting dari bentuk kota karena membantu
orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota dan membantu orang mengenali suatu
daerah. Landmark mempunyai identitas yang lebih baik jika bentuknya jelas dan unik
dalam lingkungannya, dan ada sekuens dari beberapa landmark (merasa nyaman
dalam orientasi), serta ada perbedaan skala masing-masing.
Piazza San Marcodi Venesia. berdiri kontras dengan karakter umum kota yang sempit,
mengelilingi ruang yang berdekatan. Namun memiliki ikatan kuat dengan fitur utama
kota, dan memiliki bentuk untuk berorientasi yang menjelaskan arah dan dari mana
seseorang memasukinya. Hal ini sangat terstruktur dan berbeda. Ruang ini begitu khas,
sehingga orang yang belum pernah ke Venesia pun akan segera mengenalinya dari
foto.
Konsep Citra Kota dalam
Urban Design
By ilmutatakota

Citra kota dapat disebut juga sebagai kesan atau persepsi antara pengamat dengan lingkungannya.
Kesan pengamat terhadap lingkungannya tergantung dari kemampuan beradaptasi “pengamat”
dalam menyeleksi, mengorganisir sehingga lingkungan yang diamatinya akan memberikan
perbedaan dan keterhubungan. Persepsi atau perseive dapat diartikan sebagai pengamatan yang
dilakukan secara langsung dikaitkan dengan suatu makna. Persepsi setiap orang berbeda-beda, hal
ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman yang dialami, sudut pengamatan, dan lain-lain.

Citra kota belum tentu merupakan identitas. Citra Kota dapat dibuat secara instan, sedangkan
identitas membutuhkan waktu yang lama untuk membentuknya. Jati diri kota berkaitan dengan
ritme sejarah yang telah melalui proses panjang sehingga jati diri suatu kota tidak dapat diciptakan
begitu saja berbeda dengan citra kota

Lynch, (1975: 6-8) dalam bukunya “The Image of The City” sebuah citra memerlukan:

– Identitas pada sebuah obyek atau sesuatu yang berbeda dengan yang lain

– Struktur atau pola saling hubung antaran obyek dan pengamat

– Obyek tersebut mempunyai makna bagi pengamatnya

Citra/kesan/wajah pada sebuah kota merupakan kesan yang diberikan oleh orang banyak bukan
individual. Citra kota lebih ditekankan pada lingkungan fisik atau sebagai kualitas sebuah obyek fisik
(seperti warna, struktur yang kuat, dll), sehingga akan menimbulkan bentuk yang berbeda,bagus dan
menarik perhatian.

Elemen pembentuk citra kota menurut Kevin Lynch adalah:

1. Paths

Merupakan suatu jalur yang digunakan oleh pengamat untuk bergerak atau berpindah tempat.
Menjadi elemen utama karena pengamat bergerak melaluinya pada saat mengamati kota dan
disepanjang jalur tersebut elemen-elemen lingkungan lainnya tersusun dan
dihubungkan. Path merupakan  elemen yang paling penting dalam image kota yang menunjukkan
rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum, yakni
jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta api, saluran dan sebagainya. Path mempunyai
identitas yang lebih baik kalau memiliki identitas yang besar (misalnya ke stasiun, tugu, alun-
alun,dan lain-lain), serta ada/ penampakan yang kuat (misalnya fasade, pohon, dan lain-lain), atau
belokan yang jelas.

Sumber: Digambar ulang menurut Lynch, Kevin dalam Perancangan Kota Secara Terpadu oleh
Markus Zand

Gambar Path

2. Edges

Merupakan batas, dapat berupa suatu desain, jalan, sungai, gunung. Edge memiliki identitas yang
kuat karena tampak visualnya yang jelas. Edge merupakan penghalang walaupun kadang-kadang
ada tempat untuk masuk yang merupakan pengakhiran dari sebuah district atau batasan sebuah
district dengan yang lainnya. Edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas tampak jelas
batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas : membagi atau menyatukan. Contoh : adanya
jalan tol yang membatasi dua wilayah yaitu pelabuhan dan kawasan perdagangan.

Sumber: Digambar ulang menurut Lynch, Kevin dalam Perancangan Kota Secara Terpadu oleh
Markus Zand

Gambar Edge

3. Districts
Merupakan suatu bagian kota mempunyai karakter atau aktivitas khusus yang dapat dikenali oleh
pengamatnya. District memiliki bentuk pola dan wujud yang khas begitu juga pada
batas district sehingga orang tahu akhir atau awal kawasan tersebut. District memiliki ciri dan
karakteristik kawasan yang berbeda dengan kawasan disekitarnya. District juga mempunyai
identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat
homogen, serta fungsi dan komposisinya jelas. Contoh: kawasan perdagangan, kawasan
permukiman, daerah pinggiran kota, daera pusat kota.

Sumber: Digambar ulang menurut Lynch, Kevin dalam Perancangan Kota Secara Terpadu oleh
Markus Zand

Gambar District

4. Nodes

Merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau aktivitasnya saling bertemu
dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain, misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan
terbang, jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square, tempat
suatu bentuk perputaran pergerakan, dan sebagainya. Node juga merupakan suatu tempat di mana
orang mempunyai perasaan ‘masuk’ dan ‘keluar’ dalam tempat yang sama. Node mempunyai
identitas yang lebih baik jika tempatnya memiliki bentuk yang jelas (karena lebih mudah diingat),
serta tampilan berbeda dari lingkungannya (fungsi, bentuk). Contoh: persimpangan jalan

Sumber: Digambar ulang menurut Lynch, Kevin dalam Perancangan Kota Secara Terpadu oleh
Markus Zand
Gambar Node

5. Landmark

Merupakan simbol yang menarik secara visual dengan sifat penempatan yang menarik perhatian.
Biasanya landmark mempunyai bentuk yang unik serta terdapat perbedaan skala dalam
lingkungannya. Beberapa landmark hanya mempunyai arti di daerah kecil dan hanya dapat dilihat
di daerah itu, sedangkan landmark lain mempunyai arti untuk keseluruhan kota dan bisa di lihat
dari mana-mana. Landmark adalah elemen penting dari bentuk kota karena membantu orang
mengenali suatu daerah. Selain itu landmark bisa juga merupakan titik yang menjadi ciri dari suatu
kawasan. Contoh: patung Lion di Singapura, menara Kudus, Kubah gereja Blenduk.

Sumber: Digambar ulang menurut Lynch, Kevin dalam Perancangan Kota Secara Terpadu oleh
Markus Zand
Gerbang Ishtar Babilon
Kekaisaran Babilonia Baru atau Kekaisaran Khaldea adalah periode dalam sejarah Mesopotamia
yang dimulai pada tahun 626 SM dan berakhir pada tahun 539 SM. [1] Selama tiga abad sebelumnya,
Babilonia dikuasai oleh bangsa sesama penutur bahasa Akkad sekaligus tetangga mereka di utara,
yaitu Assyria. Selama periode tersebut, Babilonia menikmati status yang penting. Assyria berhasil
menjaga kesetian Babilonia selama periode Assyria Baru, entah melalui pemberian hak istimewa
yang terus-menerus bertambah, atau melalui tindakan militer. Akan tetapi, semuanya berubah pada
tahun 627 SM dengan matinya pemimpin kuat Assyria terakhir, Assurbanipal. Di bawah pimpinan
Nabopolassar orang Khaldea, Babilonia memberontak. Dengan bersekutu bersama bangsa Medes,
Babilonia menghancurkan kota Nineveh, ibukota Assyria, pada tahun 612 SM. Dengan demikian,
Babilonia bebas dari kekuasaan Assyria dan menjadi negara merdeka. Periode kekuasaan Babilonia
dicirikan dengan perkembangan pesat dalam arsitektur, seni, dan ilmu pengetahuan.
Para raja Babilonia Baru amat menyadari antikuitas warisan mereka, dan berupaya menerapkan
kebijakan tradisionalis, membangkitkan kembali kebudayaan Sumer-Akkad kuno mereka. Meskipun
bahasa Aram telah menjadi bahasa sehari-hari, namun bahasa Akkad kembali ditetapkan sebagai
bahasa administrasi dan kebudayaan. Ungkapan-ungkapan arkaik dari 1500 tahun sebelumnya
dimasukkan kembali ke dalam prasasti-prasasti Akkad, bersama dengan bahasa Sumer yang sudah
lama tak digunakan. naskah kuneform Babilonia Baru juga diubah untuk menyerupai naskah Akkad,
yang sudah amat lama.

Nebukhadnezzae II, salah satu raja Babilonia


Karya seni dari masa kejayaan Babilonia amat dihargai dan dirawat. Contohnya, ketika sebuah
patung Sargon Agung (Sargon dari Akkad) ditemukan dalam suatu pekerjaan konstruksi,
diperintahkan untuk dibangun sebuah kuil untuk patung tersebut. Diceritakan pula bahwa
Nebukhadnezzar, dalam upayanya membangun ulang kuil di Sippar, harus melakukan penggalian
berulang hingga ia menemukan fondasi Naram-Suen, suatu penemuan yang memungkinkannya
membangun kembali kuil tersebut secara layak. Babilonia Baru juga membangkitkan kembali praktik
penunjukkan putri kerajaan sebagai pendeta dewi bulan, Sin, suatu kebiasaan yang dulu dilakukan
pada masa Sargon,
Pada periode Babilonia baru, banyak tanah yang dibuka untuk diolah. Kedamaian dan kekuasaan
kekaisaran membuat tersedianya sumber daya untuk memperluas irigasi dan membangun sistem
kanal. Daerah pedesaan Babilonia didominasi oleh perkebunan-perkebunan besar, yang diberikan
kepada pejabat pemerintah sebagai bentuk pembayaran. Perkebunan-perkebunan ini biasanya
dikelola melalui penguasa lokal, yang mengambil sebagian keuntungan. Penduduk desa ikut serta
dalam perkebunan tersebut dengan menjadi buruh dan penyewa tanah.
Kota-kota di Babilonia memperoleh hak otonomi dan hak istimewa dari raja. Kota berpusat di kuil.
Tiap kota memiliki pengadilan sendiri, dan kasus hukum seringkali diputuskan dalam majelis. Kuil
mendominasi struktur sosial. Status sosial dan hak politik sesorang ditentukan berdasarkan posisi
mereka terkait dengan hierarki kagamaan. Para pekerja, misalnya perajin, memperoleh statsu yang
tinggi. Selain itu, terdapat pu;a serikat pekerja untuk memberi para pekerja daya tawar kolektif.
Mengungkap Sejarah Taman Gantung
Babylonia, Kehebatan Peradaban Maju
Jaman Dahulu
Kamis, 03 April 2014  Tambah Komentar

Peninggalan.com - Taman Gantung Babilonia (juga dikenal sebagai Taman


Tergantung Semiramis) serta tembok-tembok Babylon merupakan salah satu di
antara Tujuh Keajaiban Dunia Kuno yang terletak di Al-Hillah, kira-kira 50 kilometer
selatan Baghdad, Negara Irak di sebelah tebing timur Sungai Euphrates.

Apakah benar taman ini terletak tergantung di langit? Ternyata tidak begitu
adanya, taman gantung sebenarnya tidaklah betul-betul "T-e-r-g-a-n-t-u-n-g"
layaknya diikat dengan seutas tali. Namanya berasal dari terjemahan kata Yunani
yaitu Kremastos atau kata Latin pensilis, dimana bermaksud bukan hanya "T-e-r-g-
a-n-t-u-n-g” namun "a-n-j-u-n-g," layaknya terletak di atas beranda atau suatu
teras.

Menurut catatan sejarah, diceritakan bahwa dinasti pertama dari Babylon


didirikan oleh Hammurabi pada masa Neo-Babylonian setelah kehancuran
imperium Assyrian. Dan Babylon menjadi salah satu kota terpenting pada
zaman Timur Tengah kuno ketika Hammurabi (tahun 1792 sampai dengan
1750 BC) menjadikannya ibukota kerajaan Babylonia.

Secara literature bangsa Babylonia dibangun dengan sangat bagus dan


rekaman cuneiform yang berhasil ditemukan menunjukkan agama,
peninggalan sejarah dan ilmu pengetahuan sangat berkembang disana.
Bermacam Obat-obatan, alchemy, kimia, matematika, botany dan astronomi
juga dipraktekan disana. Agama dan tulisan kuno yang berbentuk cuneiform
ini berasal dari kebudayaan Sumer yang sangat tua. Bangsa Babylonia juga
mengembangkan bentuk abstrak dari tulisan berdasarkan symbol cuneiform
(seperti bentuk baji). Symbol ini ditulis di tanah lempung yang basah dan
dibakar dibawah terik mentari.

“Kisah tentang penciptaan” dari bangsa babylonia ditulis dalam tujuh


lembaran tanah liat dan ditampilkan serta dibacakan pada festival tahun
baru di Babylon. Dari lembaran-lembaran ini mengisahkan tentang
kesuksesan Marduk (Tuhan Kota Babylon), serta bagaimana Marduk bisa
menjadi tuhan paling tinggi, yaitu raja semua tuhan yang ada di surga dan
bumi.

Dalam hal angka, Bangsa Babylonia mempunyai system angka yang lebih


maju dari yang kita miliki saat ini, menggunakan system posisi dengan
dasarnya 60(enam puluh). Bangsa ini juga membuat tabel untuk membantu
dalam proses perhitungan. Sahabat peninggalan.com, Bangsa Babylonia
membagi hari sama seperti yang kita lakukan sekarang ini, yaitu 24 jam
dengan 60 menit untuk setiap jam dan setiap menit adalah 60 detik.

Adat-istiadat serta kebiasaan bangsa Babylonia ini ikut mempengaruhi


bangsa Assyria dan ikut memberikan kontribusi terhadap sejarah Timur
Tengah dan Eropa Barat dimasa depan.

Bangsa Babylonia mengalami kemerosotan dan jatuh kedalam anarki sekitar


1180 BC, namun kemudian tumbuh berkembang kembali sebagai Negara
bagian dari imperium Assyria sesudah abad ke 9 BC.

Pada 689 BC, akhirnya Babylon dihancurkan oleh bangsa Assyria dibawah
kepemimpinan SennaCherib, namun lalu dibangun kembali. Adalah
Nabopolassar, mendirikan apa yang sekarang dikenal sebagai Chaldean atau
Imperium baru Babylonia pada 625 BC, dimana akhirnya mencapai masa
keemasannya dibawah pemerintahan anaknya Nebuchadnezzar (kira-kira
604-562 BC).

Kehebatan serta kemegahan Babylon menjadi terkenal dan melegenda sejak


naik tahtanya Nebuchadnezzar, dimana dipercaya bahwa dialah pendiri
Taman Bergantung Babylonia.

Dikisahkan bahwa taman itu dibangun oleh Nebuchadnezzar untuk


menghibur istrinya atau selirnya yang sangat gemar berada didaerah yang
dikelilingi oleh pegunungan yang asri. Sejak itulah taman bergantung, yang
merupakan satu dari tujuh keajaiban dunia diperkirakan ada.

Didalam literature Babylonia, tak ditemukan adanya rekaman sejarah


tentang taman bergantung tersebut, dan laporan yang sangat deskriptif
berasal dari ahli sejarah bangsa Yunani. Didalam lembaran tanah liat yang
berasal dari periode Nebuchadnezzar, gambaran tentang istananya, kota
Babylon dan dindingnya ditemukan, namun tidak ada satupun referensi yang
ditemukan tentang taman bergantung.

Beberapa ahli sejarah percaya bahwa legenda taman bergantung hanyalah


cerita campuran tentang taman dan pohon palm di Mesopotamia, the tower
of Babel, istana Nebuchadnezzar, serta ziggurats yang diceritakan oleh
tentara Alexander ketika mereka kembali ke kampung halamannya.

Tower of Babel
Ziggurats
Di abad ini, sebagian struktur yang diperkirakan adalah bagian dari taman
bergantung ditemukan. Para Archeolog sedang mengumpulkan bukti untuk
mencapai kesimpulan tentang lokasi taman tersebut, sistem
pengairan(irigasi), serta wujud aslinya.

Beberapa sumber dari bangsa Yunani menyebutkan bahwa taman


bergantung berbentuk quadrangular, dimana setiap sisi panjangnya 4
plethora, dan terdiri dari arched vaults di pondasinya. Sahabat
peninggalan.com, taman ini mempunyai tumbuhan yang ditanam diatas
permukaan tanah, lalu akar dari tanaman ini melekat di teras bagian atas,
dan bukan didalam bumi. Semua massanya didukung oleh colom batu-
batuan. Air dipompa ke atas dan dibiarkan mengalir menuruni lereng,
mengairi tumbuh-tumbuhan.

Hasil penggalian archeology terbaru menemukan pondasi dari istana


Nebuchadnezzar. Dan penemuan lainnya yang mendukung adanya taman
bergantung termasuk kolong bangunan dengan dinding yang tebal dan
irrigasi yang dekat dengan istana selatan.

Beberapa archeologist melakukan survey di istana selatan dan


merekonstruksi kolong bangunan sebagai taman bergantung. Seorang ahli
sejarah Yunani, bernama Strabo, mengungkapkan bahwa taman bergantung
terletak di sungai Euphrates.

Sementara yang lainnya berpendapat bahwa lokasinya sangat jauh dari


sungai Euphrates berdasarkan penemuan dari kolong bangunan yang
terletak beberapa ratus yard dari sungai.

Lokasi beradanya istana telah direkonstruksi dan diperkirakan taman


bergantung terletak didaerah yang merentang dari sungai menuju istana.
Dan dinding yang massif, memiliki tebal 25 kaki baru-baru ini ditemukan di
pinggir sungai, dimana kemungkinan merupakan langkah untuk membentuk
teras yang dideskripsikan dalam referensi yunani.
Sampai sekarang, Kisah atau legenda tentang Taman Bergantung masih
belum bisa dipastikan kebenarannya dan masih belum bisa dikatakan juga
itu hanya dongeng saja. Para Archeolog masih terus berusaha mencari bukti
peninggalan zaman Nebuchadnezzar.

Di tahun 538 BC, sang pemimpin terakhir Babylonia menyerah kepada Cyrus
Agung dari Persia. Dan ini adalah pertanda berakhirnya dinasti Chaldean dan
Babylonia.

Anda mungkin juga menyukai