Anda di halaman 1dari 15

PERUMAHAN MAYFAIR RESIDENCE

NAMA: MUHAMMAD FAHRI ADITYA


NIM:200406086
MATA KULIAH : PERANCANGAN RUANG LUAR 2
DOSEN : Ir.SRI GUNANA SEMBIRING, M. T.
TANGGAL: 1 April 2022

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA


FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
2020/2021
Townscape adalah seni yang terdapat secara visual dalam penataan bangunan-
bangunan, jalan, serta ruang yang menghiasi lingkungan perkotaan. Definisi lain dari
townscape adalah salah satu cara yang dapat digunakan dari segi fisik visual untuk mengenali
bentuk fisik suatu kota. Selain itu, townscape juga dapat diidentifikasi melalui bentuk
penataan atau desain dari bangunan-bangunan dan jalan yang ditangkap berdasar berbagai
tingkatan emosional masing-masing pengamat.
Konsep townscape ini menjadi dasar bagi para arsitek, perencana, dan pihak-pihak
yang memperhatikan wajah kota. Bentuk fisik ruang kota dipengaruhi dan ditentukan oleh
bentuk dan massa bangunan. Keterkaitan itu dirasakan secara psikologis maupun secara fisik
oleh pengamat bentuk fisik ruang kota serta bentuk dan massa bangunan tersebut. Selain itu,
keterkaitan juga dapat dilihat secara visual pada kualitas bentuk kota yang ditentukan oleh
bentuk dan ukuran ruang kota serta penataannya. Melalui buku The Concise Townscape,
Gordon Cullen mengemukakan nilai-nilai yang harus ditambahkan dalam urban design
sehingga masyarakat di kota tersebut secara emosional dapat menikmati lingkungan
perkotaan yang baik melalui rasa psikologis maupun fisik. Empat hal yang ditekankan Cullen
pada bukunya adalah: serial vision, place, content, dan the functional tradition.
Penjelasan dari serial vision adalah gambaran-gambaran visual yang ditangkap oleh
pengamat yang terjadi saat berjalan dari satu tempat ke tempat lain pada suatu kawasan.
Rekaman pandangan oleh pengamat itu menjadi potongan-potongan gambar yang bertahap
dan membentuk satu kesatuan rekaman gambar kawasan bagi pengamat. Biasanya, akan ada
kemiripan, suatu benang merah, atau satu penanda dari potongan-potongan pandangan
tersebut yang memberi kepastian pada pengamat bahwa dia masih berada di satu kawasan
yang sama. Penjelasan dari Place adalah perasaan yang dimiliki pengamat secara emosional
pada saat berada di suatu tempat tertentu. Place dipengaruhi oleh batas-batas yang ada pada
suatu tempat tersebut. Penjelasan dari content adalah isi dari suatu kawasan yang
mempengaruhi perasaan seseorang terhadap keadaan lingkungan kota tersebut. Content
tergantung oleh dua faktor yaitu pada tingkat kesesuaian (conformity) dan tingkat kreativitas
(creativity). Penjelasan dari the functional tradition adalah kualitas di dalam elemen-elemen
yang membentuk lingkungan perkotaan yang juga memiliki segi ekonomis, efisien dan
efektif.
Pada intinya, townscape menjadi rangkaian elemen perkotaan yang penting di dalam
urban design. Dengan townscape, masyarakat bisa mengenali suatu kawasan baik secara fisik
maupun secara emosional. Townscape sebaiknya tertata secara baik karena pengaruhnya
yang cukup berdampak pada perkembangan masyarakat yang menempati suatu kawasan
tersebut. Selain itu, dengan townscape, maka tercipta the art of environment yang penting
bagi suatu kota elemen-elemen pembetuk ruang kota atau biasa disebutdengan citra kota
dibagi dalam limaelemen, yaitu:

1. Jalan
Aspek yang harus diperhatikan dalam membedakan karakter jalan meliputi :
a. Keberadaannya yang merupakan bagian depan atau belakang bangunan,
untuk membedakan aspek servisnya.
b. Jenis kendaraan apa saja yang dapat mengaksesnya.
c. Lebar jalan perkerasan.
d. Fungsi yang mengelilinginya.
2. Gang
Pengguna gang biasanya adalah pejalan kaki yang memiliki gerak lambat. Gang
memiliki potensi untuk member kesan intim saat dilalui karena langkanya
kendaraan dan suasana tenang, selain itu juga karena jarak antar bangunan yang
sempit. Namun, kita akan kesulitan melihat keseluruhan wajah bangunan pada
saat berjalan diantaranya, kecuali kita berada pada seberang bangunan dan melihat
dari jendela.
3. Square dan ruang public
Elemen pembentuk ruang public yang harus diperhatikan ialah : bangunan-
bangunan individual, kelompok bangunan, dan ruang terbuka yang terbentuk dari
susunan bangunan.
4. Pojok dari simpangan
Bagian tikungan jalan merupakan tempat yang mudah diakses dari berbagai
penjuru, dan mampu memperhatikan tampilan 3 dimensi. Bangunan yang terdapat
di ruang pojok memiliki potensi sebagai landmark suatu tempat.
5. Landmark
Bangunan yang memiliki karakter berbeda dari sekitarnya, akan menimbulkan
kekontrasan dan menjadi mencolok. Mirip seperti ruang pojok di persimpangan,
tapak menyolok ini memiliki potensi sebagai landmark. Yang membedakan ialah
bangunan terseut dapat dilihat dari jarak jauh, dan dapat menjadi siluet latar atau
figure yang akhirnya dapat menjadi keistimewaan atau cirri kota.

FASADE SEBAGAI BAGIAN DARI TOWNSCAPE


Fasade sebagai batasan yang melingkupi jalan kota sangat terkait erat dengan
pembentukan townscape. Fasade merupakan elemen visual kota yang akan selalu tampil
dihadapan masyarakat dalam ruang kota. Menurut dictionary of architecture & contruction
terbitan Columbia Univercity (2006) fasade adalah “The exterior face of a building which is
the architectural front, sometimes distinguished from the other faces by elaboration of
architectural or ornamental details”. Fasade berfungsi sebagai pembeda antar bangunan
karena memiliki perbedaan dari segi elaborasi arsitektural atau detail ornamennya.
Berbeda dengan fasade, fungi dari dinding adalah membetuk lingkupan atas sesuatu.
Masih dari sumber yang sama, dinding adalah “A structure which serves to enclose or
subdivide a building, usually presenting a continous surface except where penetrated by
doors, windows, and the like”. Dinding lebih ditujukan sebagai fungsi pembatas antara ruang
dalam dan luar, sedangkan ornament yang ada hanyalah sebagai pendukung, seperti pintu dan
jendela.
Buchanan (1988) dalam tulisannya yang berjudul A Report from the Front,
menjalskan tentang peranan fasade dalam kota. Fasade sebagai pembentuk ruang kota sangat
terkait erat dengan tampilan wajah kota yang nantinya dihasilkan. Namun seringkali
perancang kurang melakukan kompromi saat membuat sebuah bangunan, sehingga tidak
terjadi keharmonisan dengan tetangganya.
Sebagai citra dari keadaan kota yang sedang berlangung, fasade seharusnya member
rangsangan bagi penikmat kota ikut terlibat menciptakan fasade yang sesuai dengan
keinginan mereka. “All factor in façade composition encourage the viewer not to just notice
but in various way to engage (to subliminally interact in the imagination) with the façade”
(Buchanan, 1998).

KEGAGALAN TOWNSCAPE

Wajah kota atau townscape berkaitan erat dengan persepsi visual terhadap tampilan
yang muncul ketika sedang menelusuri kota tersebut. Merancang wajah kota tentunya
bermuara pada hasil tampilan yang diberikan atas susunan bangunan yang ada. Menurut
Tugnutt dan Robertson (1987) dalam bukunya Making Townscape, pendekatan merancang
townscape, dengan melihat konteks ialah yang terbaik untuk dilakukan pada sekarang ini.

1.KETIDAK SELARASAN ANTAR BANGUNAN


Perkembangan gaya arsitektur seperti di Inggris telah menghasilkan dinamika dalam
wajah kotanya. Menurut Tugnutt dan Robertson (1987), Inggris memiliki beragam gaya
antara lain gaya Georgia, gerakan Art and Craft, gaya Gothic, Palladia, dan lain sebagainya,
dimana gaya-gaya tersebut bermunculan di Periode Victoria (abad 18). Di masa itu, bangunan
umumnya adalah hunian deret membentuk barisan fasade yang menghadap ke jalan sehingga
membentuk citra townscape daerah setempat. Namun, setiap bangunan yang berdiri sendiri
dengan gaya masing-masing justru membuat kekhasan yang kabur.
Tahun 1939 – 1980 atau era pasca perang dunia telah menimbulkan banyak
kerusakan. Inggris membangun kembali kotanya secara praktis menggunakan gaya modern.
Hal ini juga dipicu oleh meningkatnya permukiman kumuh yang mendorong perlunya
pembangunan kota. Pembangunan saat itu diserahkan kepada pengembang, bukan kepada
masyarakat. Kekacauan townscape makin buruk akibat ulah para arsitek yang cenderung
mengikuti tren Amerika yaitu bangunan berdiri sendiri tanpa menyesuaikan dengan
lingkungan sekitarnya serta melupakan pentingnya membentuk ruang public (Tugnutt &
Robertson, 1987).
Kritik yang diajukan oleh Tugnutt dan Robertson (1987) antara lain perlunya aksi
perbaikan fasade kota Inggris dengan mengacupada perhitungan harmonisasi proporsi antar
fasade setiap bangunannya. Keberadan bangunan harus mendukung satu sama lain, supaya
tidak ada bangunan yang terabaikan, atau justru terlalu timpang dengan keselarasan
pencitraan townscape kota yang diinginkan.

2.MUNCULNYA RUANG AMBIGU (LOST SPACE)


Pembahasan detail tentang lost space telah dilakukan oleh Trancik (1986) dalam
bukunya yang berjudul Finding Lost Space. Di masa sekarang, banyak bermunculan
fenomena ruang kota yang berkarakter ambigu atau disebut lost space, karena :
a. Ruang tersebut tidak teridentifikasi kepemilikannya.
b. Jauh dari area pejalan kaki.
c. Perawatannya tidak diperhatikan oleh siapapun.
Penyebab terbentuknya lost space antara lain karean gerakan Modernisme yang
diterapkan oleh para arsitek dalam merancang ruang kosong. Keberadaan jalan yang
dikhususkan fungsinya sebagai lintasan mobil membuat pejalan kaki kurang diperhatikan
oleh perancang. Ruang luar sebagai tempat pertemuan public dipindahkan ke dalam
bangunan. Semua ini mengakibatkan lost space, sebagai contoh : jalan layang dan punggung
bangunan.
PERUMAHAN
Menurut Budiharjo (1998:148) perumahan adalah suatu bangunan dimana manusia
tinggal dan melangsungkan kehidupanya, disamping itu rumah juga merupakan tempat
dimana berlangsungnya proses sosialisasi pada seorang individu diperkenalkan norma dan
adat kebiasaan yang berlaku dalam suatu masyarakat. Sebagai wadah kehidupan manusia
bukan menyangkut aspek teknis dan fisik saja tetapi juga aspek sosial, ekonomi dan budaya
dari penghuninya.
Menurut Sadana (2014:20) Perbedaan nyata antara permukiman dan perumahan
terletak pada fungsinya. Pada kawasan permukiman, lingkungan tersebut memiliki fungsi
ganda yaitu sebagai tempat tinggal dan sekaligus tempat mencari nafkah bagi sebagian
penghuniannya. Pada perumahan, lingkungan tersebut hanya berupa sekumpulan rumah yang
berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para penghuninya. Fungsi perumahan hanya sebagai
tempat tinggal, dan tidak merangkap sebagai tempat mencari nafkah.

TIPE-TIPE RUMAH

Terdapat berbagai macam jenis dan tipe tempat tinggal manusia. Bertambahnya
penduduk dan semakin langkanya lahan yang tersedia untuk membangun rumah mendorong
manusia semakin kreatif dalam menciptakan jens-jenis hunian. Berbicara tentang hunian atau
tempat hunian atau tempat tinggal, pada dasarnya hunian tempat tinggal manusia adalah
rumah. Menurut Sadana, (2014:35-46) jenis dan tipe-tipe rumah sebagai berikut:

A. Rumah Sederhana

Rumah sederhana adalah tempat tinggal layak huni yang harganya terjangkau oleh
masyarakat berpenghasilan rendah dan sedang. Dalam SNI 03-6981-2004 rumah sederhana
tidak bersusun direncanakan sebagai tempat kediaman yang layak dihuni bagi masyarakat
berpenghasilan rendah atau sedang. Oleh karena itu harganya harus terjangkau oleh
masyarakat berpenghasilan rendah dan sedang.
B. Rumah Sangat Sederhana

Rumah sangat sederhana adalah rumah tinggal tidak bersusun dengan luas lantai 21 m2
sampai dengan 36 m2. Suatu rumah sangat sederhana sekurang-kurangnya harus memiliki
kamar mandi dan WC dan ruang serbaguna. Biaya pembangunan per m2. Rumah sangat
sederhana harus ditekan serendah mungkin hingga sekitar setengah dan biaya pembangunan
rumah sederhana. Rumah sangat sederhana umumnya berupa rumah deret guna
memaksimalkan penggunaan lahan perumahan yang terbatas. Rumah sangat sederhana
memiliki denah berbentuk empat persegi panjang. Atapnya berbentuk pelana, dengan
kemiringan yang disesuaikan dengan bahan penutup atap sangat sederhana, beton untuk
sistem strukturnya, bata merah atau Concrete Block untuk dinding, kayu untuk pintu dan
jendela, asbes gelombang untuk penutup atap.
Aspek Perencanaan Perumahan

Menurut Sasta dan Marlina (2007;30-36) dalam membuat sebuah perencanaan perumahan
yang betul-betul dapat menjawab tuntutan pembangunan perumahan dan permukiman maka
perlu dipertimbangkan aspek-aspek perencanaan. Aspek aspek yang mendasari perencanaan
perumahan tersebut antara lain adalah:

1. Lingkungan

Hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan perumahan adalah menejemen


lingkungan yang baik dan terarah, karena lingkungan suatu perumahan merupakan suatu
faktor yang sangat menentukan dan keberadaannya tidak boleh diabaikan. Hal tersebut dapat
terjadi karena baik buruknya kondisi lingkungan akan berdampak terhadap penghuni
perumahan.

2. Daya beli (Affrodability)

Perencanaan bangunan diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembangunan yang


telah dicanangkan sesuai dengan programnya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
daya beli masyarakat antara lain :

a. Pendapat per kapita sebagian besar masyarakat yang masih relatif rendah (dibawah
standar).
b. Tingkat pendidikan sebagian besar masyarakat, terutama di daerah pedesaan, masih
relatif rendah.
c. Pembangunan yang belum merata pada berbagai daerah sehingga memicu timbulnya
kesenjangan sosial dan ekonomi, dimana hal ini berdampak terhadap persaingan
antara golongan berpenghasilan tinggi dengan masyarakat yang berperngahasilan
rendah, seolaholah fasilitas dan kemajuan pembangunan (termasuk perumahan) hanya
dapat dinikmati oleh kaum yang berpenghasilan tinggi.
d. Situasi politik dan keamanan yang cenderung tidak stabil sehingga mempengaruhi
minat dan daya belimasyarakat untuk berinvestasi dan mengembangkan modal.

e. Inflasi yang tinggi menyebabkan naik harga bahan bangunan, yang berdampak
dengan melambungnnya harga rumah, baik untuk kategori rumah sederhana,
menengah, maupun mewah.

3.Kelembagaan

Keberhasilan pembagunan perumahan dalam suatu wilayah, baik diperkottan mauoun di


pedesaan, tidak terlepas dari peran pemerintah sebagai pihak yang berkewajiban untuk
mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suatu suasana yang kondusif bagi terciptanya
keberhasilan itu. Masyarakat sebagai pelakau utama pembanguan memegang peran penting
setiap program pembangunan yang diajlankan.
KLASIFIKASI JALAN
Jalan didefinisikan sebagai jalur di mana masyakarat mempunyai hak untuk melewatinya
tanpa diperlukannya izin khusus untuk itu. Jalan merupakan prasarana transportasi yang
sangat penting dalam menunjang segala kebutuhan manusia baik itu dalam kegiatan
perekonomian dan sosial masyarakat.
Pada umumnya pengklasifikasian jalan terdiri dari fungsi jalan, kelas jalan, dan klasifikasi
menurut wewenang pembinaan jalan (Bina Marga, 1997).

1)Jalan Arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan jarak jauh dengan kecepatan rata-rata
tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. Biasanya jaringan jalan ini melayani
lalu lintas tinggi antara kota-kota penting. Jalan dalam golongan ini harus direncanakan dapat
melayani lalu lintas cepat dan berat.
2)Jalan Kolektor, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat atau pebagi dengan ciri-ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah masuk dibatasi. Biasanya
jaringan jalan ini melayani lalu lintas cukup tinggi antara kota-kota yang lebih kecil, juga
melayani daerah sekitarnya
3)Jalan lokal , yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalan jarak
dekat, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Biasanya jaringan jalan ini digunakan untuk keperluan aktifitas daerah, juga dipakai sebagai
jalan penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang sama atau berlainan.

KLASIFIKASI JALAN BERDASARKAN FUNGSI JALAN


Klasifikasi jalan berdasarkan fungsi jalan menurut Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pd T-
18-2004-B, bahwa jalan dibagi menjadi 2, yakni sistem jaringan jalan primer dan sistem
jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer adalah jalan yang disusun mengikuti
ketentuan pengaturan tata ruang dan struktur ruang wilayah nasional, yang menghubungkan
simpul-simpul jasa distribusi. Sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan
dengan peranan pelayanan 9 distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di wilayah
perkotaan (UU No.38 Tahun 2004). Kriteria teknis secara umum yang digunakan sebagai
tolak ukur untuk menetapkan klasifikasi fungsi jalan.
SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER
Sistem jaringan jalan primer terdiri dari jalan arteri primer, jalan kolektor primer, dan jalan
lokal primer.
Jalan arteri primer yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang ke satu dengan kota jenjang
ke satu yang terletak berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota
jenjang kedua. kriteria jalan arteri primer adalah sebagai berikut:
a. jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam
puluh) kilometer per jam (km/jam),
b. lebar badan jalan arteri primer paling rendah 11 (sebelas) meter,
c. jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi secara efisien, yakni jarak antar
jalan masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 500 meter,
d. persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu yang sesuai
dengan volume lalu lintasnya,

Jalan kolektor primer


Jalan kolektor primer adalah jalan yang secara efisien menghubungkan antar pusat kegiatan
wilayah atau menghubungkan antar pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
kriteria yang dimiliki oleh jalan kolektor primer:
a. Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40
km/jam,
b. lebar badan jalan kolektor primer paling rendah 9 meter,
c. jalan masuk ke jalan kolektor primer dibatasi secara efisien; jarak antar jalan
masuk/akses langsung tidak boleh lebih pendek dari 400 meter,
d. persimpangan pada jalan masuk kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu
yang sesuai dengan volume lalu lintasnya,

Jalan lokal primer


Jalan lokal primer adalah jalan yang secara efisien menghubungkan pusat kegiatan nasional
dengan persil, atau pusat kegiatan wilayah dengan persil, atau pusat kegiatan lokal dengan
pusat kegiatan lokal, pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan dibawahnya, pusat kegiatan
lokal dengan persil, atau pusat kegiatan dibawahnya sampai persil. Kriteria jalan lokal primer
adala sebagai berikut:
a. jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 km/jam,
b. lebar badan jalan lokal primer paling rendah 6.5 km,
c. besar lalu lintas harian rerata pada umumnya paling rendah pada sistem primer.
Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan yang disusun mengikuti
ketentuan pengaturan tata ruang kota yang
menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu,
fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan.
(Peraturan Pemerintah RI No. 26/1985). Sistem jaringan jalan sekunder terdiri dari jalan
arteri sekunder, jalan kolektor sekunder, dan jalan lokal sekunder.
1) Jalan arteri sekunder merupakan jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan
kawasa sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder
kedua.
2) Jalan kolektor sekunder merupakan jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder ketiga.
3) Jalan lokal sekunder merupakan jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan perumahan, menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan perumahan,
menghubungkan kawasan sekunder ketiga dan seterusnya ke perumahan.

Klasifikasi Jalan berdasarkan Administrasi Pemerintahan


Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam: jalan nasional, jalan provinsi, jalan
kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibu kota provinsi,
dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
2. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan ibu kota kabupaten/kota, dan jalan
strategis provinsi.
3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan ibu kota kabupaten dengan ibu kota
kecamatan, antar ibu kota kecamatan, ibu kota kabupaten dengan pusat
kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam
sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan
strategis kabupaten.
4. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan
antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di
dalam kota.
5. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar
permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

Pengertian Ruang Publik


Ruang publik adalah ruang yang berfungsi untuk tempat menampung aktivitas masyarakat,
baik secara individu maupun secara kelompok, dimana bentuk ruang publik ini sangat
tergantung pada pola dan susunan massa bangunan (Rustam Hakim,1987).
Bentuk Ruang Publik
Pada umumnya ruang publik adalah ruang terbuka yang mampu menampung kebutuhan akan
tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Ruang ini memungkinkan
terjadinya pertemuan antar manusia untuk saling berinteraksi. Karena pada ruang ini
seringkali timbul berbagai kegiatan bersama, maka ruang-ruang terbuka ini dikategorikan
sebagai ruang umum. Meskipun sebagian ahli mengatakan umumnya ruang publik adalah
ruang terbuka. Menurut sifatnya, Ruang publik terbagi menjadi 2 jenis, yaitu
a. Ruang publik tertutup : adalah ruang publik yang terdapat di dalam suatu bangunan.
Keberadaan ruang publik di lokasi studi kualitas ruang belum presentatif, terlihat
komponen pembentuk ruang masih sederhana, lantaipun masih berupa tanah, tidak
berdinding atap dari seng gelombang, struktur bangunan dari bahan bambu.Bangunan
pos kamling (keamanan lingkungan) juga digunakan untuk ruang publik dan warung-
warung makanan di tepi sungai Winongo.
b. Ruang publik terbuka : yaitu ruang publik yang berada di luar bangunan yang sering
juga disebut ruang terbuka (open space).

Elemen-elemen yang termasuk ke dalam street furniture


1. Trotoar
2. Kursi Taman
3. Papan Penunjuk Arah
4. Tempat Sampah
5. Lampu Taman
6. Tempat Cuci Tangan
7. Rak Parkir Sepeda
PERUMAHAN MAYFAIR SETIA BUDI

MAYFAIR berlokasi di kawasan Setia Budi - tepatnya di Jalan Bunga Terompet, Ngumban
Surbakti - Medan menawarkan konsep "Easy Access" yang terhubung langsung dengan 3
jalan utama, yakni Jalan Ring Road, Jalan Setia Budi Jalan Jamin Ginting.
Perumahan ini mengusung gaya arsitektur modern-compact dengan tetap mengedapnkan
efesiensi ruang. Lingkungannya senantiasa terjaga menapilakan kesan bersih serta asri.
Proyek terbaru diluncurkan 2017 lalu yang bertajuk MayFair Residence ini dibangun di atas
luas seluas 17 hektare berjumlah 310 unit yang berada di kawasan Medan Tuntungan. Tipe
unit yang ada di Mayfair adalah:
• Tipe Violet. Luas tanah 6×12 Luas bangunan 45m2. Harga Rp495 juta
• Tipe Vanda. Luas tanah 7×12 Luas bangunan 89m2. Harga Rp636 juta
• Tipe Cattleya. Luas tanah 9×20m2. Luas bangunan 215m2. Harga Rp1,080 miliar
Hunian yang membidik kalangan menengah sebagai tagert pasarnya ini sudah terjual hingga
50% dalam kurun waktu dua tahun sejak launching pada 2017 lalu. Rencananya sebanyak
310 unit rumah yang dibangun, dengan tipe rumah satu lantai dua lantai. Tipe yang
ditawarkan oleh pihak pengembang mulai dari tipe Violet yang paling kecil dengan yang
45m2 dibandrol dengan harga Rp495 juta, tipe Vanda luas 89m2 dengan harga Rp636 juta
tipe Cattleya yang paling besar dengan 215m2 dibandrol dengan harga Rp1,080 miliar.
Menuju Lokasi
Mayfair Residence terletak sekitar 8km dari pusat kota. Hunian ini dapat ditempuh melalui
dua jalur, yakni Jalan Anggrek Raya (Setia Budi) Jalan Bunga Terompet. Kawasan Jalan
Anggrek Raya (Setia Budi) merupakan daerah dengan perumahan yang sedang tumbuh
berkembang. Lokasi perumahan ini sangat mudah diakses, baik dari Jalan Besar ring road
maupun Setiabudi. Mayfair Residence memang sedikit jauh dari pusat kota, namun letaknya
hanya sekitar 4km dari kawasan yang digadang-gadang sebagai pusat ekonomi baru, yakni
Arteri Ring Road.
Fasilitas Mayfair
• Club house
• Swimming Pool
• Taman Online
• Lapangan basket
• Mushola

Taman online
Taman online adalah tempat yang digunakan sebagai sarana bersosialisasi di mana taman
online ini difasilitasi dengan WIFI gratis, gazebo di lengkapi juga dengan tempat duduk
dengan desain Stonehange, taman online ini juga dapat digunakan gathering event, taman ini
juga diengkapi dengan pohon sebagai penyejuk di taman tersebut. Bentuk ruang publik
Taman online ini adalah raung publik terbuka.
Lapangan basket
Salah satu fasilitas olahraga yang ada pada Mayfair Residence adalah lapangan basket. Tipe
raung publiknya adalah raung publik terbuka, lapangan basket ini dilengkapi dengan lampu
taman untuk penerangan lapangan basket lapangan basket ini juga terdapat pohon yang
cukup banyak sebagai penyejuk.
Fasilitas Sekitar
Anda tak perlu bingung dalam memenuhi kebutuhan hidup. di Mayfair Residence, segalanya
dapat dijangkau dalam jarak yang relatif dekat.
• RS Pusat Medan Tuntungan (1,2km atau 4 menit berkendara)
• RS Bukit Permai SP Selayang (3,9km atau 9 menit berkendara)
• General Hospital Adam Malik (4,4km atau 10 menit berkendara)

Sementara itu, untuk kebutuhan pendidikan, ada sejumlah sekolah dalam jarak yang relatif
terjangkau. Berikut di antaranya:
• sd Budi Murni 3 Katolik (1,2km atau 3 menit berkendara)
• Medan International School (2km atau 5 menit berkendara)
• sd Islam Santo Yoseph Pemuda (2,3km atau 6 menit berkendara)
• SIS Singapore International School (2,3km atau 7 menit berkendara)
• SMPN 23 (2,8km atau 7 menit berkendara)
• SMPN 3 (4,3km atau 11 menit berkendara)
• SMPN 4 (4,4km atau 11 menit berkendara)
• SMPN 2 (4,9km atau 12 menit berkendara)
• SMAN 14 (3,1km atau 10 menit berkendara)
JALAN MAYFAIR MEDAN

Jalan Anggrek raya


Vegetasi pada jalan ini banyak karena vegetasi pada Mayfair Residence ini di susun dengan
rapi, jalan ini memilki lebar 8 meter cukup lebar untuk 2 mobil, kondisi jalan masih bagus
material yang digunakan adalah cor beton.
Jalan blok vivaldi
Jalan block vivaldi ini memilki lebar 5,5 meter juga terdapat trotoar pada bagian kanan kiri
jalan, vegetasi pada jalan ini juga cukup banyak karena setiap halaman rumah memilki 1
pohon sebagai peneduh untuk jalan rumah. Jalan blok vivaldi jalan anggrek raya
membentuk T juntion, jalan blok vivaldi ini mempunyai jalan yang lurus.

Jalan blok Cardin


Jalan blok cardin ini memilki lebar 5,5 memilki trotaor pada bagian kanan kiri jalan,
vegetasi pada jalan ini juga cukup banyak karena setiap halaman rumah memilki 1 pohon
sebagai peneduh untuk jalan rumah. Jalan blok Cardin jalan anggrek raya membentuk Y
juntion.
Street furniture yang terapat pada Mayfair residence adalah
Trotoar pada perumahan Mayfair residence ini cukup kecil tidak memilki perbedaan
ketinggian antara jalan dengan trotoar, trotoar ini terdapat vegetasi peneduh untuk kondisi
trotoar ini bagus menggunkan material paving block berwarna merah sebagai pembeda
antara jalan trotar
Lampu jalan pada perumahan mayfair residence ini menjadi satu dengan tiang listrik
sehingga teerlihat rapi lampu jalan ini semua berfungsi dengan baik sebagai penerengan
dengan lampu berwarna kuning.

Anda mungkin juga menyukai