Anda di halaman 1dari 19

Salah satu pendekatan dalam morfologi kota adalah menganalisis suatu

kawasan atau kota melalui produk kota. Menganalisis sebuah kota melalui
pendekatan produk, yaitu mengenali produk melalui bentuk fisik kota itu sendiri.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan Townscape dan
Skyline.
1. TOWNSCAPE
Townscape adalah seni yang terdapat secara visual dalam penataan
bangunan-bangunan, jalan, serta ruang yang menghiasi lingkungan perkotaan.
Definisi lain dari townscape adalah salah satu cara yang dapat digunakan dari segi
fisik visual untuk mengenali bentuk fisik suatu kota. Selain itu, townscape juga dapat
diidentifikasi melalui bentuk penataan atau desain dari bangunan-bangunan dan jalan
yang ditangkap berdasar berbagai tingkatan emosional masing-masing pengamat.
Konsep townscape ini menjadi dasar bagi para arsitek, perencana, dan pihak-pihak
yang memperhatikan wajah kota.

Bentuk fisik ruang kota dipengaruhi dan ditentukan oleh bentuk dan massa
bangunan. Keterkaitan itu dirasakan secara psikologis maupun secara fisik oleh
pengamat bentuk fisik ruang kota serta bentuk dan massa bangunan tersebut. Selain
itu, keterkaitan juga dapat dilihat secara visual pada kualitas bentuk kota yang
ditentukan oleh bentuk dan ukuran ruang kota serta penataannya.

Melalui buku The Concise Townscape, Gordon Cullen mengemukakan nilai-


nilai yang harus ditambahkan dalam urban design sehingga masyarakat di kota
tersebut secara emosional dapat menikmati lingkungan perkotaan yang baik melalui
rasa psikologis maupun fisik. Empat hal yang ditekankan Cullen pada bukunya
adalah: serial vision, place, content, dan the functional tradition. Masing-masing dari
empat inti townscape tersebut memiliki rincian aspek townscape lebih detail lagi
yang dapat dilihat pada bukunya, The Concise Townscape.

Penjelasan dari serial vision adalah gambaran-gambaran visual yang


ditangkap oleh pengamat yang terjadi saat berjalan dari satu tempat ke tempat lain
pada suatu kawasan. Rekaman pandangan oleh pengamat itu menjadi potongan-
potongan gambar yang bertahap dan membentuk satu kesatuan rekaman gambar
kawasan bagi pengamat. Biasanya, akan ada kemiripan, suatu benang merah, atau
satu penanda dari potongan-potongan pandangan tersebut yang memberi kepastian
pada pengamat bahwa dia masih berada di satu kawasan yang sama.

Penjelasan dari Place adalah perasaan yang dimiliki pengamat secara


emosional pada saat berada di suatu tempat tertentu. Place dipengaruhi oleh batas-
batas yang ada pada suatu tempat tersebut.

Penjelasan dari content adalah isi dari suatu kawasan yang mempengaruhi
perasaan seseorang terhadap keadaan lingkungan kota tersebut. Content tergantung
oleh dua faktor yaitu pada tingkat kesesuaian (conformity) dan tingkat kreativitas
(creativity).

Penjelasan dari the functional tradition adalah kualitas di dalam elemen-


elemen yang membentuk lingkungan perkotaan yang juga memiliki segi ekonomis,
efisien dan efektif.

Berdasarkan uraiannya dalam buku The Concise Townscape, Cullen menyimpulkan


tiga hal di akhir bukunya, yaitu: Suatu lingkungan perkotaan tersusun melalui dua
cara. Yang pertama, kota disusun sebagai objek dari luar perencana sebagai subjek.
Yang kedua, kota yang sudah disusun kemudian diisi oleh aktivitas-aktivitas
penghidup. Keduanya merupakan suatu kesinambungan yang saling melengkapi.
Peran townscape disini adalah sebagai pembentuk kota yang menjadi struktur dan
mendukung aktivitas manusia tersebut.
Penataan perkotaan harus bisa memberikan rasa nyaman pada masyarakat yang
menempatinya. Lingkungan perkotaan banyak mempengaruhi perkembangan
masyarakatnya secara psikologis maupun fisik. Oleh karena itu, art of environment
perlu ditekankan dalam urban design.
Dalam penataan suatu perkotaan harus memperhatikan logika dalam lingkungan
Atlas. Hal ini berkaitan dengan dimensi fisik geometri dan dimensi waktu.

Pada intinya, townscape menjadi rangkaian elemen perkotaan yang penting di


dalam urban design. Dengan townscape, masyarakat bisa mengenali suatu kawasan
baik secara fisik maupun secara emosional. Townscape sebaiknya tertata secara baik
karena pengaruhnya yang cukup berdampak pada perkembangan masyarakat yang
menempati suatu kawasan tersebut. Selain itu, dengan townscape, maka tercipta the
art of environment yang penting bagi suatu kota.

https://ilmutatakota.wordpress.com/tag/townscape/

Metode Konsep Townscape (Papageorgiou, 1970) menjelaskan bahwa


peremajaan kota menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan pembongkaran
bangunan-bangunan yang rusak, yang memberi ciri lingkungan rusak dan
menggantikannya dengan bangunan baru. Peremajaan kota juga termasuk usaha-
usaha untuk menghidupkan berbagai kegiatan ekonomi di daerah yang rusak, dengan
cara meningkatkan pendapatan keluarga hingga taraf hidup yang cukup sehingga
memungkinkan mereka memperbaharui tempat-tempat tinggalnya. Keberhasilan
peremajaan kota juga menuntut dikuasainya keterampilan yang cukup di dalam
perencanaan dan perancangan, untuk meminimalkan kondisi-kondisi buruk pada
lingkungan secara fisik pada awal pembangunan. Masalah utama lain di dalam
peremajaan permukiman kota muncul sebagai akibat dari pemindahan penduduk
berpendapatan rendah yang tinggal di dalam bangunan-bangunan yang akan
dibongkar dan dipindahkan ke bangunan baru.

http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2012-2-01224-
AR%20Bab2001.doc

Townscape dapat dikenali dari berbagai peletakan bentuk desain bangunan


dan jalan yang berkaitan dengan berbagai tingkatan perasaan dan emosi masing-
masing pengamat. Sedangkan untuk Townscape memiliki beberapa elemen
penyusun, diantaranya : Junction, Line, Width, Overhead, Containment, dan Features.
Menurut Gordon Cullen (1961) Townscape adalah seni yang terdapat
secara visual dalam penataan bangunan-bangunan, jalan, serta ruang yang menghiasi
lingkungan perkotaan. Defenisi lain dari townscape adalah salah satu cara yang
dapat digunakan dari segi fisik visual untuk mengenali bentuk fisik suatu kota.
Selain itu, townscape juga dapat diidentifikasi melalui bentuk penataan atau desain
dari bangunan-bangunan dan jalan yang ditangkap berdasarkan berbagai
tingkatan emosional masing-masing pengamat. Konsep townscape ini menjadi dasar
bagi para arsitek, perencana, dan pihak-pihak yang memperhatikan wajah kota.
Bentuk fisik ruang kota dipengaruhi dan ditentukan oleh bentuk dan massa
bangunan. Keterkaitan itu dirasakan secara psikologis maupun secara fisik oleh
pengamat bentuk fisik ruang kota serta bentuk dan massa bangunan tersebut. Selain
itu, keterkaitan juga dapat dilihat secara visual pada kualitas bentuk kota yang
ditentukan oleh bentuk dan ukuran ruang kota serta penataannya. Empat hal
yang ditekankan Cullen pada bukunya adalah:
 Serial Vision
Serial vision adalah gambaran-gambaran visual yang ditangkap oleh
pengamat yang terjadi saat berjalan dari satu tempat ke tempat lain pada suatu
kawasan. Rekaman pandangan oleh pengamat itu menjadi potongan-potongan
gambar yang bertahap dan membentuk satu kesatuan rekaman gambar
kawasan bagi pengamat. Biasanya, akan ada kemiripan, suatu benang
merah, atau satu penanda dari potongan-potongan pandangan tersebut yang
memberi kepastian pada pengamat bahwa dia masih berada di satu kawasan yang
sama.
 Place
Place adalah perasaan yang dimiliki pengamat secara emosional pada saat
berada di suatu
tempat tertentu. Place dipengaruhi oleh batas-batas yang ada pada suatu tempat
tersebut.
 Content
Content adalah isi dari suatu kawasan yang mempengaruhi perasaan
seseorang terhadap keadaan lingkungan kota tersebut. Content tergantung
oleh dua faktor yaitu pada tingkat kesesuaian (conformity) dan tingkat
kreativitas (creativity).
 The Functional Tradition
The Functional Tradition adalah kualitas di dalam elemen-elemen yang
membentuk lingkungan perkotaan yang juga memiliki segi ekonomis, efisien
dan efektif.

Elemen Pembentuk Townscape


 Junctions (Persimpangan Jalan)
- T-Junction
T-Junction berupa penutupan pemandangan yang memberi rasa
tertentu pada suatu
tempat. Persimpangan T-Junction ini dapat pula diartikan sebagai
pertigaan. Dalam T-Junction ini terdapat beberapa pertemuan jalan dan
aktivitas. Pada umumnya, T-Junction berupa suatu jalan kecil yang
terhubung ke jalan yang lebih besar.
- Y-Junction
Y-Junction berfungsi untuk memberikan alternatif pilihan jalan atau
membagi jalan menjadi dua arah yang menuju tempat yang berbeda. Y-
Junction ini mampu membangkitkan pemandangan dan penjelajahan yang
menarik perhatian. Oleh karena itu, orang tidak akan merasa jenuh untuk
melewati jalan tersebut.
- Multiple views
Multiple views merupakan persimpangan jalan dimana terdapat dua
gang atau lebih yang saling berdekatan, sehingga menimbulkan
keingintahuan orang untuk melihat keadaan di sekitarnya serta dapat
membandingkan bentuk dan karakter suatu gang tersebut secara
bersamaan.
 Line (Garis)
Line (garis) merupakan salah satu dari enam kategori roadform, yang
terdiri dari curve (tikungan), angles (sudut), the pivot (poros), deviation
(penyimpangan), deflection
(pembelokan), dan level change (peubahan tingkatan).
- Curve (Tikungan)

Penutupan pemandangan seseorang dari struktur bangunan dan juga


merupakan jalan yang mempunyai bentuk melengkung, sehingga tidak
dapat menjangkau pandangan yang lebih jauh kedepan.
- Angle (Sudut)
Garis yang berupa tikungan yang berbentuk seperti patahan serta terjadi
perubahan sudut garis arah jalan yang memperlihatkan sisa-sisa
pemandangan yang panjang dan sebagian tertutup, sehingga kita
mengalami kesulitan untuk memiliki jangkauan pandangan ke depan yang
luas dan leluasa.
- The Pivot (Poros)
Adanya poros/pusat pada suatu bangunan, sehingga jalan nampak
menjadi bagian yang menyatu dan saling mengikat dengan bangunan
lain di sekitarnya atau terkesan seperti berputar atau berbentuk lingkaran.
- Deviation (Penyimpangan)
Adanya sebuah simpangan kecil yang memisahkannya ke dalam tempat
yang berbeda.
- Deflection (Pembelokan)
Sebuah struktur yang sumbunya merupakan sebuah sudut ke arah utama
pada sebuah rute, yang dapat muncul untuk membelokan pengguna ke arah
yang baru juga merupakan rute dalam suatu gang yang didalamnya masih
terdapat beberapa percabangan gang lainnya yang menuju arah yang
berlainan tempat.
- Level Change (Perubahan Tingkatan)
Level change merupakan perubahan tingkatan dari posisi yang lebih
tinggi ke posisi yang rendah yang juga dipengaruhi oleh keadaan
topografi suatu kawasan tersebut atau perubahan lebar jalan dari posisi
terbuka ke posisi yang tertutup, sehingga justru dapat menambah
keunikan dari suatu kawasan.
 Width (Lebar)
Width (lebar) merupakan suatu komponen townscape yang dilihat dari lebar
sempitnya jalan yang terbentuk oleh karakter dan struktur bangunan yang berada
di sekitanya. Width terdiri dari enam tipe komponen, yaitu fluctuation
(pergerakan), narrowing (penyempitan),
funelling (penyempitan bertahap), widening (pelebaran), constriction
(penekanan), dan wing
(penghalangan).
- Fluctuation (Pergerakan)
Adanya pergerakan dalam keterhubungan antar ruang, misalnya dari
tempat sempit keluar menuju tempat terbuka. Jadi, suatu jalan mengalami
suatu pelebaran ke arah samping, karena di bagian tengah jalan tersebut
digunakan sebagai ruang terbuka (taman, boulevard, dan lain-lain), tetapi
setelah melewati ruang terbuka tersebut, maka jalan kembali menyempit.
Dan, hal ini terulang beberapa kali.
- Narrowing (Penyempitan)
Narrowing ditandai dengan adanya bangunan yang menjorok keluar
dari garis bangunan yang memberikan makna penyempitan permukaan
jalan. Selain itu, narrowing juga dapat terjadi akibat adanya kegiatan atau
aktivitas di sekitar jalan, misalnya aktivitas perdagangan, sehingga
menyebabkan lebar jalan menjadi semakin menyempit.
- Funelling (Penyempitan Bertahap)
Funelling dapat diartikan sebagai penyempitan lebar ruang atau jalan
secara bertahap. Jadi, semakin lama jalan yang dilalui, maka lebarnya akan
menjadi semakin menyempit, seperti memasuki suatu jalan yang awalnya
lebar kemudian lama kelamaan menjadi menyempit.
- Widening (Pelebaran)
Widening berupa pergerakan dari tekstur ruang sempit ke ruang yang
besar. Jalan yang kita lalui awalnya sempit kemudian semakin lama akan
menjadi semakin lebar, sehingga membuat perasaan kita menjadi lebih
lapang dan tidak lagi merasa terkurung.
- Constriction (Penakanan)
Diketahui bahwa terjadinya penyempitan ruang dari yang lebar
menjadi menyempit juga merupakan kesan visual yang kontras terlihat
sehingga dengan terjadinya pemberhentian/penyempitan ruang akan
menimbulkan rasa seakan menekan.

 Overhead (Atas)
Overhead terdiri dari tujuh tipe, yaitu the chasm (lorong), the collonade
(barisan tiang), the
overhang, the arch (lengkungan), the bridge, the maw, dan going trought.
- The Chasm

The chasm merupakan suatu lorong sempit panjang yang dapat memberi
kesan menakutkan ataupun menyenangkan, tergantung dari persepsi dan
pandangan masing-masing individu terhadap lorong tersebut. The chasm
terbentuk oleh adanya dua atau lebih bangunan yangdidirikan dengan
menyisakan ruang bagi orang untuk dapat melakukan pergerakan.
- The Colonnade
The collonade merupakan elemen barisan tiang atau kolom berupa
pilar-pilar sebagai penyangga bangunan yang sejajar dengan garis jalan, dan
mampu menimbulkan kesan yang indah, sehingga mampu menimbulkan
perasaan ketertarikan dan penasaran orang-orang untuk masuk ke dalam
bangunan.
- The Overhang
The overhang merupakan bagian bangunan yang menjorok keluar
sehingga ruang di bawahnya dapat dimanfaatkan bagi orang sekitarnya,
seperti: ruang untuk aktivitas berdagang juga ruang bagi pejalan kaki untuk
menghindari panas dan lain-lain.
- The Arch
The arch adalah pintu masuk suatu tempat yang memiliki bentuk
melengkung dan indah. The arch ini merupakan suatu simbol yang unik
dan kuat untuk menarik orang untuk memasuki bangunan atau suatu
kawasan tertentu.
- The Bridge
Merupakan jembatan penghubung antara suatu tempat ke tempat lainnya,
the bridge juga dapat digunakan dalam berbagai cara yang berbeda,
seperti aktivitas berjalan di bawah jembatan, penekanan keterpisahan
ruang, efek penampakan bangunan pada saat turun dari lengkungan.
- The Maw
The maw merupakan terowongan gelap yang tertutup atau pintu masuk di
dalam bangunan yang dapat di jalani untuk menghubungkan ke tempat
lain, seperti subway, terowongan bawah tanah, dll.
- Going Through

Going trough merupakan bukaan dalam sebuah struktur bangunan


di lintasan jalan. Jadi, terdapat suatu bangunan yang didirikan di atas
jalan, dimana masyarakat dapat melintas atau melakukan aktivitas di
bawah bangunan tersebut (sejenis terowongan).
 Contaiment (Penahanan)
Containment atau yang biasa dikenal sebagai pengurungan memiliki
empat komponen,
antara lain closure (penutupan), enclosure, going into, dan dead end
- Closure (Penutupan)
Suatu bentukan massa mengelilingi atau membatasi ruang (seolah
membentuk ruang tersendiri). Misalnya, suatu jalan yang pingir jalan
tersebut berupa deretan bangunan yang menutupi ruang terbuka. Closure
mampu menimbulkan rasa bosan bagi yang melihatnya, karena kita hanya
melihat bangunan saja di sepanjang jalan dan tidak terdapat
pemandangan lain yang dapat menarik perhatian.
- Enclosure
Enclosure merupakan suatu ruang terbuka yang cukup lapang untuk
melakukan berbagai macam aktivitas. Enclosure dapat berupa taman, jalan
yang sangat luas, dan lain sebagainya.
- Going Into
Going into merupakan pintu gerbang yang menunjukan pengurungan.
Jadi, setelah kita memasuki pintu, maka seolah-olah kita memiliki
perasaan terkurung. Namun, di tengah bangunan tersebut berupa ruang
terbuka yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai macam aktivitas.
Misalnya, stadion Senayan yang digunakan untuk menggelar berbagai
macam pertandingan olahraga, lapangan sepak bola Jati diri, dan lain-lain.
- Dead End
Dead end merupakan gang buntu, yang merupakan akhir dari sebuah
jalan. Dead end ini biasanya terletak di kawasan permukiman dimana
terdapat jalan-jalan kecil yang tidak terhubung dengan jalan yang lain.
Seseorang yang memasuki gang buntu harus kembali lagi ke jalan awal,
karena tidak terdapat jalan untuk memutar keluar dari jalan tersebut.
 Feature (Ciri)
Ada delapan tipe features, diantaranya adalah hinting, enticing, isolation,
framing, vistas,
incident, puctuation, dan landmark.
- Hinting
Hinting merupakan salah satu dari beberapa tampilan konfigurasi, yang
hasilnya membantu seseorang agar dapat memasuki sebuah ruang yang tidak
hanya memberikan sebuah tanda jalan masuk.
- Enticing
Enticing merupakan suatu poin petunjuk atau bagian dari sebuah
bangunan (seperti menara) yang menarik perhatian orang untuk
mencapainya, tetapi tidak dapat dicapai secara langsung. Orang yang
ingin pergi ke bangunan tersebut harus memutar melalui jalan lain
terlebih dahulu, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama.
- Isolation
Isolation merupakan sebuah efek yang dramatis yang dapat dicapai
karena melalui suatu jalan yang terisolasi, dimana di sekitar jalan
tersebut terdapat bangunan yang berbeda dengan bangunan yang lain
(memiliki bentuk jenis bangunan yang berbeda).
- Framing
Framing dapat diartikan sebagai bingkai. Framing dapat berupa
bangunan-bangunan yang seolah membingkai landmark dari suatu kota.
Elemen townscape ini berfungsi untuk membuat suatu jalan menarik untuk
dilewati, karena jalan tersebut sebagai akses menuju ke landmark. Apabila
kita menelusuri jalan tersebut, maka beberapa saat kemudian kita akan
sampai pada landmark yang dituju.
- Vistas
Vistas merupakan suatu jalan dimana di pinggir jalan tersebut terdapat
bangunan-bangunan sebagai batas jalan. Vistas berfungsi untuk
memperlihatkan pemandangan atau panorama kota yang berada di hadapan
kita. Apabila kita melewati jalan tersebut, maka suatu saat kita akan mencapai
pemandangan yang ada di hadapan kita.
- Punctuation
Punctuation digunakan untuk menunjukan akhiran dari suatu ruang
dan permulaan bagi ruang yang lain.
- Incident
Incident merupakan pemandangan yang dapat kita lihat di sebuah
jalan, dan mampu menarik perhatian bagi orang yang sedang berada di
jalan tersebut, seperti menara, lonceng, dan lain sebagainya
- Landmark
Landmark adalah bangunan atau elemen penting yang merupakan ciri
khas, identi;tas suatu daerah. Landmark membantu orang untuk
mengorientasikan diri di dalam kota dan membantu orang mengenali
suatu daerah. Landmark seringkali diidentikkan dalam
perwujudan tugu dan gapura. Namun, landmark juga dapat berupa bangunan,
pegunungan,
dan sejenisnya. Bangunan ini dapat menjadi landmark apabila terletak
pada lokasi yang penting dan mempunyai bentuk yang berarti pula. Secara
tidak langsung, dapat dikatakan bahwa harus ada bangunan-bangunan lain
yang kurang penting, supaya sebuah bangunan dapat menonjol dalam
pemandangan kota.

https://dokumen.tips/documents/kelompok-5a-townscape-1.html
2. SKYLINE
Skyline adalah keseluruhan atau sebagian titik pandang kota yang
terdiri dari gedung-gedung dan berbagai ornamen kota yang
membelakangi langit. Dengan kata lain, skyline dapat menjadi sebuah
artifisial garis langit yang dibentuk dari keseluruhan ornamen sebuah
kota.

Skyline memiliki fungsi layaknya sidik jari bagi sebuah kota,


sehingga tidak pernah ada dua atau lebih kota yang memiliki ciri yang
sama dalam hal titik pandangnya. Alasan inilah yang membuat banyak
acara televisi, program berita dan olahraga, video musik, dan film sering
menggunakan skyline untuk memberikan gambaran mengenai latar
belakang lokasi.

http://topak-topik.blogspot.com/2013/09/skyline-sebagai-refleksi-akan-identitas.html

Defenisi Tradisional atau Umum dari Skyline disebutkan oleh Kostof (1991)
sebagai “the line where earth and sky meet each other” (Lukic, 2011), dimana
Skyline tercipta dari perpaduan elemen alam, (seperti pohon, gunung, atau laut) dan
buatan (arsitektur). Namun terjadi perkembangan di abad ke-20, ketika gambaran
pertama yang muncul dalam pikiran seseorang tentang kota di Amerika seringkali
adalah ‘skyline’-nya yang terdiri dari bangunan-bangunan pencakar langit. Kota-kota
di Amerika mulai secara praktis menggunakan kata ‘city’ dan ‘skyline’ sebagai kata
yang bermakna sama. Kota (city) tidak lagi menjadi fenomena bangunan bertingkat
rendah dengan menara yang simbolik, namun cakrawala kotanya (skyline) yang lebih
berfungsi sebagai symbol ‘kota’. (Ford, 1994: 10).

Akibatnya, dunia arsitektur kemundian membuat defenisi tambahan untuk


skyline dengan makna yang lebih arsitektural. Dalam Oxford English Dictionary,
Suplement (1971), disebutkan bahwa “Skyline defined as the outline or silhouette of
a building or number of buildings or other object seen against the sky” (Attoe, 1981).
Sedangkan dalam Dictionary of Architecture and Landscape Architecture, skyline
merupakan “arrangement og roofs, chimney-stacks, spires, and other architectural,
creating a pattern against the sky, often pivturesque” (Curl, 2000). Selanjutnya kata
‘skyline’ penulis terjemahkan dan lebih menarik secara arsitektural.
Dari kedua defenisi di atas, cakrawala kota secara visual diartikan sebagai
siluet, namun ternyata cakrawala kota (urban skyline) dan pandangan kota (urban
panorama) sering digunakan dengan makna yang sama walaupun ada perbedaan di
antara keduanya. “urban skyline represents vertical plan (projection) of urban form,
that is, its two dimensional presentation (2D). panorama represents three dimensional
presentations (3D) of urban form, watching it from an elevated point (3D),” (Lukic,
2011)

Sehingga siluet (2D) dan pemandangan kota (3D) digunakan sebagai


perwakilan yang sama dari cakrawala kota.

Proses terbentuknya cakrawala kota

Cakrawala kota tidak begitu saja terjadi, melainkan ada sebuah proses
perencanaan yang mengiringinya, terutama dari segi ekonomi dan politik. Proses
terbentuknya cakrawala kota juga berkaitan erat dengan perkembangan arsitektur
pencakar langit karena cakrawala kota merupakan penampilan siluet maupun
pemandangan dari kumpulan bangunan pencakar langit. Ditegaskan oleh Lim dan
Heath (1994).

Dilihat dari sejarahnya, pembangunan pencakar langit sudah dimulai sejak


abad ke-19. Pencakar langit pada masa tu sangar dipengaruhi oleh arsitektur Eropa,
namun di Amerika-lah pada empat dekade pertama di abad ke-20, bangunan
pencakar langit tidak lagi menjadi sesuatu yang aneh dalam arsitektur komersial
melainkan menjadi lambing kejayaan sekaligus cerminan abad ke-20. Davis (1989),
arsitek pencakar langit pertama New York mengatakan bahwa pencakar langit di
New York adalah sebuah visi baru dari modernism dan sebagai pintu gerbang
mneuju dunia baru. Bangunan-bangunan tinggi kemudian menjadi citra kota New
York setelah tahun 1990, dan lebih lanjut menjadi citra kota-kota Amerika yang
menuju kedewasaan dalam berarsitekur.

“Bangunan komersial terus berkembang sejalan dengan perkembangan


teknologi rangka baja dan lift, dua bentuk inovasi teknologi yang pada sisi lain
menyebabkan bangunan pencakar langit menjadi praktis dan dapat mempunyai
ketinggian lebih dari 12 atau 15 lantai,” (Goldberger, 1994: 5)
Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, muncul kebutuhan akan sister
transportasi massal yang baik di pertengahan tahun 1800-an. Kota-kota di Amerika
mulai melakukan inovasi dalam menggabungkan bangunan perkantoran yang
merupakan bangunan pencakar langit dengan kereta listrik agar tetap dapat terlihat
baik secara keruangan dengan cara kereta listrik tersebut dioperasikan di atas ataukah
di bawah tanah sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, pada abad ke-20,
masyarakat telah terbiasa dengan pemandangan cakrawala kota yang memiliki
banyak bangunan tinggi dan dilengkapi dengan infrastruktur yang canggih, seperti
sistem transportasi massal.

Selain itu, cakrawala kota juga diatur dalam peraturan tata kota dimana dapat
menghasilkan citra makro secara visual. “by urban regualtions we could impact on its
affirmation and desirable shape, could be summarized through four fields,” (Lukic,
2011). Keempat aturan tersebut yaitu:

- Aesthetic / Visual Regulation


Elemen visual sangat dibutuhkan dalam perancangan kota karena
perancangan perkotaan yang baik akan membuat kota manjadi lebih
berkarakter dan berkualitas sehingga mendapat penghargaan dari banyak
orang. Lynch (Stamps et al. 2005) adalh perintis dari peraturan visual ini, dia
menyatakan bahwa “it should be lead by visual plan: series of
recommendations and regulations … all in concern of visual form in urban
scale”. Sebuah penilitian menunjukkan bahwa keindahan bukan terletak pada
subyektivitas perorangan, melainkan ditegaskan oleh Langdon (1984), “orang
biasanya sependapat akan hal-hal yang menyenangkan dan yang tidak”
(Goldberger, 1994: 302).
- Height Regulation

Peraturan ketinggian dimulai dari kota-kota di Amerika dimana


landmark atau monument penting diatur agar tetap menjadi yang tertinggi di
sebuah kota. “Washington is the nation’s horizontal city, thanks to an
unrepealed Act of 1910 which set the maximum building height at 130 feet
(36,6 m)” (Kostof 1991: 312)

- Regulation of View Corridors (Important Vistas)


“Skyline of the city could be perceived only by observing it from a
long distance (long view) which incorporates larger part of the city and
neglects details of space elements.” Ada tiga jenis pemandangan cakrawala
kota, yaitu di sepanjang jalan (jika dilihat dari tempat kita berdiri).
Pemandangan tepi air (sungai atau tepi laut) dan yang terakhir dilihat dari
ketinggian (dari puncak gunung atau dari bangunan tinggi).
Untuk merencanakan sebuah perlakuan terhadap suatu jalur lalu lintas
di perkotaaan, ada sebuah teori mengenai ‘pertimbangan jamak’ (multiple
considerations) di dalam perancangan kota. Teori ini dipakai untuk
menentukan penempatan dan bentuk bangunan-bangunan yang berdekatan di
dalam perancangan ruas jalan. Contohnya untuk mendapatkan suatu jalur
yang memiliki pandangan lingkungan yang baik, penempatan bangunan
tinggi harus dikomposisikan a=secara bergantian di kri dan kanan jalur
dengan bangunan berketinggian rendah di antaranya, sehingga terhindar dari
efek ‘building menerus’ yang daoat menutupi pemandangan indah pada suatu
jalur.
- Choosing Locations for Positioning Urban Landmarks
Menempatkan bangunan tinggi atau landmark kota yang menarik
dapat berkontribusi terhadap citra buruk vakrawala sebuah kota. Namun yang
perlu diperhatikan adalah lokasi landmark tersebut harus dipilih dengan hati-
hati sehingga layak. Kumpulan bangunan tinggi harus diletakkan secara
menarik dan seimbang komposisinya.

Dari keempat peraturan tersebut, apabila diterapkan dapat


menghasilkan cakrawala kota yang sesuai dengan identitas/karakter kota dan
diharapkan dpat memiliki daya tarik bagi orang yang melihatnya.

Nilai Cakrawala Kota (Skyline Score)

Attoe (1981) menyebutkan bahwa “…cakrawala kota tampaknya berubah,


meskipun sebenarnya, bergantung pada jam, hari dan cuaca…” (hal. Xii). Cakrawala
kota memiliki keterkaitan dengan perasaan manusia yang meilhatnya. Namun,
melalui sebuah perhitungan objektif, New Yoek, Chicago dan San Fransisco
mendapat predikat cakrawala kota yang paling mengesankan di tahun 1994.

Selanjutnya untuk memahami fungsi dari sebuah cakrawala kota, dibagi


menjadi empat bagian sebagai berikut:

1. Cakrawala kota sebagai kumpulan lambing/tanda


Sebuah cakrawala kota dapat terdiri dari beberapa landmark yang
seringkali beberapa di antaranya merupakan bangunan pencakar langit.
Namun dapat pula ditemui bahwa cakrawala kota itu sendiri yang menjadi
sebuah landmark kota. Pusat kota dapat menjadi suatu kawasan yang
simbolik dan monumental dan justru menjadi dikenal karena cakrawala
kotanya. Fungsi landmark dari sebuah kawasan yaitu untuk membantu
seseorang mengetahui dimana ia berada dan bagaimana ia menuju tempat
yang diinginkan. Sedangkan untuk carawalakota, landmark menjadi ciri khas
suatu cakrawala kota, juga menjadi penunjuk bahwa seseorang sedang berada
atau melihat suatu kota tertentu.
Dalam kaitannya dengan pariwisata, banyak kota memiliki menara
observasi (tempat menikmati pemandangan kota dari posisi ketinggian
tertentu) di lantai teratas bangunan dengan tujuan untuk menarik wisatawan,
memberi hburan bagi pengunjung atau hanya sekedar untuk menciptakan
landmark. Namun, hilangnya sebuah landmark pada suatu kawasan juga
mampu merubah cakrawala sebuah kota.
2. Cakrawala kota sebagai identitas sosial
Cakrawala kota yang baik harus dapat menjadi petunjuk, indeks
kekuatan, proses, atau nilai-nilai dari sebuah kota. Sebuah cakrawala dpat
mengakomodasikan rasa arsitektural dalam perencanaan kota karena sangat
mungkin untuk membuat sebuah cakrawala kota terlihat sesuai dengan apa
yang kita inginkan. Jika sebuah cakrawala kota terbentuk dari gedung-gedung
perkantoran, atau gedung apartemen, maka dapat tercermin keadaan struktur
pajak, politik dan tatanan sosial dari komunitas dikawasan tersebut. Namun
dikatakan pula oleh Attoe (1981) bahwa batas ketinggian bnagunan tidak
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan sebuah kota dan tidak ada
bukti bahwa cakrawala yang mencolok dan informative dapat membuat
sebuah kota menjadi lebih makmur atau lebih baik bagi penduduknya untuk
bertempat tinggal. Namun ada bukti bahwa cakrawala kota dapat
mempengaruhi kebanggaan warga lokal terhadap kotanya.
3. Cakrawala kota sebagai fungsi estetika
Pengalaman menyanangkan dari sebuah cakrawala kota, daya tarik
visual dan keindahan bergantung pada 3 faktor, yang pertama dari bentuk
cakrawala kota itu sendiri, yang kedua adalah keadaan lingkungan
disekitarnya (cahaya, kondisi cuasa, kualitas air) dan factor terakhir adalah
pemikiran serta kecenderungan pergaulan yang dibawa ketika seseorang
melihat sebuah cakrawala (Attoe, 1981: 51). Dengan demikian, dua factor
pertama berhubungan dengan ciri fisik dari cakrawala kota sedangkan factor
ketiga berhubungan dengan mental atau kerangka persepsi orang yang
melihat, bagaimana ia melihat dan apa yang sudah ia lihat sebelumnya.
Sebagai implikasi fungsi estetika dari cakrawala kota terhadap
pariwisata, cakrawala dapat memberi pengunjung pemandangan yang drmatis
untuk kebutuhan fotografik dan sebuah kesan yang tak terlupakan. Hal ini
mebuat masing-masinf kota sebaiknya memiliki minimal satu cakrawala yang
direncanakan. Cara menentukannya adalah dengan menemukan sebuah
tempat dimana pengunjung dan warga merasa bangga dengan tempat itu
sehingga kemudian tempat tersebut dapat direkam dari sisi terbaik. Attoe
(1981) juga mengatakan bahwa, “In other cases, specific sites are set aside for
picturesque views of skyline: Mount Victoria at Hong Kong, Mount Royal in
Montreal, and Mount Victoria at Auckland” (hal 78). Terjadi sebuah
transformasi keindahan ketika cakrawala yang kita lihat secara langsung
menjadi sebuah gambaran dengan sudut pandang yang memperhatikan
cakrawala kota dalam bentuk yang jauh lebih kecil atau disebut foto.
Hal yang paling penting dalam menentukan keindahan atau estetika
dari sebuah cakrawala kota adalah keberadaan ruang diiantara tiap-tiao
angunan dan garis angut dan bagaimana cara untuk membingkai
pemandangan tersebut. Para pecinta jeindahan biasanya memotret cakrawala
kota menjadi foto, dan menganggap bahwa cakrawala kota sama menariknya
seperti objek-objek hiburan lain. Berdasarkan hasil penelitian di Chicago,
cakrawala kota juga merupaan sebuah objek wisata.
4. Cakrawala Kota sebagai Icon
Sebuah ikon menampilkan kemiripan, perwakilan, sesuatu yang
secara fisik emnggambarkan sunjeknya secara mendasar. Berkaitan dengan
ikon, cakrawala kota seringkali dimanfaatkan sebagai bagian dari promosi
utama sebuah kota. Dalam konteks ini, pproduk atau layanan jasa
menggunakan cakrawala kota sebgai daya tarik yang sekaligus dapat
membangkitkan ketertarikan seseorang terhadap suatu tempat.
Sebuah icon dari cakrawala kota dapat menjadi lebih diminati dan
diingat oleh masyarakat karena kaya akan makna dan lambing dalam
menampilkan ciri khas dan keadaan sosial kota.

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20307975-S42488-
Jessica%20Seriani%20Hermanto.pdf

Skyline

Skyline adalah suatu garis pertemuan antara massa yang berdiri di atas tanah
atau garis tanah dengan langit. Skyline berhubungan erat dengan bentuk dan
massa bangunan, sempadan bangunan, ketinggian bangunan dan kondisi
topografinya. Pengamatan yang
dilakukan adalah pengamatan visual tatanan bangunan/deretan massa di sepanjang
koridor yang menunjukkan garis langit (skyline) dengan membuat bayangan
bentuk bangunan pada posisi berderet di salah satu sisi penggal jalan. Pengamatan
terhadap skyline akan memberikan gambaran komposisi massa bangunan yang
menunjukkan hirarki visual bangunan. Sedangkan peranan skyline terhadap
koridor adalah untuk menentukan kualitas keruangan dan tingkat keutamaan
visual terhadap lingkungan (Moughtin dalam Dipta,2015).

https://www.researchgate.net/publication/327835298_PENERAPAN_KONSEP_SK
YLINE_PADA_PERENCANAAN_PUSAT_PENELITIAN_DAN_PENGEMBAN
GAN_GASTRONOMIK_TRADISIONAL_DI_JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai