Anda di halaman 1dari 17

Page 1

UJIAN TENGAH SEMESTER

ARSITEKTUR KOTA KELAS D

SEMESTER B TA. 2018/2019

DOSEN :
WAHYUNI ZAHRA ST MS

DISUSUN OLEH :
- KRISTANTO (170406146)
- ARYA PRAMUDYA ANANTA (170406168)
- VIERI.C.H.SIMATUPANG (170406178)
- AIGNER REIGNHARD SEBASTIAN (170406182)

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Page 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan. Karena berkat rahmatNya, maka kami
boleh menyelesaikan laporan perjalanan dinas. dibuatnya laporan ini dimaksudkan
untuk memenuhi tugas mata kuliah arsitektur kota.
Kami sangat berharap, laporan ini bisa memberi banyak manfaat untuk setiap
orang yang membacanya. Dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi kita
semua.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya untuk setiap
orang yang sudah mendukung terlaksananya laporan ini. Dan untuk semua pihak
yang sudah membimbing dan mengarahkan kami hingga laporan ini bisa tersusun
dengan baik. kami berterima kasih kepada :
1. Ibu wahyuni Zahra st ms selaku dosen mata kuliah.
2. rekan rekan mahasiswa yang ikut membantu dalam penyusunan laporan.

Demikian kami sampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pihak


pendukung. Karena masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan
ini, maka kami menerima setiap masukan yang tentunya membangun kinerja
penulis Dalam membuat sebuah laporan.
Page 3

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….…………… 2

DAFTAR ISI……………………………………………………..……………………….. 3

BAB I
PENDAHULUAN …………………………………….………………………..………

BAB II
STUDI PUSTAKA........………………………………………………………………..

BAB III
STUDI BANDING………………………………………………………………...……..

BAB IV
KESIMPULAN……………………………………………..…………………..………..

DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………….………………...
Page 4
Page 5

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 pendahuluan
Menjelang akhir abad ke-19 perkembangan teknologi seperti meningkatnya penggunaan
konstruksi baja dan lift, mempercepat laju pembangunan struktur yang disebut pencakar langit.
Pencakar langit telah menjadi bagian penting dari arsitektur abad ke-20 dan ke-21, dimana sejak
saat itu kota-kota di Amerika perlahan-lahan mengubah pandangan dunia. Penduduk local yang
dahulu hanya menyaksikan pemandangan bangunan berlantai rendah, kini memandang kota
sebagai kawasan bangunan pencakar langit yang menjulang silih berganti di balik awan yang
kemudian dikenal sebagai cakrawala kota (skyline). Penampilan cakrawala kota ini dapat
menghasilkan kesan yang terekam dengan sangat kuat sebagai citra visual bagi setiap orang yang
menyaksikannya, yang kemudian akan membentuk identitas kota. Seringkali citra yang muncul
adalah citra modern atau citra maju sehingga banyak perusahaan yang memilih untuk
menempatkan usaha dan bisnisnya di kota tersebut. Selain itu, Penulis juga melihat adanya potensi
kawasan pencakar langit sebagai daya tarik bagi wisatawan, ditunjukkan dengan semakin
banyaknya kota-kota di dunia yang berlomba-lomba membangun pencakar langit tertinggi di dunia
dan mempromosikannya sebagai objek wisata. Fenomena cakrawala kota ini telah menjadi
perbincangan dalam dunia arsitektur yang dituliskan oleh Wayne Attoe di tahun 1981 dalam
sebuah buku yang berjudul Skylines: Understanding and Molding Urban Silhouettes yang
menjelaskan masing-masing dari enam makna skyline kota yang ia teliti dari kota-kota di Amerika
dan Eropa. Tiga belas tahun kemudian, untuk menilaitingkat metropolitan sebuah kota dengan
dasar skyline kota di Amerika secara objektif, Larry R. Ford membuat sebuah rumus Skyline Score
yang dijelaskan dalam buku Cities and Buildings: Skyscrapers, Skid Rows and Suburbs (1994).
Bill Lim, Sandy G. Smith dan Tom Heath kemudian juga berkontribusi melalui penelitian
kuantitatif yang dituliskan dalam jurnal-jurnal seperti What is a Skyline: A Quantitative Approach
(Architectural Science Review volume 37 number 4, 1994) dan Tall Buildings and the Urban
Skyline: The Effect of Visual Complexity on Preferences (Environment and Behaviour 2000: 32:
541). Keempat tulisan tersebut menjadi dasar bagi penulis untuk mengembangkannya menjadi
sebuah studi literatur dalam skripsi dengan tiga kota di Asia sebagai studi kasus, yaitu Hong Kong,
Dubai dan Singapura yang memiliki kawasan bangunan pencakar langit dengan kepadatan tinggi,
merupakan negara-negara dengan kemajuan yang pesat dalam bidang pariwisata dan bisnis, serta
mudah untuk dianalisa oleh penulis.
Page 6

1.2 skyline dan tujuannya


Skyline merupakan sebagian titik pandang kota yang terdiri dari gedung-gedung dan
berbagai ornament kota yang membelakangi langit. Dengan kata lain skyline dapat menjadi
sebuah artifisial garis langit yang dibentuk dari keselurahan ornament sebuah kota. Skyline
merupakan bagian yang penting dari wajah sebuah sebuah kota karena sky line merupakan
sebuah identitas suatu kota,tujuan dibuatnya sebuah skyline agar orang-orang lebih mudah
mnegenali sebuah daerah atau tempat

1.3 Rumusan permasalahan


-Bagaimana konsep dan prinsip perancangan skyline / townscape?
-bagaimana konsep skyline/townscape champ-Ellyse?
-Bagaimana konsep skyline/townscape putra jaya?

1.4 Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan pengumpulan data dan kompilasi
data untuk kemudian dianalisis dan dilakukan suatu pendekatan yang menjadi dasar
penyusunan konsep perencanaan dan perancangan. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut :
1. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
 Data primer
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara wawancara serta observasi (tinjauan
lapangan) yaitu kegiatan terjun langsung ke lokasi tapak yang akan dirancang. Adapun
observasi yang digunakan ialah observasi yang tidak diawasi, yaitu dalam proses observasi
atau pengamatan ini penyusun hanya
memperhatikan situasi nyata tanpa menggunakan alat-alat untuk mengecek ketepatan fenomena
yang diamati, dengan cara melihat dan mengambil data secara langsung ke lokasi. Data yang
diambil berupa catatan informasi-informasi, rekaman, foto, sketsa, serta tindakan responden
pada saat melakukan survey objek.
Page 7

 Data sekunder
Data ini merupakan teori-teori pendukung yang terkait dengan tema Pusat Penelitian dan
Pengembangan Gastronomik Tradisional dengan konsep skyline di putrajaya. Metode
pengumpulan data ini diperoleh melalui studi literatur yaitu yang diperoleh dari referensi, baik
itu buku, jurnal, skripsi, tesis, arsip foto, website-website resmi, serta pengumpulan
data kebijakan-kebijakan yang berlaku di lokasi
tapak yang dikaji.

2.kompilasi data
Kegiatan memilah dan atau menyempurnakan informasi, foto, serta sketsa agar layak digunakan
dan apabila diperlukan melengkapi data-data lainnya yang diperlukan untuk menjawab
permasalahan hingga menghasilkan kompilasi data yang benar-benar layak dan baik.

3. analisis data

Dengan mengacu pada data yang telah dikompilasi, selanjutnya dilakukan analisis guna
mendapatkan dasar penyusunan konsep perencanaan dan perancangan. Mauliani (2017)
menyatakan bahwa tahapan-tahapan yang dilakukan dalam analisis adalah sebagai berikut :
Pahami tujuan dari setiap analisis yang
dilakukan
• Tetapkan kriteria analisis berdasarkan
tujuan
• Lakukan pembandingan dengan beberapa
alternatif
• Lakukan penilaian
• Buat kesimpulan

1.5 Pembahasan
Lokasi yang disurvey berada di kawasan
putrajaya.Jalan ini menghubungkan masjid besi
dengan gedung pengadilan malaysia
Page 8

BAB II

STUDI PUSTAKA

Pengertian SKYLINE
keseluruhan atau sebagian titik pandang kota yang terdiri dari gedung-gedung dan
berbagai ornamen kota yang membelakangi langit. Dengan kata lain, skyline dapat menjadi
sebuah artifisial garis langit yang dibentuk dari keseluruhan ornamen sebuah kota. Juga dapat
diartikan sebagai pertemuan antara daratan dan langit menjadi dasar dari pengertian garis langit
dimana gabungan dari beberapa bangunan.

Skyline mampu menunjukkan banyak arti, menunjukkan kemegahan dan kuasa, untuk
menandakan karya orang dan keindahan yang membuat menjadi luar biasa. Sebuah garis langit
dapat membawa beberapa bentuk. Bangunan dala, suatu kawasan memberikan warna pada wajah
kota. Begitu juga dengan ketinggian Bangunan beraneka ragam , akan membentuk skyline dari
kawasan tersebut , letinggian Bangunan yang berbeda beda dapat memberi informasi mengenai
fungsi Bangunan tersebut. Dengan demikian akan mudah bagi pengunjung untuk menentukan
arah dan sebagai penanda suatu kawasan / yang sering disebut landmark .

I. Landmarks

Landmark secara umum dapat diartikan sebagai penanda. Dalam suatu kawasan keberadaan
suatu landmark berfungsi untuk orientasi diri bagi pengunjung. Landmark dapat berupa bentuk
alam seperti bukit, gunung, danau, lembah, dan sebagainya. Dalam perkembangannya, landmark
dapat berupa gedung, monumen, sculpture, tata kota, alur jalan, dan vegetasi.
Page 9

landmark adalah sesuatu objek geografis yang digunakan oleh para pengelana sebagai penanda
untuk bisa kembali ke suatu area. Dalam konteks modern hal tersebut bisa berwujud apa saja
yang bisa dikenali seperti monumen, gedung ataupun sculpture lain.”

Sedangkan menurut buku Perancangan Kota Secara Terpadu (Markus Zahnd, 2006) : “Landmark
adalah titik referensi seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk ke dalamnya karena bisa
dilihat dari luar letaknya. Landmark adalah elemen eksternal dan merupakan bentuk visual yang
menonjol dari kota.”

Keberadaan landmark suatu kawasan sangat penting saat ini. Ditengah perkembangan global
gaya bangunan dan tata kota menjadi serupa satu sama lain. Gaya bangunan secara arsitektural
merupakan gaya yang berlaku di seluruh dunia. Meskipun dalam aplikasinya saat ini mulai
dikembalikan pada kearifan lokal, namun kemiripan gaya tersebut sedikit mengaburkan ciri khas
dari suatu kawasan. Landmark memeliki beberapa fungsi seperti :

 Landmark mempermudah manusia dalam mengenali tempat berpijak.

Ketika kita mengunjungi suatu kawasan yang belum pernah kita kenal ataupun kita
kunjungi, kita akan mencari sesuatu yang dapat kita jadikan sebagai acuan awal yang
menjadi patokan kita untuk kembali apabila akan berkeliling sekitaran kawasan tersebut.
Acuan awal yang kita pilih pasti sesuatu yang mudah diingat, seperti tugu, taman kota,
atau tempat kita pertama kali memasuki kawasan tersebut seperti gapura, bandara,
terminal, dan sebagainya.

Dalam perancangan suatu kawasan, keberadaan acuan tersebut sangat penting. Tidak
adanya acuan yang dapat digunakan akan membawa citra kurang baik bagi kawasan
tersebut karena sangat membingungkan . Terlebih bagi pengunjung dari luar kawasan
atau lebih sering disebut turis karena akan membuat bingung ketika mereka berkeliling
dalam daerah kawasan tersebut.

 Hierarki suatu wilayah

Selain digunakan untuk penanda kawasan, keberadaan landmark juga sering digunakan
sebagai hirarki suatu wilayah. Banyak contoh dimana suatu landmark kawasan menjadi
titik penting dalam merencanakan tata kota, jalur transportasi, maupun hirarki
kebudayaan. Sebagai contoh, keberadaan Tugu Yogyakarta yang saat ini menjadi ikonnya
kota gudeg.

 Penunjuk arah

Dalam suatu kawasan yang mempunyai penduduk padat dan banyak biasanya bangunan
baik hunian, komersial, pendidikan dan pemerintahan dibutuhkan sesuatu yang menjadi
acuan/penunjuk untuk menemukan arah. Adanya landmark membuat tempat lebih
menonjol daripada bangunan disekitar dan akan sangat membantu untuk menentukan
arah tujuan kemana . Acuan tersebut dapat berupa bangunan tinggi, jembatan layang (fly
Page 10

over), monumen tinggi, dan sebagainya. Aspek paling penting adalah acuan tersebut
dapat terlihat lebih keluar ,menarik dan menonjol daripada bangunan lainnya.

Misalnya pengunjung kota Paris akan lebih cepat menemukan arah ke Menara Eiffel
karena ketinggian bangunan yang terlihat jelas. Begitu World Trade Centre, dan
bangunan tinggi lain di dunia. Disamping bangunan tinggi, keberadaan bukit atau gunung
dari suatu kawasan akan memberi informasi arah yang jelas, seperti gunung Merapi yang
berada di sebelah utara kota Yogyakarta.

 Pembentuk Skyline

Bangunan dalam suatu kawasan memang memberikan warna pada wajah kota. Namun
hal tersebut hanya jika dilihat dari sudut pandang yang memungkinkan. Begitu juga
dengan ketinggian bangunan beraneka ragam, akan membentuk skyline dari kawasan
tersebut. Ketinggian bangunan yang hanya dapat dilihat puncaknya saja akan memberi
nilai artistik luar biasa bagi kawasan tersebut. Keunikan dari tata bangunan dapat menjadi
landmark tersendiri bagi kawasan tersebut.

Selain menambah nilai artistik suatu kawasan, ketinggian bangunan yang berbeda-beda
dapat memberikan informasi mengenai fungsi bangunan tersebut. Bentuk bangunan yang
dapat terlihat jelas dari jarak jauh dapat mengindikasikan apakah suatu bangunan sebagai
bangunan hunian, komersial, pemerintahan maupun fungsi lainnya. Dengan demikian
akan mudah bagi pengunjung untuk menentukan arah dan sebagai penanda kawasan.

Pengertian Vistas

Vista secara umum sering berhubungan dengan view yang berarti pandangan yang dapat
tertangkap oleh mata manusia. View hanya dapat dibatasi oleh sesuatu yang menghalangi.

View merupakan sesuatu yang sangat penting dalam perencanaan kawasan. Bagaimana suatu
kawasan mempunyai nilai estetika yang baik sangat ditentukan oleh faktor view. Hal ini
berhubungan dengan kontur, gaya bangunan, jalur jalan dan elemen-elemen lain seperti
furniscape, taman kota, dan public area.

Vista yang berhubungan dengan path, edge, district, dan node akan sangat mempengaruhi citra
kota. Path atau jalur yang penting / vital seperti jalur transportasi menurut Kevin Lynch
(Perancangan Kota Secara Terpadu (Markus Zahnd, 2006)) adalah sesuatu yang mewakili
gambaran kota secara keseluruhan. Edge adalah batas wilayah yang dapat berupa dinding,
sungai, atau pantai. District adalah kawasan kota dalam skala dua dimensi yang mempunyai
kemiripan dalam bentuk, pola dan fungsinya. Node adalah sebuah titik temu berbagai aktivitas
ataupun arah pergerakan penduduk kota, seperti persimpangan, pasar, square, dan sebagainya.
Page 11

Selain itu, Skyline kota diatur dalam peraturan tata kota dimana dapat
menghasilkan citra makro secara visual. Ada 4 prinsip yaitu :

1.)Aesthetic / Visual Regulation


Elemen visual sangat dibutuhkan dalam perancangan kota karena
perancangan perkotaan yang baik akan membuat kota menjadi lebih berkarakter
dan berkualitas sehingga mendapat penghargaan dari banyak orang.

2) Height Regulation
Peraturan tentang ketinggian dimulai dari kota-kota di Amerika dimana
landmark atau monumen penting diatur agar tetap menjadi yang tertinggi di sebuah
kota “Washington is the nation’s horizontal city, thanks to an unrepealed act of
1910 which set the maximum building height at 130 feet (39.6 m)” (Koostof
1991:312).

3) Regulation of view corridors (Important Vistas)

“Skyline of the city could be perceived only by observing it from a long


distance (long view) which incorporates larger part of the city and neglects details
of space elements.” Ada tiga jenis pemandangan garis langit kota, yaitu sepanjang
jalan (jika dilihat dari tempat kita berdiri). Pemandangan tepi air (sungai atau tepi
laut) dan yang terakhir dilihat dari ketinggian (dari puncak gunung atau dari
bangunan tinggi).

Untuk merencanakan sebuah perlakuan terhadap suatu jalur lalu lintas di


perkotaan, ada sebuah teori mengenai pertimbangan jarak (multiple considerations)
di dalam perancangan kota. Teori ini dipakai untuk menentukan penempatan dan
bentuk bangunan-bangunan yang berdekatan di dalam perancangan ruas jalan.
Contohnya untuk mendapatkan suatu jalur yang memiliki pemandangan
lingkungan yang baik, penempatan bangunan tinggi harus dikomposisikan secara
bergantian di kiri dan kanan jalur dengan bangunan berketinggian rendah
diantaranya, sehingga terhindar dari efek “dinding menerus” yang dapat menutupi
pemandangan indah pada suatu jalur.
Page 12

4) Choosing locations for positioning urban landmark

Menempatkan bangunan tinggi atau landmark kota yang menarik dapat


berkontribusi terhadap citra buruk garis langit sebuah kota. Namun yang harus
diperhatikan adalah lokasi landmark tersebut harus dipilih dengan hati-hati
sehingga layak. Kumpulan bangunan tinggi harus diletakan secara menarik dan
seimbang komposisinya
Page 13

BAB III
STUDI BANDING

Gambaran Umum Skyline Champ Ellyes di Paris & Skyline Putra


Jaya

Champ de Elysses
Page 14

Bangunan yang mendominasi Champs-Elysees merupakan bangunan eropa


klasik yang notabene kotak-kotak dengan pilar –pilar dan ornamen spiral ataupun
dedaunan sesuai dengan prinsip arsitektural Paris “Modern” yang merupakan hasil
dari perancangan ulang urban pertengahan abad ke-19. Berabad-abad kota ini telah
menjadi labirin bagi jala sempit dan rumah setengah kayu,tetapi berawal tahun
1852,urbanisasi luar Baron Haussmann meratakan seluruh distrik untuk membuat
jalan lebar yang dilengkapi dengan bangunan batu neo-klasik
bourgeois,kebanyakan Paris ‘baru’ ini adalah Paris yang kita lihat hari ini.Rencana
kekaisaran Kedua masih terjadi sekarang, sementara kota Paris masih
memberlakukan hukum “pelurusan” yang telah diubah (facade bangunan diganti
menurut lebar jalan) pada beberapa pembangunan baru.Tinggi bangunan juga
ditetapkan menurut lebar jalan yang dilalui,dan kode bangunan Paris telah
mengalami berbagai perubahan sejak pertengahan abad ke-19 untuk konstruksi
tinggi. Ini menjadi alasan bahwa Paris adalah kota yang “datar”.

Skyline Kota Paris


Page 15
Page 16

Putra Jaya adalah pusat administrasi Malaysia yang menggantikan posisi Kuala
Lumpur.Didirikan pada 19 Oktober 1995,namanya diambil dari nama Perdana Mentri Malaysia
yang pertama,Tunku Abdul Rahman dan juga menjadi wilayah persekutuan Malaysia yang
ketiga (2 wilayah lainnya adalah Kuala Lumpur dan Labuan)
Kota ini terhubung dengan Bandara Internasional Kuala Lumpur serta Kuala Lumpur dengan
KLIA Transit.Letaknya ini juga berada dalam Multimedia Super Corridor,begitu juga dengan
Cyberjaya yang terletak dibarat Putra Jaya.
Wilayah Putra Jaya sekarang ini diambil dari Selangor sebesar 46 km2 setelah dilakukan
transaksi dengan pemerintah.Selain itu,transaksi ini juga membuat Selangor memiliki 2 buah
wilayah persekutuan dalam batas-batasnya yaitu Kuala Lumpur dan Putra Jaya.Putra Jaya
merupakan pusat pemerintahan Malaysia,kota baru yang menjadi mahakarya anak negeri.
Page 17

https://bondanprihastomo.wordpress.com/seputar-arsitektur-interior/landmark-vista-dan-focal-
point/
http://topak-topik.blogspot.com/2013/09/skyline-sebagai-refleksi-akan-identitas.html

Anda mungkin juga menyukai