Anda di halaman 1dari 13

ANALISA PENJADWALAN PROYEK DENGAN TIME SCHEDULE KURVA S,

PRECEDENCE DIAGRAM METHOD (PDM), DAN RANKED POSITIONAL WEIGHT


METHOD (RPWM)
(Studi Kasus: Proyek Pembangunan Museum Deli Serdang - Lubuk Pakam)

Putri D. S. Situmorang1, Syahrizal2 dan Indra Jaya3


1
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU
Medan
Email: putridwisitumorang90@gmail.com
2
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1
Kampus USU Medan
Email: rizal_ar@ymail.com
3
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1
Kampus USU Medan
Email: indrajaya80@gmail.com

ABSTRAK

Setiap proyek konstruksi pada umumnya mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal
pelaksanaan tertentu, kapan pelaksanaan proyek tersebut harus dimulai, kapan proyek tersebut
harus diselesaikan, bagaimana proyek tersebut akan dikerjakan, serta bagaimana penyediaan
sumber dayanya. Sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam melaksanakan aktivitas proyek
adalah terbatas. Dengan keterbatasan-keterbatasan sumber daya tersebut, diperlukan suatu
perencanaan yang matang dan baik sebagai pedoman dalam melaksanakan proyek agar dapat
menggunakan sumber daya secara efisien.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas Precedence Diagram
Method dan Ranked Positional Weight Method dalam merencanakan penjadwalan proyek yang
optimal dengan proses alokasi dan perataan sumber daya dan membandingkannnya dengan time
schedule awal proyek. Penelitian dilakukan pada Proyek Pembangunan Gedung Museum Deli
Serdang – Lubuk Pakam dan penjadwalan proyek awal dilakukan dengan menggunakan kurva S.
Program Microsoft Project digunakan sebagai alat bantu pemrosesan dan visualisasi hasil
penjadwalan PDM dan RPWM.
Hasil analisa menunjukkan bahwa dari segi waktu solusi yang lebih optimal diperoleh
dari penjadwalan dengan RPWM. Durasi proyek yang dihasilkan penjadwalan RPWM lebih
cepat 5 hari dibandingkan dengan penjadwalan PDM maupun durasi awal proyek. Sementara dari
segi biaya proyek, dari kedua metode ini diperoleh biaya yang lebih optimal dibanding biaya
awal proyek. Akan tetapi penjadwalan PDM lebih mampu menghemat biaya proyek sebesar Rp
62.349.258,- dibandingkan dengan penjadwalan RPWM.

Kata Kunci: precedence diagram method, PDM, ranked positional weight method, RPWM
ABSTRACT

Each construction project generally has a specific implementation plan and


implementation schedule, when the project should begin, when the project should be completed,
how the project will be done, and how it will be provided. The company's resources in carrying
out project activities is limited. Given these resource limitations, a good and sound planning is
needed as a guide in implementing the project in order to use resources efficiently.
The purpose of this research is to know the effectiveness of Precedence Diagram Method
and Positional Weight Method in planning optimal project scheduling with resource allocation
and alignment process and compare it with initial project schedule time. The research was
conducted on Deli Serdang Museum Building Project - Lubuk Pakam and initial project
scheduling was done by using curve S. Microsoft Project program is used as a processing and
visualization tool of PDM and RPWM scheduling results.
The results of analysis show that in terms of time more optimal solution obtained from
scheduling with RPWM. The duration of the project generated RPWM scheduling is faster 5 days
compared to PDM scheduling as well as the initial duration of the project. While in terms of
project cost, from these two methods obtained a more optimal cost than the initial cost of the
project. However, PDM scheduling is more able to save project cost of Rp 62,349,258, -
compared to RPWM scheduling.

Keywords: precedence diagram method, PDM, ranked positional weight method, RPWM

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap proyek konstruksi pada umumnya mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal
pelaksanaan tertentu, kapan pelaksanaan proyek tersebut harus dimulai, kapan proyek tersebut
harus diselesaikan, bagaimana proyek tersebut akan dikerjakan, serta bagaimana penyediaan
sumber dayanya. Pembuatan rencana suatu proyek konstruksi selalu mengacu pada perkiraan
yang ada pada saat rencana pembangunan jadwal tersebut dibuat, karena itu masalah dapat timbul
apabila ada ketidaksesuaian antara rencana yang telah dibuat dengan pelaksanaannya.
Sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam melaksanakan aktivitas proyek adalah
terbatas. Dengan keterbatasan-keterbatasan sumber daya tersebut, diperlukan suatu perencanaan
yang matang dan baik sebagai pedoman dalam melaksanakan proyek agar dapat menggunakan
sumber daya secara efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut maka kontraktor, developer, maupun
pemilik proyek mempunyai jadwal pelaksanaan proyek yang sekaligus dapat mengontrol
pelaksanaan proyek itu sendiri. Pada umumnya pada suatu proyek menggunakan salah satu dari
beberapa metode penjadwalan proyek yang umum digunakan antara lain metode barchart, kurva
S, line of balance (LoB), precedence diagram method (PDM) dan sebagainya. Metode-metode
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pemilihan penggunaan metode
penjadwalan tersebut didasarkan atas kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai terhadap kinerja
penjadwalan.
Dari latar belakang di atas, mucul beberapa permasalahan yang akan dibahas yaitu
1. Seberapa efektif Precedence Diagram Method dan Ranked Positional Weight Method
mampu merencanakan penjadwalan proyek yang optimal dengan proses alokasi dan perataan
sumber daya?
2. Bagaimana efektifitas penerapan kedua metode PDM dan RPWM bila dibandingkan dengan
time schedule proyek ditinjau dari waktu dan biaya pelaksanaan proyek?

2. TINJAUAN PUSTAKA

Precedence Diagram Method (PDM)

Kegiatan dalam Precedence Diagram Method (PDM) digambarkan oleh sebuah lambang
segi empat karena letak kegiatan ada dibagian node maka sering disebut juga Activity On Node
(AON). Kegiatan dalam PDM diwakili oleh sebuah lambang yang mudah diidentifikasi, bentuk
umum yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

ES EF
JENIS
KEGIATAN
LS LF

NO.
DURASI
KEGIATAN

Gambar 1. Node PDM

ES = Earliest Start, waktu mulai paling awal suatu kegiatan.


EF = Earliest Finish, waktu selesai paling awal suatu kegiatan. Jika hanya ada satu kegiatan
terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu adalah ES kegiatan berikutnya.
LS = Latest Start, waktu paling akhir kegiatan boleh mulai. Yaitu waktu paling akhir kegiatan
boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan.
LF = Latest Finish, waktu paling akhir kegiatan boleh selesai.

Jalur Kritis

Untuk menentukan kegiatan yang bersifat kritis dan kemudian menentukan jalur kritis dapat
dilakukan perhitungan kedepan (forward analysis) dan perhitungan kebelakang (backward
analysis). Perhitungan kedepan (forward analysis) dilakukan untuk mendapatkan besarnya
Earliest Start dan Earliest Finish. Yang merupakan predecessor adalah kegiatan I, sedangkan
kegiatan yang dianalisis adalah kegiatan J.

Gambar 2. Hubungan I dan J


Besarnya nilai ESj dan EFj dihitung sebagai berikut:
ESj = ESi + SSij atau ESj = EFi + FSij
EFj = ESi + SFij atau EFj = EFi + FFij atau ESj + Dj
Catatan:
 Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan maka diambil nilai
terbesar
 Jika tidak ada/ diketahui FSij atau SSij dan kegiatan non-splitable maka ESj dihitung dengan
cara berikut: ESj = EFj – Dj

Perhitungan kebelakang (backward analysis) dilakukan untuk mendapatkan besarnya Latest


Start dan Latest Finish. Sebagai kegiatan successor adalah kegiatan J, sedangkan kegiatan yang
dianalisis adalah kegiatan I.

Gambar 3. Hubungan I dan J

Besarnya nilai LSj dan LFj dihitung sebagai berikut:


LFi = LFj + FFij atau LFi = LSj + FSij
LSi = LSj + SSij atau LSi = LFj + SFij atau LFi + Di

Catatan:
 Jika ada lebih dari satu anak panah yang masuk dalam suatu kegiatan maka diambil nilai
terkecil
 Jika tidak ada/diketahui FFij atau FSij dan kegiatan non-splitable maka LFj dihitung dengan
cara berikut: LFj = LSi + Di

Jalur kritis ditandai oleh beberapa keadaan sebagai berikut:


 Earliest Start (ES) = Latest Start (LS)
 Earliest Finish (EF) = Latest Finish (LF)
 Latest Finish (LF) – Earliest Start (ES) = Durasi Kegiatan

Kegiatan Splitable
Sebuah kegiatan yang dapat atau harus dihentikan untuk sementara pada suatusaat dan
kemudian dilanjutkan kembal beberapa saat kemudian dinamakan kegiatan splitable.
Gambar 4. Kegiatan splitable

Adapun kegiatan non-splitable adalah kegiatan yang harus dilaksanakan dan tidak diizinkan
untuk berhenti ditengah pelaksanaannya.

Gambar 5. Kegiatan non-splitable

Float

Float dapat didefinisikan sebagai sejumlah waktu yang tersedia dalam suatukegiatan
sehingga memungkinkan kegiatan tersebut dapat ditunda atau diperlambat secara sengaja atau
tidak disengaja. Akan tetapi, penundaan tersebut tidak menyebabkan proyek menjadi terlambat
dalam penyelesaiannya. Total float adalah sejumlah waktu yang tersedia untuk keterlambatan
atau perlambatan pelaksanaan kegiatan tanpa mempengaruhi penyelesaian proyek secara
keseluruhan. Free Float adalah sejumlah waktu yang tersedia untu keterlambatan atau
perlambatan pelaksanaan kegiatan tanpa mempengaruhi dimulainya kegiatan yang langsung
mengikutinya.
- Total Float (TF)i = Minimum (LSj – EFi)
- Free Float (FF)i = Minimum (ESj – EFi)

Lag

Link lag adalah garis ketergantungan antara kegiatan dalam suatu network planning.
Perhitungan lag dapat dilakukan dengan cara:
 Melakukan perhitungan ke depan untuk mendapatkan nilai-nilai Earliest Start (ES) dan
Earliest Finish (EF)
 Hitung besarnya lag
 Buatlah garis ganda untuk lag yang nilainya = 0
 Hitung Free Float (FF) dan Total Float (TF)
Lag ij = ESj – EFi
Free Float i = minimum (lag ij)
Total Float i = minimum (lag ij + TF j)
Hubungan Overlapping

Hubungan antara kegiatan I dengan kegiatan J dapat dibedakan menjadi empat macam,
yaitu:
1. Hubungan Finish to Start (FS)
Hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya (start) kegiatan berikutnya (successor)
tergantung pada selesainya (finish) kegiatan sebelumnya (predecessor). FS dapat
dikondisikan menjadi tiga, yaitu: Finish to Start dengan lag = 0, Finish to Start dengan lag
positif, Finish to Start dengan lag negatif.
2. Hubungan Start to Start (SS)
Hubungan yang menunjukkan bahwa mulainya (start) kegiatan berikutnya (successor)
tergantung pada mulainya (start) kegiatan sebelumnya (predecessor). SS dapat dikondisikan
menjadi tiga, yaitu: Start to Start dengan lag = 0, Start to Start dengan lag positif, Start to
Start dengan lag negative.
3. Hubungan Finish to Finish (FF)
Hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya (finish) kegiatan berikutnya (successor)
tergantung pada selesainya (finish) kegiatan sebelumnya (predecessor). FF dapat
dikondisikan menjadi tiga, yaitu:Finish to Finish dengan lag = 0, Finish to Finish dengan lag
positif, Finish to Finish dengan lag negatif.
4. Hubungan Start to Finish (SF)
Hubungan yang menunjukkan bahwa selesainya (finish) kegiatan berikutnya (successor)
tergantung pada mulainya (start) kegiatan sebelumnya (predecessor). SF dapat dikondisikan
menjadi tiga, yaitu: Start to Finish dengan lag = 0, Start to Finish dengan lag positif, Start to
Finish dengan lag negatif.

Ranked Positional Weight Method (RPWM)

Metode ini dikembangkan oleh W.B.Helgeson dan D.P.Birnie, biasanya dikenal juga
dengan metode Helgeson dan Birnie. Metode ini telah diakui sebagai salah satu teknik dasar
dari proses line balancing dalam industri manufaktur yang berarti “proses penjadwalan aktivitas
perakitan dalam jalur produksi yang bertujuan untuk memaksimalkan kecepatan dan efisiensi di
setiap stasiun kerja serta menyeimbangkan lintasan sehingga seluruh stasiun kerja bekerja dalam
lintasan dengan kecepatan yang sedapat mungkin sama”. RPWM terbukti relatif mudah
diaplikasikan dan telah digunakan untuk penjadwalan jalur-jalur perakitan (assembly line) dalam
industry manufaktur (Tan dkk,1998). Langkah pertama adalah membuat diagram precedence
dan matriks precedence. Kemudian dihitung bobot positional untuk setiap elemen yang
diperoleh dari penjumlahan waktu pengerjaan elemen tersebut dengan waktu pengerjaan elemen
lain yang mengikuti elemen tersebut.
3 4
b c
9
6 e
a
2
d
Gambar 6. Diagram Precedence untuk menerangkan metode RPW
Dari diagram precedence di atas, bobot setiap elemen dapat dihitung:
Untuk elemen a= a+b+c+d+e = 24
Untuk elemen b =b+c+e = 16
Untuk elemen d =d+e = 11
Untuk elemen e=e =9

Nilai bobot posisi dari suatu aktivitas menunjukkan tingkat kepentingan (degree of
importance) sebuah aktivitas, relatif terhadap aktivitas yang lain. Semakin tinggi nilai bobot
posisi sebuah aktivitas mengindikasikan bahwa aktivitas tersebut semakin penting untuk
dilaksanakan, dan karena itu harus diprioritaskan bila terjadi konflik sumber daya.
Penentuan bobot posisi sebuah aktivitas sepenuhnya didasarkan pada jumlah durasi
aktivitas tersebut ditambah dengan durasi seluruh aktivitas yang mengikuti. Jadi nilai bobot
posisi tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti jenis proyek ataupun kondisi-kondisi
pelaksanaan. Meskipun begitu, adanya pengaruh dari kondisi-kondisi pelaksanaan terhadap
kegiatan proyek tidak dapat diabaikan begitu saja. Faktor-faktor tersebut diakomodasikan pada
penyusunan precedence logic (hubungan ketergantungan antar aktivitas).
Sebagai contoh, akan ditinjau proyek pembangunan sebuah gedung. Gambar 2.10
menunjukkan bahwa aktivitas A (pemasangan reng, usuk, genting) dengan aktivitas B (pekerjaan
tembok dan kusen) tidak terdapat hubungan ketergantungan satu sama yang lain. Tetapi bila
pelaksanaan proyek dilakukan pada musim hujan, maka pekerjaan A harus dilaksanakan terlebih
dahulu, sehingga pekerjaan dibawah atap dapat terlindung dari hujan dan berlangsung lebih
lancar. Karena itu harus ditambahkan hubungan ketergantungan finish to start (akhir-awal)
antara aktivitas A dengan aktivitas B, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10. Nilai bobot
posisi dari aktivitas A juga akan meningkat, sehingga tingkat prioritasnya untuk dijadwalkan
juga lebih tinggi dari sebelumnya.
Aktivitas A

Aktivitas B

Gambar 7. Hubungan aktivitas sebelum penyesuaian


Aktivitas A

Aktivitas B
Gambar 8. Hubungan aktivitas setelah penyesuaian

Secara umum RPWM mempunyai kemampuan sebagai berikut :


a. Identifikasi jalur kritis
Jalur kritis dapat diidentifikasi dari diagram batang yang diperoleh dari penerapan RPWM.
b. Penjadwalan untuk sumber daya yang bersifat terbatas dan tidak terbatas.
Pada penjadwalan untuk sumber daya tak terbatas (unconstrained resource scheduling),
penambahan jumlah sumber daya tidak akan memperpendek durasi proyek. Pada kasus ini
durasi proyek yang dihasilkan sudah merupakan durasi yang paling pendek. Sedangkan
pada penjadwalan untuk sumber daya terbatas (constrained resource scheduling), durasi
proyek lebih panjang akibat keterbatasan sumber daya.
c. Alokasi dan perataan sumber daya.
d. Penentuan durasi proyek yang berbeda untuk barbagai macam tingkat ketersediaan sumber
daya.
e. Estimasi biaya konstruksi
Suatu biaya optimal untuk konstruksi dapat diperoleh atas dasar durasi atau waktu
penyelesaian proyek, biaya overhead, pengalokasian dan perataan sumber daya serta biaya
– biaya akibat keterlambatan dan faktor – faktor yang lain.

Analisis Rasio

Analisa rasio tidak hanya membandingkan angka – angka yang berbeda dari neraca, ikhtisar rugi
laba, dan laporan arus kas saja, tetapi juga membandingkan besaran angka yang terjadi terhadap
tahun sebelumnya, terhadap perusahaan, industri, atau bahkan ekonomi secara umum
(www.investopedia.com).
Berdasarkan contoh penerapan analisa rasio di atas, penulis akan membandingkan hasil
penjadwalan PDM dan RPWM menggunakan analisa rasio. Hasil penjadwalan yang akan
dibandingkan dari dua metode ini adalah biaya tenaga kerja proyek. Hal ini dapat dituliskan
sebagai berikut :
Rasio biaya = s
y
dimana : x = biaya PDM
y = biaya RPWM

Ketentuan hasil perhitungannya adalah :


Jika s < 1, maka pelaksanaan proyek dengan menggunakan penjadwalan PDM akan lebih
y
menguntungkan.
s
Jika = 1, maka pelaksanaan proyek baik dengan menggunakan penjadwalan dengan RPWM
y
maupun dengan PDM memerlukan biaya yang sama.
s
Jika > 1, maka pelaksanaan proyek dengan menggunakan penjadwalan RPWM akan lebih
y
menguntungkan.

3. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini sebagai objek studi adalah Proyek Pembangunan Gedung Museum
Deli Serdang – Lubuk Pakam dan menggunakan data yang telah ada yaitu berupa time schedule
Proyek Pembangunan Gedung Museum Deli Serdang – Lubuk Pakam.
Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa jenis data yaitu
1. Data Primer
Data primer adalah data pendukung yang diperlukan untuk penyusunan tugas akhir ini.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data utama yang diperlukan dalam penelitian ini yang diperoleh dari
pemilik proyek atau pihak kontraktor. Data sekunder yang diperlukan untuk penelitian
adalah time schedule proyek berupa kurva S dan rencana anggaran biaya (RAB).
Bagan Alir Penelitian

Analisa Penjadwalan Proyek dengan Time Schedule Kurva S, Precedence


Diagram Method dan Ranked Positional Weight Method

Latar Belakang

Identifikasi Permasalahan

Rumusan Permasalahan

Pengumpulan Data
- Time Schedule (Kurva S)
- Rencana Anggaran Biaya

Penjadwalan Proyek

me Schedule (Kurva S) Proyek Gedung Museum Deli Ranked Positional Weight Method (RPWM)
Serdang Diagram Method (PDM)
Precedence

Work Breakdown Structure (WBS)

Precedence Diagram

Analisa dengan program Microsoft Project

Precedence Diagram Method Ranked Positional Weight Method


Input data Penentuan bobot posisi
Levelling order standard Input data
Levelling order standard
Input bobot posisi pada kolom priority
Levelling order priority standard

Output

Analisa Perbandingan

Kesimpulan dan Saran


4. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Penjadwalan Proyek Menggunakan PDM

Pada proses penjadwalan aktivitas proyek menggunakan PDM, akan digunakan program
Microsoft Project sebagai alat bantu untuk memproses data dan menampilkan hasil penjadwalan.
Microsoft Project akan melakukan alokasi dan perataan sumber daya berdasarkan pedoman-
pedoman pada PDM, karena pada dasarnya program ini memang didisain dengan mengadopsi
teori PDM. Proses penjadwalan dilakukan dengan menginput seluruh data, kemudian dilakukan
levelling dengan levelling order standard. Microsoft Project akan melakukan seleksi terhadap
seluruh aktivitas untuk memutuskan aktivitas mana yang akan dijadwalkan pada suatu periode
tertentu, berdasarkan hubungan ketergantungan antar aktivitas dan tingkat kebutuhan sumber
daya. Apabila dalam proses penjadwalan tersebut terjadi konflik sumber daya antara suatu
aktivitas dengan aktivitas yang lain, maka akan diprioritaskan aktivitas dengan float time yang
lebih kecil untuk dijadwalkan terlebih dahulu. Apabila nilai float time dari aktivitas – aktivitas
yang mengalami konflik besarnya sama, maka akan dipilih aktivitas dengan kode aktivitas yang
lebih kecil untuk dijadwalkan terlebih dahulu.

Hasil Penjadwalan PDM

Dari proses penjadwalan, alokasi dan perataan tenaga kerja dengan Precedence Diagram
Method (PDM) diperoleh hasil sebagai berikut:
- Durasi proyek : 118 hari
- Waktu pelaksanaan : 08/10/2016 – 27/12/2017
- Biaya total : Rp 4.870.527.309,00

Penjadwalan Proyek Menggunakan RPWM

Pada penjadwalan aktivitas proyek dengan menggunakan RPWM, kembali akan


digunakan program Microsoft Project sebagai alat bantu untuk memproses data dan
menampilkan hasil penjadwalan. Seluruh tahapan dari proses penjadwalan, alokasi dan perataan
sumber daya dari program Microsoft Project telah disesuaikan sehingga dapat mengadopsi
tahapan RPWM. Proses penjadwalan dilakukan dengan menginput seluruh data kemudian
dilakukan leveling dengan levelling order standar. Kemudian dimasukkan nilai bobot posisi pada
kolom prioritas tiap item pekerjaan, lalu kembali dilakukan leveling tetapi dengan levelling order
prioritas dan standar. Dalam proses penjadwalan aktivitas proyek menggunakan RPWM, bila
terjadi konflik sumber daya yaitu tingkat penyediaan sumber daya tidak mampu memenuhi
tingkat kebutuhan sumber daya aktivitas proyek, maka aktivitas dengan rangking atau peringkat
bobot posisi yang lebih tinggi akan diprioritaskan untuk dijadwalkan.

Hasil Penjadwalan RPWM

Dari proses penjadwalan, alokasi dan perataan tenaga kerja dengan Ranked Positional
Weight Method (RPWM) diperoleh hasil sebagai berikut:
- Durasi proyek : 113 hari
- Waktu pelaksanaan : 08/10/2016 – 24/12/2017
- Biaya total : Rp 4.929.400.147,00
Analisa Rasio

Berdasarkan penjadwalan proyek dengan metode PDM dan RPWM dengan jumlah tenaga
kerja dan durasi waktu setiap item pekerjaan yang sama, berikut ini ditampilkan perbandingan
waktu dan biaya Proyek Pembangunan Gedung Museum Deli Serdang.
a. Perbandingan Waktu Proyek
- Durasi proyek penjadwalan PDM : 118 hari
- Durasi proyek penjadwalan RPWM : 113 hari
Selisih waktu pelaksanaan proyek antara penjadwalan PDM dan RPWM adalah 5 hari.
b. Perbandingan Biaya Proyek
Rasio biaya = s , dimana: x = biaya PDM
y
y = biaya RPWM
- Biaya Total penjadwalan PDM : Rp 4.870.527.309,00
- Biaya Total penjadwalan
4870527309
RPWM : Rp 4.932.876.567,00
Rasio biaya total = = 0,987
4932876567
s
Karena < 1, maka pelaksanaan proyek menggunakan PDM lebih menguntungkan.
y

Dari hasil perbandingan PDM dan RPWM diperoleh bahwa penggunaan RPWM dalam
penjadwalan proyek lebih menguntungkan dari segi waktu dimana durasi proyek yang dihasilkan
penjadwalan dengan RPWM lebih cepat 5 hari dibandingkan dengan penjadwalan dengan PDM.
Sementara apabila dibandingkan dari segi biaya, diperoleh bahwa penggunakan PDM lebih
menguntungkan dibandingkan RPWM dimana PDM dapat menghemat total biaya sebesar Rp
62.349.258,00.
Dalam proses penjadwalan proyek dengan Precedence Diagram Method, digunakan
program Microsoft Project sebagai alat bantu untuk memproses data dan menampilkan hasil
penjadwalan. Microsoft project akan melakukan alokasi dan perataan sumber daya berdasarkan
pedoman-pedoman pada PDM karena pada dasarnya program ini memang didisain dengan
mengadopsi teori PDM. Microsoft Project akan melakukan seleksi terhadap seluruh aktivitas
proyek untuk memutuskan aktivitas mana yang akan dijadwalkan pada suatu periode tertentu
berdasarkan hubungan ketergantungan antar aktivitas dan tingkat kebutuhan sumber daya.
Apabila dalam proses penjadwalan tersebut terjadi konflik sumber daya, maka akan
diprioritaskan aktivitas dengan nilai float yang lebih kecil untuk dijadwalkan terlebih dahulu dan
apabila aktivitas yang mengalami konflik memiliki bilai float yang sama maka akan dipilih
aktivitas dengan kode aktivitas yang lebih kecil. Sama halnya dengan Ranked Positional
Diagram Method, Microsoft Project digunakan sebagai alat bantu untuk memproses data dan
menampilkan hasil penjadwalan. Seluruh tahapan dari proses penjadwalan, alokasi dan perataan
sumber daya dari program Microsoft Project telah disesuaikan sehingga dapat mengadopsi
tahapan RPWM.
PDM dan RPWM mempunyai tahap awal yg sama yaitu penggunaan precedence diagram
dan levelling order standard dalam proses alokasi dan perataan sumber daya, akan tetapi PDM
hanya sebatas sampai pada precedence diagram sementara RPWM dilanjutkan dengan penentuan
bobot posisi dan levelling order priority standard dimana aktivitas yang memiliki bobot posisi
paling tinggi akan diprioritaskan untuk dijadwalkan terlebih dahulu. Ini menunjukkan RPWM
memiliki proses penjadwalan serta alokasi sumber daya yang lebih pasti karena pedoman yang
jelas dimana penjadwalan dilakukan berdasarkan bobot posisi setiap aktivitas.
Kedua metode ini menyajikan informasi yang terperinci dan jelas mengenai sumber daya
baik itu tenaga kerja maupun material dan penggunaan sumber daya tersebut lebih optimal
dikarenakan adanya alokasi dan perataan sumber daya dengan bantuan program Microsoft
Project. Sementara time schedule kurva S hanya menyajikan informasi mengenai kemajuan
proyek, waktu dan bobot proyek saja yang dipresentasikan dalam bentuk kurva.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penyusunan penjadwalan proyek menggunakan Precedence Diagram Method


dan Ranked Positional Weight Method serta membandingkannya dengan Time Schedule Kurva S
awal proyek maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Durasi awal proyek Pembangunan Museum Deli Serdang ini adalah 118 hari dengan biaya
total Rp 5.025.500.476,00.
2. Dari proses penjadwalan, alokasi dan perataan tenaga kerja dengan Precedence Diagram
Method (PDM) diperoleh hasil sebagai berikut:
- Durasi proyek : 118 hari
- Waktu pelaksanaan : 08/10/2016 – 27/12/2017
- Biaya total : Rp 4.870.527.309,00
3. Dari proses penjadwalan, alokasi dan perataan tenaga kerja dengan Ranked Positional
Weight Method (RPWM) diperoleh hasil sebagai berikut:
- Durasi proyek : 113 hari
- Waktu pelaksanaan : 08/10/2016 – 22/12/2017
- Biaya total : Rp 4.932.876.567,00
4. Bila dibandingkan dari segi waktu, durasi proyek hasil penjadwalan aktivitas dengan RPWM
lebih cepat selama 5 hari dibandingkan dengan penjadwalan aktivitas dengan PDM.
5. Analisa rasio yang dilakukan terhadap biaya proyek dengan penjadwalan PDM dan biaya
proyek dengan penjadwalan RPWM menghasilkan:
Rasio biaya = s < 1
y
Dimana, x = biaya PDM
y = biaya RPWM
Hal ini berarti apabila dibandingkan dari segi biaya total penjadwalan aktivitas proyek
dengan PDM lebih menguntungkan, karena mampu menghemat biaya total sebesar Rp
62.349.258,00.
6. Dari hasil penjadwalan PDM dan bila dibandingkan dengan time schedule awal proyek
diperoleh bahwa metode PDM hanya mampu menghasilkan biaya yang lebih optimal dengan
menghemat biaya total sebesar Rp 154.973.527,00 sementara dari segi waktu, durasi yang
dihasilkan PDM sama dengan durasi awal proyek.
7. Dari hasil penjadwalan RPWM tersebut dan bila dibandingkan dengan time schedule awal
proyek diperoleh bahwa metode RPWM menghasilkan waktu dan biaya yang lebih optimal
yaitu lebih cepat 5 hari dan menghemat biaya total sebesar Rp 92.623.909,00.
8. Kedua metode tersebut mampu menghasilkan waktu dan biaya yang lebih optimal serta
penggunaan sumber daya yang lebih merata dibandingkan dengan time schedule awal proyek
terutama Ranked Positional Weight Method dimana metode yang biasa digunakan di industri
ini bisa juga menjadi salah satu metode penjadwalan proyek konstruksi yang dipilih apabila
ingin meperoleh waktu dan biaya yang optimal serta alokasi sumber daya yang lebih merata.

Saran

Dari studi ini dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:


1. Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh terlihat bahwa RPWM dapat menjadi metode
alternatif dalam penjadwalan proyek konstruksi karena memiliki proses penjadwalan yang
lebih pasti dan pedoman yang jelas dimana penjadwalan dilakukan berdasarkan bobot posisi
setiap aktivitas.
2. Dalam proses penjadwalan proyek perlu dilakukan analisa menyeluruh terhadap aspek-aspek
sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi yaitu sumber daya tenaga kerja, perlatan
dan material.
3. Ranked Positional Weight Method (RPWM) bisa digunakan untuk penjadwalan aktivitas
proyek konstruksi, tetapi lebih cocok digunakan di industri karena biasanya aktivitas yang
dilakukan di industri selalu sama dan berulang sehingga kebutuhan tenaga kerja juga
cenderung tetap.

DAFTAR PUSTAKA

Soeharto, I. 1995. Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional, Erlangga, Jakarta.
Ervianto, W. I. 2002. Manajemen Proyek Perencanaan, Penjadwalan & Pengendalian Proyek,
C.V Andi Offset, Yogyakarta.
Husen, A. 2009. Perencanaan, Penjadwalan dan Pengendalian Proyek, Andi, Yogyakarta.
Dipohusodo, I. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 1, Kanisius, Yogyakarta.
Dipohusodo, I. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 2, Kanisius, Yogyakarta.
Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Baroto, Teguh.2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Martha Jaya, N.,Diah Parami Dewi, A.A. 2007. Analisa Penjadwalan Proyek Menggunakan
Ranked Positional Weight Method dan Precedence Diagram Method (Studi Kasus:
Proyek Pembangunan Pasar Mumbul di Kabupaten Buleleng), Jurnal Ilmiah, Program
Studi Telnik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar.
Suputra, I Gusti Ngurah Oka. 2011. Penjadwalan Proyek dengan Precedence Diagram Method
dan Ranked Positional Weight Method, Jurnal Ilmiah, Program Studi Telnik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar.
Emanuel Andi Wahju Raharjo, 2009. Panduan Lengkap Mengelola Proyek dengan Microsoft
Project Profesional 2007, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai