Anda di halaman 1dari 11

PERMASALAHAN

PERMUKIMAN DI KOTA
KENDARI
TEORI KOTA DAN PERMUKIMAN

MOHAMAD TAUFIQ MUNTAHA

07261511046

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE
2017

Pendahuluan

Wilayah Kota Kendari terletak di sebelah Tenggara Pulau Sulawesi. Luas


wilayah daratan Kota Kendari 295,89 Km2 atau 0,70 persen dari luas daratan
Provinsi Sulawesi Tenggara. Luas wilayah menurut Kecamatan sangat beragam.
Kecamatan Abeli merupakan wilayah kecamatan yang paling luas (16,77%),
selanjutnya Kecamatan Baruga (16,76%), Kecamatan Poasia (14,71%),
Kecamatan Puuwatu (14,43%), Kecamatan Mandonga (7,89%), Kecamatan
Kambu (7,82%), Kecamatan Kendari Barat (7,77%), Kecamatan Kendari (6,61%),
Kecamatan Wua-Wua (4,17%), dan Kecamatan Kadia (3,08%). Kota Kendari
dengan ibu kotanya Kendari dan sekaligus juga sebagai ibukota Provinsi Sulawesi
Tenggara secara astronomis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa berada di
antara 3o 54` 30``- 4o 3` 11`` Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke
Timur diantara 122o 23`- 122o 39` Bujur Timur. kota Kendari memiliki batas-
batas sebelah Utara - Kabupaten Konawe; Timur - Laut Kendari ; Selatan -
Kabupaten Konawe Selatan ; Barat - Kabupaten Konawe Selatan. Kota Kendari
terbentuk dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1995 yang
disyahkan pada tanggal 3 Agustus 1995 dengan status Kotamadya Daerah Tingkat
II Kendari.

Jika diamati secara sepintas dalam pertumbuhannya kota kendari terdapat


beberapa permasalahan salah satunya ketimpangan atau disparitas yang hal ini
terlihat dengan makin banyaknya pembangunan-pembangunan perumahan yang di
tunjang dengan berbagai fasilitas seperti fasilitas perdagangan, jasa dan sosial
lainnya yang mana ekspansi pertumbuhan ini melebar sampai ke pinggiran kota
yang secara fungsional bukan diperuntukkan sebagai kawasan pemukiman yang
mangakibatkan sarana utilitas tidak mampu mengikuti pola pertumbuhan tersebut
sehingga kian memperparah ketimpangan atau disparitas tersebut.
Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diterik beberapa masalah yakni :

1.      Bagaimana disparitas atau ketidakmerataan antara berbagai pemukiman hal


ini dilihat dari fungsi pelayanan yang terbagun dikota kendari ?

2.      Bagaimana disparitas dilihat dari segi aktivitas penduduk untuk


memperoleh/memanfaatkan fasilitas-fasilitas pelayanan dilihat dengan sarana
pelayanan yang tersedia dikota kendari ?

3.      Bagaimana disparitas atau ketimpangan dilihat dari jumlah sarana prasarana


yang tersedia diberbagai daerah kecamatan dengan tingkat hirarki tertinggi dikota
kendari ?

4.      Bagaimana jarak terdekat dan jarak tempuh terdekat antar dikota kendari ?

Pengertian Pola Permukiman

Secara etimologis pola permukiman berasal dari dua kaca pola dan
permukiman. Pola (pattern) dapat diartikan sebagai susunan struktural, gambar,
corak, kombinasi sifat kecenderungan membentuk sesuatu yang taat asas dan
bersifat khas (Depdikbud, 1988), dan dapat pula diartikan sebagai benda yang
tersusun menurut sistem tertentu mengikuti kecenderungan bentuk tertentu.
Pengertian ini tampaknya hampir mirip dengan pengertian model, atau susunan
sesuatu benda. Pengertian pola, permukiman (settlement patterns) Bering
dirancukan dengan pengertian pola persebaran permukiman (distribution patterns
of settlement). Dua pengertian tersebut pada dasarnya sangat berbeda, terutama
jika ditinjau dari aspek bahasannya (Yunus, 1989).

1)   Bahasan pola permukiman perlu diperhatikan dari tinjauan individual


permukiman atau dari tinjauan kelompok permukiman.

a.   Tinjauan pola permukiman dari segi individual, lebih mengarah kepada


bahasan bentuk-bentuk permukiman secara individual, sehingga, dapat dibedakan
dalam kategori pola permukiman bentuk memanjang, pola permukiman bentuk
melingkar, pola permukiman bentuk persegi panjang, pola permukiman bentuk
kubus. Setup kategori pola permukiman masih dapat diturunkan lagi ke sub
kategori lebih rinci misalnya pola permukiman memanjang sungai, memanjang
jalan, memanjang garis pantai, dan seterusnya

b.   Tinjauan pola permukiman dari aspek kelompok lebih mengarah kepada


bahasan sifat persebaran dari individu-individu permukiman dalam satu
kelompok. Oleh karenanya dari sifat persebaran tersebut dapat dibedakan kedalam
kategori pola persebaran permukiman secara umum yakni pola menyebar dan pola
mengelompok. Analog dengan pola bentuk permukiman, setup kategori pola
persebaran permukiman masih dapat diturunkan lagi ke sub kategori lebih rinci
misalnya pola persebaran permukiman menyebar teratur, menyebar tidak teratur,
mengelompok teratur dan tidak teratur dan seterusnya.

2)   Pola persebaran permukiman membahas sifat persebaran kelompok


permukiman sebagai satu satuan (unit) permukiman, juga dapat dibedakan
menjadi dua kategori.

Tinjauan pola persebaran permukiman dari aspek bentuk persebaran


kelompok permukiman, sehingga dapat dibedakan pola persebaran kelompok
permukiman memanjang pola persebaran kelompok permukiman melingkar, pola
persebaran kelompok permukiman sejajar, pola persebaran kelompok
permukiman bujur sangkar, pola persebaran kelompok permukiman kubus. Setiap
kategori pola, persebaran kelompok permukiman masih dapat diturunkan lagi ke
sub kategori Iebih rinci.

Menurut Doxiadis C.a,1974 (dalam Agus Warsono,2006) bahwa


Permukiman adalah penataan kawasan yang dibuat oleh manusia yang tujuannya
untuk mempertahankan hidup secara lebih mudah dan lebih aman, dan
mengandung kesempatan untuk pembangunan manusia seutuhnya. Dengan
demikian pengertian permukiman dapat dirumuskan sebagai suatu kawasan
perumahan yang ditata secara fungsional sebagai satuan sosial, ekonomi, dan fisik
tata ruang, dilengkapi dengan prasarana lingkungan, sarana umum, dan fasilitas
sosial. Menurut Koestoer (dalam Agus Warsono, 2006) bahwa, wilayah
permukiman di perkotaan yang sering disebut sebagai daerah perumahan,
memiliki keteraturan bentuk secara fisik. Artinya, sebagian besar rumah
menghadap secara teratur kearah kerangka jalan yang ada dan sebagian besar
terdiri dari bangunan permanen, berdinding tembok, dan dilengkapi dengan
penerangan listrik. Kerangka jalannya-pun bertingkat mulai dari jalan raya, jalan
penghubung hingga jalan lingkungan atau lokal.

Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan matriks pola pemukiman


diketahui bahwa dalam segi pendidikan terjadi adanya ketimpangan hal ini dilihat
dari distribusi sarana pelayanan pendidikan yang tidak merata seperti pada
kecamatan baruga dengan jumlah penduduk 19368 memiliki 9 unit SD sedangkan
pada kecamatan wua-wua dengan jumlah penduduk jauh lebih besar yakni 24407
hanya memiliki 4 buah SD, pada kecamatan baruga dengan jumlah penduduk
19368 memiliki 4 unit SMP dan 4 Unit SMA sedangkan pada kecamatan
Mandongga dengan jumlah penduduk jauh lebih besar yakni 36163 hanya
memiliki 2 unit SMP dan 3 Unit SMA. Selajutnya distribusi sarana pelayanan
kesehatan pada seluruh kecamatan pada dasarnya tersebar merata hal ini terlihat
dari terdapatnya sarana pelayanan kesehatan didalam semua kecamatan seperti
pada kecamatan mandongga dengan jumlah penduduk 36163 jiwa hanya memiliki
1 unit puskesmas dan 1 unit puskesmas pembantu namun memiliki 2 unit rumah
sakit sehingga ada prilaku saling mengisi didalam pelayanan tersebut. Kemudian
Selajutnya distribusi sarana pelayanan adminstrasi pada seluruh kecamatan pada
dasarnya tersebar merata hal ini terlihat dari terdapatnya sarana pelayanan
administrasi didalam semua kecamatan yang ada didalam kota kendari.

Kesimpulan dari hasil analisis pola pemukiman yakni fungsi pelayanan


terbanyak terdapat di kecamatan kendari barat dengan indeks fungsi yakni 4,04
dan yang paling sedikit terdapat dikecamatan wua-wua dengan indeks fungsi
yakni 0,79.

Analisis Indeks Sentralitas


Merupakan salah satu jenis analisis fungsi (analisis fungsi wilayah) yaitu
analisis terhadap fungsi-fungsi pelayanan yang tersebar di suatu daerah dalam
kaitannya dengan berbagai aktivitas penduduk, untuk memperoleh/memanfaatkan
fasilitas-fasilitas pelayanan tersebut. Analisis indeks sentralitas dimaksudkan
untuk mengetahui struktur/hirarki pusat-pusat pelayanan yang ada dalam suatu
wilayah, seberapa banyak jumlah fungsi pelayanan yang ada, jenis fungsi
pelayanan, jumlah penduduk yang dilayani dan seberapa besar frekwensi
keberadaan fungsi pelayanan tersebut dalam suatu wilayah (Riyadi dan
Bratakusumah, 2004).

Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan matriks Indeks


Sentralitas diketahui bahwa dalam segi aktivitas penduduk, untuk
memperoleh/memanfaatkan fasilitas-fasilitas pelayanan dilihat dengan sarana
pelayanan yang tersedia sehingga indeks sentralitas dimaksudkan untuk
mengetahui struktur/hirarki pusat-pusat pelayanan yang ada dalam suatu wilayah
dengan kecamatan kendari barat pada posisi pertama dengan indeks fungsi sebesar
25,25, kedua kecamatan mandonga dengan indeks fungsi sebesar 18,86, ketiga
kecamatan abeli dengan indeks fungsi sebesar 15,55, keempat kecamatan kadia
dengan indeks fungsi sebesar 15,22, kelima kecamatan Poasia dengan indeks
fungsi sebesar 12,78, keenam kecamatan puuwatu dengan indeks fungsi sebesar
12,20, ketujuh kecamatan kendari dengan indeks fungsi sebesar 12,12, kedelapan
kecamatan baruga dengan indeks fungsi sebesar 10,04, kesembilan kecamatan
kambu dengan indeks fungsi sebesar 9,68, dan terakhir kecamatan wua-wua
dengan indeks fungsi sebesar 6,63.

Metode skalogram

Skalogram didasarkan pada analisis skalogram dan untuk yang lebih luas
lagi pada Rasch analisis, keduanya digunakan untuk menilai apakah suatu
kelompok barang dalam keadaan konsisten, dalam arti bahwa kesemuanya
mengukur sesuatu yang sama (Anonimous 1999). Jika semua barang tersebut
mengukur sesuatu yang sama, maka barang-barang tersebut
disebut unidimensional; yang didasarkan pada dimensi tunggal (single
dimension). Biasanya, titik awalnya adalah satu kelompok barang yang salah
satunya tertarik karena percaya bahwa mengukur konstruksi psikologi (inductive
reasoning ability, assertiviness, irritability, ...). Oleh karena itu, barang-barang
tersebut dipertimbangkan sebagai suatu definisi operasional dari satu bangunan
psikologis (psychological construct).

Untuk lebih jelas lagi, Harsono (2001) menyatakan bahwa metode ini
digunakan untuk menentukan peringkat pemukiman atau wilayah dan
kelembagaan atau fasilitas pelayanan, dalam penelitian ini digunakan untuk
menentukan hirarki wilayah. Analisis ini didasarkan pada pemikiran bahwa pada
umumnya semakin besar jumlah penduduk dan semakin banyak jumlah fasilitas
serta jumlah jenis fasilitas pada suatu pusat pelayanan, maka semakin tinggi pula
hirarki dari pusat pelayanan tersebut. Dengan analisis ini maka akan dapat
diidentifikasi:

1.      Pusat pelayanan dan daerah pelayanan pada tingkat yang berbeda;

2.      Penentuan dari fasilitas infrastruktur pokok untuk memuaskan kebutuhan


beragam sektor dari penduduk; dan

3.      Pengintegrasian atau pengelompokan pelayanan pada tingkat yang berbeda


dan penentuan dari keterkaitan atau jaringan jalan untuk mengembangkan
aksesibilitas dan efisiensi.

Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan matriks skalogram diketahui


bahwa jumlah sarana prasarana yang tersedia diberbagai daerah kecamatan
dengan tingkat hirarki tertinggi yakni pada kecamatan kendari barat dengan
indeks fungsi mencapai 141, kedua kecamatan mandonga dengan indeks fungsi
mencapai 104, ketiga kecamatan kadia dengan indeks fungsi mencapai 93,
keempat kecamatan abeli dengan indeks fungsi mencapai 92, kelima kecamatan
kendari dengan indeks fungsi mencapai 81, keenam kecamatan baruga dengan
indeks fungsi mencapai 66, ketujuh kecamatan poasia dengan indeks fungsi
mencapai 65, kedelapan kecamatan  puuwatu dengan indeks fungsi mencapai 62,
kesembilan kecamatan kambu dengan indeks fungsi mencapai 54 dan yang
terakhir kecamatan wua-wua dengan indeks fungsi mencapai 46.
Analisis Jarak dan Kesempatan Terdekat

Analisis jarak dan kesempatan terdekat (analisis waktu pencapaian) dibuat


melalui dua tahapan yaitu melakukan analisis jarak yang dituangkan dalam
matriks jarak serta analisis kesempatan terdekat untuk mengukur jarak dari suatu
wilayah pemukiman ke pusat-pusat pelayanan tertentu (pendidikan, kesehatan,
dan sebagainya). Matriks jarak diperlukan untuk mengukur jarak dari
wilayahwilayah pemukiman terhadap pemukiman-pemukiman lainnya yang
memungkinkan terlaksananya proses interaksi dari anggota masyarakat. Matriks
jarak diukur dari pusat-pusat kecamatan/kelurahan ke pusat pemerintahan daerah
atau dari pusat kecamatan/kelurahan yang satu ke pusat-pusat
kecamatan/kelurahan yang lainnya. Sedangkan matriks kesempatan terdekat
dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat di suatu
pemukiman agar dapat menentukan pilihannya untuk memperoleh fasilitas
pelayanan dalam jangkauan jarak daerah terdekat dari tempat tinggalnya
berdasarkan waktu tercepat. Analisis jarak dan kesempatan terdekat ini akan
berkaitan dengan analisis terhadap peranan jalan dan transportasi, di mana jalan
sebagai prasarana transportasi perlu mendapatkan perhatian khusus untuk
meningkatkan aksesibilitas penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lainnya.
Transportasi merupakan faktor yang mempengaruhi kegiatan ekonomi dan secara
langsung dapat mempengaruhi perhitungan biaya produksi yang selanjutnya akan
berpengaruh terhadap harga pasar.

Berdasarkan hasil analisis Jarak melalui matriks asal-tujuan diketahui


bahwa jarak terdekat antar kecamatan yakni antara kecamatan kendari dan kendari
barat dengan jarak yakni masing 4 km, sedangkan jarak terjauh antar kecamatan
yakni pada kecamatan kendari dan kecamatan abeli yakni sekitar 36 km.
Selanjutnya Berdasarkan hasil analisis kesempatan terdekat melalui matriks jarak
tempuh terdekat diketahui bahwa jarak dengan waktu tempuh terpendek yakni
pada kecamatan kendari dan kendari barat dengan waktu tempuh 3 menit
sedangkan jarak dengan waktu tempuh terpanjang yakni antara kecamatan kendari
dan abeli dengan waktu tempuh sekitar 27 menit.

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan yakni :

1.      Terjadi disparitas atau ketidakmerataan antara berbagai pemukiman hal ini


dilihat dari fungsi pelayanan yang terbagun yang mengindikasikan banyak
tidaknya pemukim yang memanfaatkan fungsi pelayanan tersebut yakni terdapat
dikecamatan baruga dengan jumlah penduduk 19368 memiliki 9 unit SD
sedangkan pada kecamatan wua-wua dengan jumlah penduduk jauh lebih besar
yakni 24407 hanya memiliki 4 buah SD.

2.      Terdapat disparitas dilihat dari segi aktivitas penduduk untuk


memperoleh/memanfaatkan fasilitas-fasilitas pelayanan dilihat dengan sarana
pelayanan yang tersedia yang mana aktivitas penduduk terbesar terdapat
dikecamatan kendari barat dengan indeks fungsi sebesar 25,25 sedangkan
terendah pada kecamatan wua-wua dengan indeks fungsi sebesar 6,63.

3.      Terdapat disparitas atau ketimpangan dilihat dari jumlah sarana prasarana


yang tersedia diberbagai daerah kecamatan dengan tingkat hirarki tertinggi yakni
pada kecamatan kendari barat dengan indeks fungsi mencapai 141, sedangkan
yang terendah  terdapat pada kecamatan wua-wua dengan indeks fungsi mencapai
46

4.      jarak terdekat dan jarak tempuh terdekat antar kecamatan yakni antara
kecamatan kendari dan kecamatan kendari barat dengan jarak yakni masing-
masing 4 km dan waktu tempuh 3 menit, sedangkan jarak terjauh dan jarak
tempuh  telama antar kecamatan yakni pada kecamatan kendari dan kecamatan
abeli yakni sekitar 36 km dan waktu tempuh 27 menit.

Saran
Kepada pemerintah kota kendari sebaiknya memperbesar ekspansi
pembangunan keberbagai daerah yang dianggap kurang pembangunannya agar
terjadi pemerataan pembangunan baik dari segi sarana, prasarana maupun
aksesibilitasnya.

Daftar Pustaka

Victor m. Manek kiik. 2006. Tesis kajian faktor-faktor yang mempengaruhi tidak
Optimalnya fungsi pasar tradisional lolowa Dan pasar tradisional fatubenao
Kecamatan kota atambua - kabupaten belu. Semarang : program pasca sarjana
Magister pembangunan wilayah dan kota Universitas diponegoro

Dita hestuadiputri. 2007. Tesis peran dan fungsi ibu kota kecamatan lasem sebagai
pusat pertumbuhan di kabupaten rembang. Semarang : program pasca sarjana
magister pembangunan wilayah dan kota universitas diponegoro

Ruddy suwandi. 2007. Disertasi analisis pengembangan kawasan pelabuhan


perikanan kamal muara dan dadap dalam konteks pengelolaan wilayah pesisir
terpadu. Sekolah pascasarjana institut pertanian bogor

Nuryani. 2009. Analisis pola permukiman di kecamatan karanganyar kabupaten


karanganyar tahun 2006. Fakultas geografi universitas muhammadiyah surakarta

Tim Badan Pusat Statistik Seksi Neraca Wilayah Dan Analisis Statistik.
2011. Kota Kendari Dalam Angka 2011, Katalog BPS : 1102001.7471. Kendari:
Badan Pusat Statistik Kota Kendari.

Tim Badan Pusat Statistik Seksi Neraca Wilayah Dan Analisis Statistik.
2010. Kota Kendari Dalam Angka 2010, Katalog BPS : 1403.7471. Kendari:
Badan Pusat Statistik Kota Kendari.

Anda mungkin juga menyukai