(LANDASAN KONSEPTUAL)
PUSAT REHABILITASI TUNADAKSA DI DENPASAR
Disusun oleh:
Cokorda Istri Krisna Sukma Pradnyasuari
1605521047
Dosen Pembimbing:
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga Laporan Hasil Tugas Akhir yang berjudul “Pusat
Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar” dapat terselesaikan guna memenuhi Tugas
Akhir yang juga sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
Perkuliahan Sarjana di Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas
Udayana.
Laporan Hasil Tugas Akhir ini membahas materi mengenai fasilitas pelayanan
bagi penderita disabilitas khususnya Tunadaksa (cacat tubuh) yang berada di
Denpasar. Laporan ini tersususn berkat bimbingan, informasi dan bantuan dari
berbagai pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini.
ii
Kori, Gusti Ketut Sanggrama Av., Gusti Ayu Kadek Megantari, Made Ayu
Trisna Adriani, Ni Made Ariana Renawati Soka, I Gusti Gede Suma
Arisudana, Kadek Dwi Nadiantara yang telah memberi dukungan dan
berjuang bersama-sama sampai pada tahap ini,
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan Laporan Hasil Tugas Akhir ini.
Laporan Hasil Tugas Akhir disadari masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu diharap kepada pembaca untuk memberi masukan-masukan demi
kesempurnaan makalah ini kedepannya. Serta diharapkan Laporan Seminar Tugas
Akhir ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat dimanfaatkan sebagaimana
mestinya.
iii
DAFTAR ISI
iv
2.3.5 Pelayanan Umum................................................................................. 41
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 14 Ruang Ortotik dan Prostetik Dewasa RSUD Bali Mandara ....................... 28
Gambar 2. 15 Ruang Ortotik dan Prostetik Anak-Anak RSUD Bali Mandara ................. 28
vi
Gambar 2. 29 Mapping Fasilitas Pendukung .................................................................... 44
vii
Gambar 4. 25 Orientasi Bangunan .................................................................................... 96
viii
Gambar 5. 21 Alur Sistem Kelistrikan ............................................................................ 117
Gambar 5. 23 Alur Sistem Air Kotor dan Air Bekas ...................................................... 118
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan sasaran terkait Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar.
1
Seperti yang sudah diketahui, saat ini tenaga-tenaga ahli di bidang
rehabilitasi khususnya pada tunadaksa sudah semakin banyak. Guna merancang
suatu fasilitas yang baik bagi penderita tunadaksa ini dirasa perlu memperhatikan
masalah pembiayaan mengingat Pusat Rehabilitasi Tunadaksa ini merupakan
fasilitas pelayanan sosial, sehingga masyarakat penderita tunadaksa dapat
melakukan pengobatan secara berkala dan tidak menjadikan biaya sebagai
hambatan. Dalam hal ini yang menjadi acuan terkait rencana dibangunnya Pusat
Rehabilitasi Tunadaksa ini adalah Rehabilitasi Centrum yang berlokasi di
Surakarta yang hingga kini diberi nama Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina
Daksa (BBRSBD) Prof. Dr. Soeharso yang menjadi salah satu lembaga khusus
orthopedik dan prostetik dengan sistem pengobatan berkala.
Tunadaksa (cacat tubuh) merupakan kecacatan yang mengakibatkan
gangguan pada fungsi tubuh. Tunadaksa pada umumnya disebabkan oleh
beberapa hal seperti tragedi kecelakaan, kekurangan gizi, fasilitas hidup yang
kurang, serta ketidakmampuan dalam menjaga kesehatan. Pada tahun 2019
Indonesia memiliki jumlah penduduk yang cukup padat dengan jumlah sekitar
267 juta jiwa. Berdasarkan data sensus penduduk beberapa tahun terakhir
penderita disabilitas tertinggi terdapat di daerah pedesaan. Provinsi Bali
menduduki peringkat ke 17 dari 33 provinsi di Indonesia dengan penyandang
disabilitas yang cukup banyak (Data Susenas Tahun 2012). Badan Pusat Statistika
Provinsi Bali menghimpun data penderita Tunadaksa dengan rincian sebagai
berikut. Pada tahun 2014 terdapat 7780 penderita yang mengalami kecacatan
tubuh, tahun 2015 terdapat 6598 penderita, tahun 2016 terdapat 5954 penderita,
tahun 2017 terdapat 6598 penderita, kemudian pada tahun 2018 terdapat 6598
penderita. Bila hal ini dibiarkan maka penderita Tunadaksa di Provinsi Bali akan
terus mengalami peningkatan. Merujuk pada lokasi terpilih dalam perancangan
yakni di Denpasar yakni sebagai pusat kegiatan di Provinsi Bali tidak sedikit pula
penderita Tunadaksa yang ada. Pada tahun 2014 sebanyak 344 orang mengalami
Tunadaksa, kemudian tahun 2015 sebanyak 608 orang, tahun 2016 sebanyak 383,
tahun 2017 sebanyak 342 orang, pada tahun 2018 sebanyak 342 dan hingga
sekarang pada tahun 2019 sebanyak 383 orang penderita Tunadaksa. Bila dilihat
dari data di atas penderita Tunadaksa di Denpasar cukup mengalami peningkatan.
2
Cukup banyaknya penderita Tunadaksa di Provinsi Bali khususnya di
Denpasar sebaiknya menjadikan acuan untuk dibangunnya fasilitas pengobatan
berbasis rehabilitasi atau sebagai tempat untuk memulihkan kembali bagian tubuh
yang rusak akibat kecelakaan atau bawaan lahir. Pusat rehabilitasi ini nantinya
akan menjadi fasilitas yang cukup dibutuhkan mengingat fasilitas yang tersedia
juga cukup memadai yaitu fasilitas pelayanan medis serta fasilitas pelatihan
berupa terapi,. Selain sebagai rehabilitasi, fasilitas yang tak kalah pentingnya pada
desain ini yakni pada bengkel pembuatan alat-alat ortopedik beserta prostetik.
Bengkel pembuatan alat-alat ortopedik dan prostetik ini nantinya akan menunjang
fasilitas utama yaitu sebagai rehabilitasi. Jika dilihat dari aspek fisibilitas
dipilihnya Denpasar sebagai lokasi dibangunnya Pusat Rehabilitasi Tunadaksa ini
adalah karena Denpasar merupakan ibukota Provinsi Bali dimana merupakan titik
0 dari Provinsi Bali, selain itu akses menuju Denpasar cukup mudah mengingat
kendaraan menuju Denpasar akan berlangsung terus menerus sehingga pencapaian
dari 8 kabupaten dan 1 kota madya akan sangat mudah.
Beberapa hal tersebut merupakan latar belakang perencanaan Pusat
Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar. Sekilas mengenai Pusat Rehabilitasi
Tunadaksa ini yang nantinya dapat memfasilitasi segala kebutuhan bagi penderita
Tunadaksa yang ada di Provinsi Bali. Mengingat masih banyaknya penderita
tunadaksa yang belum mendapatkan pengobatan secara maksimal, sehingga
perancangan Pusat Rehabilitasi Tunadaksa ini diharapkan dapat membantu
memulihkan kembali sistem kerja tubuh yang sempat rusak baik akibat cidera
maupun bawaan lahir sehingga dapat kembali bersosialisasi dengan masyarakat.
Adapun fasilitas yang akan diwadahi dalam Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di
Denpasar adalah seperti fasilitas pelayanan medis serta fasilitas pelatihan berupa
terapi. Selain sebagai rehabilitasi, fasilitas yang tidak kalah pentingnya pada
rancangan ini yakni pada bengkel pembuatan alat-alat ortopedik beserta prostetik.
3
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah
terkait perancangan Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar yaitu, bagaimana
merancang Pusat Rehabilitasi sehingga menghasilkan fasilitas yang dapat
menunjang aktivitas yang akan berlangsung di Pusat Rehabilitasi Tunadaksa ini.
4
BAB II
DI DENPASAR
Pada bab ini akan membahas mengenai pengertian, batasan, teori, unsur-
unsur bahasan, klasifikasi, kajian terhadap fasilitas sejenis, potensi lokasi,
permasalahan lokasi dan pemecahannya serta klasifikasi proyek di Denpasar yang
berkaitan dengan topik perencanaan dan perancangan yang diambil
5
: Rehabilitasi adalah proses pemulihan pada penderita cacat (disabilitas)
fisik, mental, sosial, kejuruan (pekerjaan) dan ekonomi secara sepenuhnya
yang bermanfaat, dimana dapat membuat penderita cacat (disabilitas) lebih
ekonomis.
- Rehabilitation is a process of assisting the handicapped to achieve the
fullest degree of social and economic adjustment usefulness of which they
are capable.
: Rehabilitasi adalah proses untuk membantu penderita cacat agar lebih
berguna terhadap penyesuaian sosial dan ekonomi yang mereka mampu
secara sepenuhnya (Moertadi, 1977).
6
2.1.2 Lingkup Pelayanan Pusat Rehabilitasi Tunadaksa
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2015, Tentang Standar Pelayanan Fisioterapi. Pelayanan fisioterapi yang
akan dirancang pada Pusat Rehabilitasi Tunadaksa ini dikembangkan dalam
lingkup promotive, preventif, kuratif dan rehabilitatif dalam spektrum yang
bersifat umum maupun kekhususan pada tingkat fasilitas pelayanan kesehatan
antara lain :
1. Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas
Pelayanan fisioterapi di puskesmas memberikan pelayanan kesehatan
gerak dan fungsi tubuh kepada individu dan/atau kelompok yang bersifat
umum dengan mengutamakan pengembangan dan pemeliharaan melalui
pendekatan promotif dan preventif tanpa mengesampingkan pemulihan
kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan promotif dan prefentif termasuk
skrining, memberikan pengurangan nyeri dan program untuk
meningkatkan fleksibilitas, daya tahan, dan keselarasan postur dalam
aktifitas sehari-hari. Selain itu fisioterapis juga memberikan layanan
pemeriksaan, pengobatan dan membantu individu dalam mengurangi rasa
sakit (kuratif dan rehabilitatif).
2. Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit Umum
Pelayanan fisioterapi di Rumah Sakit sesuai dnegan klasifikasinya yakni
memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna baik melalui
pendekatan promotive, preventif, kuratif dan rehabilitative.
3. Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit Khusus
Pelayanan fisioterapi di Rumah Sakit Khusus sesuai dengan klasifikasinya
yakni memberikan pelayanan terkait gangguan gerak dan gangguan fungsi
tubuh tertentu sesuai dengan kekhususan pelayanan rumah sakit
4. Pelayanan Fisioterapi di Praktik Mandiri
5. Pelayanan fisioterapi di praktik mandiri sesuai klasifikasinya yakni
memberikan pelayanan berupa pengembangan, pemeliharaan, pemulihan
dengan pendekatan promotive, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai
dengan kompetensi fisioterapis.
7
2.1.3 Lingkup Pelayanan Tambahan Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di
Denpasar
Tunadaksa merupakan salah satu jenis disabilitas yang menyerang organ
tubuh manusia. Gangguan pada tubuh manusia ini dapat diakibatkan oleh cidera
kecelakaan maupun bawaan lahir. Gangguan ini dapat juga menyebabkan manusia
kehilangan organ tubuh seperti kaki maupun tangan, sehingga dalam rancangan
ini diberikan solusi dalam hal pembuatan protesis (tiruan) tangan maupun kaki.
Adapun tahapan-tahapan pembuatan protesis adalah sebagai berikut :
1. Mengenali kondisi pasien dengan melakukan pengecekan kekuatan
otot (MMT) dan luas gerak sendi (ROM).
2. Melakukan pengukuran stump pasien dan sisi tungkai normal. Namun
sebelum melakukan pengukuran, hal yang perlu dilakukan adalah
memberikan tanda pada stump.
3. Memakaikan stockinet basah pada stump pasien yang dibuatkan
lubang pada bagian ujung atas depan dan belakang stockinet untuk
selanjutnya dikaitkan dengan tali yang dibentuk menyilang pada bahu
pasien, ini dimaksudkan agar stockinet tidak bergerak
4. Selanjutnya yakni pengukuran pada stump dan pada sisi tungkai
normal untuk selanjutnya dijadikan sebagai tuntutan ketika merangkai
protesis. Pengukuran ini dilakukan dengan posisi berdiri.
5. Tahapan selanjutnya yakni pengambilan cetakan stump pasien
(casting) yang nantinya akan menghasilkan negatif cast. Adapun alat-
alat yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
a. Plaster of Paris Bandage (P.O.P Bandage)
b. Air
c. Stockinet
d. Plastic wrap
e. Pensil air
f. Gunting/cutter
g. Kursi casting
h. Alas casting
i. Ember
8
j. Handuk/kain
k. Tali
Dalam pembalutan P.O.P Bandage ini digunakan teknik slab dan
wrapping. Teknik slab berfungsi untuk pengukuran panjang P.O.P
Bandage dari adductor tendon sampai melingkupi bagian atas
trochantor mayor dengan ketebalan 3-4 lapis.
6. Selanjutnya yakni tahapan fabrikasi yang merupakan proses
pembuatan socket, baik hard socket maupun soft socket. Dalam
tahapan ini meliputi rektifikasi negatif cast, filling negatif cast,
rektifikasi positif cast, laminasi, assembling dan alignment.
7. Tapahan berikutnya ykni filling negatif cast dengan campuran adonan
dari gypsum powder dan air
8. Tahapan laminasi merupakan tahapan tahapan yang menghasilkan hard
socket yang terbuat dari resin, fiber glass, stockinet, plastic pvc, tinner
serta benang/kain perca
9. Selanjutnya yakni tahap penyusunan komponen hingga menjadi 1
protesis yang utuh (assembling).
10. Tahapan berikutnya merupakan fitting atau pengepasan alat pada tubuh
pasien saat kondisi diam serta saat kondisi berjalan.
11. Tahap terakhir adalah finishing, tahapan ini bertujuan untuk
memperindah kosmesis sebelum protesis diserahkan kepada pasien.
2.1.4 Alur Pelayanan Pusat Rehabilitasi Tunadaksa
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2015, Tentang Standar Pelayanan Fisioterapi. Pelayanan fisioterapi . yang
akan dirancang pada Pusat Rehabilitasi Tunadaksa ini berfokus pada pasien
melalui alur yang dapat diakses secara langsung ataupun melalui rujukan tenaga
kesehatan lain melalui sesama fisioterapis. Alur pelayanan fisioterapis tertuang
dalam Standar Prosedur Operasional (SPO) yang ditetapkan oleh pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan dan diimplementasikan dalam diagram alur yang
mudah dilihat/diakses oleh pengguna dan/atau masyarakat.
9
1. Rawat Jalan
a. Pasien yang mengalami/berpotensi mengalami gangguan gerak tubuh
dapat melakukan pendaftaran langsung atau melalui rujukan dari
tenaga medis di poliklinik setempat
b. Setelah melakukan pendaftaran, pasien diarahkan ke bagian pelayanan
fisioterapis sesuai keluhan pasien untuk mendapatkan tindakan oleh
fisioterapis
c. Setelah diberikan tindakan oleh fisioterapis dan penyelesaian terkait
administrasi, pasien akan diizinkan pulang atau kembali kepada dokter
awal. Seperti pada diagram 2.1
10
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2015, Tentang Standar Pelayanan Fisioterapi.
2. Rawat Inap
a. DJDP membuat rujukan/permintaan secara tertulis kepada bagian
fisioterapis dan selanjutnya akan diregistrasi dan ditindaklanjuti.
b. Selanjutnya fisioterapis akan melakukan pengecekan awal untuk
menemukan indikasi. Apabila tidak ditemukan indikasi maka
fisioterapis akan menyampaikan secara tertulis kepada pasien, namun
apabila ditemukan indikasi makan akan segera diambil tindakan.
Dalam proses ini akan dilakukan secara berkala dengan melampirkan
data rekam medik milik pasien.
c. Setelah program fisioterapis selesai, fisioterapis akan merujuk kembali
kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) disertai dengan
catatan klinis fisioterapi beserta rekomendasi.
d. Seluruh proses fisioterapi dicatat dalam rekam medik yang telah
disediakan, termasuk administrasi keuangan. Lihat diagram 2.2 alur
pasien rawat inap.
11
2.1.5 Proses Pelayanan Pusat Rehabilitasi Tunadaksa
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2015, Tentang Standar Pelayanan Fisioterapi. Pelayanan fisioterapi . yang
akan dirancang pada Pusat Rehabilitasi Tunadaksa ini bersifat kontinu dan
dinamis yang dilakukan oleh fisioterapis yang memiliki kompetensi yang
dibutuhkan, diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan pelayanan lain terkait
rekam medik, sistem informasi dan sistem komunikasi yang efektif.
1. Tindakan Pasien
Ttindakan pasien diarahkan pada diagnosis fisioterapo, yang terdiri dari
pemeriksaan dan evaluasi sekurang-kurangnya memuat data anamnesa
yang meliputi identitas umum, telaah sistemik, riwayat keluhan dan
pemeriksaan (uji dan pengukuran) termasuk pemeriksaan nyeri, resiko
jatuh, pemeriksaan penunjang (jika diperlukan) serta evaluasi.
2. Penegakan Diagnosis
Diagnosis fisioterapi adalah suatu pernyataan yang menggambarkan
keadaan multi dimensi pasien yang dihasilkan melalui analisis dan sintesis
dan pertimbangan klinis fisioterapi yang dapat menunjukkan disfungsi
organ gerak tubuh yang mencakup gangguan/kelemahan fungsi tubuh,
struktur tubuh, keterbatasan aktifitas dan hambatan bermasyarakat.
3. Perencanaan Intervensi
Dilakukan perencanaan terkait program latihan atau program lain ayng
spesifik dibuat secara tertulis dan melibatkan pasien.
4. Intervensi
Setelah dilakukan perencanaan intervensi maka akan dimodifikasi setelah
dilakukan evaluasi serta pertimbangan teknis dengan persetujuan pasien.
Intervensi khusus pada umumnya berupa manipulasi/massage yang
mempertimbangkan hak dan kenyamanan pasien.
5. Evaluasi/Re-evaluasi
Dilakukan oleh fisioterapis sesuai dengan tujuan intervensi, dapat berupa
kesimpulan termasuk dan tidak terbatas pada rencana penghentian
program atau merujuk pada professional lain.
6. Komunikasi dan Edukasi
12
Fisioterapi menjadikan komunikasi dan edukasi kepada pasien dan
keluarganya, tenaga pasien terkait serta masyarakat sebagai bagian dari
proses pelayanan fisioterapi yang berkualitas dan berfokus pada pasien.
7. Dokumentasi
Hal yang tidak kalah penting dalam proses fisioterapi adalah dokumentasi
agar fisioterapis dapat mempertanggungajawabkan pelayanan yang sudah
diberikan terhadap pasien.
2.1.6 Prosedur Pelayanan
Secara umum, prosedur fisioterapi tertuang dalam Miscellaneous
Diagnostic And Therapeutic Procedures, International Classification of Deseases
9th Revision Clinical Modification (ICD9-CM), dikelompokkan dalam kode 93
(Physical Therapy, Respiratory Therapy, Rehabilitation, And Related Procedures)
sebagai berikut :
• 93.0 Diagnostic Physical Therapy
• 93.1 Physical Therapy Exercises
• 93.2 Other Physical Therapy Musculoskeletal Manipulation
• 93.3 Other Physical Therapy Therapeutic Procedures
• 93.4 Skeletal Traction And Other Traction
• 93.5 Other Immobilization, Pressure, And Attention To Wound
• 93.6 Osteopathic Manipulative Treatment
• 93.8 Other Rehabilitation Therapy
• 93.9 Respiratory Therapy
Namun dalam hal ini yang batasan yang ditekankan terkait Pusat
Rehabilitasi Tunadaksa adalah Diagnostic Physical Therapy (Prosedur Diagnosis
Fisioterapi), Other Physical Therapy Musculoskeletal Manipulation (Fisioterapi
Manipulasi Musculoskeletal Lainnya), dan Other Physical Therapy Therapeutic
Procedures (Prosedur Terapi Lainnya). Seperti yang akan dijelaskan pada tabel
2.1 Terminologi Indonesia ICD-9 CM (IFI 2015).
13
Tabel 2. 1 Terminologi Indonesia ICD-9 CM (IFI 2015)
14
memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang
diberikan.
2. Tarif Non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS
Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan
jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
3. Tarif Indonesian-Case Based Groups adalah selanjutnya INA-CBG’s
adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang
didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit dan prosedur.
4. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama adalah fasilitas kesehatan yang
melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non
spesialistik untuk keperluan observasi, promotif, preventif, diagnosis,
perawatan, pengobatan dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.
5. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan adalah fasilitas
kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan bersifat
spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat
lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan dan rawat inap di ruang perawatan
khusus.
Adapun tarif pelayanan kesehatan pada FKTP meliputi tarif kapitasi dan
tarif non kapitasi. Masing-masing memiliki pelayanan yang berbeda. Pada laporan
ini yang akan dibahas yakni terkait tarif kapitasi yang meliputi.
1. Administrasi pelayanan
2. Pelayanan promotif dan preventif
3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif dan non-operatif
5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, termasuk pil dan kondom
untuk pelayanan KB
6. Pemeriksaan penunjang diagnostic laboratorium tingkat pertama
Standar tarif kapitasi di FKTP yakni pada puskesmas atau fasilitas
kesehatan setara sebesar Rp 3000,00 (tiga ribu rupiah) sampai dengan rp 6000,00
(enam ribu rupiah). Rumah sakit Kelas D Pratama, klinik pratama, praktik dokter
atau fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp 8000,00 (delapan ribu rupiah)
15
sampai dengan Rp 10.000,00 (sepuluh rubu rupiah) dan praktik perorangan dokter
gigi sebesar Rp 2.000,00 (dua ribu rupiah). Adapun tarif rawat inap pada FKTP
ditetapkan sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) sampai dengan Rp
120.000,00 (serratus dua puluh ribu rupiah). Dalam pelaksanaannya tarif kapitasi
bagi dokter sebagaimana dimaksud ditetapkan sebesar Rp 10.000,00 (sepuluh
ribu) perjiwa perbulan.
2.1.8 Tenaga Pelaksana Pusat Rehabilitasi Tunadaksa
a. Penyelenggara (Pengelola)
Rehabilitasi merupakan fasilitas dimana penanganannya bersifat sosial
yang dalam hal ini diarahkan pada penderita Tunadaksa, sehingga
penyelenggaraannya dilakukan oleh Dinas Sosial dan juga Dinas
Kesehatan. Adapun struktur organisasi dalam sistem operasional terkait
masalah rehabilitasi Tunadaksa ialah Direktorat Jendral Rehabilitasi dan
Pelayanan Sosial. Guna menangani penderita Tunadaksa, penanganan
dilakukan secara medis, psikologis dan keterampilan karya sehingga
dalam hal ini Dinas Sosial diharapkan dapat bekerja sama dengan bidang
kegiatan sosial lainnya.
b. Tenaga Medis dan Paramedis
Tenaga medis dan paramedic yaitu seseorang atau lebih yang
bertanggungjawab terhadap penanganan perawatan kesehatan di bidang
kedokteran seperti halnya memberikan pengobatan, bilamana dirasa perlu
melakukan operasi terhadap penderita Tunadaksa. Proses perawatan medis
yakni berupa fisioterapi, melakukan occuptional therapy, dan pembuatan
prothese, brace atau yang lainnya.
c. Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik dalam hal ini adalah sebagai tenaga dalam penanganan
guna menunjang tenaga medis dalam hal pengobatan. Hal ini dilakukan
bila proses pengobatan sudah selesai dilakukan namun kelianan tetap
terjadi makan akan dilakukan latihan gerak, selain itu akan dilatih mental
penderita Tunadaksa agar psikologis penderita tidak mudah terganggu
mengingat penderita disabilitas khususnya Tunadaksa harus memiliki
mental yang kuat. Selain itu pelatihan keterampilan juga diberikan dengan
16
tujuan memberikan bekal keterampilan jika sudah keluar dari rehabilitasi.
Pendidikan yang diberikan nantinya akan disesuaikan dengan tingkat
keahlian masing-masing.
Adapun uraian tugas masing-masing adalah sebagai berikut.
a. Kepala Instansi Pusat Rehabilitasi Tunadaksa
Penanggung jawab atas seluruh aktivitas dan civitas yang ada pada
rehabilitasi Tunadaksa dan membawahi atau memberikan garis kerja
kepada sub bagian tata usaha, bagian identifikasi dan terapi serta bagian
pelatihan dan penyaluran
b. Bagian Tata Usaha
Penanggung jawab pada bagian administrasi rehabilitasi penderita
Tunadaksa yang membawahi urusan surat menyurat dan urusan umum
c. Bagian Umum
Penanggung jawab pada pengadaan maupun pemeliharaan rehabilitasi
Tunadaksa
d. Bagian Identifikasi dan Terapi
Penanggung jawab pada penentuan serta pemeriksaan pasien
e. Bagian Identifikasi dan Pelayanan
Penanggung jawab pada bagian penentuan penderita serta pelayanannya
f. Bagian Terapi dan Bimbingan Mental
Penanggung jawab pada bagian pemeriksaan penderita serta psikologis
penderita
g. Bagian Pelatihan dan Penyaluran
Penanggung jawab pada tahapan-tahapan latihan, baik secara fisik maupun
keterampilan
2.1.9 Persyaratan Umum Ruang
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2012. Pedoman
Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Rehabilitasi Medik. Komponen sarana
yang ada pada Rehabilitasi Tunadaksa memiliki persyaratan sebaga berikut :
a. Komponen penutup lantai, penutup lantai tidak terbuat dari bahan dengan
porositas tinggi yang dapat menyimpan debu, mudah dibersihkan, tahan
gesekan, berwarna cerah tetapi tidak menyilaukan mata, pola berupa garis
17
alur yang menerus keseluruhan ruang pelayanan, pada kemiringan 7°,
penutup lantai tidak boleh licin walaupun dalam kondisi basah.
b. Komponen dinding, dinding harus tahan cuaca, mudah dibersihkan, tidak
berjamur, harus bersifat non porosif sehingga tidak menyimpan debu,
warna dinding cerah tapi tidak menyilaukan mata kecuali untuk ruang
yang berkaitan dengan aktivitas anak, harus memiliki pegangan dinding
pada daerah tertentu dengan ketinggian 80-100 cm dari permukaan lantai
dan mampu menahan beban minimal 75 kg. pada ruang dengan peralatan
gelombang elektromagnit, penutup dinding yang mengandung unsur metal
atau baja harus dihindari.
c. Komponen langit-langit, menggunakan bahan yang mudah dibersihkan,
tahan terhadap cuaca, tahan terhadap air, tidak mengandung unsur yang
dapat membahayakan pasien, tidak berjamur, bersifat non porosif,
berwarna cerah tetapi tidak menyilaukan mata.
d. Komponen pintu dan jendela, lebar bukaan pintu minimal 100cm untuk
daun pintu tunggal dan 120cm untuk daun pintu ganda (lebar daun pintu
80cm dan 40cm), tinggi door handle tidak lebih dari 100cm dari muka
lantai terendah, penutup pintu mekanis pada area pelayanan pasien
sebaiknya tidak dipergunakan, penutup otomatis elektrik boleh
dipergunakan bila minimal salah satu dari dua pasang sensor pembuka-
tutup pintu ada pada ketinggian 20cm dari permukaan lantai. Handle pintu
harus diletakkan di ketinggian 80-100cm dari permukaan lantai, pintu
yang terbuat dari bahan kaca pecahannya harus berbentuk butiran-butiran
kecil yang tidak tajam, tinggi huruf berkisar 10-20cm dengan
perbandingan lebar huruf : tinggi berkisar 2:3 atau 3:5.
2.1.10 Persyaratan Prasarana
Berdasarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2012. Pedoman
Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Rehabilitasi Medik. Prasarana yang ada
pada Rehabilitasi Tunadaksa memiliki persyaratan sebagai berikut :
a. Sistem ventilasi, bangunan ruang rehabilitasi Tunadaksa harus memiliki
ventilasi alami dan atau ventilasi buatan, harum memiliki bukaan
permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami. Ventilasi
18
buatan disediakan jika ventilasi alami tidak dapat memenuhi syarat,
penerapan sistem ventilasi harus memperhatikan prinsip hemat energi.
b. Sistem pencahayaan, bangunan ruang rehabilitasi Tunadaksa harus
memiliki pencahayaan alami dan atau buatan, pencahayaan alami harus
optimal sesuai fungsi bangunan dan ruangan, pencajayaan buatan harus
berdasarkan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan seperti ruang
administrasi yang berfungsi mewadahi aktivitas membaca, menulis,
mengetik dan menggaris sehingga memerlukan pencahayaan kategori D
dengan ideal lux yakni 500. Selengkapnya mengenai pencahayaan ideal
pada rumah sakit dapat dilihat pada tabel 2.1. Pencahayaan buatan yang
digunakan untuk pencahayaan darurat harus dipasang pada bangunan
ruang rehabilitasu Tunadaksa dengan fungsi tertentu serta dapat bekerja
secara otomatis, semua sistem pencahayaan buatan kecuali yang
diperlukan pada keadaan darurat harus dilengkapi dengan pengendali
manual dan atau otomatis serta ditempatkan pada tempat yang mudah
dicapai oleh pengguna ruang.
19
minum atau keperluan rumah tangga lainnya, sedangkan yang tidak
memenuhi persyaratan hanya dibatasi untuk kloset, peturasa dan alat
plumbing lainnya serta diberi tanda “berbahaya bagi kesehatan”.
d. Sistem pembuangan air kotor dan atau air limbah harus dipisah dengan
jaringan pembuangan air hujan.
e. Sistem pembuangan sampah, penyediaan tempat sampah diperhitungkan
berdasarkan fungsi bangunan, jumlah penghuni dan volume sampah serta
dipertimbangkan agar penempatan maupun pengolahannya tidak
menganggu kesehatan penghuni, masyarakat serta lingkungan. Terdapat 2
jenis sampah yaitu sampah medis (berbahaya, infeksius, beracun) dan
sampah non medis (kertas, sampah daun ranting, tidak berbahaya),
dilakukan penanganan berbeda pada sampah yang ada sesuai jenisnya.
Seperti contoh, sampah non medis akan diseleksi menjadi sampah basah
atau kering lalu dibawa ke bin pengumpul lalu dikumpulkan di kontainer
Bersama sampah umum kemudian dibuang ke TPA Kota. Untuk sampah
medis akan diseleksi menurut potensi bahayanya kemudian dikumpulkan
pada alat pengumpul lalu dibawa ke incinerator yang kemudian dibuang ke
Sanitary Landfill Offsite. Skema lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar
2.3
Seleksi Basah
Umum Bak Sampah
atau kering
20
2.2 Tinjauan Studi Banding dan Studi Fasilitas Sejenis
2.2.1 Studi Banding
Studi banding terkait objek dan fasilitas sejenis dilakukan guna
mengetahui fasilitas terkait rancangan pada seminar ini. Pada studi ini digunakan
fasilitas yang setara dengan Pusat Rehabilitasi Tunadaksa yakni menggunakan
Rehabilitasi Medik.
1. Yayasan Bunga Bali
Yayasan Bunga Bali merupakan salah satu fasilitas yang berfungsi untuk
mewadahi penderita disabilitas Tunadaksa namun tidak menutup
kemungkinan untuk penderita disabilitas lain yang ingin bergabung menjadi
anggota yayasan ini. Merupakan yayasan milik perorangan namun masih
dalam naungan Kementerian Sosial. Yayasan Bunga Bali memberikan
rehabilitasi berupa pelatihan keterampilan serta memberikan tempat untuk
tinggal bagi penderitanya termasuk penderita yang terlantar. Yayasan ini dapat
menampung penderita disabilitas sebanyak 30-50 orang dengan
mempekerjakan pegawai yang juga memiliki kebutuhan khusus.
A. Lokasi
Yayasan Bunga Bali terletak di Jl. Bypass Prof. Dr. Ida Bagus Mantra No.
111, Kesiman Kertalangu, Kec. Denpasar Timur, Kota Denpasar.
21
Gambar 2. 4 Lokasi Yayasan Bunga Bali
Sumber : Hasil Observasi, Januari 2020
B. Jam Operasional
Yayasan Bunga Bali merupakan yayasan dengan jam operasional
sebanyak 8 jam kerja yakni dari pukul 08.00-16.00 dengan waktu bekerja dari
hari senin sampai sabtu namun pada hari sabtu hanya beroperasi setengah hari
kerja.
C. Fasilitas
Adapun fasilitas yang dimilii oleh Yayasan Bunga Bali yakni terdapat
lobby, ruang kerja pengelola, ruang pelatihan keterampilan, dapur, ruang
makan, asrama penderita tunadaksa, serta aula. Dapat dilihat pada gambar 2.5
22
1. Ruang Pelatihan Keterampilan
Ruang ini dipergunakan sebagai tempat untuk penderita tunadaksa dalam
melatih kemandirian dan keterampilan sehingga ketika terjun dimasyarakat
penderita tunadaksa memiliki keterampilan. Pada gambar ini terlihat penderita
tunadaksa sedang melakukan pelatihan keterampilan pembuatan puzzle untuk
dipasarkan ke hotel. Seperti yang terlihat pada gambar 2.6.
23
Gambar 2. 7 Lantai 2 Yayasan Bunga Bali
Sumber : Hasil Observasi, Januari 2020
24
3. Aula
Aula merupakan ruang yang dipergunakan sebagai ruang ketika dilakukan
sosialisasi baik oleh pihak Yayasan Bunga Bali maupun yayasan yang akan
melakukan kegiatan lain seperti yang terlihat pada gambar 2.9 dan 2.10.
25
Gambar 2. 11 Lokasi RSUD Bali Mandara
B. Jam Operasional
RSUD Bali Mandara merupakan rumah sakit dengan jam operasional 24
jam, namun untuk terapi maupun pelatihan hanya beroperasi selama 12 jam
yakni dari pukul 08.00 pagi hingga 20.00 pada malah hari.
C. Fasilitas
Fisioterapi merupakan salah satu bagian dari rehabilitasi medik yang
dalam bangunan ini terletak pada bagian lantai pertama, terdapat beberapa
fasilitas pada RSUD Bali Mandara yakni, ruang informasi, ruang tunggu,
ruang konsultasi, ruang terapi wicara, ruang gymnasium, ruang fisioterapi dan
ruang ortotik dan prostetikseperti yang terlihat pada gambar 2.4
26
Gambar 2. 12 Denah Lantai 1 RSUD Bali Mandara
Sumber : Hasil Observasi, 4 November 2019
• Ruang Gimnasium
Terdapat 1 ruang gymnasium pada RSUD Bali Mandara. Ruang
Gimnasium merupakan ruang yang dipergunakan penderita Tunadaksa
untuk melakukan kegiatan olah raga yang merupakan salah satu proses
pelatihan bagi penderitanya, seperti yang terlihat pada gambar 2.5
27
• Ruang Ortotik dan Prostetik
Terdapat 1 ruang ortotik dan prostetik yang dalam hal ini
diklasifikasikan menjadi ruang ortotik dan prostetik dewasa dan ruang
ortotik dan prostetik anak-anak seperti yang terlihat pada gambar 2.6 dan
2.7.
• Ruang Konsultasi
RSUD Bali Mandara memiliki 3 ruang konsultasi yang dipergunakan
spesialis maupun fisioterapis dalam mengecek keadaan pasien penderita
Tunadaksa, adapun isi dalam ruang konsultasi dapat dilihat pada gambar
2.8
28
Gambar 2. 16 Ruang Konsultasi RSUD Bali Mandara
Sumber : Hasil Observasi, 4 November 2019
3. Sada Jiwa Healt Center
Sada Jiwa merupakan fasilitas kesehatan untuk lansia yang memberikan
pelayanan kesehatan paripurna meliputi pencegahan, peningkatan,
pengobatan, dan Rehabilitasi. Sada Jiwa memiliki makna “Panjang Umur”,
dengan lambang bunga teratai yang memiliki arti Kebenaran, Kesucian dan
Keindahan. Nama ini digunakan dengan tujuan, dimana pengguna jasa dapat
hidup dengan teratur, sehat, dan bahagia selama hidupnya.
A. Lokasi
Sada Jiwa Health Care berlokasi Sembung, Mengwi, Kabupaten Badung,
Bali 80351. Lokasi Sada Jiwa Health Care untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 2.10
29
Gambar 2. 17 Peta Lokasi Sada Jiwa Health Center
Sumber : google.maps
B. Struktur Organisasi
Sada Jiwa Health Care memiliki struktur organisasi yang berbeda dengan
RSUP Sanglah, hal ini dikarenakan visi dan misi Sada Jiwa berbeda dengan
RSUP Sanglah. Pada Sada Jiwa tidak ada bagian Pendidikan karena Sada Jiwa
fokus terhadap rehabilitasi bukan Pendidikan. Struktur organisasi pada Sada
Jiwa Health Care dapat dilihat pada gambar 2.5
30
Gambar 2. 18 Struktur Organisasi Sada Jiwa
Sumber : Mahasidhi, 2018
C. Jam Operasional
Jam Operasional pelayanan kesehatan Sada Jiwa Health yaitu senin-
minggu dan beroperasi 24 jam.
D. Fasilitas
Peletakan fasilitas disesuaikan dengan alur datang nya pasien, pada awal
masuk Kawasan Sada Jiwa fasilitas pertama adalah tempat parkir mobil
kemudian parkir motor, pos satpam diletakan didekat parkir selain sebagai
penjaga keamanan juga sebagai pengarah pasien yang akan berobat ke Sada
Jiwa. Klinik berada diareal paling dekat dengan pintu masuk dan semakin
kedalam fasilitas seperti kamar inap dan wantilan serta dapur dapat ditemui.
Layout Kawasan Sada Jiwa dapat dilihat pada gambar 2.6
31
Gambar 2. 19 Layout Sada Jiwa
Sumber : Mahasidhi, 2018
Fasilitas Sada Jiwa Health Center terdiri dari beberapa ruangan sebagai
berikut:
• Parkir (1,2)
Parkir pada Sada Jiwa Health terdiri dari 2 parkir yaitu parkir mobil dan
parkir motor. Parkir mobil berada di areal awal (pada nomor 1) masuk site
baru setelahnya parkir motor (pada nomor 2), lihat gambar 2.6. Ukuran parkir
mobil yaitu 1600x1000cm dapat dilihat pada gambar 2.7
32
• Pos Satpam (7)
Pos satpam berada di seberang parkir motor , dapat dilihat pada gambar
2.8. Ukuran pos satpam yaitu 215x245cm.
33
• Fisioterapi (10)
Ruang Fisioterapi letaknya bersebelahan dengan ruang poli umum,
ukuran ruang fisioterapi yaitu 380x430. Seperti gambar 2.10 disana dapat
dilihat juga furniture yang berada di ruang fisioterapi.
34
Gambar 2. 24 Denah Dapur dan Restauran Sada Jiwa
Sumber : Mahasidhi, 2018
35
• Ruang Pengelola (17)
Ruang pengelola digunakan untuk mengurus administrasi pada Sada
Jiwa Health Center, pada ruang pengelola terdapat meja office serta sofa untuk
tamu, dapat dilihat pada gamabr 2.13
Ruang rawat inap adalah fasilitas perawatan yang ditawarkan Sada Jiwa
Health Center untuk pasien yang perlu perawatan penuh maupun pasien yang
tidak bisa dirawat oleh kerabat nya dirumah. Pada satu bangunan terdapat 2
kamar terpisah seperti gamabr 2.14. Ruang rawat inap berisi 1 kamar tidur, 1
ruang tamu, dan1 kamar mandi.
36
E. Tenaga Medis
Jumlah tenaga medis di Sada Jiwa Health terdiri dari 5 Perawat, 2
fisioterapis.
2.2.2 Kesimpulan Studi Fasilitas Sejenis
Berdasarkan pemaparan hasil studi fasilitas sejenis dapat disimpulkan
berdasarkan tinjauan tiap objek studi banding yang setara dengan Pusat
Rehabilitasi Tunadaksa dapat dilihat fungsi pelayanan. Pada keempat studi objek
ini memiliki ruang terapi seperti yang akan dirancang pada proyek ini. Bila dilihat
dari lingkup pelayanannya keempat studi objek ini memiliki lingkup pelayanan
yang sama yakni kuratif dan rehabilitatif. Sistem kepemilikannya swasta dan
bukan menjadi bagian dari rumah sakit. Lokasi dirancangnya studi objek ini
terletak di daerah perkotaan serta hanya dua studi objek sejenis saja yang
memiliki waktu pelayanan medis selama 24 jam. Kesimpulan dapat dilihat pada
tabel 2.3
Sistem Perorangan namun Swasta namun Swasta namun Sistem kepemilikan dapat
Kepemilikan berada pada masih berkoordinasi masih berkoordinasi dipegang oleh pemerintah
naungan dengan pemerintah dengan pemerintah, maupun swasta, tidak
Kementerian tidak menjadi menutup kemungkinan
Sosial bagian dari rumah bekerja sama
sakit
Lokasi Daerah Perkotaan Daerah Perkotaan Daerah Perkotaan Pedoman perancangan Pusat
Rehabilitasi dibangun di
37
daerah perkotaan
Waktu Pelayanan 8 jam kerja Medis, 24 jam UGD, 24 jam Waktu pelayanan tergantung
Fisioterapi, 12 jam Pelayanan Medis, fasilitas yang akan
24 jam dorancang
38
dalam tanggung jawabnya dibidang sosial untuk dapat memulihkan kemampuan
agar dapat menyesuaikan diri dengan kelompok lingkungan serta dapat
bertanggungjawab dan bekerja sama, selain itu tujuan rehabilitasi yakni
memberikan bimbingan keterampilan usaha dab kerja produktif untuk
memberikan kemampuan agar penyandang Tunadaksa dapat menguasai satu atau
beberapa jenis keahlian atau keterampilan guna dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Disamping tujuan yang sudah dipaparkan diatas, ada beberapa aspek
berguna yang mencakup self realization, human relationship, economic efficiency,
dan civic, responsibility. Artinya, melalui kegiatan-kegiatan rehabilitasi, peserta
didik disabilitas diharapkan :
- Diharapkan dapat menyadari kelainan yang dimiliki, sehingga penderita
disibilitas mampu menguasai diri sedemikian rupa tanpa harus
menggantungkan diri pada orang lain (self realization).
- Diharapkan dapat bekerja sama dengan orang lain, tahu akan perannya
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan peran tersebut. Dengan begitu,
penderita disabilitas akan mengetahui batas-batas terkait kelakuan, etika
dalam agama, bermasyarakat, bersosial, sehingga penderita disabilitas
tidak lagi mengasingkan diri dari lingkungannya. Penderita disabilitas juga
diharapkan untuk tidak rendah diri, dan tidak berlebihan agar mampu
bergaul secara wajar dengan lingkungan (human relationship).
- Diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan ekonomis produktif
tertentu yang dapat menjamin keberlangsungan ekonomi penderita
disabilitas (economic efficiency). Penderita disabilitas juga diharapkan
mampu untuk terampil dalam menggunakan organ gerak tertentu untuk
menunjang kegiatan ekonomi produktif (seperti contoh penggunaan kursi
roda) agar keterampilan penderita disabilitas tetap terjaga.
- Diharapkan dapat memiliki tanggungjawab terhadap dirinya sendiri
sehingga penderita disabilitas mampu untuk berpartisipasi dengan
lingkungannya, minimal tidak mengganggu kehidupan masyarakat. Ini
dimaksudkan agar penderita disabilitas tidak menggantungkan dirinya
39
secara terus menerus dengan orang lain yang pada akhirnya dapat
menimbulkan efek negatif pada dirinya sendiri.
2.3.4 Jenis-Jenis
A. Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi medis merupakan rehabilitasi terhada penderita dengan
memberikan pertolongan medis atau secara pengobatan penderita dengan
tujuan adalah :
- Menyembuhkan/mengurangi berat cacatnya
- Meningkatkan kemampuan jasmani penderita
- Mencegah timbulnya cacat permanen.
40
- Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, kebersihan
jiwa dan mental
- Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah
laku yang dapat memberikan manfaat, baik pada diri sendiri, lingkungan
keluarga, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial dan alam sekitar.
- Untuk menghasilkan potensi ilahiyah, sehingga dengan potensi tersebut
individu dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan benar, ia dapat
dengan baik dan benar menanggulangi berbagai persoalan hidup dan dapat
memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada
berbagai aspek kehidupan.
Dari ketiga bidang rehabilitasi tersebut dapat dikatan sebagai satu
kesatuan yang saling berkaitan di dalam penanganannya sehingga merupakan
suatu proses yang bersifat terus menerus, dalam melakukan penanganan yang
pada mulanya diawali dengan melakukan penentuan diagnose kecacatan
kemudian proses pengobatan sampai akhirnya pada proses pemulihan yaitu
dengan pelatihan-pelatihan yang sekiranya dianggap perlu.
2.3.5 Pelayanan Umum
Adapun pelayanan umum yang merupakan bagian dari Pusat Rehabiliktasi
Tunadaksa sesuai dengan observasi maupun pengembangannya adalah sebagai
berikut :
a. Konsultasi terkait Tunadaksa dan psikologis penderita
b. Pertolongan medis
c. Terapi untuk tubuh penderita Tunadaksa
d. Rawat inap penderita Tunadaksa
e. Pembuatan alat-alat ortotik dan prostetik
2.3.6 Batasan Proyek
Beberapa hal yang digunakan sebagai acuan untuk batasan proyek dari
beberapa aspek diantaranya sebagai berikut :
a. Objek perencanaan dan perancangan adalah penderita yang mengalami
Tunadaksa (cacat tubuh) seperti patah tulang tangan maupun kaki, patah
tulang bagian persendian tungkai dan persendian lengan, cacat TBC tulang
41
serta sendi dan cacat pada tulang punggung serta penyakit bawaan seperti
polio.
b. Sasaran pada pasien yakni dari anak-anak hingga dewasa.
c. Pelayanan rehabilitasi Tunadaksa ini mengutamakan penderita yang ada di
Provinsi Bali, namun tidak menutup kemungkinan juga bagi penderita
Tunadaksa di luar Bali.
d. Peraturan daerah yang berlaku digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan dan perancangan.
e. Biaya pembangunan dianggap diluar kewenangan perencana, meskipun
dalam perencanaan perlu diperhitungkan efisiensi dalam batas tertentu.
2.4 Potensi Lokasi
Kota Denpasar sebagai pusat kota dari Provinsi Bali yang merupakan
pusat dari beragam kegiatan, pemerintahan dan perdagangan. Kota Denpasar
memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dengan kualitas sumber daya
manusia yang baik dengan semakin sadar akan pentingnya kesejahteraan
masyarakat yang ada di Provinsi Bali. Selain itu Kota Denpasar merupakan titik 0
Provinsi Bali, sehingga akses penderita Tunadaksa lebih mudah.
2.4.1 Kondisi Fisik Kota Denpasar
Dalam tinjauan fisik Kota Denpasar akan dijelaskan mengenai letak
geografis, luas wilayah, klimatologi dan topografi.
42
A. Letak Geografis dan Luas Wilayah
Secara administratif pemerintahan kota ini terdiri dari 4 kecamatan, 43
desa atau kelurahan dengan 209 dusun. Saat ini pemerintah Kota Denpasar telah
mengembangkan berbagai inovasi dalam meningkatkan layanan kepada
masyarakatnya, seperti contoh yakni membenahi sistem administrasi
kependudukannya.
Kecamatan di Kota Denpasar adalah :
• Denpasar Barat
• Denpasar Selatan
• Denpasar Timur
• Denpasar Utara
Batas-batas dari wilayah di Kota Denpasar adalah:
• Utara : Kecamatan Mengwi dan Kecamatan Sukawati
• Timur : Kecamatan Sukawati dan Selat Badung
• Selatan : Selat Badung dan Kecamatan Kuta Selatan
• Barat : Kecamatan Kuta
43
Tabel 2. 4 Jumlah Penderita Tunadaksa di Kota Denpasar
No Tahun Jumlah Penderita Tunadaksa
B. Fasilitas Pendukung
Adapun fasilitas pendukung proyek rancangan berupa yayasan yang
terdapat di Denpasar nantinya dapat menjalin kerjasama guna membantu penderita
tunadaksa dalam hal pengobatan dapat dilihat pada gambar 2.29.
44
Tabel 2. 5 Kesimpulan Analisis Permasalahan dan Pemecahan
Masalah Pemecahan
Masyarakat belum mengetahui dengan Memberikan program dalam
jelas terkait rehabilitasi terhadap pemberian informasi dan wawasan
penderita Tunadaksa mengenai rehabilitasi Tunadaksa
Efektifitas ruang dalam perancangan Perlunya analisis desain yang dapat
bangunan Pusat Rehabilitasi mengutamakan kebutuhan dan standar
Tunadaksa ini mengingat mashing- masing-masing ruang
masing ruang memiliki kebutuhan dan
standar ruang yang berbeda
Penggabungan dalam satu tempat Melakukan analisis fungsi yang dapat
fungsi yang memiliki latar belakang digabungkan dan yang tidak dapat
yang berbeda dan tuntutan ruang yang digabungkan serta membuat
berbeda penggabungan yang berbeda ini
nantinya tidak menimbulkan masalah
baru
Sumber: Hasil Analisis
45
B. Pelayanan Pendukung
Pelayanan pendukung berfungsi untuk mendukung kebutuhan utama
berupa tempat pelayanan administrasi bagi penderita Tunadaksa, seperti
dibawah ini :
• Registrasi penderita Tunadaksa untuk segera ditindak lanjut
• Menunggu giliran untuk diberikan tindakan selanjutnya
• Ruang bagian Konsultasi
• Pengecekan terkait keluhan pasien
• Pendataan bagian umum terkait pasien dan kegiatan lainnya
C. Pelayanan Penunjang
• Beristirahat seperti makan dan minum
• Melakukan rapat atau pertemuan antar pengelola
• Kegiatan Servis
2.6.2 Waktu Operasional
Waktu operasional Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar ini adalah
setiap hari dengan target sebanyak 12 jam.
2.6.3 Kelembagaan dan Pengelolaan
Status kelembagaan dan pengelolaan dari Pusat Rehabilitasi Tunadaksa ini
adalah sebagai berikut :
a. Manajemen pengelolaan Pusat Rehabilitasi Tunadaksa ini adalah program
pemerintah yang bekerjasana dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali serta
Dinas Sosial Provinsi Bali, karena pada dasarnya rehabilitasi ini
merupakan program yang bertujuan untuk mensejarterakan masyarakat
khususnya penderita Tunadaksa sehingga penderita Tunadaksa dapat
kembali beraktivitas seperti sedia kala.
2.6.4 Lokasi
Merencanakan sebuah Pusat Rehabilitasi Tunadaksa ini harus memenuhi
persyaratan bangunan, sarana, prasarana serta peralatan sesuai peruntukkannya.
Adapun persyaratannya antara lain :
• Lokasi dan letak bangunan sesuai dengan rencana umum tata ruang
Kota Denpasar
46
• Berada pada pusat Kota Denpasar agar mudah dijangkau oleh penderita
Tunadaksa
• Bangunan dan prasarana harus memenuhi persyaratan keamanan,
keselamatan kerja dan analisis dampak lingkungan
• Sarana dan prasarana utilitas sekitar lokasi yang memadai sehingga
dapat mendukung fungsi bangunan
• Topografi relatif datar untuk mempermudah sirkulasi dan perencanaan
47
BAB III
METODE PENDEKATAN
Pada bab ini, berisi acuan dalam pembuatan Program Perencanaan dan
Perancangan Arsitektur. Acuan ini digunakan dalam merancang objek yaitu Pusat
Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar. Tujuan dari melakukan metode pendekatan
ini adalah agar perencanaan Pusat Rehabilitasi Tunadaksa mendapatkan hasil yang
optimal dalam penentuan fungsi, persyaratan ruang, serta unsur estetika
48
Programming : Information Management for Design dan Karlen dalam buku
Dasar-Dasar Perencanaan Ruang (2007: 3, 7-8)
3.2 Strategi Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan untuk menyusun langkah-langkah
yang akan dilakukan dalam proses perancangan Pusat Rehabilitasi Tunadaksa. Hal
ini dilakukan dengan tujuan agar proses perancangan Pusat Rehabilitasi
Tunadaksa berjalan dengan sistematis dan terstruktur. Adapun langkah-langkah
yang perlu dilakukan adalah :
1. Penjabaran latar belakang mengenai Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di
Denpasar
2. Penentuan metode pendekatan yang sesuai dengan Pusat Rehabilitasi
Tunadaksa
3. Melakukan pemahaman terhadap proyek Pusat Rehabilitasi Tunadaksa
4. Melakukan Penelusuran terhadap standar – standar, data fasilitas,
persyaratan lokasi, administrasi, persyaratan umum dan khusus serta
panduan yang berkaitan dengan proyek Pusat Rehabilitasi Tunadaksa
5. Melakukan Identifikasi berbagai potensi, permasalahan dan pemecahannya
pada lokasi proyek Pusat Rehabilitasi Tunadaksa
6. Melakukan Kajian terhadap fasilitas sejenis mengenai Pusat rehabilitasi
Tunadaksa sebagai pembanding serta menambah pemahaman mengenai
pusat rehabilitasi Tunadaksa
7. Menentukan Spesifikasi khusus dari Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di
Denpasar sesuai dengan data, standar, persyaratakan, potensi dan
permasalahan lokasi serta studi banding.
8. Menentukan Analisis hubungan antara spesifikasi Pusat Rehabilitasi
Tunadaksa dengan pemrograman ruang (fungsional, performansi,
arsitektural)
9. Menentukan Kriteria Desain Tapak dan Bangunan
3.3 Tahapan Perancangan
Adapun skema pendekatan dalam tahap-tahap perancangan Pusat
Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar. Tahapan ini disusun secara kronologis dan
49
sistematis. Tahapan-tahapan pendekatan perancangan tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut. Lihat gambar 3.1
IDE
PERMASALAHAN
POTENSI TAHAP 1
PMAHAMAN PROYEK
PENYUSUNAN LATAR URGENSI PROYEK
PELUANG
BELAKANG
KESENJANGAN
RUMUAN MASALAH
TUJUAN
SASARAN SASARAN
N N
a. Ide Rancangan
Tahap perumusan ide merupakan tahapan awal dalam sebuah perancangan.
Topik yang diangkat adalah perlunya wadah atau tempat yang akan memfasilitasi
suatu kegiatan tertentu yang memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus. Ide
50
rancangan juga merupakan gagasan proyek yang akan dirancang dan menjadi
judul pada makalah seminar. Pada Seminar Tugas Akhir berikut, ide yang digagas
adalah menciptakan sebuah fungsi yang dapat bermanfaat pada masyarakat
sekitar, sehingga dipilihlah sebuah judul sebuah proyek Pusat Rehabilitasi
Tunadaksa.
b. Proses Penyusunan Latar Belakang
Penyusunan latar belakang dimulai dengan menguraikan permasalahan,
potensi, peluang dan kesenjangan yang berkaitan dengan ide perancangan, yakni
sebuah proyek Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar. Setelah menguraikan
permasalahan, potensi, peluang, dan kesenjangan, maka akan didapat sebuah
argumentasi urgensi dari proyek tersebut atau yang dapat diistilahkan dengan
esensi proyek Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar.
c. Rumusan masalah
Rumusan masalah berisi tantangan dalam merancang dan mendesain pada
proyek Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar berdasarkan pemaparan yang
telah dijelaskan pada latar belakang
d. Tujuan
Tujuan yang dirumuskan merupakan tujuan dari perancangan proyek Pusat
Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar, sehingga dapat mewadahi urgensi proyek
yang telah dijelaskan pada latar belakang proyek.
e. Sasaran
Berisi poin-poin materi yang mencerminkan keunikan/kekhasan proyek
Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar. Untuk selanjutnya, sasaran proyek
akan memiliki peran dalam merancangan kriteria dan konsep desain.
3.3.2 Tahap Dua : Tahap Penyusunan Spesifikasi Proyek
Tahap dua dari perancangan ini akan membahas terkait spesifikasi proyek
yang sebelumnya diperoleh dari tahap 1 pada gambar di atas Tahap kedua dapat
dilihat pada gambar 3.3
51
TAHAP I
STUDI BANDING
WAWANCARA PROSES PENGUMPULAN DATA
DATA SKUNDER
STUDI LITERATUR
ANALISIS FUNGSI
PROSES ANALISIS DATA
ANALISIS KEGIATAN
ANALISIS RUANG
a. Pengumpulan Data
Setelah menyusun latar belakang, yang dilakukan selanjutnya adalah
pengumpulan data primer dan sekunder melalui tinjauan proyek sejenis, tinjauan
pustaka, dam tinjauan potensi lokasi. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya
direduksi/diklasifikasikan sesuai kebutuhan kelompok data. Pada proses
pengumpulan data Pusat Rehabilitasi Tunadaksa, data yang dikumpulkan adalah
berupa data primer (Tinjauan proyek sejenis pada Sada Jiwa Health Center, Klinik
Dr. Mardhati, SpFKR, dan Rumah Sakit Dr. Kariadi), dan data sekunder (melalui
studi pustaka). Pengumpulan data dilakukan melalui Teknik pengumpulan data
yang beragam seperti wawancara, interview, observasi, browsing, dan
dokumentasi.
b. Analisis Data
Data yang telah dikompilasi selanjutnya akan dianalisis sesuai dengan
kategori dan teori yang digunakan. Pada analisis data terkait perancangan Pusat
Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar, analisis yang dihasilkan adalah analisa
fungsi, analisa kegiatan, dan analisa ruang yang dapat ditarik menjadi sebuah
sintesis data (keterkaitan data). Analisis data digunakan untuk
52
mentransformasikan data yang telah dikumpulkan dalam menyusun spesifikasi
proyek
c. Spesifikasi proyek
Spesifikasi proyek terdiri dari spesifikasi umum dan spesifikasi khusus.
Spesifikasi umum adalah simpulan dari analisis data dan pemahaman proyek
secara umum yang berisi batasan-batasan proyek. Sedangkan spesifikasi khusus
adalah pemahaman mengenai proyek yang akan dirancang berupa focus dan locus.
Pada perancangan Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar, spesifikasi umum
ditarik dari analisis data yang berkaitan dengan pemahaman proyek dan hasil dari
studi fasilitas sejenis yang diuraikan secara umum, antara lain :
• Pemahaman Pusat Rehabilitasi Tunadaksa
• Fungsi Pusat Rehabilitasi Tunadaksa
• Tujuan dan Sasaran Pusat Rehabilitasi Tunadaksa
• Ruang Lingkup dan Batasan
• Sistem Pengelolaan Pusat Rehabilitasi Tunadaksa
• Ruang Lingkup Pusat Rehabilitasi Tunadaksa
• Lingkup dan jenis pelayanan pada Pusat Rehabilitasi Tunadaksa
• Fasilitas pada Pusat Rehabilitasi Tunadaksa
• Aktivitas Pusat Rehabilitasi Tunadaksa
Pada perancangan Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar, penyusunan
spesifikasi khusus fokus dan lokus yang berisikan seperti apa fasilitas yang
diinginkan. Lingkup spesifikasi khusus Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar
antara lain :
• Fungsi Pusat Rehabilitasi Tunadaksa yang akan diterapkan
• Tujuan Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar
• Sasaran Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar
• Civitas Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar
• Lingkup Pelayanandan Kegiatan Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di
Denpasar
53
3.3.3 Tahap Tiga : Tahap Penyusunan Program Ruang dan Program
Tapak
Tahap ketiga dari metode perancangan ini yakni membahas mengenai
penyusunan program ruang maupun tapak, dapat dilihat pada gambar 3.4
TAHAP II
PENYUSUNAN SPESIFIKASI
PROYEK
PROGRAM RUANG
PROGRAM RUANG,
PROGRAM PERFORMANSI,
PROGRAM ARSITEKTURAL TAHAP III
PEMROGRAMAN
PROGRAM TAPAK
STUDI KEBUTUHAN LUAS
TAPAK, ANALISIS TAPAK
54
PROGRAM RUANG
PROGRAM RUANG,
PROGRAM PERFORMANSI,
PROGRAM ARSITEKTURAL TAHAP III
PEMROGRAMAN
PROGRAM TAPAK SASARAN
STUDI KEBUTUHAN LUAS
TAPAK, ANALISIS TAPAK
SASARAN
Input
TAHAP IV KRITERIA &
KONSEP DESAIN
SASARAN
KRITERIA DAN KONSEP DESAIN
KRITERIA &
KONSEP DESAIN
TAHAP V
SKEMATIK DESAIN
TAHAP VI
PENGEMBANGAN DESAIN
55
BAB IV
PEMROGRAMAN
Bab ini merupakan bagian yang membahas tentang pemrograman pada
proyek Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar. Pada bab ini akan dijelaskan
mengenai program fungsional, program performansi dan program arsitektural
yang akan membantu proses perancangan bangunan Pusat Rehabilitasi Tunadaksa
di Denpasar.
1.1 Program Ruang
Program ruang yang akan dibahas pada Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di
Denpasar ini meliputi program fungsional, program arsitektural. Serta program
performansi.
4.1.1 Program Fungsional
Pada sub bab ini akan dijelaskan tentang analisis fungsi, analisis kegiatan,
analisis civitas, analisis alur aktivitas, serta analisis kebutuhan ruang terkait
proyek Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar.
56
1. Analisis Kebutuhan Ruang Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar
Fungsi Aktivitas Civitas Sarana Ruang
Fungsi Utama
(Perawatan)
57
- Alat dewasa)
pembuatan dan - Ruang Terapi
perbaikan Air (anak dan
ortotik dan dewasa)
prostetik - Ruang Terapi
- Lemari Okupasi (anak
penyimpanan dan dewasa)
alat-alat - Gimnasium
ortotik dan - Bengkel
prostetik pembuatan
- Tempat tidur alat-alat
untuk pasien ortotik dan
menginap prostetik
- 1 meja - Ruang
- 1 sofa penyimpanan
- Alat-alat alat ortotik
konsumsi dan prostetik
pasien - Ruang rawat
inap
- Dapur
Fungsi Pengelola
Kegiatan -
Datang - Direktur - Kursi - Ruang
Operasional -
Memakirkan kendaraan - Manajer - Meja direktur
dan -
Absensi - Staff bagian - Komputer - Ruang
Administrasi -
Meletakkan barang keuangan - Lemari manajer
-
Bekerja (membaca, - Staff bagian penyimpanan - Ruang staff
menulis, menggunakan medis barang - Ruang
komputer - Staff bagian pertemuan
- Mengawasi operasional - Loker
- Koordinasi - Staff bagian
- Pertemuan humas
Fungsi Pendukung
Kegiatan - Datang - Pengunjun - Loading dock - Kafetaria
Konsumsi - Pemesanan makanan g - Gudang
- Duduk - Pengantar - Dapur
- Pembuatan makanan pasien - Meja servis
- Pembayaran - Pasien - Meja makan
- Pencucian alat-alat - Pengelola - Kursi makan
masakan dan makanan - Kasir
- Keluar
Kegiatan - Datang - Seluruh - Rak - Janitor
Keamanan, - Menjaga keamanan civitas penyimpanan - Ruang
Kebersihan, - Membersihkan ruangan servis - Peralatan utilitas
Maintenance dan kebun - Satpam keamanan - Gudang
- Membersihkan ruang - Cleaning - Peralatan Linen
rawat inap pasien Service kebersihan - Tempat
- Menyimpan/mengambil - Teknisi - Peralatan ME penyimpanan
peralatan ME sampah
- Melayani pengelola dan
pasien
- Merawat mekanikal
dan elektrikal
58
2. Analisis Fungsi
Identifikasi fungsi berdasarkan spesifikasi proyek Pusat Rehabilitasi
Tunadaksa di Denpasar ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Fungsi Utama dari Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar ini adalah
sebagai sarana pelayanan kesehatan. Sarana pelayanan kesehatan berupa
rawat jalan dan rawat inap berupa rehabilitasi bagi masyarakat yang
mengalami gangguan fisik khususnya Tunadaksa, dalam hal ini fungsi lain
pada rehabilitasi ini yakni berupa pelatihan bagi pasien agar dapat kembali
pulih seperti sedia kala, selain itu terdapat juga pembuatan alat-alat
ortopedi dan prothese manusia Fungsi pelayanan kesehatan ini dapat
dilakukan dengan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar pelayanan di bidang rehabilitasi. Adapun fungsi utama
pada proyek ini meliputi fungsi terapi penderita dengan media air maupun
bantuan mesin beserta pengecekan terhadap pasien penderita Tunadaksa.
2. Fungsi Penunjang, meliputi fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan
pelayanan baik pasien maupun pengunjung, serta berupa fungsi service
yang menunjang pelayanan MEP serta kebersihan dari fungsi utama.
3. Fungsi Pelengkap, yaitu fungsi baik bagi pasien maupun pengunjung yang
datang untuk melakukan pengobatan.
3. Analisis Civitas
Civitas atau pelaku kegiatan yang terkait dengan kegiatan dalam proyek
Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar adalah sebagai berikut.
1. Spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi, yaitu orang yang memiliki
peran dalam hal pemeriksaan kondisi fisik dari pasien penderita
Tunadaksa sehingga dapat diketahui tindakan terapi apa yang dapat
diambil
2. Fisioterapis, yaitu orang yang berperan penting (ahli) dalam melakukan
terapi (pengobatan) fisik dengan menggunakan media air atau bantuan alat
mekanik.
3. Bagian ortotik yaitu orang yang memiliki peranan dalam perbaikan dan
pembuatan alat-alat ortopedi dan prothese manusia
59
4. Pegawai, yaitu sekelompok orang yang mempunyai peranan dalam
pengelolaan sistem kerja pada Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar.
5. Pengelola, yaitu sekelompok orang dengan struktur organisasi yang
memiliki peranan dalam pengoperasian dan pengelolaan Pusat Rehabilitasi
Tunadaksa di Denpasar, seperti pimpinan, kepala bidang, pegawai
administrasi dan keuangan.
6. Petugas Service, yaitu sekelompok orang yang memiliki fungsi dalam
operasional kebutuhan service, seperti kebersihan, kelistrikan dan
plumbing.
7. Pasien, yaitu masyarakat umum yang memerlukan pemulihan akibat dari
gangguan fisik maupun gangguan fungsi anggota tubuh akibat cidera
maupun bawaan lahir atau Tunadaksa. Dalam hal ini kegiatan pengobatan
baik terapi maupun pemeriksaan.
8. Penghantar pasien, yaitu orang yang menemani pasien untuk melakukan
perawatan
9. Pengunjung, yaitu sekelompok orang yang datang dengan tujuan tertentu.
Berdasarkan kepentingannya pengunjung dibagi menjadi 2 yakni
pengunjung pasien dan pengunjung pengelola
4. Analisis Kegiatan/Aktivitas
Jenis kegiatan yang akan dilakukan pada proyek ini akan dujabarkan
sebagai berikut.
1. Kegiatan Utama, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pemeriksaan serta
terapi. Kegiatan ini merupakan tahapan yang berkelanjutan yakni pada
tahap pertama akan dilakukan pemeriksaan oleh spesialis kedokteran fisik
dan rehabilitasi untuk mengetahui terapi (pengobatan) apa yang akan
digunakan.
2. Kegiatan Penunjang, yaitu kegiatan untuk memperbaiki maupun membuat
alat-alat ortopedi maupun prothese manusia serta kegiatan yang
berhubungan dengan pengelolaan servis untuk menunjang kegiatan utama
3. Kegiatan Pelengkap, yaitu disediakannya fungsi rekreasi bagi pasien
penderita Tunadaksa dan pengunjung yang datang ke Pusat Rehabilitasi
Tunadaksa di Denpasar.
60
5. Analisis Alur Aktivitas
Adapun kegikatan yang berlangsung pada Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di
Denpasar debedakan berdasarkan aktivitas yang dilakukan oleh civitas dan
kebutuhan ruangnya.
a. Pasien Penderita Tunadaksa
Pasien dalam hal ini merupakan salah satu civitas yang akan melakukan
aktivitas yang hampir sama setiap harinya, yang akan dijelaskan pada gambar
4.1 yakni pasien baru dan gambar 4.2 adalah alur kegiatan pasien lama.
61
Gambar 4. 2 Alur Kegiatan Pasien Lama
Adapun ruang yang diperlukan dari aktivitas diatas adalah tempat parkir,
ruang tunggu, ruang administrasi, ruang pemeriksaan dokter, ruang
pemeriksaan diagnose, ruang pemeriksaan psikologis, ruang terapi pemanasan,
ruang terapi okupasi, ruang terapi air, ruang ortotik dan prostetik (OP),
bengkel pembuatan alat ortotek dan prostetik (OP), dan toilet.
b. Pasien Rawat Inap
Pasien rawat inap merupakan salah atu civitas yang akan meloakukan
aktivitas dalam waktu yang tidak dapat ditentukan, seperti yang terlihat pada
gambar 4.2.
62
Gambar 4. 3 Alur Kegiatan Pasien Rawat Inap
Adapun ruang yang diperlukan dari aktivitas diatas adalah tempat parkir,
ruang tunggu, ruang administrasi, ruang pemeriksaan dokter, ruang
pemeriksaan diagnose, ruang pemeriksaan psikologis, ruang terapi pemanasan,
ruang terapi okupasi, ruang terapi air, ruang ortotik dan prostetik (OP),
bengkel pembuatan alat ortotek dan prostetik (OP), toilet, kantin, ruang ganti,
dan ruang rawat inap.
c. Pengantar Pasien
Pengantar pasien merupakan civitas tambahan ketika pasien hendak
melakukan kegiatan pada Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar, seperti
yang terlihat pada gambar 4.3.
63
Gambar 4. 4 Alur Kegiatan Pengantar Pasien
Adapun ruang yang diperlukan dari aktivitas diatas adalah tempat parkir,
loket administrasi, ruang tunggu, toilet, kantin dan ruang ganti.
d. Spesialis dan Fisioterapis
Spesialis dan Fisioterapis merupakan civitas dengan aktivitas yang cukup
kompleks dan dilakukan secara berkelanjutan, seperti yang terlihat pada
gambar 4.4.
Adapun ruang yang diperlukan dari aktivitas diatas adalah tempat parkir,
loker, ruang ganti, ruang pemeriksaan dokter, ruang diagnosis, ruang
pemeriksaan psikologis, ruang terapi pemanasan, ruang terapi okupasi, ruang
64
terapi air, ruang ortotik dan prostetik (OP), bengkel pembuatan alat ortotik dan
prostetik (OP), toilet, kantin ruang absensi dan ruang rapat.
e. Pengelola dan Pegawai
Pengelola dan pegawai merupakan civitas yang melakukan aktivitas
hampir sama setiap harinya, seperti yang terlihat pada gambar 4.5.
Adapun ruang yang diperlukan dari aktivitas diatas adalah tempat parkir,
loker, ruang direktur, ruang manajer, ruang bagian keuangan, ruang bagian
medis, ruang bagian operasional, ruang bagian humas, ruang rapat, pantry,
ruang absensi dan kantin
f. Petugas Servis
Petugas servis merupakan civitas yang melakukan aktivitas secara
berulang, seperti yang terlihat pada gambar 4.6.
65
Adapun ruang yang diperlukan dari aktivitas diatas adalah tempat parkir,
loker, ruang ganti, janitor, ruang utilitas, toilet, pantry, ruang absensi dan
kantin.
g. Tamu Khusus Pengelola
Tamu pengelola merupakan civitas dengan aktivitas terbilang jarang
dilakukan, seperti yang terlihat pada gambar 4.7.
Adapun ruang yang diperlukan dari aktivitas diatas adalah tempat parkir,
ruang informasi, ruang tunggu dan toilet.
h. Petugas Logistik
Petugas logistik merupakan salah satu civitas dengan aktivitas yang
dilakukan secara berkala, seperti yang terlihat pada gambar 4.8.
66
Adapun ruang yang diperlukan dari aktivitas diatas adalah tempat parkir,
gudang material dan alat OP, gudang linen dan farmasi, tempat sampah.
6. Kebutuhan Ruang
Berdasarkan gambar di atas diperoleh ruang-ruang yang dibutuhkan
masing-masing civitas guna menunjang aktivitas yang dilakukan pada Pusat
Rehabilitasi Tunadaksa ini adalah sebagai berikut.
• Fasilitas Utama
Medis
3.3.5 Ruang Periksa Spesialis Fisik dan Rehabilitasi
3.3.6 Ruang Diagnosis
3.3.7 Ruang Terapi Psikologi
3.3.8 Ruang Terapi Pemanasan
3.3.9 Ruang Terapi Okupasi
3.3.10 Ruang Terapi Air
3.3.11 Ruang Ortotik dan Prostetik
3.3.12 Ruang Gimnasium
Non Medis
3.3.13 Ruang Rawat Inap
• Fasilitas Penunjang
3.3.14 Ruang Administrasi
3.3.15 Ruang Direktur
3.3.16 Ruang Bagian Keuangan
3.3.17 Ruang Bagian Medis
3.3.18 Ruang Bagian Operasional
3.3.19 Ruang Bagian Humas
3.3.20 Ruang ME
3.3.21 Ruang Ganti Pasien
3.3.22 Bengkel Pembuatan Alat Ortotik dan Prostetik
3.3.23 Gudang Material dan Alat OP
3.3.24 Gudang Linen dan Farmasi
3.3.25 Tempat Sampah
3.3.26 Tempat Parkir
67
3.3.27 Drop off
3.3.28 Toilet
3.3.29 Ruang Tunggu
Fasilitas Pelengkap
3.3.30 Cafetaria
3.3.31 Pantry
3.3.32 Loker
3.3.33 Post Satpam
3.3.34 Janitor
3.3.35 Ruang Absensi
3.3.36 Ruang ATM
68
Tabel 4. 2 Tabel Persyaratan Ruang
Persyaratan Ruang
Nama
No Pintu &
Ruangan Lantai Dinding Langit-Langit
Jendela
- Tiak
Menggunakan
pintu mekanis
- Jendela dapat
terbuka
69
dibersihkan pintu ganda
- Tidak berpori min (120cm)
- Tinggi handle
tidak lebih
dari 100cm
- Tidak
menggunakan
pintu mekanis
5 Bengkel OP - Tahan api - Tahan api - Tahan api - Jendela &
- Tahan - Tahan - Mudah pintu tahan
benturan benturan dibersihkan api
- Tahan cairan - Tahan cairan - Non porosif - Lebar pintu
kimia kimia - Rangka kuat tunggal min
- Mudah (100cm),
dibersihkan pintu ganda
- Tidak berpori min (120cm)
- Tinggi handle
tidak lebih
dari 100cm
- Tidak
menggunakan
pintu mekanis
6 Ruang Terapi - Tidak licin - Warna - Mudah - Lebar pintu
Okupasi walaupun mencolok dibersihkan min 90cm
dalam keadaan - Dapat berupa - Non porosif - Jendela &
basah gambar - Tahan cuaca pintu dilapisi
- Tidak - Mudah - Cerah, tidak bahan kedap
porositas dibersihkan menyilaukan suara
- Mudah - Tidak berpori - Tahan air - Jendela dapat
dibersihkan - Rangka kuat terbuka
- Cerah, tidak
menyilaukan
7 Ruang Rawat - Tidak - Dapat - Tidak - Lebar pintu
Inap menimbulkan menyerap menimbulka tunggal min
bunyi bunyi n gema (100cm),
- Dapat - Tidak berpori - Non porosif pintu ganda
menyerap - Warna cerah, - Tahan cuaca min (120cm)
bunyi tidak - Cerah, tidak - Tinggi handle
menyilaukan meyilaukan tidak lebih
dari 100cm
- Tidak
menggunakan
pintu mekanis
- Jendela dapat
terbuka
- Dilapisi
bahan anti
benturan
8 Ruang - Mudah - Cerah, tidak - Tahan cuaca - Lebar pintu
Administrasi dibersihkan menyilaukan - Cerah, tidak min (80cm)
- Cerah, tidak - Mudah menyilaukan - Dapat
menyilaukan dibersihkan menggunakan
pintu mekanis
9 Ruang ME - Dapat - Dapat - Tidak - Lebar pintu
menghilangkan menyerap menimbulka min (80cm)
muatan listrik bunyi n gema - Dapat
statis - Tidak - Tahan api menggunakan
70
- Tahan gesekan menimbulkan pintu mekanis
- Tahan api gema - Jendela &
pintu dilapisi
bahan kedap
suara
- Jendela &
pintu tahan
api
10 Ruang Ganti - Mudah - Warna cerah, - Tahan cuaca - Lebar pintu
dibersihkan tidak - Mudah min (80cm)
menyilaukan dibersihkan - Dapat
- Mudah menggunakan
dibersihkan pintu mekanis
11 Gudang - Tahan gesekan - Warna cerah, - Tahan cuaca - Lebar pintu
- Tahan tidak - Mudah min (80cm)
benturan menyilaukan dibersihkan - Dapat
- Mudah menggunakan
dibersihkan pintu mekanis
12 Ruang - Mudah - Cerah, tidak - Tahan cuaca - Lebar pintu
informasi dibersihkan menyilaukan - Mudah min (80cm)
- Cerah, tidak - Mudah dibersihkan - Dapat
menyilaukan dibersihkan menggunakan
pintu mekanis
- Jendela dapat
terbuka
13 Ruang Rapat - Tidak - Cerah, tidak - Tahan cuaca - Lebar pintu
menimbulkan menyilaukan - Mudah min (80cm)
bunyi - Mudah dibersihkan - Dapat
- Mudah dibersihkan menggunakan
dibersihkan pintu mekanis
- Jendela dapat
terbuka
14 Janitor - Non porositas Mudah - Tahan cuaca - Lebar pintu
dibersihkan - Mudah min (80cm)
dibersihkan - Dapat
menggunakan
pintu mekanis
15 Ruang Absensi - Mudah - Mudah - Tahan cuaca - Lebar pintu
dibersihkan dibersihkan - Mudah min (80cm)
dibersihkan - Dapat
menggunakan
pintu mekanis
16 Ruang Tunggu - Tidak - Cerah, tidak - Tahan cuaca - Lebar pintu
menimbulkan menyilaukan - Mudah tunggal min
bunyi - Mudah dibersihkan (100cm),
- Cerah, tidak dibersihkan - Non porosif pintu ganda
menyilaukan min (120cm)
- Tidak
menggunakan
pintu mekanis
- Jendela dapat
terbuka
17 Pantry & - Tahan gesekan - Tahan - Tahan - Lebar pintu
Kantin - Tidak licin terhadap api terhadap api min (80cm)
walaupun - Tahan - Non porosif - Dapat
dalam keadaan benturan - Mudah menggunakan
basah - Mudah dibersihkan pintu mekanis
71
- Mudah dibersihkan - Tahan
dibersihkan - Tidak berpori terhadap api
18 toilet - Tidak licin - Mudah - Tahan cuaca - Tinggi handle
walaupun dibersihkan - Tahan air tidak boleh
dalam keadaan - Tidak berpori - Mudah lebih dari
basah - Tahan cuaca dibersihkan 100cm
- Kedap air - Tidak - Lebar daun
berjamur pintu minimal
85cm
- Bukaan pintu
ke arah luar
- Kunci dapat
dibuka dari
luar
- Pintu dan
jendela harus
tahan air
19 Pos Satpam - Mudah - Mudah - Tahan cuaca - Lebar pintu
dibersihkan dibersihkan - Mudah minimal
dibersihkan 80cm
Sumber : Pedoman Teknis Rehabilitasi Medik
a. Pasien
Pendekatan dilakukan dengan metode proyeksi dan jumlah kasus/pasien
yang ditangani RSUD Bali Mandara dan diperhitungkan untuk jangka waktu
72
20 tahun sesuai Pedoman Penyusunan Rehabilitasi Medik. Pusat Rehabilitasi
Tunadaksa di Denpasar ini direncanakan untuk proyeksi hingga tahun ke
2039. Proyeksi dihitung dengan menggunakan rumus (Pn = P0 (1+r)n dengan
keterangan sebagai berikut. Pn = jumlah proyeksi tahun ke-n, P0 = jumlah
pasien tahun terakhir, r = persentase pertumbuhan penduduk pertahun, n =
beda tahun.
Pn = P0 (1+r)n
Pn = 42.226 (1+0,0186)20
Pn = 61.045 orang/tahun
Rata-rata pasien perhari adalah 61.045 : 365 = 167 orang/hari
Jadi prediksi rata-rata jumlah pasien Pusat Rehabilitasi Tunadaksa yang
akan melakukan perawatan adalah sebanyak 167 orang/hari. Dari angka rata-
rata jumlah pengunjung pusat rehabilitasi Tunadaksa ini, dapat diasumsikan
hanya 40% dari jumlah rata-rata yang secara teratur melakukan pengobatan.
Jadi jumlah pengunjung yang dapat dipastikan akan menggunakan fasilitas
tersebut yaitu 0,4 x 167 = 67 orang/hari.
Jumlah pasien rawat inap diasumsikan berdasarkan jumlah pasien rawat
inap dan pasien rawat jalan pada RSUD Bali Mandara yaitu 10% ; 90%, maka
jumlah pasien rawat inap adalah sebanyak 7 orang.
b. Pengantar/ Penunggu Pasien
Pengantar pasien yang diasumsikan adalah 1-2 orang/ pasien. Maka jika
diasumsikan setiap pasien mengajak 1-2 orang pengantar, jumlah pengantar
pasien adalah 67-134 orang/hari
c. Pengunjung
Pengunjung yang dimaksud adalah pengunjung pusat rehabilitasi
Tunadaksa dan tamu khusus pengelola. Pengunjung diasumsikan 5% dari
pasien yaitu sebanyak 4 orang/hari/jenis pengunjung.
d. Petugas Medis
Jumlah petugas medis mengacu pada Pedoman Pelayanan Rehabilitasi
Medik di Rumah Sakit, maka didapat jumlah petugas medis sebanyak 43
orang dengan rincian sebagai berikut.
73
Dokter SpRM = 3 orang
Psikolog = 2 orang
Fisioterapis = 12 orang
Okupasi Terapis = 5 orang
Ortotis Prostetis = 2 orang
Perawat = 3 orang
Pekerja Khusus Alat Ortotik dan Prostetik = 16 orang
e. Pengelola
Pengelola adalah civitas pada Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar
yang melakukan pelayanan pada pasien dan pengunjung. Jumlah pengelola
adalah sebagai berikut :
- Direktur Utama = 1 orang
- Bagian Keuangan = 3 orang
- Bagian Medis = 4 orang
- Bagian Operasional = 4 orang
- Bagian Humas = 3 orang
- Bagian Keamanan = 3 orang
- Bagian ME = 4 orang
- Petugas Kebersihan = 4 orang
- Staff Laundry/Linen = 3 orang
- Petugas Pantry = 1 orang
- Kasir = 1 orang
- Staff Pendaftaran = 2 orang
- Satpam = 6 orang
- Petugas Kantin = 3 orang
Total jumlah pengelola adalah sebanyak 42 orang
2. Besaran Ruang
Untuk mendapatkan besaran ruang yang sesuai dengan kebutuhan civitas
dan aktivitas, maka digunakan pendekatan dengan berpedoman pada standar-
standar serta studi analisis ruang untuk proyek sejenis. Besaran ruang dapat
dilihat pada tabel 4.3 dengan perhitungan yang tercantum pada lampiran 1.
74
Tabel 4. 3 Studi Besaran Ruang
75
Time-Server
Ruang terapi Okupasi
9 1 Standart Building 26,6 m2
Dewasa
Types, hal 373
Time-Server
Ruang Terapi Okupasi
10 1 Standart Building 35 m2
Anak
Types, hal 381
Ernst Neufert edisi
11 Ruang Jaga Perawat 1 6 m2
2, jilid 1 hal. 154
Time-Server
12 Ruang Rawat Inap 7 Standart Building 84 m2
Types, hal 328
Ernst Neufert edisi
13 Ruang Direktur Utama 1 8 m2
33, jilid 2 hal. 13
Ruang Bagian Ernst Neufert edisi
14 1 9 m2
Keuangan 33, jilid 2 hal. 13
Ernst Neufert edisi
15 Ruang Bagian Medis 1 12 m2
33, jilid 2 hal. 13
Ruang Bagian Ernst Neufert edisi
16 1 12 m2
Operasional 33, jilid 2 hal. 13
Ruang Ruang Bagian Ernst Neufert edisi
17 1 9 m2
Humas 33, jilid 2 hal. 13
Ruang Bagian Ernst Neufert edisi
18 1 9 m2
Keamanan 33, jilid 2 hal. 13
19 Ruang ME 1 Studi Ruang 56 m2
Ernst Neufert edisi
20 Ruang Ganti Pasien 3 9 m2
2, jilid 1 hal. 163
Pedoman Teknis
Ruang Ganti Tenaga
21 4 Bangunan Rumah 24 m2
Medis
Sakit Kelas B
Pedoman Teknis
Gudang Peralatan
22 1 Bangunan Rumah 15 m2
Medis
Sakit Kelas B
Ernst Neufert edisi
23 Gudang Linen 1 18 m2
2, jilid 1 hal. 157
Ernst Neufert edisi
24 Gudang Farmasi 1 14 m2
2, jilid 1 hal. 154
Ernst Neufert edisi
25 Gudang Sampah 1 5 m2
2, jilid 1 hal. 167
Ernst Neufert edisi
26 Ruang Pendaftaran 1 9 m2
2, jilid 1 hal. 180
Ernst Neufert edisi
27 Ruang Rapat 1 26 m2
2, jilid 2 hal. 14
Pedoman Teknis
28 Janitor 4 Bangunan Rumah 20 m2
Sakit Kelas B
29 Ruang Absensi 2 Studi Ruang 4 m2
Persyaratan Teknis
Ruang Tunggu Bangunan dan
1 22 m2
Umum Prasarana Rumah
30
Sakit
9 63 m2
Kecil Ernst Neufert edisi
2, jilid 1 hal. 177
Pedoman Teknis
31 Loker 2 Bangunan Rumah 15 m2
Sakit Kelas B
Ernst Neufert edisi
32 Dapur Rawat Inap 1 14 m2
2, jilid 1 hal. 156
76
33 Cafetaria 1 Studi Kapasitas 40 m2
Pedoman Teknis
34 Pantry 2 Bangunan Rumah 18 m2
Sakit kelas B
Ernst Neufert edisi
35 Kasir 1 4 m2
2, jilid 1 hal. 180
36 Toilet
Pedoman Teknis
Pengelola 1 Bangunan Rumah 12 m2
Sakit kelas B
Pedoman Teknis
Pengunjung 1 Bangunan Rumah 12 m2
Sakit kelas B
Pedoman Teknis
Petugas Medis 1 Bangunan Rumah 12 m2
Sakit kelas B
Total Besaran Toilet = 36 m2
Pedoman Teknis
37 Pos Satpam 1 Bangunan Rumah 6 m2
Sakit kelas B
38 Parkir Pengunjung 1 Studi Ruang 216 m2
39 Parkir Pengelola 1 Studi Ruang 276 m2
40 Parkir Petugas Medis 1 Studi Ruang 240 m2
41 Ruang ATM 1 Studi Ruang 3 m2
Total Besaran Keseluruhan Ruang 1.066,3 m2
Total Keseluruhan Lahan Parkir 732 m2
3. Hubungan Ruang
77
b. Hubungan Ruang Mikro
Ruang Utama
78
Ruang Penunjang
79
Ruang Pelengkap
80
4. Sirkulasi Ruang
81
5. Organisasi Ruang
82
2. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Luas Bangunan (KLB)
berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Denpsar dengan
KDB stinggi-tinggimya 60% dan KLB maksimal 300%.
83
Tabel 4. 4 Pembobotan Kriteria Pemilihan Lokasi
1 2 3 4 5
1 x 1 1 1 1 4 1 35
2 0 x 0 1 1 2 3 20
3 0 1 x 1 1 3 2 25
4 0 0 0 X 1 1 4 15
5 0 0 0 0 x 0 5 5
Ket :
0 = Penting
1 = Lebih Penting
Dari hasil pembobotan, diantara keseluruhan kriteria, kriteria A memiliki poin
tertinggi. Untuk mengetahui daerah mana yang dapat dijadikan potensi maka
kriteria A yaitu daerah dengan jumlah penderita Tunadaksa tertinggi menjadi
salah satupertimbangan tertinggi. Denpasar memiliki 4 kecamatan yang dalam hal
ini akan dilakukan pemilihan lokasi diantara 3 kecamatan dengan jumalh
penderita Tunadaksa tertinggi. Penilaian wilayah lokasi tapak akan dijabarkan
pada tabel 4.4.
Tabel 4. 5 Penilaian Pemilihan Lokasi
84
Berdasarkan penilaian tabel di atas, alternatif lokasi yaitu di Denpasar
Barat karena pada kriteria memiliki bobot paling tinggi jika dibandingkan dengan
kecamatan lainnya, sehingga pemilihan tapak hanya berfokus pada wilayah
Denpasar Barat. Dalam hal ini Kecamatan Denpasar Barat merupakan salah satu
kecamatan dengan penderita Tunadaksa terbanyak sehingga menjadi syarat utama
pemilihan lokasi dibangunnya proyek, selain itu Denpasar Barat memiliki
kelebihan yakni daerah yang mudah dikenali karena merupakan salah satu jalan
arteri di Kota Denpasar. Bila dilihat terkait ketersediaan lahan dan infrastruktur,
Denpasar Selatan merupakan kecamatan dengan ketersediaan lahan yang
memadai sesuai dengan kebutuhan lahan serta memiliki infrastruktur yang
memadai sehingga proyek pusat rehabilitasi Tunadaksa ini bisa terbangun.
Hendaknya perancangan pusat rehabilitasi ini tidak berada pada permukiman yang
padat penduduk dan Denpasar Barat merupakan salah satu kecamatan dengan
jumlah permukiman penduduk yang sedang. Direkomendasikan untuk memilih
lokasi dengan permukaan tanah yang datar sehingga mempermudah dalam tahap
perancangan.
85
Berdasarkan parameter di atas maka akan dilakukan pembobotan masing-
masing kriteria yang lebih lanjut akan digunakan sebagai dasar pemilihan tapak.
Pembobotan kriteria lokasi dapat dilihat pada tabel 4.5
1 2 3 4 5 6
1 x 1 1 1 1 1 5 1 27
2 0 x 0 0 1 1 2 3 15
3 0 1 x 1 1 1 4 2 23
4 0 1 0 X 1 0 2 3 15
5 0 0 0 0 x 0 0 4 5
6 0 0 0 1 1 x 2 3 15
Ket :
0 = Penting
1 = Lebih Penting
Berdasarkan pertimbangan di atas maka dapat ditentukan beberapa
alternatif tapak antara lain :
• Alternatif 1 : Jalan Mahendradata Selatan
• Alternatif 2 : Jalan Teuku Umar Barat
• Alternatif 3 : Jalan Teuku Umar Barat
Untuk lebih jelasnya, lokasi tapak akan ditampilkan pada gambar 4.15.
86
Gambar 4. 16 Alternatif Tapak di Denpasar Barat
Sumber : Google Earth
1. Alternatif 1
Deskripsi tapak alternatif 1 adalah sebagai berikut :
• Tapak terletak di Jalan Mahendradata dengan lebar badan jalan 15 meter
• Luas tapak sebesar 5.939 m2
• Infrastruktur sangat memadai seperti listrik, air dan telepon
• Peruntukan lahan sebagai kawasan perdagangan dan jasa
• Kepadatan lalu lintas tergolong sedang
• Di sekeliling tapak terdapat sungai, area perdagangan dan jasa, pabrik
serta beberapa permukiman penduduk
• Topografi cenderung landai
Lokasi tapak 1 dapat dilihat pada gambar 4.16.
87
Gambar 4. 17 Lokasi Tapak Alternatif 1, Jl. Mahendradata
Sumber : Google Earth dan Editing Adobe Photoshop
2. Alternatif 2
Deskripsi tapak alternatif 2 adalah sebagai berikut :
• Tapak terletak di Jalan Teuku Umar Barat dengan lebar jalan 8 meter
dengan bahu jalan 3 meter
• Luas tapak 7.028 m2
• Infrastruktur sangat memadai baik listrik, air dan telepon
• Kepadatan lalu lintas tergolong tinggi
• Di sekeliling tapak merupakan areal tanah kosong, bangunan komersil
serta pabrik
• Topografi cenderung landai
Lokasi tapak dapat dilihat pada gambar 4.17.
88
Gambar 4. 18 Lokasi Tapak Alternatif 2, Jl. Teuku Umar Barat
Sumber : Google Earth dan Editing Adobe Photoshop
3. Alternatif 3
Deskripsi tapak alternatif 3 adalah sebagai berikut :
• Tapak Terletak di Jalan Teuku Umar Barat
• Luas Tapak adalah 6.480 m2
• Infrastruktur sangat memadai sperti listrik, air, dan telepon
• Peruntukan lahan sebagai kawasan perdagangan dan jasa
• Kepadatan lalu lintas tergolong tinggi
• Di sekeliling tapak terdiri dari bangunan komersil, pabrik maupun lahan
kosong
• Topografi cenderung landai
• Bentuk tapak mudah diolah
Lokasi tapak dapat dilihat pada gambar 4.18
89
Gambar 4. 19 Lokasi Tapak Alternatif 3, Jl. Teuku Umar Barat
Sumber : Google Earth dan Editing Adobe Photoshop
Keterangan :
1 = cukup baik
2 = baik
3 = sangat baik
90
Berdasarkan hasil penilaian pemilihan tapak maka tapak terpilih merupakan
Alternatif 1 dengan nilai tertinggi yakni sebesar 270. Tapak alternatif 1 dapat
dilihat pada gambar 4.19.
91
a. Bentuk dan BUA
Analisa bentuk dan ukuran tapak serta analisa penentuan BUA bertujuan
untuk mengetahui bentuk, ukuran serta luasan dari tapak yang sesuai
dengan peraturan setempat dan juga hasil dari program ruang yang sudah
dirumuskan sebelumnya
1. Data
Terdapat beberapa hal yang dijadikan pertimbangan dalam penentuan
ukuran tapak serta menentukan BUA yaitu :
a. Kebutuhan luas tapak minimal 2.665,75 m2
b. Aturan sempadan di daerah setempat (Kota Denpasar)
c. Ukuran tapak yang dijadikan tempat perencanaan pengadaan
fasilitas
Berikut merupakan ukuran tapak yang didapat setelah
mempertimbangkan beberapa aspek seperti yang terlihat pada gambar
4.22
92
yakni sebesar 7,5 meter dikarenakan menggunakan setengah badan
jalan untuk dijadikan sempadan.
b. Built Up Area = Total Luas Tapak x KDB
= 2665,75 m2 x 40%
= 1599,45 m2 (dibulatkan 1600 m2)
c. Pemilihan bentuk tapak disesuaikan dengan fungsi yang akan
dirancang yakni Pusat Rehabilitasi Tunadaksa dimana merupakan
salah fasilitas yang bersifat formal sehingga diperlukan bentuk
tapak yang bersifat tegas seperti tapak terpilih.
3. Rekomendasi
Berdasarkan beberapa analisa yang telah dilakukan diperoleh hasil
(output) dari analisis bentuk dan ukuran tapak serta area BUA yaitu:
a. BUA sebesar 1600 m2 dapat dilihat pada gambar 4.23 yang akan
dimanfaatkan sebagai area dibangunnya fasilitas.
93
1. Data
a. Tapak memiliki kemiringan yang cenderung datar, namun sedikit
memiliki penurunan kontur pada bagian barat tapak
b. Kedalaman tanah keras pada tapak kurang lebih sedalam 2 meter,
dikarenakan merupakan tanah persawahan sehingga memiliki
karakteristik tanah yang gembur
c. Dikarenakan adanya penurunan tapak ke arah barat, maka arah
drainase akan diprioritaskan menuju ke arah barat tapak.
Berikut merupakan gambar ilustrasi dari kemiringan tapak seperti yang
terlihat pada gambar 4.25.
2. Analisa
Berikut merupakan beberapa analisa yang dilakukan berkenaan dengan
kondisi topografi, geologi dan hidrologi, yaitu :
a. Kemiringan tapak relatif datar sekitar 0,2% ke arah barat, dengan
titik tertinggi berada pada arah timur tapak.
b. Tanah keras pada tapak cukup mudah dicapai sehingga akan
memudahkan pemilihan struktur yang akan diaplikasikan sesuai
dengan fungsi yang akan diwadahi
c. Karena kemiringan tapak cenderung ke arah barat, maka akan
diperlukan drainase yang mengarah ke barat.
94
3. Rekomendasi
Berdasarkan beberapa analisa yang dilakukan diperoleh hasil (output)
dari analisa topografi, geologi dan hidrologi yakni
a. Dengan kategori tapak yang relatif datar maka penggunaan teknik
cut and fill dapat dibatasi.
b. Karena kedalaman tanah keras cukup dangkal maka penerapan
pondasi cukup menggunakan pondasi telapak dan pondasi batu
kali.
c. Mengarahkan drainase menuju titik kemiringan pada site yakni ke
arah barat site.
c. Klimatologi
Analisis klimatologi bertujuan untuk mengetahui cuaca dan iklim yang
berlangsung pada tapak seperti curah hujan, angin kelembaban maupun
pencahayaan matahari serta dampaknya pada bangunan. Dilakukan analisa
klimatologi ini juga nantinya berkenaan dengan penentuan arah angin
terbesar yang masuk ke dalam site sehingga mampu menentukan
perletakan bukaan alami yang diterapkan pada bangunan.
1. Data
a. Tapak berada pada daerah tropis yang akan mendapatkan cahaya
matahari dari pukul 6 pagi sampai 6 sore.
b. Suhu rata-rata di Kota Denpasar adalah 26°C - 28°C
c. Kelembaban rata-rata yakni 81%
d. Kecepatan angin rata-rata 4-6 knot
95
Gambar 4. 24 Klimatologi Tapak
Sumber : Hasil Observasi, November 2019
2. Analisa
Berikut merupakan analisa yang dilakukan berkenaan dengan kondisi
klimatologi tapak yakni :
a. Pencahayaan pada tapak akan berasal dari sinar matahari yang
paling terik yaitu arah timur dan barat sehingga disarankan
menyiasati terkait orientasi bangunan serta bukaan pada arah timur
dan barat seperti yang terlihat pada gambar 4.25
96
memungkinkan untuk lebih dingin tergantung iklim yang sedang
berlangsung
c. Angin yang berasal dari tenggara dan barat laut dapat
dimanfaatkan sebagai penghawaan alami
3. Rekomendasi
a. Pencahayaan alami dapat dimanfaatkan sebagai penerangan secara
alami pada siang hari namun untuk mengurangi dampak panas
yang akan dihasilkan, maka disarankan untuk menggunakan sun
shading sebagai pengurang tingkat panas oleh matahari seperti
yang terlihat pada gambar 4.26.
97
1. Data
Lingkungan sekitar tapak merupakan area komersil dengan peruntukan
sebagai perdagangan sehingga menimbulkan kebisingan yang cukup
tinggi.
Gambar 4. 28 Kebisingan
Sumber : Hasil Observasi, November 2019
2. Analisa
Berikut merupakan beberapa analisa yang dilakukan berkenaan dengan
kebisingan pada tapak, yaitu :
a. Tapak ini berlokasi di zona dengan peruntukan perdagangan
sehingga perletakan ruang-ruang yang bersifat privat atau yang
memerlukan tingkat ketenangan tinggi akan diletakkan jauh dari
sumber kebisingan sehingga aktivitas dapat berlangsung secara
efektif. seperti yang terlihat pada gambar 4.29
98
Gambar 4. 29 Analisis Kebisingan
99
Gambar 4. 30 Rekomendasi Pengurangan Kebisingan
e. Utilitas
Analisis utilitas ini dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis jaringan utilitas
yang ada pada tapak sehingga dapat memaksimalkan manfaat dan fungsi
utilitas tersebut bagi fasilitas yang dirancang.
• Analisis Utilitas Listrik
1. Data
a. Terdapat jaringan listrik yang melintas di sepanjang tapak terpilih
b. Jaringan listrik terdapat pada sisi barat dan utara tapak
2. Analisa
Berikut merupakan beberapa analisa yang dilakukan berkenaan dengan
utilitas listrik pada tapak.
a. Jaringan listrik pada tapak hanya terdapat pada sisi barat dan utara
tapak, sedangkan pada tapak belum terdapat aliran listrik
100
b. Perlu dilakukan penyesuaian daya apabila fasilitas akan
menggunakan atau mengambil sumber listrik dari jaringan listrik
yang telah tersedia
3. Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisa, diperoleh rekomendasi sebagai berikut.
a. jaringan pada listrik akan mengambil sumber dari jaringan listrik
yang sudah ada (PLN) sehingga ada penambahan tiang listrik pada
tapak
b. dengan adanya penambahan daya untuk mengakomodasi seluruh
kegiatan di dalam tapak, akan sangat memungkinkan jika
dilakukan penambahan lampu penerangan jalan disekitar tapak
serta jaringan telepon seperti yang terlihat pada gambar 4.31.
101
2. Analisis
Berikut merupakan beberapa analisis utilitas air bersih yang terdapat
pada sekitar tapak terpilih.
a. Sumber air bersih untuk mendukung aktivitas pada fasilitas berasal
dari PDAM yang terdapat pada sekitar tapak
b. Tapak memanfaatkan jaringan air bersih dari PDAM hal ini
mengakibatkan diperlukannya pipa distribusi untuk suplai air agar
dapat terhubung ke masing-masing ruang yang memerlukan suplai
air.
c. Untuk mengantisipasi kurangnya air bersih pada fasilitas ini dapat
digunakan sumur bor sebagai cadangan air jika sewaktu-waktu
terjadi hal-hal tidak terduga.
3. Rekomendasi
Berikut merupakan rekomendasi terkait hasil analisa utilitas air bersih.
a. Dilakukannya penambahan jaringan air bersih dari PDAM yang
didistribusikan menggunakan pipa distribusi yang akan
didistribusikan ke seluruh ruang yang membutuhkan suplai air
bersih
b. Pengambilan air bersih dari PDAM ini selanjutnya akan ditampung
pada bak penampungan sementara sebelum kemudian
didistribusikan keseluruh ruangan.
Berikut merupak alur distribusi suplai air bersih seperti yang
terlihat pada gambar 4.32.
102
• Analisis Utilitas Pemadam Kebakaran
1. Data
Lokasi tapak yang berada pada zonasi komersil yakni sebagai kawasan
perdagangan namun belum memadai terkait sistem pemadam
kebakaran, sehingga menjadi pertimbangan untyk menyediakan suatu
sarana pemadam kebakaran komunal di dalam tapak.
2. Analisis
a. Adapun fungsi-fungsi bangunan yang berpotensi menjadi sasaran
api yakni gudang linen, gudang OP dan juga bengkel pembuatan
alat-alat OP.
b. Pada bangunan yang memiliki potensi besar mengalami kebakaran
akan dijadikan sasaran utama dalam pemberian hydrant di dalam
tapak, sehingga mudah dijangkau oleh civitas ketika kebakaran
terjadi.
3. Rekomendasi
Berdasarkan beberapa analisis, diperoleh rekomendasi yang dapat
digunakan pada rancangan adalah sebagai berikut.
a. Untuk mengantisipasi merambatnya api dengan cepat pada fasilitas
lain maka direkomendasikan untuk meletakkan hydrant di dalam
maupun di luar gedung.
b. Selain itu, untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran akan
dipasangkan fire detector dan fire alarm sehingga api dapat
dideteksi dengan cepat, serta melakukan pertolongan pertama
dengan memasangkan memasangkan sprinkler pada fasilitas
Terdapat alat yang akan digunakan untuk pertolongan pertama
ketika terjadinya kebakaran seperti yang terlihat pada gambar 4.33.
103
Gambar 4. 33 Sistem Pemadaman Api
104
3. Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh rekomendasi untuk rancangan
yakni sebagai berikut.
a. Disiapkan kontainer sampah besar sebagai tempat pembuangan
sampah sementara yang nantinya akan dipisahkan antara sampah
medis dan non medis.
b. Limbah cair yang yang akan diproses pada jaringan IPAL nantinya
akan diolah kembali.
Disediakan tempat untuk pembuangan sampah sementara di dalam
tapak yang nantinya akan dibawa ke TPA oleh petugas. Sistem
pembuangan dapat dilihat pada gambar 4.34
105
BAB V
Bab ini merupakan bab yang membahas tentang kriteria desain dan konsep
dari Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar. Pada bab ini akan dijelaskan
mengenai kriteria desain bangunan dan kriteria desain tapak, serta konsep yang
akan diterapkan dalam perancangan bangunan Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di
Denpasar yang dalam hal ini merujuk pada sasaran yang sudah tertulis pada Bab I
yang kemudian akan dijabarkan seperti di bawah ini.
5.1 Aksesibilitas
Sasaran merupakan sesuatu yang menjadi target utama dalam perancangan
Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar, sehingga proyek ini memiliki tuntutan
yang jelas seperti yang diuraikan di bawah ini.
5.1.1 Kriteria 1 : Menjamin kelancaran sirkulasi untuk pasien, pengelola,
petugas medik dan pengunjung. Guna menjamin kelancaran sirkulasi
civitas adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Pemisahan Sirkulasi Civitas
Untuk dapat membedakan sirkulasi anatara pasien, pengantar pasien,
pengelola dan petugas medik, hal pertama yang dilakukan adalah
penentuan sifat zoning yang dapat dilihat pada gambar 5.1.
106
Gambar 5. 1 Zoning Tapak
107
Gambar 5. 3 Penerapan Sofa toning pada Fungsi Ruang
108
Gambar 5. 4 Integrasi Sifat Zoning dengan Ruang
109
Gambar 5. 5 Perletakkan Parkir
110
Gambar 5. 8 Letak serta Jumlah Entrance
111
Gambar 5. 10 Bentuk Main Entrance
112
2. Penggunaan Ramp
Pada fasilitas ini yang diwadahi adalah aktivitas pengobatan khusus
penderita disabilitas maka sangat perlu diperhatikan terkait penggunaan
ramp untuk mempermudah pasien dalam hal pencapaian ke masing-
masing fasilitas atau ruang yan dituju seperti yang terlihat pada gambar
5.13
5.1.3 Kriteria 3 : Menambah nilai estetika ruang yang ada di luar fasilitas
dirancang sehingga civitas tidak merasa jenuh ketika berada pada Pusat
Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar.
1. Penambahan Elemen Hardscape
Penambahan elemen ini dilakukan dengan upaya memberikan nilai
keindahan pada tapak. Penambahan elemen hardscape dapat berupa
penambahan skluptur, penggunaan material pada lantai, penambahan
113
telajakan yang dapat difungsikan sebagai peredam kebisingan serta
penambahan lampu penerangan seperti yang terlihat pada gambar 5.15.
114
5.2 Keamanan dan Kenyamanan
Sasaran merupakan sesuatu yang menjadi target utama dalam
perancangan Pusat Rehabilitasi Tunadaksa di Denpasar, sehingga proyek ini
memiliki tuntutan yang jelas seperti yang diuraikan di bawah ini
115
20cm untuk meredam kebisingan dan mengurangi efek suhu panas
pada siang hari, seperti yang terlihat pada gambar 5.18.
2. Pemadam Kebakaran
Pemadam kebakaran merupakan sistem utilitas yang sangat penting
untuk ada disetiap fasilitas, mengingat pada fasilitas yang dirancang ini
terdapat sumber-sumber yang sensitif terhadap api maka sistem
pemadam kebakaran perlu di perhitungkan. Adapun alur sistem
pemadam kebakaran dapat dilihat pada gambar 5.20
116
Gambar 5. 20 Alur Sistem Pemadam Kebakaran
3. Kelistrikan
Utilitas listrik merupakan salah satu hal yang penting dalam perancangan
proyek ini mengingat pada proyek ini civitasnya adalah penyandang
disabilitas sehingga sistem penerangan yang baik perlu diperhitungkan
seperti alur utilitas pada gambar 5.21.
4. Plumbing
Sistem utilitas plumbing menjadi salah satu bagian penting dalam proyek
ini karena pada fasilitas terdapat terapi air (hidroterapi), selain itu
terdapat fasilitas rawat inap yang memungkinkan terdapatnya sisa-sisa
buangan limbah dapur rawat inap di dalam tapak. Sehingga dirasa perlu,
sistem penyaluran air bersih hingga pengolahan air kotor dan air bekas
seperti yang terlihat pada gambar 5.22 dan 5.23.
117
Gambar 5. 22 Alur Sistem Air Bersih
118
1. Sosok Bangunan
Sosok bangunan yang indah dapat menciptakan rasa nyaman ketika
berada di dalamnya, guna menciptakan sosok yang cukup baik dipandang
mata namun tetap memperlihatkan ciri khas ATB adalah sebagai berikut :
a. Penggunaan Konsep Tri Angga
Penggunaan konsep ini merupakan perwujudan dari sosok bangunan
yang diibaratkan sebagai tubuh manusia dengan penalaran sebagai
kepala, badan dan kaki seperti yang terlihat pada gambar 5.25.
119
120
121
122
123
124
125
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Agus Diana, 2014. Program Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas dan
Pergeseran Paradigma Penanganan Penyandang Disabilitas.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta
: Kementerian Kesehatan RI.
Neufert, Ernst. 1987. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 1. Sjamsu Amril
(Penerjemah). Jakarta : Erlangga
Neufert, Ernst. 1989. Data Arsitek Edisi Kedua Jilid 2. Sjamsu Amril
(Penerjemah). Jakarta : Erlangga
Panero, Julius dan Martin Zelnik. 2003. Dimensi Manusia & Ruang Interior.
Djoeliana Kurniawan (Penerjemah). Jakarta : Erlangga
Machdan, D. M., & Hartini, N. (2012). Hubungan antara penerimaan diri dengan
kecemasan menghadapi dunia kerja pada tunadaksa di UPT rehabilitasi sosial
126
cacat tubuh Pasuruan. Jurnal psikologi klinis dan kesehatan mental, 1(02), 79-
85.
P. D. F. P. P., & Saputro, M. B. Peran Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa
Prof. Dr. Soeharso Surakarta Dalam Upaya Pemenuhan Hak Bagi
Penyandang Disabilitas Fisik Pada Proses Rehabilitasi
Riestya, A. W., Sheila, A., Purdyah Ayu, K. P., & Amanda Ayu, P. Studi (2013)
Penerapan Universal Design Pada Gedung Baru Unit Rehabilitasi Medik
Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang.s
127