Anda di halaman 1dari 17

Pengertian kota

Menurut Wirsh: Kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Menurut Max Weber : Kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal. Menurut Dwigth Sanderson Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih. Jadi, Pengertian kota adalah kelompok masyarakat dalam jumlah besar yang dengan penghuni stempatnya memilki profesi yang heterogen demi memenuhi kebutuhan ekonominya.

URBANISASI
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua. Persebaran penduduk yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan sosial kemasyarakatan. Untuk mendapatkan suatu niat untuk hijrah atau pergi ke kota dari desa, seseorang biasanya harus mendapatkan pengaruh yang kuat dalam bentuk ajakan, informasi media massa, impian pribadi, terdesak kebutuhan ekonomi. Pengaruh pengaruh tersebut adalah sebagai berikut :1 A. Faktor Penarik Terjadinya Urbanisasi 1. Kehidupan kota yang lebih modern dan mewah 2. Sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap 3. Banyak lapangan pekerjaan di kota 4. Di kota banyak perempuan cantik dan laki-laki ganteng 5. Pengaruh buruk sinetron Indonesia
1

Wikipedia. Urbanisasi. htm. 2011

6. Pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas B. Faktor Pendorong Terjadinya Urbanisasi 1. Lahan pertanian yang semakin sempit 2. Merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya 3. Menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa 4. Terbatasnya sarana dan prasarana di desa 5. Diusir dari desa asal 6. Memiliki impian kuat menjadi orang kaya C. Keuntungan Urbanisasi 1. Memoderenisasikan warga desa 2. Menambah pengetahuan warga kota 3. Menjalin kerja sama yang baik antar warga suatu daerah 4. Menyeimbangkan masyarakat kota dengan masyarakat desa Faktor penghubung interaksi antar kota yang berkaitan dengan urbanisasi dapat dimunculkan pada teori (penghubung) linkage. Karena, di dalam kta terdapat banyak elemen-elemen pendukung seperti ; jalan kotamadya, jembatan, rel kereta api.

Gambar Rel kereta api di Sumatra

Gambar Jembatan Suramadu

LINKAGE

Linkage is simply the glue of the city. It is act by wich we unite all the layers of activity and resulting form in the city.2 Hubungan sebuah tempat dengan yang lain Bagaimanakah keteraturan massa dan ruangnya secara tekstural (tata ruang perkotaan)? Untuk mengetahuinya perlu dilihat dari keterbatasan kelompok teori figure/ground karena, disamping memiliki kelebihan, pendekatannya sering mengarah ke gagasan-gagasan ruang perkotaan yang bersifat dua dimensi saja dan perhatiannya terhadap ruang perkotaan terlalu statis. Artinya dinamika hubungan secara arsitektural antara berbagai kawasan kota belum dilihat lebih baik Setiap kota memiliki pola masing-masing yang saling berhubungan antara satu dan lainnya. Perhubungannya di bahas dalam kelompok teori yang mempunyai istilah linkage (penghubung), yang memperhatikan dan menegaskan hubungan-hubungan dan gerakan-gerakan (dinamika) sebuah tata ruang perkotaan (urban fabric). sebuah linkage perkotaan dapat diamati dan dikemukakan dalam tiga pendekatan sebagai berikut: a) Linkage yang visual b) Lingkage yang struktural c) Linkage bentuk yang kolektif Kota adalah sesuatu yang kopleks dan rumit, maka erkembangan kota sering mempunyai kecenderungan membat orang merasa tersesat dalam gerakan di daerah kota yang belum mereka kenal. Hal itu terjadi di daerah yang tidak mempunyai linkage. Setiap kota memiliki banyak fragmen kota, yaitu kawasan-kawasan kota yang berfungsi sebagai beberapa bagian tersendiri dalam kota. Walaupun identitas serta bentuk massa dan ruang fragmen-fragmen itu bisa tampak sangat jelas, orang masih sering bingung saat bergerak di dalam satu daerah yang belum cukup mereka kenal. Kota-kota seperti New York atau Mexico City dan juga kotakota Asia telah menggambarkan masalah tersebut.

Maki, Fumihiko. Investigation In Collective For. St. Louis. 1964. hlm. 29. Gambar Broadway, NYC

Hal ini menunjukkan bahwa jumlah kuantitas dan kualitas masing-masing bagian (fragmen) di kota tersebut belum memenuhi kemampuan untuk menjelaskan sebagai bagian dalam keseluruhan kota. Oleh karena itu, diperlukan elemen-elemen penghubung, yaitu elemen-elemen lingkage dari suatu kawasan ke kawasan lain yang membantu orang untuk mengeti fragmen-fragmen kota sebagi bagian dari suatu keseluruhan yang lebih besar. Linkage visual Istilah linkage visual dapat dirumuskan sebagai berikut: Dalam linkage yang visual dua atau lebih banyak fragmen kota dihubungkan menjadi satu kesatuan secara visual. Edmund Bacon membahas tema ini secara mendalam. Bukunya sudah menjadi standart di dalam teori perkotaan secara khusus memperhatikan linkage yang visual. 3 Teorinya menjadi terkenal pada saat ia mengemukakan kasus-kasus yang menunjukkan dampak elemen-elemen visual di dalam sejarah kota. Artinya, elemenelemen tersebut sudah lama dikenal dan dapat dipakai baik dalam skala makro (besar) maupun mikro (kesil), yaitu dalam kota secara keseluruhan maupun dalam kawasan kota,karena sebuah linkage yang visual mampu menyatukan daerah kota dalamberbagai skala. Pada dasarnya, ada dua poko perbedaan linkage visual, yaitu : Yang menghubungkan kedua daerah secara netral Yang menghubungkan kedua daerah dengan mengutamakan satu daerah Kebanyakan penghubung bersifat kaitan saja dan dapat ditemukan di banyak daerah kota-kota seluruh dunia, misalnya kota-kota di italia atau di kota-kota Amsterdam (Belanda), Washington (Amerika Serikat), Jaipur (Cina), Yogyakarta (Indonesia). Hubungan yang bersifat sebagai focus lebih sedikit, karena memusatkan sebuah kawasan tertentu. Walauun demikian, cara keterkaitan tersebut juga ada beberapa daerah di kota-kota, khususnya di dalam pusatnya. Contoh yang baik ada di Versailles (Prancis), atau di Paris(Prancis), serta di daerah Monas Jakarta (Indonesia). Daerah
3

Bacon, Edmund N. Design of cities. New York. 1978.

fokus tersebut sering memiliki fungsi dan arti khusus di dalam kotanya bersifat dominan dan menonjol daripada lingkungannya.

? ?
Gambar dua macam hubungan visual secara diagramatis

Lima elemen linkage visual Ada lima elemen linkage visual yang menghasilkan hbungan secara visual,yaitu garis, koridor, sisi, sumbu, dan irama. Setiap elemen memiliki ciri khas atau suasana tertentu yang akan digambarkan satu per satu. Bahan-bahan dan bentuk-bentuk yang dipakai dalam sistem penghubungnya dapat berbeda. Namun, perlu ditekankan bahwa dengan merancang lansekap (yang sering hanya dianggap sebagai dekorasi perkotaan), akan sangat efektif bila menghubugkan fragmen dan bagian kota dengan cara linkage visual. Elemen garis menghubungkan secara langsung dua tempat satu deretan massa. Untuk massa tersebut bias diapakai sebuah deretan bangunan atau sebuah deretan pohon yang memiliki rupa massif, elemen koridor yang dibentuk oleh dua deretan massa (bangunan atau pohon) membentuk sebuah ruang. Elemen sisi sama dengan elemen garis, menghubungkan dua kawasan dengan satu massa. Walaupun demikian, perbedaanya dibuat secara tidak langsung, sehingga tidak erlu dirupakan dengan sebuah garis yang massanya kurang penting. Elemen tersebut

bersifat massif di belakang tampilannya, sedangkan di depan bersifat spasial. Elemn sumbuirip dengan elemen koridor yang bersifat spasial. Namun, perbedaan ada pada dua daerah yang dihubungkan oleh dua elemen. Tersebut, yang sering mengutamakan salah satu daerah tersebut. Elemen irama menghubungkan dua tempat dengan variasi massa dan ruang. Elemen tersebut jarang diperhatikan dengan baik, walaupun juga memiliki sifat yang menarik dalam menghubungkan dua tempat secara visual Elemen-elemen tersebut digambarkan dengan berbagai contoh yang menegaskan sifat elemen masing-masing. Perlu dtegaskan di sini bahwa cara pemakaian lansekap di dalam kota akan sangat mendukung dan memperjelas sistem hubungan yang ada di dalam kota. Sayangnya, potesi penanaman pohon-pohon jarang dipakai sesuai kebutuhan lingkungan, baik secara visual maupun fungsional (sudah diketahui bahwa pohon-pohon besar adalah paru-paru kota dan mengurangi kepanasan dan udara kotor di dalam kota!). pohon-pohon sering hanya dianggap sebagai penghias kawasan ota saja. Sudah saatnya bahwa pendekatan terhadap lansekap-dan secara khusu mengenai pohon-pohon diganti dengan suatu pendekatan yang lebih berart di dalam kota tropis. Itulah alasan bahwa dalam (gambar) semua elemen linkage visual digambarkan dengan memakai pohon-pohon, walaupun di dalam kenyataanya lebih sering ada massa bangunan yang berfungsi sebagai elemen-elemen tersebut.

Gambar contoh pola tipe elemen garis perkotaan

Gambar contoh pola tipe elemen koridor perkotaan

Gambar contoh pola tipe elemen sumbu perkotaan

Gambar contoh pola tipe elemen irama perkotaan

Linkage struktural Sebuah kota memiliki banyak kawasan. Beberapa kawasan mempunyai bentuk dan cirri khas yang mirip, tapi juga ada kawasan yang sangat berbeda. Sering pula terjadi perbedaan antara kawasan yang letaknya saling berdekatan sehingga terlihat agak terpisah dan berdiri sendiri. Hal ini disebabkan karena kurangnya bentuk jaringan. Dalam kota sering melihat tidak adanya hubungan antara satu daerah dan daerah yang

lain. Permasalahan tersebut telah dicoba untuk diatasi dengan pendekatan linkage yang visual. Tetapi solusi visual tersebut sering kurang tepat, sehingga perlu ditambahkan bahwa masalah masalah kurangnya bentuk jaringan kawasan perkotaan juga penting dibahas secara structural. Di dalam realitasnya, kota tidak hanya mementingkan masalah yang bersifat visual saja, tetapi juga hubungan structural nya.yang jarang sekali diperhatikan secara baik dalam perancangan perkotaan.Colin Rowe sebagai tokoh perancang kota secara struktural melihat masalah tersebut sebagai suatu krisis objek-objek perkotaan dengan kondisi struktur yang sangat disayangkan.4 Ia menggambarkan bahwa kawasan-kawasan yang tidak terubungkan secara struktural, atau terhubungkan tapi secara kurang baik,akan menimbilkan suatu kualitas kota yang diragukan.

Linkage struktural dengan system kolase Lalu agaimana perancang kota dapat mengatasi secara arsitektural masalah perbedaan kawasan-kawasan yang nyata ini? Colin Rowe memakai sebuah sistem perencanaan yang mampu mengatasi masalah tersebut dengan menyatukan kawasan-kawasan kota melalui bentuk jaringan struktural yang lebih dikenal sebagai sistem kolase. Istilah kolase(dari bahasa inggris : Collage) biasanya dipakai di bidang seni lukis yang bersifat tekstural saja, di mana sebuah gambar ditempel dengan beberapa bahan tekstur (yang sering berbeda-beda) menjadi satu kesatuan di dalam tatanannya. Pada tingkat kota, Rowe mengamati bawa sistem kolase ini juga dapat dipakai secara efektif sebagai berikut : Dalam linkage yang struktural dua tau lebih bentuk struktur kota digabungkan menjadi satu kesatuan dalam tatanannya .5

4 5

Rowe, Colin; Koetter, Fred. College city. Cambridge. 1979. Hlm 100. Rowe, Colin; Koetter, Fred. College city. Cambridge. 1979. Hlm 122. Gambar system kolase dalamperancangan kota di kota London (digambar ulang menurut Rowe dan Koetter. Op.cit. hlm. 163)

Sama seperti linkage yang visual, dalam lingkage yang struktural pada dasarnya dapat diamati perbedaan poko sebagai berikut: Menggabungkan dua daerah secara netral Menghubungkan dua daerah dengan mengutamakan satu daerah Pemakaian kedua cara tersebut juga tergantung ada fungsi kawasan di dalam konteks masing-masing. Tidak setia kawasan mamilki arti struktural yang sama di dalam kota. Sehingga cara hubungannya secara hierarkis juga dapat berbeda (menyamakan dua kawasan atau mengutamaka salah satunya). Hal tersebut digambarkan secara diagramatis dalam bagan

? ?

Gambar dua macam hubungan struktural secara diagramatis

Fungsi linkage dalam struktural di dalam kota Dalam linkage struktural yang baik, pola ruang perkotaan dan bangunanya sering berfungsi sebagai sebagai stabilisator dan koordinator di dalam lingkungannya, karean setiap kolase (atau dengan kata lain, penghubung fragmen-fragmen) perlu diberikan stabilitas tertentu dan koordinasi tetentu dalamstrukturnya. Tanpa ada daerah-daerah yang polanya tidak dikoordinasikan serta distabilkan tata lingkungannya,

maka cenderung akan muncul pola tata kouta yang kesannya agak kacau. Hal itu dapat diatasi dengan memprioritaskan sebuah daerah yang menjelaskan lingkungannya dengan suatu struktur, bentuk, wujud, atau fungsi yang memberikan susunan tertentu di dalam prioritas penataan kawasan

Elemen elemen linkage structural Ada tiga elemen linkage struktural yang mencapai hubungan secara arsitektura, yaitu: tambahan, sambungan, serta tembusan. Setiap elemen tersebut memiliki ciri khas dan tujuan tertentu di dalam sistem hubungan dengan berbagai kawasan perkotaan. Karena tiga elemen struktural ini bersifat agak astra, sering kali elemen-elemen linkage yang struktural kurang diperhatikan di dalam erancangan perkotaan. Tiap elemen memiliki pengaruh masing-masing terhadap lingkungannya akan sangat berbeda. Secara struktural elemen tambahan melanjutkan pola pembangunan yang sudah ada sebelumnya. Bentuk-bentuk massa dan ruang yang ditambah daat berbeda, namun pola kawasannya tetap dimengerti sebagai bagian atau tambahan pola yang sudah ada disekitarnya. Berbeda halnya dengan elemen sambungan karena elemen ini memerkenalkan pola baru pada lingkungan kawasannya. Dengan pola baru ini, diusahakan menyambung dua atau lebih banyak pola disekitarnya, supaya keseluruhannya dapat dimengerti sebagai satu kelompok yang baru memilki kebersamaan melalui sambungan itu elemen tersebut sering diberi fungsi khusus di dalam lingkungan kota, karena rupanya agak istimewa. Lain pula halnya dengan ciri khas elemen tembusan karena elemen ketiga ini tidak memeperkenalkan pola baru yang belum ada.

Elemen tembusan sedikit mirip dengan elemen tambahan, namun lebih rumit polanya karena di dalam elemen tembusan terdapat dua atau lebih pola yang sudah ada di sekitarnya dan akan disatukan sebagai pola-pola yang sekaligus menembus di dalam suatu kawasan. Dengan cara demikian, sebuah kawasan yag memakai elemen tembusan tidak akan memilki keunikan dari dirinya sendiri, melainkan hanya campuran dan lingkungannya. Colin Rowe mengemukakan beberapa kasus di dalam sejarah kota, misalnya di kota Roma, Italia. Sistem linkage struktural sudah lama dipakai dalam suatu kualitas menghubungkan berbagai kawasan. Oleh karea itu, banyak tokoh perancang tertarik menerapkan teori Colin Rowe (mengenai perhatian kota secara struktural). Misalnya Roger Trancik memakai linkage struktural untuk sebuah studi pengembangan kawasan kota Goteborg di Swedia. 6 Dalam perancangan tersebut sistem linkage struktural dipakai.

Gambar contoh elemen tambahan (1) sebelum pembangunan dan (2) sesudah pembangunan

Trancik,Roger. Op. cit. hlm. 99

Gambar Elemen-elemen linkage structural system kolase sebagai penghubungnya

Gambar contoh elemen tembusan untuk kota Romadan Frienza, Italia Gambar contoh elemen sambungan kiri: sebelum dibangun, kanan : setelah dibangun

Linkage sebagai bentuk kolektif Seperti telah dikemukakan terdahulu, kelompok teori linkage memperhatikan susunan dan hubungan bagian-bagian kota satu dengan yang lainnya. Roger Trancik

membandingkan dinamika itu seperti suatu komposisi musik dengan suatu sistem datum.7 Dan Francis Ching memaknai istilah yang sama dengan definisi berikut : suatu datum diartikan sebagai suatu garis, bidang atau ruang acuan untuk mengubungkan unsur-unsur lain didalam kompisisi. Datum mengorganisir suatu pola acak unsur-unsur melalui keteraturan kontinuitas dan kehadiran yang konstan. Sebagai contoh, garis-garis lagu berfungsi sebagi suatu datum yang memberi dasar visual untuk membaca note dan irama nadanada yang ada secara relatif.8 Garis-garis lagu adalah suatu datum konstan yang menyiapkan suatu bingkai pada seorang komponis. Itu sama halnya dengan lingkungan perkotaan, karena suatu datum (atau kesamaan ) yang bersifat spasial akan berfungsi sebagi landasan tertentu.Contoh datum yang bersifat spasial adalah; sebuah garis lahan-lahan, suatu aliran gerakan yang diarahkan, sebuah sumbu yang besifat organikrasional atau sebuah sisi kelompok bangunan.9 Selanjutnya bentuk dan pola datum perkotaan sudah banyak sekali. Ching mengamati dengan baik, bahwa sebagai pengatur yang efektif, sebuah garis datum harus meiliki sebuah kontinuitas visual untuk menembus atau melintasi semua unsur yang diorganisir sebagai figur yang dapat merangkum atau mengumpulkan semua unsur-unsur yang terorganisir di dalam lingkungannya. Jika demikian, garis datum yang spasial yang menunjukkan suatu sistem penghubung yang perlu dipertimbangkan seandainya ada suatu tambahan atau perubaan massa atau ruang di dalam lingkungannya. Walaupun demikian, di dalam realitas kota dan perancangannya , faktor-faktor penting itu jarang diperhatikan dengan baik. Sering dilupakan sebuah kota memiliki arti lebih luas daripada jumlah gedung dan prasarananya saja. 10 sebuah kota hanya akan berarti sebagai sejumlah unit-unit. Kenyataan tersebut telah dibahas dengan memperhatikan unit-unit secara visual dan struktural. Meskipun demikian, masih perlu ditambah satu cara lagi yang memperhatikan secara langsung keadaan rupa bentuk yang bersifat kolektif didalam kawasan kota. Implikasi keadaan tersebut kurang disadari. Masalah itu muncul karena secara nyata dikota juga ada kawasasn yang berbentuk kolektif, tapi bentuk tesebut sering kurang jelas dalam batasan maupun ciri khasnya . kenyataan ini menunjukkan perlu adanya perhatian secara khusus terhadap analisis mengenai keberadaaan kolektif di kota, karena dengan hal tersebut akan dicapai landasan perancangan untuk memerkuat kualitas kawasan melalui pengelompokaka berbagai objek sebagai bagian dari satu bentuk kolektif. Perhatian perlu diberikan secara khusus pada ciri khas, organisasi, dan
7 8

Trancik. Roger. Op. cit. hlm, 99. Ching, Francis D. K. Arsitektur, bentuk, ruang, dan susunannya. Jakarta. 1991. Hlm.358 9 Trancik. Roger. Op. cit. hlm. 106. 10 Ibid. hlm. 166

hubungan bentuk yang bersifat kolektif, baik di suatu daerah maupun dengan daerah yang lain, karena sebuah kota memiliki banyak wilayah yang mempunyai arti terhadap hubungan dari dalam dan luar yaitu dari diri sendiri maupun dari lingkungannya. Oleh sebab itu, kawasan-kawasan perkotaan yang mempunyai sifat kolektif merupakan karakter fisik perkotaan yang penting. Fumihiko Maki menganggap kriteria linkage tersebut sebagai karakteristik yang sangat penting di dalam lingkungan perkotaan:
Penghubung (linkage) adalah hakikat utama di dalam kota. Penghubung adalah tindakan yang menyatukan semua lapisan aktifitas serta hasilnya yang memilki rupa secara fisik di dalam kota... perancangan kota memperhatikan pertanyaan yang membuat hubungan secara luas antara objek yang dipisahkan. Sebagai akibatnya, penghubungan merupakan upaya memperjelas sebuah keberadaan yang luas sekali dengan mengartikulasikan bagiannya.11

Perbedaan dan hubungan terhadap lingkungan Supaya sebuah bentuk kolektif dapat dilihat, maka syaraf yang diperlukan adalah bagaimana fungsi arsitektural dari bentuk kolektif tersebut. Ada dua syarat, yaitu bentuk kolektif yang berbeda dengan lingkungannya dan bentuk kolektif yang berhubungan dengan lingkungannya. Bentuk kolektif yang berbeda dengan lingkungannya Sebuah bentuk kolektif tidak dapat dilihat tanpa sedikit wujud perbedaan terlihat pada lingkungannya. Hal itu berarti batasan visual atau struktural diperlukan agar bentuk kolektif jelas dalam keseluruhannya. Batasan visual atau struktural itu bisa elemen alamiah ataupun buatan. Bentuk kolektif yang berhubungan dengan lingkungannya Ssebuah bentuk kolektif tidak dapat dilihat tanpa sedikit wujud hubungan tampak pada lingkungannya. Hal itu berarti bahwa suatu hubungan visual / struktural diperlukan supaya bentuk kolektif jelas dalam keseluruhannya. Hubungan visual / struktural itu boleh menjadi elemen alamiah atau buatan. Elemen-elemen sistem bentuk kolektif

Fumihiko Maki melihat tiga tipe bentuk kolektif, yaitu compositional form, mega form, serta group form.12
11 12

Trancik, R. op.cit. hlm.106. Maki, Fumihiko. Investigation in collective form. St.Louis. 1964. Hlm. 29.

Sebuah compositional form atau bentuk komposisi merancang obyek-obyek seperti komposisi dua dimensi dan individual yang hubungan masing-masing agak abstrak. Dalam tipe ini linkage agak diasumsikan dan tidak langsung kelihatan. Tipe ini sering dipakai dalam desain fungsionalisme atau gerakan modernism klasik pada tahun 1930an samai sekarang. Namun demikain, penghubung tersebut sering kurang memerhatikan fungsi ruang terbuka di dalam segala aktifitas para pelakunya. Oleh sebab itu, ruang terbuka di dalam pembentukan tersebut sering berkualitas rendah karena sering tidak terwujud dengan jelas serta tidak dapat dipakai secara fungsional. Sebuah mega form atau bentuk mega 13 menghubungkan struktur-struktur seperti bingkai linier atau sebuah grid. Dala tipe ini, linkage dicapai melalui hirarki-hirarki yang bersifat open ended (masih terbuka untuk berkembang). Secara alami mega form dapat dilihat di dalam skala yang bermacam-macam. Suatu contoh yang paling tampak dan umum adalah bentuk dan pola pohon. Banyak eksperimen desain tipe seperti ini dibuat pada tahun 1960-an yang memberikan perhatian secara khusus pada kota yang bersifat mega struktural. Pada masa kini perhatian pada elemen megaform sudah berkurang, namun cara perancangannya sering dipakai dalam proyek-proyek besar, khususnya kalau melibatkan banyak prasarana dan sirkulasi di dalam kawasan yang bersifat makro (misalnya lapangan terbang, stasiun, kampus, industri, daerah-daerah metropolitan). nama elemen tersebut sudah menjelaskan bahwa sebuah mega form kurang tepat dalam skala mikro saja (yaitu gedung) karena sifat elemen tersebut cenderung makro. Sebuah grup form muncul dari penambahan akumulasi bentuk dan struktur yang biasanya berdiri disamping ruangan terbuka publik. Dalam tipe ini linkage dikembangkan secara organis. Kota kuno dan tradisional cenderung mengikuti tipe ini. Tetapi pada saat ini elemen group form juga sering dipakai dalam perancangan kawasan baru dengan dibuat suatu akumulasi bangunan sebagai satu kelompok. Kelompok tersebut akan mengekspresikan suatu persamaan bangunan di dalam kawasannya, yang terwujud melalui pola sstruktur yang saling terkait. Gambar menunjukkan beberapa contoh yang mengilustrasikan tiga cara yang membentuk sebuah elemen yang bersifat kolektif.

13

Istilah mega dimengerti secara umum sebagai sesuatu yang sangat besar.

Gambar contoh tipe bentuk compositional form

Gambar contoh tipe bentuk mega form

Gambar contoh tipe bentuk group form

Kesimpulan Dari penjelasan sebelumnya dapat di ambil kesimpulan:

1. Penduduk desa dapat berpindah (urbanisasi) ke kota melalui elemen-elemen kotanya. 2. Urbanisasi terjadi karena ada hal yang mempengaruhi dalam kota sehingga menarik perhatian penduduk desa di sekitar kota. 3. Bentuk jembatan, rel kereta api, jalan kotamadya adalah jalur penting terjadinya urbanisasi.

Daftar Pustaka
1. Ching, Fancis D.K. 1991. Bentuk, ruang, dan susunannya. Jakarta: Erlangga. 2. Maki, Fumihiko. 1964. Investigations in collective form. St. Louis: Washington university Publications. 3. Trancik, Roger.1986. Finding Lost Space. Theories of Urban Design. New York: Van Nostrand Reinhold Company. 4. Zahnd, Markus. 2006. Perancangan Kota Secara terpadu. Yogyakarta: Pemerbit Kanisius. 5. Wikipedia.

Anda mungkin juga menyukai