Anda di halaman 1dari 16

WANITA KARIR DAN PERANNYA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI KOTA

SURAKARTA

ANALISIS GENDER

Di Susun oleh :

FADLURRAHMAN FIQI SALMAN

D0316027

SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur mari selalu kita panjatkan atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga saya dapat
menyelesaikan penelitian ini yang berjudul wanita karir dan perannya terhadap keluarga.

Laporan penelitian ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu tak lupa
juga saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan laporan penelitian ini.

Saya selaku penulis memahami, bawasannya dalam masalah penulisan di dalam laporan
penelitian ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu saya sangat mengharap kritik dan
saran dari pembaca, guna menyempurnakan hasil laporan penelitian saya kali ini dan
selanjutnya.

Akhir kata kami berharap semoga laporan penelitian ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Surakarta, 22 Desember 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI 1

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
BAB II : METODE PENELITIAN
A. Tinjauan Pustaka 4
1. Pekerja Wanita (wanita karir) 4
2. Pendidikan Anak 4
3. Peran 5
B. Lokasi Penelitian 5
C. Informan 5
D. Teknik Analisis 6
E. Teknik Pengumpulan Data 6

BAB III : PEMBAHASAN


A. Tantangan yang terdapat pada Peran Wanita Karir Dalam Mendukung Keberhasilan
Pendidikan Anak di Kota Surakarta 8
B. Cara wanita karir membagi waktu dalam mendukung keberhasilan pendidikan anak 11
C. Alat Analisis Moser ( Penilaian Kebutuhan Gender ) 12

BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan 13
B. Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan serta kemajuan teknologi di era globalisasi saat ini telah menjadikan
informasi sangat penting, seiring dengan munculnya media komunikasi terutama televisi
yang dikenal dengan Audio Visual berpacu dalam menyampaikan informasi dan pesan-pesan
yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia tidak terkecuali bidang ekonomi
dan profesi.
Kemajuan teknologi dan budaya telah banyak mendukung kemajuan bangsa dan
masyarakat dunia khususnya maupun di Indonesia khususnya bidang karir, yang menuntut
semua golongan untuk ikut berperan dalam semua aspek kehidupan baik di rumah tangga
maupun dalam politik, dan lembaga pemerintahan. Persamaan tuntutan dari kalangan gender
menunjukkan bahwa disini wanita khususnya merasa memiliki persamaan hak dengan laki-
laki, sehingga banyak wanita meniti karir sesuai dengan profesinya maupun tidak sesuai.
Tuntutan gender disebabkan karena adanya perbedaan dan sempitnya gerakan wanita
serta membatasinya pada bagian tertentu sesuai dengan kodratnya sebagai wanita, sehingga
wanita merasa bahwa pada prinsipnya dalam kehidupan dunia untuk berkarir dan memimpin
mempunyai hak sebagaimana yang dilakukan oleh laki-laki.
Wanita karir juga merupakan sebagai dasar pembagian tanggung jawab yang ditetapkan
secara sosial dan kultural, yangmana di dalam dunia Barat atau negara maju laki-laki dan
perempuan mempunyai hak yang sama untuk menjadi segala sesuatu yang diinginkan sesuai
dengan bakatnya untuk bisa berkarir dengan laki-laki, begitu juga untuk menjadi seorang
pemimpin.
Wanita sebagai ibu rumah tangga juga berhak meniti karirnya berdasarkan
profesionalisme yang dimilikinya, namun seorang wanita juga tidak boleh melepaskan
tanggung jawabnya terhadap perannya di dalam lingkungan keluarga. Karena Ayah dan Ibu
atau di sini pembahasannya bahwa Ibu (wanita) merupakan orang yang juga bertanggung
jawab atas kehidupan yang ada di dalam keluarga selain Ayah (Pria), apalagi wanita karir
yang memiliki peran lebih di luar lingkungan keluarga.

2
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Peran Wanita Karir Dalam Mendukung Keberhasilan Pendidikan Anak di Kota
Surakarta?
2. Bagaimana wanita karir membagi waktu dalam mendukung keberhasilan pendidikan anak?

3. Seperti Apa Kebutuhan praktis yang selayaknya di dapatkan oleh wanita karir? (Alat
Analisis Moser)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui serta memahami Peran Wanita Karir Dalam Mendukung Keberhasilan


Pendidikan Anak di Kota Surakarta.
2. Mengetahui serta memahami cara karir membagi waktu dalam mendukung keberhasilan
pendidikan anak.
3. Mengetahui dan memahami kebutuhan praktis wanita karir.
4. Memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Analisis Gender.

3
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Pekerja Wanita (Wanita Karir)

Pekerja berasal dari kata "kerja" yang berarti perbuatan melakukan sesuatu kegiatan
yang bertujuan mendapatkan hasil, hal pencarian nafkah. Sedang kerja dalam arti pandangan
yang luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia dalam hal materi atau non
materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan atau
keakhiratan. Dan mendapatkan imbuhan pe- sehingga menjadi pekerja yang berarti "orang
yang bekerja." Tuhan menciptakan manusia dalam jenis laki-laki dan wanita. Sepanjang
sejarah manusia, orang tidak pernah menyatakan bahwa fisik maupun psikis wanita itu sama
dengan pria. Wanita di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perempuan
dewasa, kaum putri (dewasa). Sedangkan di buku lain wanita adalah manusia yang berasal
dari tulang rusuk sebelah kiri Nabi Adam AS.

Dengan memahami pengertian pekerja dan wanita diatas maka dapat diketahui siapa
pekerja wanita itu. Pekerja wanita adalah wanita yang bekerja. Dan juga bisa diartikan
perempuan dewasa yang melakukan sesuatu kegiatan dan bertujuan mendapatkan hasil.
Sehingga wanita untuk mendapatkan hal itu biasanya banyak dilakukan di luar rumah. Oleh
karena itu, penulis dapat memberikan pengertian bahwa pekerja wanita adalah perempuan
dewasa yang melakukan kegiatan secara teratur atau berkesinambungan dalam jangka waktu
tertentu sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk melakukannya yang dapat
mengurangi waktu untuk keluarga dengan tujuan untuk menghasilkan atau mendapatkan
sesuatu dalam bentuk benda atau uang untuk kemajuan dalam kehidupan yang riil.

2. Pendidikan Anak

Menurut George F. Kneller dalam bukunya : “Education is process of self realization


which the self realize and develops all its potentialities”. Pendidikan adalah suatu proses
merealisasikan dirinya dimana dirinya merealisasikan dengan mengembangkan semua
potensinya (George F. Kneller: 1965). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah proses pembentukan dan pembangunan diri.
4
Anak merupakan aset keluarga yang harus dijaga dan diasuh dengan baik. Kelak anak-
anaklah yang akan menjadi penerus generasi yang sudah tua. Untuk itu anak harus di didik
atau di bina dengan baik supaya menghasilkan individu-individu yang baik seperti apa yang
diharapkan. Pendidikan anak pada dasarnya adalah tanggung jawab orang tua, hal ini juga
merupakan kewajiban bagi orangtua. Walaupun kedua orangtua bekerja atau bahkan sibuk
dengan pekerjaannya, maka itu merupakan bukan sebuah alasan untuk lalai atau tidak
mendidik anak dengan baik.
3. Peran
Peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita siapa. Peran menjadi bermakna
ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosial atau politik. Peran adalah kombinasi
adalah posisi dan pengaruh.Seseorang melaksanakan hak dan kewajiban, berarti telah
menjalankan suatu peran. kita selalu menulis kata peran tetapi kadang kita sulit mengartikan
dan definisi peran tersebut. peran biasa juga disandingk an dengan fungsi. Peran dan status
tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peran tanpa kedudukan atau status, begitu pula tidak ada
status tanpa peran. Setiap orang mempunyai bermacam-macam peran yang dijalankan dalam
pergaulan hidupnya di masyarakat. Peran menentukan apa yang diperbuat seseorang bagi
masyarakat. Peran juga menentukan kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh masyarakat
kepadanya. Peran diatur oleh norma-norma yang berlaku.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian Ini dilakukan sebanyak satu kali. Penelitian yang pertama saya laksanakan di
kediaman kedua informan yaitu di daerah jajar surakarta pada tanggal 20 desember 2017
pukul 17.05 WIB bertemu dengan Ibu Rini dan Ibu Indri. Kemudian Penelitian yang Kedua
saya laksanakan di kediaman informan ketiga pada hari yang sama pula pada pukul 18.15
WIB di daerah perumahan Fajar Indah bertemu dengan Ibu Rina.

C. Informan
Informan pada penelitian saya adalah :
1. Ibu Rina, beliau merupakan wanita yang bekerja sebagai guru di salah satu sekolah
menengah atas kristen di Surakarta.
2. Ibu Indri, beliau merupakan wanita yang bekerja sebagai PNS di dinas sosial Surakarta.
3. Ibu Rini, beliau merupakan wanita yang bekerja sebagai PNS di dinas pariwisata
Surakarta.
5
D. Teknik Analisis
Teknik Analisis yang penulis gunakan di sini adalah teknik analisis Moser.
Dikembangkan oleh Caroline Moser pada tahun 1980an dari Development Planning Unit,
University of London. Latar Belakang lahirnya teknik ini salah satunya adalah pembangunan
yang tidak adil dari perspektif gender, kelas dan kelompok etnis, perempuan dari kelompok
pekerja miskin (umumnya berasal dari kelompok etnis tertentu) memikul 3 peran
(manajemen produksi, reproduksi dan masyarakat). Teknik ini menyodorkan konsep
kebutuhan praktis dan strategis. Bertujuan untuk meningkatkan akses dan Negara untuk
sumberdaya material (tangible) melalui organisasi masyarakat. Menitikberatkan
pemberdayaan perempuan sebagai suatu proses pengorganisasian perempuan dan yang secara
ketat membutuhkan konsep yang lebih tegas antara gender, kuasa dan negara. Rumah tangga
dan masyarakat sebagai ruang lingkup institusional.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengambilan data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara.
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mewawancarai informan untuk memperoleh data
primer yang berkaitan dengan pokok masalah yang kami teliti. Wawancara kami lakukan
dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah kami siapkan terlebih dahulu sebelum kami terjun
ke lapangan. Hal ini kami lakukan dengan tujuan agar sewaktu pelaksanaan wawancara dapat
berjalan dengan efektif dan maksimal.

6
BAB III
PEMBAHASAN

Tabel Peran Wanita Karir di Kota Surakarta


Nama Pekerjaaan Jumlah Anak Usaha Lainnya
Ibu Indri PNS 1 Rumah Makan
Ibu Rini PNS 2 Busana Wanita
Ibu Rina Guru 1 Membuka Les
Sumber : Data dari masing-masing Informan di Kota Surakarta
Berdasarkan data serta riset yang telah peneliti laksanakan dari masing-masing tempat
di Kota Surakarta , ada beberapa wanita yang berhasil dalam karir serta keluarganya, tetapi
ada juga yang tidak berhasil dalam mendukung pendidikan anaknya, karena wanita karir
tersebut harus berjuang menghadapi beberapa macam permasalahan atau bahkan konflik yang
terus datang dari keluarga maupun dari tempat bekerjanya. Tentu mereka mempunyai
harapan sebelum memutuskan untuk berkarir, harapan nya agar mereka bisa menjalani peran
dengan baik sehingga bisa dapat menjadi seorang ibu yang baik untuk keluarga dan mampu
untuk mendukung keberhasilan pendidikan anak – anaknya serta bisa menjadi wanita karir
yang professional. Akan tetapi, harapan itu berbeda dengan kenyataan untuk sebagian orang.
Ada yang berhasil dalam karirnya sekaligus mendidik anaknya sehingga berhasil ke jenjang
lebih tinggi secara umum, ada juga yang tidak berhasil dalam mendidik anaknya tetapi
berhasil dalam urusan karirnya. Peran wanita tersebut sifatnya bertambah dan pada umumnya
wanita mengerjakan peran yang berhubungan dengan kehidupan rumahtangga dan publik
(karier). Pendidikan anak menuju yang lebih baik akan terancam karena kurangnya perhatian
dari lingkungan di dalam rumahnya, sehingga anak akan memiliki berbagai permasalahan
yang kompleks sekolah atau yang lainnya.

7
A. Tantangan yang terdapat pada Peran Wanita Karir Dalam Mendukung
Keberhasilan Pendidikan Anak di Kota Surakarta

Tantangan peran wanita karir dalam mendukung keberhasilan pendidikan anak di kota
Surakarta yang dilakukan oleh wanita – wanita karir ini pada pendidikan anak diperoleh dari
lingkungan keluarga, lingkungan sosial dan lingkungan kerja yaitu dengan melakukan
pengamatan terhadap informan dengan kehidupan sehari – harinya. Hal tersebut dilakukan
informan untuk berani dalam menjalani tantangan yang ada. Dalam setiap aspek informan
pasti melakukan hal – hal yang berbeda, yang sejatinya dilakukan untuk menjalani perannya
dengan baik. Hal – hal tersebut dilakukan oleh wanita – wanita yang berkarir ini di setiap
kegiatannya sehingga informan tahu banyak hal dari setiap tantangan yang ada. Di dalam
tantangan ini berkaitan dengan hal – hal yang terkadang sulit untuk dijalani dan ditiru orang
lain. Tetapi, informan mampu menjalani perannya dengan baik, karena keluarga terutama
anak – anak sangat membutuhkan figur seorang ibu yang mampu memberikan contoh yang
baik untuk anak - anaknya. Menurut Kartono Kartini (1992:25), “Anak memperoleh
pendidikan sejak dalam kandungan. Memberikan contoh berperilaku yang baik karena anak
belajar berperilaku dari keluarga. Ibu dapat memberikan pendidikan akhlak, budi pekerti,
pendidikan masalah reproduksi”. Banyak hal yang dapat ditiru dari sosok wanita seperti ini,
namun wanita – wanita ini harus mampu mencontohkannya dengan hal – hal baik, agar apa
yang dilihat dan didengar oleh oranglain akan berdampak positif bagi banyak orang.

Pernyataan ini menunjukkan tantangan yang ada pada wanita karir ini cukup berat.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap informan yang telah peneliti lakukan,
peneliti memahami bahwa anak – anak dari wanita karir ini banyak termotivasi oleh ibunya
yang mampu memberikan contoh yang baik, menjadi ibu yang baik untuk anak - anaknya,
yang selalu memberikan waktu walau waktu yang berbatas untuk memberikan betapa
pentingnya pendidikan bagi anak – anak, karena ketika wanita yang berkarir ini tidak mampu
memberikan motivasi, contoh yang baik, maka akan berpengaruh buruk terhadap pendidikan
anak – anak. Anak – anak akan berperilaku negatif, bahkan informan akan mencari perhatian
diluar seperti narkoba, pergaulan bebas, minum – minuman alkohol.

8
Hal serupa tak akan terjadi, jika semua tantangan yang ada pada wanita karir ini bisa
diatasi dengan baik dan sesuai dengan peran yang ada. Peran yang informan geluti saat ini
adalah keputusan yang mereka ambil dengan membawa segala resiko yang akan membawa
pengaruh pada diri informan.

Lingkungan sosial yang dimaksud disini adalah dimensi pria lebih mendominan dalam
pekerjaan, tetapi yang telah peneliti temukan saat observasi adalah informan ini mampu
bersaing dalam dimensi ini, dengan memegang teguh komitmen, keuletan, dan ketekunan
yang ada pada diri informan. Hal ini membuat pengaruh dari lingkungan sosial dapat
termotivasi dalam diri informan agar terpacu untuk melakukan hal – hal yang lebih baik lagi.
Sebaliknya, jika semua tidak didasari dengan komitmen pasti tak akan bisa menjalani
tantangan yang ada.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti menemukan bahwa banyak hal
yang patut ditiru dari tantangan sebagai wanita karir ini adalah anak – anak lebih paham akan
keadaan orangtua, tidak banyak menuntut hal yang aneh – aneh, meskipun orangtua sibuk,
tapi mereka tetap menjadikan keluarga nomor satu dan segalanya. Status yang diperankan
mereka harus dijalankan dengan sebaik mungkin, karena ketika mereka tidak mampu untuk
menjalankan perannya dengan baik maka mereka akan mendapatkan cemohan dari
masyarakat maupun ruang lingkup mereka sendiri. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh
Ibu Rini (PNS) mengenai tantangan dalam mendidik anaknya :
“ Iya mas, Saya sering menasehati memberikan arahan agar anak-anak saya mengerti
status saya yang juga sebagai pekerja sipil. Saya kadang tiap malam sehabis pulang kerja
lembur berbicara kepada suami serta anak – anak saya bahwa saya minta maaf karena
pulang malam, saya merasa bersalah karena setiap saya lembur kerja saya tidak ikut makan
malam bersama serta menyiapkan makan sebagai kewajiban saya. apalagi anak saya yang
paling kecil yang masih SD suka ngambek gitu mas tiap saya pulang kerja. Tetapi saya
selalu meminta maaf sebagai tanda saya peduli dengan mereka dan selalu memberikan
pengertian bahwa saya juga sebagian dari tulang punggung keluarga. Kadang suami saya
juga sering ditanyakan tetangga, kenapa saya belum pulang. Ya begitulah padahal saya
berbuat baik demi keluarga saya tetapi masyarakat memiliki pandangan lain. Saya sih sabar
aja tapi mungkin suami saya saja yang suka kadang jengkel dalam hati “.
9
Dengan demikian maka harapan – harapan peran sebenarnya sudah dipahami secara
bersama, walaupun tidak setiap orang dapat memenuhi perannya masing –masing. Dalam
kondisi ini, jika seseorang tidak menjalankan perannya dengan baik maka akan dicemooh
oleh masyarakat. Sebaliknya, jika seseorang dapat memainkan peran itu dengan baik, maka
seseorang tersebut akan mendapatkan pujian.
Dari paparan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa dari lingkungan sosial pun
banyak hal yang dapat kita pelajari dari keuletan dan ketekunan dari wanita – wanita yang
berkarir ini yang terus berjuang melawan godaan atau cemoohan dari lingkungannya untuk
mempertahankan peran dan komitmen yang sudah diputuskannya sehingga dapat bertahan
bahkan bisa mempertahankan eksistensinya di dunia publik. Dilihat dari Lingkungan
keluarga wanita karir ini adalah mereka dituntut untuk selalu menjadikan keluarga adalah
yang paling penting dari segalanya bahkan melebihi pekerjaannya. Dari hasil observasi dan
wawancara terhadap anak – anak dari wanita karir ini yang menjadi informan, peneliti
menemukan bahwa anak – anak ini senang dengan perilaku yang diperlihatkan oleh ibunya,
dalam keadaan apapun ibu mereka tetap menjadi ibu yang baik untuk keluarganya,
menjadikan lingkungan keluarga adalah tempat berbagi, tempat menimba ilmu yang
sesungguhnya, dan memberikan kehangatan bagi setiap anggota keluarga.
Dari paparan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga akan
terjalin harmonis ketika seorang wanita mampu membuat suasana keluarga menjadi hangat,
tenang dan bersahabat dengan peran ganda yang telah disematkan di dalam diri wanita
tersebut sehingga keluarga tetap utuh dengan hal – hal positif dan terhindar dari hal – hal
negatif. Dilihat dari Lingkungan kerja wanita karir ini adalah mereka dituntut untuk selalu
berpenampilan bijaksana, berpakaian rapi, dan pandai bersikap di depan publik. Dari hasil
observasi dan wawancara terhadap wanita karir ini yang menjadi informan, peneliti
menemukan bahwa mereka mampu bersikap bijaksana, lemah lembut dalam menghadapi
publik diluar sana. Dengan perilaku yang diperlihatkan oleh mereka dalam keadaan apapun
informan bisa memposisikan diri, agar tidak diremehkan oleh orang lain. Dari paparan
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja sangat mempengaruhi karakter
dan kepribadian informan masing – masing. Karena kepribadian yang mereka tunjukkan
semata – mata bukan hanya jabatan yang informan perankan, melainkan itu sudah menjadi
kewajiban dalam diri informan untuk menaikkan derajat dari peran masing – masing
informan.
10
B. Cara wanita karir membagi waktu dalam mendukung keberhasilan pendidikan anak

Dalam membagi waktu yang dilakukan oleh wanita karir ini dengan membagi di
beberapa kondisi yaitu dengan membagi waktunya untuk pekerjaan atau karirnya, dan
keluarga (pendidikan anak). Dalam setiap aspek dari membagi waktu ini, wanita karir
tersebut harus mendisiplinkan diri dalam membagi setiap waktu yang berharga itu. Tidak
dapat dipungkiri bahwa dalam membagi waktu ini cukup penting dalam aspek kehidupan
informan, terutama dalam membagi waktu untuk pendidikan anak itu sangat penting sekali
agar keberhasilan anak dapat di lihat dari waktu yang diberikan oleh orangtuanya terutama
ibunya sendiri. Seperti halnya pendidikan sangatlah penting dan sangat berpengaruh dalam
masa depan anak, sebagaimana mestinya peran yang dijalani harus dijalankan dengan
semaksimal mungkin untuk waktu – waktu yang ada. Semisal halnya membagi waktu untuk
keluarga harus menjadikan suasana keluarga terasa nyaman dan sesuai dengan kebutuhan dari
masing - masing individu. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Ibu Rina (guru)
membagi waktunya dalam menjalankan perannya :
“saya tu telaten orangnya mas ya gitu, saya kan membuka les juga buat murid saya
dengan seizini suami, saya membuka les di sekolah saja yang tempatnya lebih luas. Kadang
saya ajak anak saya buat sekedar mengetahui kegiatan saya atau dia juga kadang ikut
belajar sama murid saya, lebih tepatnya mendengarkan karena anak saya masih TK. Jadi ya
saya senang sekali sebagai guru dan ibu sekaligus dalam waktu yang bersamaan ya
momennya pas anak saya itu ikut belajar bareng”.
waktu untuk berkarir juga penting untuk diperhatikan. Dengan berbagai pertimbangan
serta persetujuan dari keluarga terutama dari suami, sehingga wanita yang sudah berumah
tangga dapat bekerja diluar rumah dengan alasan yang jelas semisal untuk menjadi wanita
yang lebih baik lagi dan ingin mengembangkan potensi dirinya ke dunia publik. Atas dasar
inilah, selayaknya wanita memberikan waktu – waktu terbaiknya untuk menjalani peran atas
status yang dimilikinya. Ini merupakan suatu keharusan karena status yang di dapat juga
berasal dari usaha wanita itu sendiri, sehingga tinggal bagaimana mereka menjalankan
perannya dengan proses yang baik dan pandai mendisiplinkan dirinya sendiri.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, peneliti Berasumsi
bahwa semangat dari wanita karir ini mampu menjadikan keluarganya nyaman dan karirnya

11
juga cemerlang terlebih lagi dalam menunjang pendidikan anak. Hal ini diketahui dari cara
informan membagi waktunya, sehingga semua dapat diatasi dengan baikm jika ada masalah
dapat dipikir/kan dan diselesaikan dengan baik.

C. Penilaian Kebutuhan Gender (Alat Analisis Moser)


Perempuan tentu mempunyai kebutuhan – kebutuhan yang berbeda dengan laki – laki
karena perananan mereka sebagai posisi subordinate mereka terhadap laki – laki maupun
lainnya dalam lingkungan. Kebutuhan gender tesebut di bedakan / bagi menjadi ke dalam
praktis gender dan strategis gender. Berdasarkan Penelitian tersebut seorang wanita karir
tentu harus mengakses atau mendapatkan kebutuhan praktis, yangmana kebutuhan praktis ini
terkait dengan sandang, pangan, maupun papan. Menurut analisa peneliti, wanita karir
tersebut membutuhkan akses – akses praktis untuk dirinya sendiri seperti Istirahat yang cukup
dan dukungan dari keluarganya. Seperti yang sama-sama kita ketahui bahwa wanita karir
tentu memiliki aktivitas yang sangat kompleks seperti kegiatan yang ada di rumah dan di luar
rumah. Tentu untuk menjalani semua membutuhkan kondisi tubuh yang prima setiap harinya
agar dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut setiap harinya. Kemudian, dukungan
juga merupakan kebutuhan praktis yang juga perlu di dapatkan wanita karir tersebut.
Dukungan dari berbagai pihak khususnya keluarga sangat krusial menurut saya untuk wanita
karir, karena dukungan yang ada dan di dapatkan oleh wanita tersebut akan menstimulasi
pemikiran wanita tersebut bahwa apa yang ia kerjakan merupakan hal yang sangat besar dan
mulia sehingga wanita itu akan lebih semangat dalam menjalankannya. Sebagaimana yang
telah disampaikan oleh Ibu Indri (PNS) :
“ iya mas saya setuju, saya kepengen sekali tiap hari di semangatin sama suami atau
anak – anak saya dalam bekerja. Ya taulah tadi kan saya sudah cerita saya juga punya usaha
tempat makan yang harus saya awasi juga. Saya sih memang di semangatin tapi jarang –
jarang gitu loh “.
Kebutuhan strategis gender juga perlu didapatkan oleh wanita karir. Misalnya, yaitu
keringanan dari tempat kerja seperti cuti atau pengurangan kerja bahkan uang pesangon
(asuransi) untuk keluarga. Jika keluarganya ada yang sakit atau terkena musibah tentu wanita
karir sebagai seorang ibu juga sangat dibutuhkan untuk menemani dan merawat keluarganya
dan hal ini sangat krusial mengingat keadaan seperti ini sangat sulit untuk ditinggalkan,
yangmana seorang Ibu manakah yang tega meninggalkan keluarganya yang sakit demi
kesibukan pekerjaannya. Saya rasa tidak ada.
12
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan didukung data yang dapat penulis himpun, maka bisa
ditarik Kesimpulan bahwa peran sebagai wanita karir sulit untuk dijalani. Akan tetapi para
wanita karir atau pekerja wanita sebisa mungkin untuk dapat melewatinya dengan baik
meskipun sibuk diluar rumah. Mereka tetap bisa melaksanakan kewajibannya sebagai ibu
rumah tangga dan memberikan pendidikan untuk anaknya dengan cara dalam mendukung
keberhasilan pendidikan anak, pada umumnya di dasari oleh lingkungan keluarga yaitu (1)
Mengobrol atau berkumpul bersama keluarga (2) Berdiskusi dan Saling Berbagi. Hal ini
menjadikan pekerja wanita bisa lebih profesional dalam menjalankan perannya sebagai
wanita karir dan dapat mengayomi keluarga khususnya mendidik anak.
Kebutuhan gender juga sangat amat diperlukan wanita karir dalam menjalani
kegiatannya setiap hari. Kebutuhan praktis dan strategis gender perlu diberikan dengan
didukung oleh pihak – pihak di sekitar wanita pekerja tersebut. Mengingat bahwa wanita
pekerja atau berkarir juga merupakan aktivitas yang padat dan sulit untuk dilakukan. Maka
dengan dorongan kedua kebutuhan gender tersebut diharapkan wanita karir akan dipermudah
dalam aktivitasnya sehari – hari dalam menjadi pekerja sipil maupun menjadi seorang ibu.

SARAN
Sebaiknya kepada calon–calon wanita karir maupun wanita yang sudah berkeluarga
tetapi ingin berkarir di dunia publik dapat lebih baik diperhatikan lagi dan lebih efektif kan
lagi lingkungan di sekitar anda, pada aspek lingkungan sosial lebih baik menjaga hubungan
dengan masyarakat sekitar agar tidak terjadi konflik, bersikap ramah, dan tolong menolong
agar juga dapat terhindar dari cemoohan masyarakat. Pada aspek lingkungan keluarga agar
bisa lebih menjaga keharmonisan keluarga berikan waktu untuk mengobrol, berdiskusi satu
sama lain dan rekreasi bersama keluarga sehingga peran yang diluar rumah dapat dilupakan
sejenak agar kebersamaan lebih terasa dalam lingkungan keluarga, sehingga keluarga dapat
harmonis, anak–anak juga berhasil dalam pendidikan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Taufiq. 2013. PERAN. Tangerang: LotusBooks.

Mastauli, Siregar. 2007. Keterlibatan ibu bekerja Dalam perkembangan pendidikan anak.
Jurnal Harmoni Sosial. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/18653/har-
sep2007-2%20(1).pdf;jsessionid=883479D2488CD0C8CE2C9F69289CC2C1?sequence=1
(diakses pada tanggal 16 desember 2017 pada pukul 17.25 WIB).

Citrairdni. 2013. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Pendidikan. file:///D:/pendidikan%201.html.


Diakses pada tanggal 16 desember 2017 pada pukul 17.40 WIB).

Handayani, Trisakti & Sugiarti. 2008. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang : UMM
Press.

Mansour, Fakih. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. 2012. Jogja: Pustaka Pelajar

Zaduqisti, Esti. Stereotipe peran gender bagi pendidikan anak. 2013.


http://download.portalgaruda.org/article.php?article=251286&val=6754&title=STEREOTIPE
%20PERAN%20GENDER%20BAGI%20PENDIDIKAN%20ANAK (Di akses pada tanggal
16 Desember 2017 pada pukul 09.24 WIB).
.

14

Anda mungkin juga menyukai