Anda di halaman 1dari 20

Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan


Dosen : Sumarni, S.ST.,M.Keb.

PERAN PEREMPUAN SECARA HOLISTIK DAN MENYELURUH

DISUSUN OLEH

KELOMPOK II

1. NURYANA A1A222075
2. ANDINI UDAYANA SYA’DIAH A1A222005
3. ANITA ALIMUDDIN A1A222127
4. HASNIAR A1A222029
5. SRI WAHYUNI A1A222131
6. FATIMA FATMONA A1A222158
7. ALFI PRIMASARI A1A222008
8. AGUSTINA A1A222051
9. RISKA YULIANA ASIS A1A222001

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga Kelompok II dapat menyelesaikan penyusunan makalah Peran
Perempuan secara Holistik dan Menyeluruh. Penulisan makalah ini adalah salah
satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat bantuan dari rekan-rekan semua, sehingga kendala-kendala yang kami
hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ibu dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan yang telah memberikan tugas, petunjuk,
kepada kami sehingga termotivasi dalam menyelesaikan tugas ini.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menjadi sumbang pikiran bagi pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi kami yaitu Kelompok II sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.

Makassar, 17 Oktober 2022

Kelompok II
DAFTAR ISI

SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Pengertian Perempuan........................................................................... 3
B. Sejarah Perjuangan Perempuan ............................................................. 3
C. Hak-Hak Perempuan dan Anak ........................................................... 10
D. Peran dan Status Perempuan ............................................................... 12
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 16
A. KESIMPULAN .................................................................................. 16
B. SARAN .............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan
berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan
latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan perempuan
tecakup dalam peran yang dilakukannya di kehidupan sehari-hari,
sehingga akan terjadi beberapa masalah yang timbul akibat peran
perempuan. Pembahasan mengenai perempuan dengan sejuta
problematika melahirkan pemikiran beberapa ahli yang
menghasilkan teori-teori sosial mengenai sisi perempuan seperti
feminisme (gender) dengan beberapa paradigma.
Sejak kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, perempuan
menjadi tumpuan bagi pembangunan bangsa ini. Pahlawan yang
membela Indonesia pada masa kolonialisme dan imperialisme
tidak hanya terlahir dari kaum lak-laki saja. Peran perempuan
sebagai pahlawan pembela tanah air pun tidak dapat dipungkiri
lagi kebenarannya.
Hal tersebut membuat banyak ahli sosial mengadopsi teori-
teori perubahan sosial dari abad ke-18 yang menyatakan bahwa
perempuan dapat menjadi aktor pembawa kelangsungan
pembangunan bangsa. Tenaga wanita cakap dan wanita ideal
dibutuhkan secara mutlak di era pembangunan, yaitu wanita yang
dapat menjalankan peranan rangkapnya.
Menjadi perempuan yang memiliki banyak peran tidaklah
semudah yang dibayangkan. Diperlukan keterampilan tambahan
atau ilmu pengetahuan yang dapat menunjang peran yang
dilakukan perempuan. Apabila perempuan ingin bekerja dalam
kaitannya membantu suami, maka ia harus memiliki kemampuan
bekerja pada bidang pekerjaan yang ia kerjakan. Perempuan yang
mengurus anak akan berbeda perannya ketika ia juga harus
bekerja di luar rumah. Perempuan melakukan peran ganda akan
memiliki perbedaan

1
pembagian waktu melakukan perannya dibandingkan dengan
perempuan yang melakukan peran tunggal. Mereka akan berusaha
membagi waktu yang tepat antara mengerjakan pekerjaan di
sektor domestik dan sektor publik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian perempuan dalam perspektif bio-
psiko-sosio-kultural ?
2. Bagaimana sejarah perjuangan perempuan ?
3. Apa saja hak-hak perempuan dan anak ?
4. Bagaimana peran dan status perempuan dalam keluarga,
masyarakat, negara dan peradaban manusia ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian perempuan dalam perspektif
bio-psiko-sosio-kultural.
2. Untuk mengetahui sejarah perjuangan perempuan.
3. Untuk mengetahui hak-hak perempuan dan anak.
4. Untuk mengetahui peran dan status perempuan dalam
keluarga, masyarakat, negara dan peradaban manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PEREMPUAN
Perempuan adalah makkhluk bio-psiko-sosio-kultural yang
utuh dan unik dan bermacam-macam sesuai dengan tingkat
perkembangan. Perempuan punya siklus tumbuh dan berkembang.
Mempunyai kemampuan untuk mengatasi perubahan dunia
(kemampuan dari lahir atau belajar dari lingkungan). Perempuan
memiliki kecenderungan untuk mempertahankan Homeostatis dan
beradaptasi dengan lingkungan. Perempuan sebagai penerus
generasi, sehingga keberadaan perempuan yang sehat jasmani,
rohani, dan sosial sangat diperlukan. Perempuan sebagai sumber
daya insani memiliki peran sebagai pendamping, pengelola,
pencari nafkah, penerus generasi dan pendidik. Memenuhi
kebutuhan melalui serangkaian peristiwa belajar. Mempunyai
kapasitas berpikir, belajar merasionalisasi berkomunikasi dan
mengembangkan budaya serta nilai-nilai, mampu berjuang untuk
mencapai tujuan. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh
keberadaan/kondisi perempuan/ Ibu dan keluarga. Sedangkan
keberadaan perempuan di masyarakat adalah penggerak dan
pelopor peningkatan kesejahteraan keluarga.
B. SEJARAH PERJUANGAN PEREMPUAN
Sebelum kemunculan Kartini pada akhir abad 19, sudah ada
para perempuan di kalangan bangsawan yang giat berusaha
memajukan perempuan, tetapi masih terbatas pada lingkungan
kecil mereka. Sukanti Suryochondro dalam bukunya, Potret
Pergerakan Wanita di Indonesia mengungkapkan bahwa
emansipasi perempuan di kalangan raja Jawa misalnya, mula-
mulanya tampak di lingkungan Keraton Pakualaman di Yogyakarta.
Pelopor-pelopor emansipasi perempuan ketika itu menyoroti
masalah pendidikan bagi kaum mereka. Para pelopor tersebut,
termasuk Kartini kemudian, menyadari bahwa pendidikan akan

3
meningkatkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan
perempuan yang berguna bagi kemajuan masyarakat.
Kartini mencoba membuka akses pendidikan bagi
perempuan dengan membuka sekolah di rumahnya sendiri. Di
tempat lain dengan semangat yang sama, ada Dewi Sartika yang
pada tahun 1904 mengepalai sekolah di Bandung, dan Maria
Walanda Maramis yang pada tahun 1918 mendirikan sekolah
rumah tangga Indonesia pertama di Manado.
Sukanti dalam buku yang sama juga mengatakan bahwa
walaupun sudah banyak tokoh-tokoh penggerak perjuangan
perempuan di Indonesia, lambat laun dirasakan bahwa tidak cukup
bagi perempuan untuk berjalan sendiri-sendiri. Inisiatif untuk
membentuk organisasi perempuan pun muncul kemudian demi
mewujudkan kesamaan hak perempuan dan laki-laki.
Atas prakarsa Boedi Oetomo pada tahun 1912, didirikanlah
organisasi perempuan pertama di Jakarta bernama Poetri Mardika.
Dalam upaya pemberdayaan perempuan dan memperjuangkan
hak-hak perempuan, organisasi ini melakukan kampanye dengan
menerbitkan surat kabar Poetri Mardika pada tahun 1914. Media
ini melakukan banyak kampanye pemberdayaan perempuan
melalui pendidikan dan pengajaran.
Setelah itu mulailah bermunculan organisasi-organisasi
perempuan seperti Pawijitan Wanita di Magelang (1915), Aisiyah di
Yogyakarta (1917), Wanita Susilo di Pemalang (1918), dan lain-lain.
Sukanti berpendapat bahwa umumnya, semua organisasi
perempuan ini memiliki tujuan yang sama, yaitu membentuk tali
persaudaraan demi memajukan harkat martabat perempuan,
memberi kesempatan lebih banyak bagi perempuan memperoleh
pendidikan, dan mendorong penghapusan ketidakadilan bagi
perempuan dalam keluarga dan masyarakat.
Pergerakan perempuan pun berkembang pesat, terutama
pada tahun 1930-an. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan Kongres
Perempuan pertama di Indonesia pada tahun 1928 di Yogyakarta.

4
Kongres tersebut menghasilkan poin-poin penting isu perjuangan
perempuan Indonesia, di antaranya pelibatan perempuan dalam
pembangunan bangsa, pemberantasan buta huruf dan kesetaraan
dalam hak memperoleh pendidikan, hak-hak perempuan dalam
perkawinan, pelarangan perkawinan anak, dan upaya
menghancurkan ketimpangan dalam kesejahteraan sosial melalui
perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita.
Dalam kongres ini pula, Perserikatan Perempuan Indonesia
(PPI), organisasi payung perempuan Indonesia, berubah nama
menjadi Perserikatan Perhimpunan Isteri Indonesia (PPPI).
Perkembangan organisasi perempuan mulai surut pada masa
pendudukan Jepang tahun 1942. Hal ini dikarenakan semua
organisasi perempuan dilarang kecuali Fujinkai, sebuah organisasi
bentukan Jepang ini beranggotakan istri pegawai negeri. Kegiatan
yang dilakukan oleh Fujinkai yaitu kegiatan sosial seperti
pemberantasan buta huruf. Meski kegiatan ini terbilang positif,
motivasi pendirian Fujinkai jauh dari perjuangan perempuan
karena organisasi ini dibangun semata-mata untuk mendukung
kemenangan Jepang.
Pasca-kemerdekaan hingga tahun 1965, berbagai organisasi
perempuan mulai menggeliat kembali. Hal ini bisa dilihat dari
terbentuknya organisasi-organisasi perempuan seperti Gerakan
Wanita Sedar (GERWIS) yang berdiri pada tahun 1950. Dua tahun
kemudian, organisasi ini berganti nama menjadi Gerakan Wanita
Indonesia (GERWANI).
Sejak awal berdirinya, GERWANI banyak melakukan
kegiatan-kegiatan untuk peningkatan kesadaran kaum perempuan
dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Namun pada momen
kongres perempuan ketiga, GERWANI mulai memperlihatkan
keberpihakan politiknya. Dalam tulisan Akhiriyati Sundari di Jurnal
Perempuan (2016), disebutkan bahwa pergeseran lokus pergerakan
GERWANI tampak pada isu yang disuarakan, dari semula
persoalan-persoalan dalam gerakan feminisme seperti masalah

5
perkawinan, menjadi masalah sosial. Untuk itu, GERWANI
memfokuskan diri pada cara memimpin gerakan yang lebih luas,
membangun gerakan massa sebagaimana semangat Partai Komunis
Indonesia (PKI) yang lebih mengutamakan perwujudan sistem
sosialisme lebih dulu sebelum bicara masalah spesifik tentang
urusan perempuan. Walau demikian, kampanye anti-kekerasan
seksual dan perkawinan paksa tetap GERWANI lakukan, diselingi
dengan sosialisasi program-progran organisasi.
Sementara pada masa orde baru (1967-1998), Gerakan
perempuan seolah-olah mati bahkan dimatikan dengan munculnya
organisasi-organisasi bentukan pemerintah, seperti Dharma Wanita
yang isinya istri-istri PNS, kemudian ada PKK yang isinya istri-istri
pejabat. Organisasi-organisasi tersebut memainkan perannya
bahwa kewajiban perempuan itu adalah mengerjakan urusan-
urusan domestik dalam istilah yang saat ini populer adalah
“macak, manak, masak”, “Manut ing Pandum” dan “Konco
Wingking”.
Jargon-jargon tersebut ternyata sangat mudah dan cepat
sekali diterima perempuan-perempuan pada masa itu, dimana
peran perempuan dalam publik sangat minim bahkan perempuan
cenderung dijadikan alat politik oleh pengusasa untuk
melanggengkan kekuasaanya. Dan itu berlangsung selama 32
tahun.
Meski demikian tidak lantas perempuan-perempuan
Indonesia semua diam. Di balik peristiwa tersebut ternyata banyak
perempuan-perempuan yang kritis dan sadar akan hak-haknya.
Menjelang awal millennium baru, muncul banyak perempuan
Indonesia yang berani mengekspresikan idenya dengan tulisan
atau buku. Ayu Utami adalah salah satu yang kemudian muncul
lewat bukunya tentang seksualitas. Kemudian ada Saparinah Sadli,
Marsinah dan yang lainnya.
Gerakan perempuan di Indonesia kemudian berhasil
mendorong pemerintah Indonesia untuk meratifikasi CEDAW lewat

6
UU no. 7 tahun 1984 yang memiliki konsekuensi mengikat bagi
negara untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak asasi
perempuan warganya. Periode ini juga diwarnai lahirnya Beijing
Platform (1995) dalam Konferensi Dunia Tentang Perempuan ke 4.
Beijing Platform merupakan landasan aksi bagi negara-negara di
dunia untuk melaksanakan CEDAW.
Sejak dimulainya reformasi sampai sekarang, banyak
organisasi perempuan yang muncul sebagai pengejawantahan
gerakan perempuan dalam berserikat seperti Komnas perempuan,
Jurnal Perempuan, JARPUK, Fahmina, PEKKA, FAMM dsb. Meski
demikian, masih banyak pekerjaan rumah bagi gerakan perempuan
di Indonesia untuk memperjuangkan hak-haknya khususnya hak-
hak kaum perempuan yang termarginalkan.
Adapun tokoh-tokoh pejuang perempuan dalam
memperjuangkan kesetaraan gender, yaitu :
1. Nasional
a. Dewi Sartika
Perempuan kelahiran Cicalengka, Bandung, 4 Desember
1884 ini merupakan tokoh perintis pendidikan untuk kaum
perempuan di Indonesia. Dewi Sartika mendirikan Sekolah
Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung. Sekolah tersebut
kemudian direlokasi ke Jalan Ciguriang dan berubah nama
menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri pada tahun 1910.
Hingga di tahun 1920 sekolah itu berkembang menjadi satu
sekolah di setiap kabupaten maupun kota dan tahun 1929
namanya kembali berubah menjadi Sekolah Raden Dewi.
b. Hj. Rangkayo Rasuna Said
Pahlawan nasional yang selalu memperjuangkan adanya
persamaan hak antara pria dan perempuan. Bernama asli
Hajjah Rangkaayo Rasuna Said, perempuan yang lahir
tanggal 14 september 1910 ini adalah seseorang yang
sangat berperan dalam kemerdekaan Indonesia terutama
dalam pendidikan, pemberdayaan perempuan dan

7
jurnalisme nasional. Rasuna Said sangat memperjuangkan
kemajuan dan pendidikan kaum perempuan. Ia sempat
mengajar di Diniyah Putri sebagai guru. Namun ia berhenti
karena memiliki pandangan bila kemajuan perempuan
bukan hanya lewat mendirikan sekolah tetapi juga harus
disertai perjuangan politik.
c. Maria Walanda Maramis
Maria Josephine Catherine Maramis atau lebih dikenal
dengan Maria Walanda Maramis lahir di Kema, Sulawesi
Utara, 1 Desember. Perempuan dinobatkan sebagai
pahlawan nasional Indonesia karena perjuangannya dalam
kesetaraan gender di Indonesia pada permulaan abad ke-20.
Perempuan yang menikah dengan Joseph Frederick
Caselung Walanda ini mendirikan organisasi Percintaan Ibu
Kepada Anak Turunannya (PIKAT) pada tahun 1917.
Organisasi ini didirikan untuk memperjuangkan pendidikan
perempuan, khususnya ibu-ibu. Di tahun 1919, Maria
berhasil memperjuangkan hak perempuan untuk punya hak
suara di lembaga perwakilan Minahasa Raad.
d. Nyi Siti Walidah Ahmad Dahlan
Terlahir di keluarga pemuka Agama Islam, Siti Walidah
sangat lekat dengan ilmu agama. Ia tidak pernah
mengenyam pendidikan umum kecuali pendidikan agama
termasuk bahasa Arab yang ia dapat dari ayahnya, Kyai Haji
Muhammad Fadli. Namun pernikahannya dengan Ahmad
Dahlan dan kedekatannya dengan tokoh awal
Muhammadiyah membuatnya memiliki pengetahuan luas.
Perempuan yang lahir di Kauman, 31 Mei 1946 ini pernah
membuat kelompok pengajian bernama wanita Sopo Tresno
(Siapa Cinta). Ia juga membuka asrama dan sekolah-sekolah
putri serta mengadakan kursus pelajaran Islam dan
pemberantasan buta huruf bagi kaum perempuan. Selain itu
ia juga menerbitkan majalah bagi kaum perempuan.

8
2. Internasional
a. Sojourner Truth
Nama buatan sendiri dari Isabella Baumfree, aktivis hak
asasi wanita. Truth lahir dalam perbudakan di Swartekill,
New York Ucapannya yang paling terkenal, yang disebut
sebagai Ain't I Woman?, diucapkan tahun 1851 di Konvensi
Hak Asasi Wanita Ohio di Akron, Ohio. Pada 1872 ia
mencoba memberikan suara dalam pemilihan presiden
tetapi ditolak di tempat pemungutan suara. Dia meninggal
pada 1883.
b. Elizabeth Blackwell
Elizabeth Blackwell (1821-1910) Lahir di Inggris dan
merupakan wanita pertama yang menerima gelar dokter di
Amerika dan wanita pertama yang terdaftar dalam tenaga
medis UK. Blackwell membantu untuk mendobrak hambatan
sosial, yang memungkinkan perempuan untuk diterima
sebagai dokter.
c. Benazir Bhutto
Benazir Bhutto (1953-2007) adalah perdana menteri wanita
pertama yang memimpin sebuah negara Muslim di Dunia. Ia
membantu untuk memindahkan Pakistan dari kediktatoran
menuju negara demokrasi dan terpilih menjadi Perdana
Menteri pada tahun 1988. Dia berusaha untuk
melaksanakan reformasi sosial, dalam membantu wanita
khususnya serta memerangi kemiskinan. Sayangnya Ia
akhirnya meninggal pada 2007 karena dibunuh.
d. Indira Gandhi
Sebagai pemimpin India, sebuah negara demokrasi dengan
jumlah penduduk terpadat di Dunia, Indira Gandhi menjadi
tokoh berpengaruh bagi perempuan India serta untuk orang
lain di seluruh dunia. Keberhasilannya menjadi pemimpin
juga memberikan pandangan serta angin segar bagi para
perempuan di dunia politik dunia.

9
C. HAK-HAK PEREMPUAN DAN ANAK
1. Perempuan
Perempuan sering kali termarjinalkan oleh konsepsi sosial
budaya di masyarakat yang cenderung patriarkis tanpa melihat
hak. Perlakuan diskriminatif kerap kali diterima perempuan
Indonesia, baik dalam kehidupan sosial maupun dunia
profesional. Berikut lima di antaranya yang kami rangkum dari
Konvensi mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Perempuan (CEDAW), yang ditandatangani pada 1979
dalam konferensi yang diadakan Komisi Kedudukan Perempuan
PBB.
a. Hak dalam ketenagakerjaan
Setiap perempuan berhak untuk memiliki kesempatan
kerja yang sama dengan laki-laki.Hak ini meliputi
kesempatan yang sama dari proses seleksi, fasilitas
kerja, tunjangan, dan hingga hak untuk menerima upah
yang setara.Selain itu, perempuan berhak untuk
mendapatkan masa cuti yang dibayar, termasuk saat cuti
melahirkan. Perempuan tidak bisa diberhentikan oleh
pihak pemberi tenaga kerja dengan alasan kehamilan
maupun status pernikahan.
b. Hak dalam bidang kesehatan
Perempuan berhak untuk mendapatkan kesempatan
bebas dari kematian pada saat melahirkan, dan hak
tersebut harus diupayakan oleh negara.Negara juga
berkewajiban menjamin diperolehnya pelayanan
kesehatan, khususnya pelayanan KB, kehamilan,
persalinan, dan pasca-persalinan.
c. Hak yang sama dalam pendidikan
Seperti salah satu poin perjuangan RA Kartini, setiap
perempuan berhak untuk mendapatkan kesempatan
mengikuti pendidikan, dari tingkat dasar hingga
universitas.Harus ada penghapusan pemikiran stereotip

10
mengenai peranan laki-laki dan perempuan dalam segala
tingkatan dan bentuk pendidikan, termasuk kesempatan
yang sama untuk mendapatkan beasiswa.
d. Hak dalam perkawinan dan keluarga
Perempuan harus ingat bahwa ia punya hak yang sama
dengan laki-laki dalam perkawinan.Perempuan punya
hak untuk memilih suaminya secara bebas, dan tidak
boleh ada perkawinan paksa. Perkawinan yang dilakukan
haruslah berdasarkan persetujuan dari kedua belah
pihakDalam keluarga, perempuan juga memiliki hak dan
tanggung jawab yang sama, baik sebagai orang tua
terhadap anaknya, maupun pasangan suami-istri.
e. Hak dalam kehidupan publik dan politik
Dalam kehidupan publik dan politik, setiap perempuan
berhak untuk memilih dan dipilih.Setelah berhasil
terpilih lewat proses yang demokratis, perempuan juga
harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam perumusan kebijakan pemerintah
hingga implementasinya.
2. Hak Anak
Hak asasi anak dilindungi di dalam Pasal 28 B Ayat 2
UUD 1945 yang berbunyi : “Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
Selain itu, negara juga menjamin agar hak-hak anak
terpenuhi melalui peraturan perundang-undangan yang
melindungi anak. Instrumen hukum yang mengatur
perlindungan hak-hak anak, diantaranya sebagai berikut :
a. Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak (Convention of
Rights of the Child) tahun 1989 telah diratifikasi oleh
lebih 191 negara, termasuk Indonesia sebagai anggota
PBB melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1999.
Dengan demikian, Konvensi PBB tersebut telah menjadi

11
hukum Indonesia dan mengikat seluruh Warga
Indonesia. Hak-Hak Anak diatur di dalam Konvensi PBB
adalah sebagai berikut :
1) Hak kebebasan sipil, yaitu hak untuk memiliki
identitas dan kewarganegaraan, hak kebebasan
berpikir, berkeyakinan, beragama, hak atas
kebebasan berekspresi/menyampaikan pendapat.
Namun anak tidak memiliki hak politik.
2) Hak atas lingkungan keluarga
3) Hak atas kesehatan dan kesejahteraan dasar
4) Hak atas pendidikan, waktu luang, dan kegiatan
budaya
5) Hak atas perlindungan khusus
b. Undang-Undang No 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak
c. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2022
tentang Perlindungan Anak.
D. PERAN DAN STATUS PEREMPUAN
1. Keluarga
Perempuan, sosok yang tidak bisa dilepaskan dalam lingkup
keluarga. Karena keluarga merupakan wadah perempuan
menuangkan segala bentuk fungsi, peran, dan cinta. Keluarga
diibaratkan sebagai jalan awal yang ditapaki sebelum menapaki
jalan kehidupan lainnya. Oleh karena itu, keluarga menjadi
wadah utama dalam membentuk kepribadian seseorang. Dalam
keluarga, peran perempuan begitu sentral dan memang
dibutuhkan untuk menciptakan sebuah keluarga yang
harmonis. Sama seperti laki-laki, peran perempuan juga besar
dan turut andil dalam membentuk keluarga yang hebat.
Terciptanya keluarga yang hebat itu karena adanya
keseimbangan peran perempuan yang mampu berkolaborasi

12
dengan bantuan peran laki-laki. Peran perempuan dalam
keluarga mencakup :
a. Sebagai manajer keluarga adalah Ibu memiliki wewenang
dalam semua hal yang terjadi dalam keluarga. Dalam hal
ini ibu juga bertugas menyatukan anggota keluarga dan
menyelesaikan masalah yang ada, serta mengatur segala
kebutuhan perencanaan, penyelesaian masalah
keuangan dan sebagainya. Masalah keluar masuknya
uang menjadi tanggung jawab ibu. Oleh karena itu, ibu
harus bisa mengendalikan keuangan keluarga.
b. Sebagai seorang pendidik dimana Ibu sebagai sekolah
pertama bagi anak karena pendidikan anak dimulai di
dalam keluarga. Dari ibulah seorang anak belajar
mengenal segala hal baru dalam hidupnya. Anak mulai
belajar berbicara, makan, minum, bergaul, atau
bersosialisasi dengan ibu.
c. Sebagai psikolog bagi anak dan keluarag dimana Ibu
menjadi psikolog yang memperhatikan tumbuh
kembangnya anggota keluarganya mulai dari tumbuh
kembang kejiwaan karakteristik, perilaku yang
dilakukan oleh setiap anggota keluarganya. Ibu dapat
dijadikan tempat mencurahkan keluh kesah bagi anak.
Ibulah yang seharusnya memberikan rasa aman bagi
anak-anaknya.
d. Sebagai perawat dimana ibu ibu sebagai perawat
merupakan sosok yang paling peduli tentang kesehatan
anggota keluarganya. Ibu selalu memberikan yang
terbaik untuk menjaga kesehatan keluarganya. Ibu
memberikan nutrisi yang cukup agar anggota
keluarganya tidak jatuh sakit. Ibu selalu berusaha agar
anaknya selalu bisa hidup sehat dan bahagia.
e. Sebagai koki dimana ibu berperan menghidangkan
makanan yang enak dan sehat untuk keluarga setiap

13
hari. Ibu yang harus memilihkan makanan yang cocok
untuk keluarganya. Ibu ibaratnya sebagai seorang koki
atau chef yang harus bisa sekreatif mungkin ketika
sedang memasak di dapur. Ibu akan memutar otaknya
untuk memasak menu yang enak, lezat, dan bergizi,
untuk para anggota keluarganya. Mulai dari sarapan,
makan siang, hingga makan malam, semua dimasak oleh
ibu dengan penuh rasa cinta agar gizi anggota
keluarganya selalu terpenuhi.
f. Sebagai pelindung yaitu ibu sebagai pelindung baik
secara fisik maupun mental dan emosional. Ibu sebagai
pelindung mental dan emosi siap mendengarkan cerita
kehidupan tiap anggota keluarganya dan memberikan
masukan positif yang selalu berisi dukungan dan
nasehat. Ibu selalu melindungi anak dari tindakan-
tindakan yang tidak baik sehingga anak merasa aman
dan terlindungi.
g. Sebagai panutan dimana ibu merupakan sosok panutan
yang selalu kuat. Ibu juga menanamkan nilai-nilai
keagamaan dan nilai kemanusiaan pada anak. Sosok Ibu
yang baik memberikan panutan yang positif pada anak
untuk meniru perbuatan baik tersebut.
2. Masyarakat
Perempuan sebagai warga masyarakat mempunya hak,
kewajiban serta kesempatan yang sama dengan pria untuk
memantapkan kehidupan bangsa dan bernegara serta
kehidupan beraga berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Peranan perempuan dalam pembangunan berkembang selaras
dan serasi dengan perkembangan tanggung jawab dan
peranannya dalam mewujdukan keluarga sehat, sejahtera dan
bahagia.
3. Negara

14
Perempuan dalam mejadi warga negara dilindungi hak dan
kewajibannya sehingga ia dapat melakoni perannya dengan
sebaik-baiknya. Kemajuan suatu negara tidak lepas dari peran
seorang perempuan. Mereka berkontribusi dalam pembangunan
bangsa baik dari desa maupun kancah nasional. Kita dapa
melihat banyaknya pemimpin-pemimpin perempuan di zaman
sekarang dalam ranah pemerintahan seperti menjadi seorang
bupati, gubernur, maupun seorang wakil rakyat yang
memperjuangkan hak-hak perempuan. Peran perempuan dalam
negara juga dapat ditemukan dalam upaya meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat lewat
pemberdayaan masyarakat.
4. Pembangunan Peradaban Manusia
Peran perempuan dalam peradaban sangat besar sehingga
perempuan tidak perlu melepaskan fungsi-fungsi
keperempuanannya. Perkembangan peradaban XXI bukanlah
saatnya lagi menjadi dominasi pria di semua lini kehidupan
namun sudah selayaknya menjadi partner mitra. Perempuan
dalam peradaban manusia memiliki peran vital, yatu sebagai
garda terdepan pendidikan generasi peradaban dengan
mencetak generasi berkualiats yang akan menajdi pemimpin
bangsa kedepannya sehingga dapat menorehkan sejarah dalam
setiap peradaban dalam hal positif.

15
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perempuan adalah makkhluk bio-psiko-sosio-kultural yang
utuh dan unik dan bermacam-macam sesuai dengan tingkat
perkembangan. Perempuan punya siklus tumbuh dan berkembang.
Mempunyai kemampuan untuk mengatasi perubahan dunia
(kemampuan dari lahir atau belajar dari lingkungan). Perempuan
sebagai penerus generasi dan pencetak anak yang cerdas perlu
didukung dengan kebijakan-kebijakan yang menunjang sehingga
dapat memajukan suatu negara dan peradaban. Namun, di masa
kini masih ada saaj hak-hak perempuan yang masih
termarginalkan karena kebudayaan atau pendapat yang menialai
perempuan dengan sebelah mata. Sehingga masih saja terjadi
ketimpangan dalam pemenuhan hak-hak perempuan.
B. SARAN
Sebagai seorang perempuan perlu akan kesadaran bahwa
peradaban ada ditangan kita sebagai perempuan dengan itu kita
sebagai perempuan akan lebih memperhatikan hak-hak serta
kewajiban kita sebagai seorang perempuan dengan tujuan untuk
menciptakan peradaban manusia yang berkualitas dengan
berabagai cara dapat ditempuh seperti meningkatkan ketermapilan
dan pengetahuan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Rahman. (2021). Hukum Perlindungan Anak dan Perempuan di


Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.

Febriyani, dkk. (2020). Kesehatan Reproduksi Wanita. Medan: Yayasan Kita


Menulis.

Huda., Dimyati. (2020). Rethinking Peran Perempuan dan Peran Gender.


Bandung: Cendekia Press.

Ratih, I Gusti Agung Ayu., dkk. (2021). Merayakan Ibu Bangsa. Jakarta:
Balai Pustaka.

Lahaling, H. (2022). Pemenuhan Hak-Hak Pekerja Migran Indonesia dalam


Perspektif Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: Deepublish.

Saptandari, Pinky. (2022). Buku Ajar Antropologi Pembangunan dalam


Bingkai Pluralisme dan Feminisme. Jawa Timur: Airlangga
University Press.

Sari, Marlynda Happy Nurmalita., dkk. (2022). Pengantar Konsep


Kebidanan. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Sulasmi., Emilda. (2021). Perempuan dalam Dinamika Sosial Modern.


Medan: Umsupress.

Utami, Andini Rizki. (2021). Mengapa Perempuan Harus Berpendidikan ?


Bogor: Guepedia.

17

Anda mungkin juga menyukai