Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH PERJUANGAN PEREMPUAN


Dosen pengampuh : Siti Naili Ilmiani, S.ST., M.Keb

DI SUSUN OLEH

Kelompok 4 :

1. Rini Astuti
2. Ziaratul Aini
3. Bq. Rabi’atul Adawiyah
4. Rizka Safiyaharni
5. Raudatul Alya
6. Rahmani Wati
7. Relistina
8. Sushayani

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIDAN STIKES HAMZAR

LOMBOK TIMUR TAHUN PELAJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan
berbagai kenikmatan salah satunya adalah nikmat sehat sehingga penulis
mampu menyelesaikan makalah dalam waktu yang sudah ditentukan.

Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan alam nabi besar
Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari zaman kebodohan
menuju zaman serba pintar seperti sekarang ini.

Terimakasih sebesar-besarnya saya ucapkan kepada dosen pembimbing mata


kuliah yang telah mengajarkan berbagai ilmu pengetahuannya sehingga saya
dapat dengan mudah menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu, Masih
terdapat banyak kesalahan, Baik dari penulisan maupun penyusunan. Untuk itu
kritik serta saran yang membangun sangat kami butuhkan demi
menyempurnakan makalah ini.

Mamben Daya, 20 Maret 2023

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN

a. Latar Belakang...............................................................................................1
b. Rumusan Masalah..........................................................................................2
c. Tujuan............................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

1. Sejarah Perjuangan perempuan..............................................................3


2. Sejarah Perempuan Lokal......................................................................5
3. Perjuangan Perempuan Nasional...........................................................6
4. Sejarah Perempuan Internasional...........................................................7

BAB III : PENUTUP

1. Kesimpulan..............................................................................................11

2. Saran.........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perjuangan yang dilakukan oleh kaum wanita di Indonesia terjadi sejak masa
penjajahan Hindia Belanda. Pada abad ke-20 beberapa tokoh pejuang kaum
wanita mulai lahir, Antara lain R.A Kartini dan Dewi Sartika. Tokoh seperti
R.A Kartini dan Dewi Sartika menjadi pelopor tokoh pejuang kaum wanita di
berbagai daerah. Perjuangan yang dilakukan kaum wanita secara perorangan
mengawali pergerakan kaum wanita di Indonesia. Pergerakan tokoh wanita
yang melakukan pergerakan dilatar belakangi oleh keadaan kaum wanita yang
sangat memperihatinkan.

Perjuangan yang dilakukan kaum wanita secara perorangan membuat kaum


wanita mulai sadar bahwa peningkatan derajat kaum wanita sangat penting.
Masyarakat Indonesia masih menganggap pendidikan kaum wanita tidak
penting, karena tugas kaum wanita hanya mengurusi rumah tangga. Pada
perkembangan selanjutnya perjuangan kaum wanita dilakukan melalui
perkumpulan kaum wanita

1
B. Perumusan masalah

Rumusan masalah yang akan di bahas sebagai berikut ini:

1. Bagaimana Sejarah Perjuangan Perempuan

2. Bagaimana Sejarah Perempuan lokal

3. Bagaimana Sejarah Perempuan nasional

4. Bagaimana Sejarah Perempuan internasional

C. Tujuan

1. Memahami Dan Mengetahui Sejarah Perjuangan Perempuan

2. Memahami Dan Mengetahui Perempuan local

3. Memahami Dan Mengetahui Sejarah Perempuan nasional

4. Memahami Dan Mengetahui Sejarah Peempuan internasional

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. SEJARAH PERJUANGAN PEREMPUAN

Perjuangan yang dilakukan oleh kaum wanita di Indonesia terjadi sejak masa
penjajahan hindia dan belanda. Pada abad ke-20 beberapa tokoh perjuangan
kaum wanita mulai lahir antara lain RA Kartini dan Dewi Sartika.
Merekamenjadi pelopor tokoh perjuangan kaumwanita yang sangat
memperhatinkan.

Perjuangan yang dilakukan kaum wanita secara perseorang membuat wanita


muafai sadar masyarakat Indonesia masih menggap pendidikan kaum wanita itu
tidak penting. Perkembangan selanjutnya kaum wanita kaum wanita dilakukan
memlaui perkumpulan kaum wanita pada tahun 1912 di Jakarta untuk pertama
kalinya didirikan sebuah perkumpulan yang bernama “pueri medikan"

Puti medika bergerak dalam peningkatan drajat kaum wanita melalui bidang
pendidikan dengan mendidik dan mengajar kaum wanita. Yang hanya
dilakukanoleh wanita dalam nigrat Perkumpulan wanita berkembang luas dan
menjadi luas dan berkembang menjadi organisasi wanita. Pada revolusi
kemerdekaan Indonesia berkembang pesat 1945-1965).

Poetri Mardika juga bertujuan untuk memperbaiki hidup perempuan yang


dikatakan sebagai manusia yang mulia. Banyak kegiatan yang dilakukan
organisasi itu, seperti memberikan beasiswa untuk belajar kepada perempuan
dan menerbitkan sebuah majalah atau terbitan bulanan yang bernama Putri
Mardika. Beberapa orang yang menjadi pengurus Putri Mardika adalah ;

3
 RA Theresia Saburudin, RK. Rukmini.
 RA Sutinah Joyopranoto.
 Sabaruddin.
 Abdoel Rahman.
 Sadikoen Toendokoesoemo.
 RAJ Noerbaiti.

Fokus pemberdayaan organisasi Poetri Mardika adalah memberikan


beasiswa kepada perempuan agar dapat bersekolah. Mereka memberikan kursus
untuk perempuan agar dapat menjadi dukun beranak atau bidan untuk proses
persalinan, menerbitkan pemikiran perempuan dalam bentuk pidato tentang
kesetaraaan gender, pemberdayaan perempuan untuk dapat menjadi ibu yernil,
melarang adanya pernikahan dini yang pada masa itu sangat marak terjadi pada
masa Hindia Belanda, serta masalah lain yang berhubungan dengan posisi
perempuan di keluarga, salah satunya adalah dalam hal perjodohan.

Organisasi Poetri Mar dika itu sendiri tutup pada tahun 1920. Salah satu
alasan karena kekurangan dana untuk memberikan beasiswa kepada kaum
perempuan

 Pasca setetelah proklamasi kemerdekaan (1945-1965)


 Organisasi wanita lebih beragam tapi mempunyai tujuan yang sama
"memperbaiki nasib kaum
 wanita dan meningkatkan drajat kaum wanita"
 Usaha nyata yang dilakukan kartini adalah dengan membuka sekolah pertama
untuk gadis-gadis
 pribumi di pekarangan rumahnya.
 Pasca orde baru (1965)
 Sebelum proklamasi kemerdekaan perjuangan organisasi wanita lebih focus
kepada usaha mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.

4
2. SEJARAH PEREMPUAN LOKAL

Pada masa pasca kolonial 1945-1966, gerakan perempuan semakin


mewarnai kemerdekaan bangsa Indonesia. Kala itu muncul PERWARI
(Persatuan Wanita Republik Indonesia) yang terbentuk tanggal 17 Desember
1945, Sewaktu berlangsung perang, kegiatan PERWARI merupakan kegiatan
"homefront", mengurus dapur umum dan membantu PMI. Setelah perang
kemerdekaan reda. PERWARI menggiatkan diri dalam mengisi kemerdekaan
dengan memusatkan perhatiannya dalam bidang pendidikan.

GERWANI (Gerakan Wanita Indonesia) yang aktif di tahun 1950-1960-an.


Gerwani merupakan organisasi independen yang memberikan perhatian pada
reformasi sistem hukum di Indonesia untuk membuat wanita dan pria sama di
mata hukum termasuk hukum perkawinan, hak-hak buruh, dan nasionalisme
Indonesia. Pada skala lokal, Gerwani juga memberikan dukungan individu
untuk perempuan yang telah disalahgunakan atau ditinggalkan oleh suami
mereka.

Sementara pada masa orde baru (1967-1998), Gerakan perempuan seolah-


olah mati bahkan dimatikan dengan munculnya organisasi-organisasi bentukan
pemerintah, seperti Dharma Wanita yang isinya istri-istri PNS, kemudian ada
PKK yang isinya istri-istri pejabat. Organisasi-organisasi tersebut memainkan
perannya bahwa kewajiban perempuan itu adalah mengerjakan urusan-urusan
domestik dalam istilah yang saat in populer adalah macak, manak, masak,
Manut ing Pandum dan Konco Wingking.

Gerakan perempuan di Indonesia kemudian berhasil mendorong pemerintah


Indonesia untuk meratifikasi CEDAW lewat UU no. 7 tahun 1984 yang
memiliki konsekuensi mengikat bagi negara untuk menghormati, melindungi
dan memenuhi hak asasi perempuan warganya. Periode ini juga diwarnai
lahimya Beijing Plat form (1995) dalam Konferensi Dunia Tentang Perempuan

5
ke 4. merupakan landasan aksi bagi negara - negara di dunia untuk
melaksanakan CEDAW.

Sejak dimulainya reform asi sam paisek arang, banyak organisasi perempuan
yang muncul sebagai pengejawantahan gerakan perepuan dalam berserikat
seperti Komna perempuan. Jurnal Peempuan, JARPUK, Fahmina, PEKKA,
FAMM dsb. Meski demikian, masih banyak pekerjaan rumah bagi gerakan
perempuan di Indonesia untuk memperjuangkan hak-haknya khususnya hak-
hak kaum perempuan yang termarginalkan.

3. PERJUANGAN PEREMPUAN NASIONAL

Sesungguhnya bangsa Indonesia mempunyai pandangan hidup dan


kepribadian sebagai kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia
memposisikan perempuan pada keluhuran harkat dan martabat sebagai makluk
ciptaan Tuhan yang tertinggi. Bila membuka sejarah perjuangan bangsa
Indonesia pasti setiap periode ada perempuan pejuang yang ceutsnrtl berjuang
namun diakui jumlahnya sangat kecil dan tidak terwadahi secara kokoh dan
juga tidak terdokumentasi secara baik. Hal ini menyebabkan kesulitan tersendiri
menceriterakan kepada generasi muda tentang pergerakan perempuan
Indonesia.

Berdasarkan beberapa kajian, gerakan perempuan Indonesia dapat dilihat


dari kategorisasi seperti di bawah ini:

a. Periode sebelum penjajahan


b. Periode kolonial
c. Wlyl. Periode pendudukan Jepang
d. Periode perang kemerdekaan
e. Periode Orde Lama
f. Periode Orde baru

6
g. Periode Reformasi

Periode sebelum penjajahan, pencatatan peristiwa sangat terpaku pada


periodesasi formal misalnya berkuasanya raja atau kepala pemerintahan baru
atau munculnya peristiwa politik atau ekonomi yang dianggap mempengaruhi
segala aspek kehidupan manusia. Dalam periodesasi semacam ini kaum
perempuan tersembunyi dari pencacatan peristiwa penting. Perempuan yang
tidak mempunyai kekuasaan politik, ekonomi ataupun militer, tidak pernah
tercatat perempuan.

4. SEJARAH PEREMPUAN INTERNASIONAL

Manusia adalah makluk ciptaan Tuhan dengan dua jenis kelamin berbeda,
yaitu perempuan dan laki-laki. Sekalipun perempuan dan laki-laki diciptakan
berbeda namun keduanya memiliki derajat, harkat, dan martabat yang sama.
Perbedaan ke dua jenis kelamin dimaksudkan agar bisa saling melengkapi guna
membangun suatu kekuatan baru yang lebih kuat, dan bermanfaat bagi
kelangsungan umat manusia dimuka bumi ini. Dalam perjalanan sejarah dan
budaya manusia terjadi pembagian peranan dan status antara perempuan dan
laki-laki. Peran danstatus disepakati sesuai dengan tuntutan kebutuhan, namun
dalam realitas terjadi dominasi oleh satu pihak dengan yang lain, sehingga
menimbulkan ketidak adilan dan ketidak kesetaraan antara perempuan dan laki-
laki. Pihak perempuan seringkali berada pada posisi yang terpinggirkan.

Hal ini mendorong kegiatan perempuan berjuang menuntut agar perempuan


mendapat perlakuan yang adil dan menuntut terpenuhinya hak-hak perempuan.
Tanggal 8 Maret 1908: 15 ribu perempuan berunjuk rasa di New York untuk
menuntut terpenuhinya hak perempuan:

a. Hak memilih
b. Hak politik
c. Hak Ekonomi

7
Perjuangan perempuan tidak pernah berhenti, pada tahun 1910
diselenggarakan konferensi perempuan di Kopenhagen yang dihadiri 100
perempuan dari 17 Negara, diterima suatu usulan untuk mencanangkan tanggal
8 Maret sebagai Hari Perempuan Sedunisa. Intinya adalah memperjuangkan hak
perempuan untuk memilih dalam pemilu, tunjangan melahirkan dan
penghapusan kerja malam. Pada tahun 1920 hak politik perempuan Amerika
baru diberikan. Namun perubahan hak perempuan tidak terlalu nampak babkan
bertambah para ketika perang dunia ke II, terjadi pelanggaran hak yang meluas
atas orang dan kelompok termasuk perempuan dan anak. Oleh karena itu
pejuang masalah perempuan tetap gigi berjuang guna memperoleh pengakuan
dan jaminan terhadap hak-hak perempuan. Suara, keinginan dan tuntutan
pejuang masalah perempuan terus berkumandang dan gemanya. terpantul ke
seluruh penjuru dunia. Salah satu hasilnya pada tahun 1946 terbentuk komisi
Kedudukan Perempuan (CSW) yang merupakan wadah dan langkah pertama
untuk memajukan hak-hak politik.ekonomi dan sosial perempuan. Atas inisiatif
komisi ini bersama dengan badanbadan khusus PBB maka ada sejumlah
konvensi dan deklarasi disahkan oleh Majelis Umum PBB. Misalnya Konvensi
nasionalitas perempuan tahun 1857 serta deklarasi penghapusan segala bentuk
diskriminasi terhadap perempuan tahun 1967.

Pada tahun 1975 di Mexico City diselenggarakan World Conference


International Year of Women" PBB, yang menghasilkan deklarasi kesamaan
antara laki-laki, dan perempuan dalam hal:

a. pendidikan dan pekerjaan


b. memprioritaskan pembangunan bagi kaum perempuan
c. memperluas partisipasi perempuan dalam pembangunan
d. tersedia datadan informasi partisipasi perempuan
e. pelaksanaan analisa perbedaan peran berdasarkan jenis kelamin.

8
Dalam rangka melaksanakan deklarasi tersebut, telah dikembangkan
berbagai program untuk pemberdayaan perempuan (Women Emporment
Programs). Guna mewadahi aktifitas tersebut maka diperkenalkan tema
perempuan dalam pembangunan (pemberdayaan perempuan secara kuantitas).
Women In Development yang disingkat dengan WID), WID lebih menekankan
peningkatan.

Pada tahun 1980 di Kopenhagen di lakukan World conference UN Mid


decade of Women, dimana dalam konverensi in disahkan: UN Convention on
the Elimination of All Forms of Discrimination Againts Women (CEDAW),
yaitu konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap
perempuan. Pada tahun 1985 di Nairobi, diadakan "World Conference on
Result on Ten Years Women Movement, yang menghasilkan Forward Looking
Strategis for the Advancement of Women dengan menekankan pada kesetaraan
perempuan dalam pembangunan dan perdamaian. PBB pada tahun 1985
membentuk suatu badan yang disingkat UNIFEM (The UNITED Nations For
Women), untuk melakukan studi advolasi, kolaborasi dan mendanai kegiatan
kesetaraan geender secara International. Pengalaman menunjukkan bahwa
pendekatan pemberdayaan perempuan tanpa melibatkan kerja sama dengan
kaum laki-laki yang dilakukan 10 tahun (antara 1970-1980) tidak banyak
menampakkan hasil yang memadai bahkan timbul sinistis dari kaum laki-laki
terhadap perjuangan tersebut berdasarkan berbagai studi maka tema WID
(Women in Development) atau perempuan dalam pembangunan diubah menjadi
pendekatan WAD atau (Women and Development) atau perempuan dan
pembangunan, Kata dalam diganti dengan kata dan yang memberi makna
bahwa kualitas (mutu) kesertaan lebih penting dari sekedar kuantitas (jumlah ).
Pada tahun 1990 di Vienna diselenggarakan the 34 th Commission on the Status
of Women dilakukan analisis terhadap konsep pemberdayaan perempuan tanpa
melibatkan laki-laki nampaknya kurang membawa hasil seperti yang
diharapkan. Dari Study Anderson (1992) dan Moser (1993) memberi

9
rekomendasi bahwa tanpa kerelaan, kerjasama dan keterlibatan kaum laki-laki
maka program pemberdayaan perempuan tidak akan berhasil dengan baik. Oleh
karena itu dipergunakan pendekatan gender yang kemudian dikenal dengan
Gender and Development (GAD), suatu para digma baru yang menekankan
pada prinsip hubungan kemitraan dan keharmonisan antara perempuan dan laki-
laki atau sebaliknya. Pandangan itu terus diperdebatkan dalam the International
Conference on population and Development (ICPD) di Cairo, 1994 dan the 4 th
World Conference om Women, Beijing 1995. Sejarah telah mencatat Kota
Beijing sebagai tempat penting bagi perempuan sedunia. Perempuan dari
berbagai lapisan telah bersepakat di Beijing pada bulan September 1995, untuk
terus berjuang mencapai persamaan hak, Gender Equality. Di sinilah konferensi
perempuan sedunia ke IV. yang berlangsung di Beijing menjadi penting karena
dari berbagai pertemuan dan berbagai agenda yang telah disosialisasikan ke
seluruh dunia, isu tentang perempuan justru tidak berkurang, sementara tingkat
peran dan posisi perempuan mengalami perkembangan kualitatif dan kuantitatif
yang penting. Konferensi Beijing mengagendakan beberapa hal sebagaimana
kemudian agenda itu menjadi tujuan pertemuan. Tujuan pertemuan itu
melanjutkan perjuangan kesetaraan, pembangunan dan perdamaian yang telah
dibahasa dan diterima oleh semua anggota PBB di Mexico City tahun 1975.
Dengan tujuan tersebut, maka konferensi Beijing 1995 dinamakan Konferensi
Kesepakatan/Perjuangan (Conference of Commitments) yang menghasilkan
The Platform For Action.

10
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Kesimpulanya bahwa kita tidak boleh menyepelakan perjuagan perempuan


ibu RA kartini beliau membuktikan bahwa antara laki laki dan perempuan
mempunyai hak sama sehingga tidak ada perbedaan antara menutut ilmu sama -
sama mempunyai hak

2.SARAN

Demikin pokok bahasan dalam makalah ini yang dapat kami paparkan ,besar
harapan kami supaya makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan orang
banyak .Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi ,penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan
krikit yang membangun sangat kami harapkan agar makalah ini dapat di susun
menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Rizka Keb STIKES: Adler, S and Laney, J. 1993, Managing Women


Buckingham: Open University Press

Association for Womens Rights in Development (AWID), 2004, Gender


Mainstreaming:

Can it Work For Womens Rights ? Spotligt 3 November Boserup, Ester.


1975.

Integration of Women in Development. New York: UNDP Bhasin Kamla,


2000.

Understanding Gender. New Delhi: Paul Press Depdiknas, 2002.

Pedoman Penulisan Bahan Ajar Berwawasan Gender. Jakarta; Subdin


Pendidikan Perempuan Direktorat Pendidikan Masyarakat Direktorat
PENMAS. DJP Non Formal dan Informal, 2008.

Panduan Sekolah Berwawasan Gender. Jakarta: Subdin Pendidikan


Perempuan DPM Fakih, M.1996, Analisis Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Thromi. To (ed), 1990.

Kajian wanita Dalam Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor Kementerian


PP. 2002.

Panduan Pelaksanaan Inpres Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan


Gender Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta KNPP RI, UNFPA dan
BKKBN. 2005.

Panduan dan Bunga Rampai- Bahan Pembelajaran Pengarusutamaan


Gender. Jakarta: UNFPA Moser, CO 1993, Gender Planning and Development
Theory: Practice Training. London: Routledge

12

Anda mungkin juga menyukai