Anda di halaman 1dari 11

GERAKAN PEREMPUAN

Kelompok 6
Awwanur iswan
Dahlia Indra lestari
Nadia Putri Apriyani
Reyhan Wicaksono

Jl. Swasembada Timur 5 Jakarta.10, RT.6/RW.10, Kb. Bawang, Kec. Tj.


Priok, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14320
Tahun 2022

KATA PENGHANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, "Gerakan Perempuan” dapat kami
selesaikan dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca tentang Gerakan Perempuan.
selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan
kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada Guru Sejarah
Indonesia kami, yaitu Bapak Helmi Rifkyansyah, SP.d dan kami berterima kasih kepada
beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah "Gerakan Perempuan".
Pada isi makalah akan menjelaskan sejarah dari Gerakan Perempuan dari mulai
terbentuknya sampai tokoh-tokoh yang berada di balik Gerakan Perempuan. Makalah
"Gerakan Perempuan" disusun oleh siswa/i kelompok 6 kelas 11 IPA 5 SMA YAPPENDA
Jakarta, dengan tujuan mengerjakan tugas tertulis.
Dengan demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon
maaf. Dan kami menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat
karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perempuan adalah makhluk yang memiliki sederajat sama dengan laki-laki hanya saja
terdapat perbedaan fisik dan kodrat. Sebagai sesama manusia, laki-laki dan perempuan
mempunyai peran yang sama di dalam masyarakat umum. Tetapi tidak sedikit orang
menganggap bahwa laki-laki dan perempuan itu berbeda dalam segala bidang kehidupan.
Perempuan dalam pemikiran banyak orang adalah makhluk yang lemah, harus di lindungi
laki-laki, pekerjaan mereka hanya di kasur, dapur dan sumur. Pemikiran masyarakat awam
belum paham benar dengan tugas perempuan sebagai makhluk sosial yang juga bekerja di
dalam masyarakat. Sering kali perempuan di bedakan dari kehidupan politik, pendidikan
umum, bahkan dalam dunia pekerjaan. Inilah kondisi sistem yang selalu di jumpai dalam
masyarakat umum. Dikarenakan, Kondisi seperti ini akan melahirkan perlawanan yang di
sebut gerakan kaum perempuan yang ingin membebaskan diri dari ikatan yang di anggap
merugikan kaum perempuan.
Pergerakan perempuan Indonesia sangat berhubungan dengan pergerakan kebangsaan
Indonesia. Di samping memperjuangkan perbaikan kedudukan perempuan, pergerakan
perempuan Indonesia juga memperjuangkan tercapainya kemerdekaan Indonesia,
mempertahankannya dan kemudian membangun bangsa dan negara. Ruang lingkup dari
pergerakan perempuan Indonesia meliputi berbagai bidang yaitu pendidikan, sosial, budaya,
ekonomi dan politik.
Organisasi perempuan secara umum berkembang sejak awal abad 20 dalam berbagai
bentuk, ada yang berdiri sendiri, maupun dibuat oleh organisasi yang telah berkembang
sebelumnya dan selain itu isu-isu yang berkembang berbeda-beda sesuai dengan jaman
khususnya pada masa Orde Baru perubahan-perubahan terjadi pada ranah sosial-politik.
Pemerintah membentuk beberapa organisasi perempuan seperti Dharma Wanita dan PKK.
Organisasi ini dibentuk dengan harapan dapat membantu setiap program kerja yang dibuat
pemerintah. Namun pada realitanya organisasi ini tidak dapat memberdayakan perempuan
atau pun memecahkan isu perempuan dengan semestinya. Sehingga organisasi perempuan
buatan pemerintah ini dianggap tidak mampu menyelesaikan permasalahan perempuan yang
ada dan pergerakannya pun dirasa sangat terbatas.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka, rumusan masalah yang didapat adalah
1. Apa yang dimaksud Gerakan Perempuan?
2. Apa tujuan di bentuknya Gerakan Perempuan?
3. Siapa tokoh-tokoh di balik Gerakan perempuan?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka, rumusan masalah yang di dapat adalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari Gerakan Perempuan
2. Untuk mengetahui tujuan dibentuknya Gerakan Perempuan
3. Untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh dibalik Gerakan Perempuan

BAB 2 KAJIAN TEORI


Kata perempuan dan wanita memang lazim digunakan secara bergantian dalam
bahasa Indonesia. Kata wanita dahulu dianggap sebagai lebih mulia daripada perempuan,
sedangkan perempuan bermakna peyoratif. Akan tetapi, kata perempuan kini justru lebih
sering digunakan daripada wanita. Kata ini sangat populer terutama di kalangan aktivis
Gerakan Perempuan (Kuntjara, 2001).
Gerakan pembebasan perempuan merupakan gerakan yang heterogen dengan
berbagai teori dan pandangan politik yang berbeda (Mcdonald, 2001).
Organisasi perempuan pada masa tersebut memiliki gagasan yang membuat kaum
perempuan sadar bahwa peningkatan derajat untuk kaum perempuan sangatlah penting.
Corak dari perkumpulan gerakan perempuan pada masa sebelum kemerdekaan bersifat fokus
kepada perbaikan kedudukan perempuan hingga berkembang untuk meningkatkan hak
pendidikan terhadap perempuan (Manilet-Ohorella, Sutjiatiningsih, & Ibrahim, 1992).
Poetri Mardika merupakan organisasi yang bertujuan memberikan motivasi kepada
perempuan pentingnya meningkatkan taraf hidup para perempuan baik dalam pendidikan
maupun dalam kehidupan sosial (Suryokhondro, 1984).
BAB 2 KAJIAN TEORI
2.1 Organisasi
Secara umum, pengertian organisasi adalah suatu perkumpulan atau wadah bagi
sekelompok orang yang bekerja sama dengan terstruktur untuk mencapai tujuan tertentu.
Selain itu dikutip dari Liputan6, organisasi dapat diartikan sebuah kesatuan yang terdiri dari
banyak orang.

2.2 Perempuan
Kata perempuan dan wanita memang lazim digunakan secara bergantian dalam
bahasa Indonesia. Kata wanita dahulu dianggap sebagai lebih mulia daripada perempuan,
sedangkan perempuan bermakna peyoratif. Akan tetapi, kata perempuan kini justru lebih
sering digunakan daripada wanita. Kata ini sangat populer terutama di kalangan aktivis
gerakan perempuan (Kuntjara, 2001).

2.3 Organisasi Gerakan perempuan


Menurut komnas perempuan, Gerakan perempuan berfokus pada keterwakilan
perempuan dalam sistem pemerintahan untuk memperjuangkan kepentingan hak-hak
perempuan. Pada masa ini lahir organisasi sayap partai-partai politik dan organisasi dalam
lingkungan departemen pemerintah
Organisasi perempuan pada masa tersebut memiliki gagasan yang membuat kaum
perempuan sadar bahwa peningkatan derajat untuk kaum perempuan sangatlah penting.
Corak dari perkumpulan gerakan perempuan pada masa sebelum kemerdekaan bersifat fokus
kepada perbaikan kedudukan perempuan hingga berkembang untuk meningkatkan hak
pendidikan terhadap perempuan (Manilet-Ohorella, Sutjiatiningsih, & Ibrahim, 1992).
BAB 3. ISI
Pergerakan perempuan Indonesia sangat berhubungan dengan pergerakan kebangsaan
Indonesia. Di samping memperjuangkan perbaikan kedudukan perempuan, pergerakan
perempuan Indonesia juga memperjuangkan tercapainya kemerdekaan Indonesia,
mempertahankannya dan kemudian membangun bangsa dan negara. Ruang lingkup dari
pergerakan perempuan Indonesia meliputi berbagai bidang yaitu pendidikan, sosial, budaya,
ekonomi dan politik.
Beberapa narasi gerakan, terutama yang terkait dengan peristiwa 1965, bahkan
sengaja dihilangkan oleh penguasa. Aktivis perempuan Nursyahbani Katjasungkana, dan
salah satu pendiri Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan
(LBH APIK), menjabarkan tentang empat fase sejarah Gerakan Perempuan di Indonesia.

Fase-fase tersebut adalah era Kartini hingga era kemerdekaan pada 1945; periode
pasca-kemerdekaan hingga tahun 1965; era Orde Baru hingga 1998; dan tahun 1998 hingga
sekarang. Sebelum kemunculan Kartini pada akhir abad 19, sudah ada para perempuan di
kalangan bangsawan yang giat berusaha memajukan perempuan, tetapi masih terbatas pada
lingkungan kecil mereka. 

3.1 Era R.A Kartini

Pelopor-pelopor emansipasi perempuan ketika itu menyoroti masalah pendidikan bagi


kaum mereka. Para pelopor tersebut, termasuk Kartini kemudian, menyadari bahwa
pendidikan akan meningkatkan kesadaran dan mengembangkan kemampuan perempuan yang
berguna bagi kemajuan masyarakat.

Kartini mencoba membuka akses pendidikan bagi perempuan dengan membuka


sekolah di rumahnya sendiri. Di tempat lain dengan semangat yang sama, ada Dewi Sartika
yang pada tahun 1904 mengepalai sekolah di Bandung, dan Maria Walanda Maramis yang
pada tahun 1918 mendirikan sekolah rumah tangga Indonesia pertama di Manado.

Sukanti dalam buku yang sama juga mengatakan bahwa walaupun sudah banyak
tokoh-tokoh penggerak perjuangan perempuan di Indonesia, lambat laun dirasakan bahwa
tidak cukup bagi perempuan untuk berjalan sendiri-sendiri. Inisiatif untuk membentuk
organisasi perempuan pun muncul kemudian demi mewujudkan kesamaan hak perempuan
dan laki-laki.

Atas prakarsa Boedi Oetomo pada tahun 1912, didirikanlah organisasi perempuan
pertama di Jakarta bernama Poetri Mardika. Dalam upaya pemberdayaan perempuan dan
memperjuangkan hak-hak perempuan, organisasi ini melakukan kampanye dengan menerbitkan
surat kabar Poetri Mardika pada tahun 1914. Media ini melakukan banyak kampanye
pemberdayaan perempuan melalui pendidikan dan pengajaran.

Setelah itu mulailah bermunculan organisasi-organisasi perempuan seperti Pawijitan


Wanita di Magelang (1915), Aisiyah di Yogyakarta (1917), Wanita Susilo di Pemalang
(1918), dan lain-lain. Sukanti berpendapat bahwa umumnya, semua organisasi perempuan ini
memiliki tujuan yang sama, yaitu membentuk tali persaudaraan demi memajukan harkat
martabat perempuan, memberi kesempatan lebih banyak bagi perempuan memperoleh
pendidikan, dan mendorong penghapusan ketidakadilan bagi perempuan dalam keluarga dan
masyarakat.

Kebangkitan Gerakan Perempuan pada masa kolonial semakin terasa pada tahun 1928
dengan diselenggarakannya kongres Perempuan pertama di Yogyakarta dengan tujuan
memperjuangkan hak-hak perempuan terutama dalam bidang pendidikan, pernikahan, dan
hak politik. Dalam kongres ini pula, Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI),organisasi
payung perempuan Indonesia, berubah nama menjadi Perserikatan Perhimpunan Istri
Indonesia (PPPI).
Perkembangan organisasi perempuan mulai surut pada masa pendudukan Jepang
tahun 1942. Hal ini dikarenakan semua organisasi perempuan dilarang kecuali Fujinkai,
sebuah organisasi bentukan Jepang ini beranggotakan istri pegawai negeri. Kegiatan yang
dilakukan oleh Fujinkai yaitu kegiatan sosial seperti pemberantasan buta huruf, membuka
pelatihan ketrampilan. Meski kegiatan ini terbilang positif, motivasi pendirian Fujinkai untuk
mendukung kemenangan Jepang.

3.2 Era Kemerdekaan


Pada masa pasca kolonial 1945-1966, Gerakan Perempuan semakin mewarnai
kemerdekaan bangsa Indonesia. Kala itu muncul PERWARI (Persatuan Wanita Republik
Indonesia) yang terbentuk tanggal 17 Desember 1945. Sewaktu berlangsung perang, kegiatan
PERWARI merupakan kegiatan “homefront”, mengurus dapur umum dan membantu PMI.
Setelah perang kemerdekaan reda, PERWARI menggiatkan diri dalam mengisi kemerdekaan
dengan memusatkan perhatiannya dalam bidang pendidikan.
Pada tanggal 4 Juni 1950 di Semarang, Jawa tengah. Enam wakil organisasi wanita di
Indonesia berkumpul, yaitu
 Rukun putri Indonesia
 Persatuan Wanita Sedar dari Surabaya
 Istri Sedar dari Bandung
 Gerakan Wanita Indonesia dari Kediri
 Wanita Madura
 Perjuangan Putri Republik Indonesia
Keenam wakil organisasi tersebut membuat kesepakatan untuk mendirikan Gerakan
Wanita Sedar atau Gerwis yang kemudian berganti menjadi Gerakan Wanita Indonesia atau
Gerwani. Tujuan terbentuknya Gerwani yaitu untuk berfokus pada isu-isu perempuan dalam
nasionalisme dan untuk menjadikan semua wanita menjadi orang yang mandiri dan memiliki
semangat untuk bekerja keras. 
Susunan pengurus Gerwani disepakati dalam kongres di Semarang pada 3-6 Juni 1950, yaitu
 Tris Metty sebagai ketua,
 Umi Sardjono sebagai Ketua II,
 SK Trimurti sebagai Ketua III
Setelah Soeharto menjabat sebagai presiden, keberadaan Gerwani dilarang oleh
Presiden Soeharto.  Hal ini dikaitkan dengan tuduhan atas keterlibatan sejumlah anggota
Gerwani sebagai pembunuh para jenderal di Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965.  Akhirnya,
tahun 1965, organisasi Gerwani resmi berakhir. 

3.3 Era Orde Baru


Sementara pada masa orde baru (1967-1998), Gerakan Perempuan seolah-olah mati
bahkan dimatikan, diawali dengan penghancuran GERWANI melalui kampanye surat militer
milik pemerintah yang membuat pernyataan bahwa GERWANI bertanggung jawab atas
pembunuhan tujuh jendral di Lubang buaya, Jakarta. Hingga munculnya organisasi-
organisasi yang dibentuk pemerintah, seperti Dharma Wanita, kemudian ada PKK.
Organisasi-organisasi tersebut memainkan perannya bahwa kewajiban perempuan itu adalah
mengerjakan urusan-urusan domestik dalam istilah yang saat ini populer adalah “macak,
manak, masak”, “Manut ing Pandum” dan “Konco Wingking”.

3.4 Era Reformasi


Pada masa reformasi peran perempuan dalam publik hanya dijadikan alat politik oleh
pengusaha untuk melanggengkan kekuasaanya. dan hal ini berlangsung selama 32 tahun.
Meski demikian tidak lantas perempuan-perempuan Indonesia hanya diam tetapi banyak
perempuan-perempuan Indonesia yang sadar akan hak-haknya. Gerakan Perempuan di
Indonesia kemudian berhasil mendorong pemerintah Indonesia untuk meratifikasi CEDAW
lewat UU no. 7 tahun 1984 yang memiliki konsekuensi mengikat bagi negara untuk
menghormati, melindungi dan memenuhi hak asasi perempuan warganya. Periode ini juga
diwarnai lahirnya Beijing Platform (1995) dalam Konferensi Dunia Tentang Perempuan ke 4.
Beijing Platform merupakan landasan aksi bagi negara-negara di dunia untuk melaksanakan
CEDAW. Sejak dimulainya reformasi sampai sekarang, banyak organisasi perempuan yang
muncul sebagai pengejawantahan Gerakan Perempuan dalam berserikat seperti Komnas
perempuan, Jurnal Perempuan, JARPUK, Fahmina, PEKKA, FAMM dsb. Meski demikian,
masih banyak pekerjaan rumah bagi Gerakan Perempuan di Indonesia untuk
memperjuangkan hak-haknya khususnya hak-hak kaum perempuan yang termarginalkan.
BAB 4
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Floretta Jasmine V. D. (2020). 4 Fase Gerakan Perempuan di Indonesia dan Apa yang Bisa
Kita Pelajari Darinya. Jakarta : Magdalene.co
Pradita Silvy Mei (2020). Sejarah Pergerakan Perempuan Indonesia Abad 19-20: Tinjauan
Historis Peran Perempuan dalam Pendidikan Bangsa. Jakarta : journal.uhamka.ac.id
Adryamathanino Verelladevanka (2021). Sejarah Gerwani, Gerakan Wanita Indonesia.
Jakarta : Kompas.com
Blackburn, Susan. (2004). Women and the State in Modern Indonesia. Cambridge:
Cambridge University Press.
Paramayana Asep Nanda (2017). Catatan Kecil Sejarah Gerakan Perempuan Indonesia.
Yogyakarta : satunama.org
Wieringa, Saskia. (2002) Sexual politics in Indonesia. The Hague: Institute of Social Studies

Anda mungkin juga menyukai