id
BAB II
Kelahiran pergerakan wanita tamansiswa tidak terlepas dari situasi dan kondisi
adat-istiadat yang melekat dalam masyarakat telah membelenggu daya pikir kaum wanita
khususnya dan masyarakat pada umumnya. Seorang wanita yang sudah menikah
diharuskan untuk tinggal di rumah dan mengurus keluarga serta kaum wanita pada masa
penjajahan tidak diperbolehkan untuk mendapatkan pendidikan seperti halnya kaum laki-
laki. 1
Kaum wanita baik di pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa adalah pada masa
penjajahan mempunyai nasib yang sama. Keadaan kaum wanita khususnya di pedesaan
kurang mendapatkan perhatian baik dari kaum wanita maupun dari masyarakat. Kaum
wanita kurang mendapat peran dan kurang dihargai dibanding dengan kaum pria. Faktor
yang mempengaruhi keadaan ini adalah beberapa wanita kurang menjunjung harkat,
martabat dan derajat kaum wanita. Salah satu contoh adalah seorang pria memiliki istri
lebih dari satu. Bagi seorang gadis hanya mempunyai satu cita-cita ialah sebuah
1
Kowani, Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1978), hlm.59.
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
wanita berpendidikan atau bekerja di luar rumah. Konsep paternalistik yang secara formal
hadir dalam hal pembagian peran antara laki-laki dan wanita. Ada beberapa konsep
paternalistik yang berkembang di dalam masyarakat Jawa bahwa istri adalah konco
wingking, yaitu wanita dianggap derajatnya lebih rendah dari pada laki-laki. Wanita dan
laki-laki dipandang sebagai dua kutub yang berlawanan dalam kepribadiannya. Berkaitan
dengan dimensi maskulin, laki-laki dianggap lebih kompeten, berorientasi pada prestasi,
kuat, mandiri, aktif, kompetitif, dan percaya diri; sedangkan wanita dianggap terkait
dengan dimensi feminin seperti tidak berkompeten, lemah, tergantung, pasif, tidak
kompetitif, dan tidak percaya diri. Hal ini menimbulkan konsep bahwa laki-laki dan
perempuan tidak hanya berbeda namun sengaja dibuat berbeda dan laki-laki dianggap
Gerakan Wanita Indonesia baru dimulai pada permulaan abad ke-20, yaitu
permulaan bentuk gerakan secara modern. Bentuk gerakan tersebut ditandai oleh
organisasi wanita menjadi bagian dari kelompok wanita sebagai organisasi kebangsaan.
Organisasi itu mempunyai pengurus tetap dan anggota, mempunyai tujuan untuk
memajukan harkat dan martabat kaum wanita, disertai rencana pekerjaan berdasarkan
Abad ke-19 kaum wanita berjuang dengan cara orang perorangan, belum
2
Christina S. Handayani, Ardhian Novianto, Kuasa Wanita Jawa, (Yogyakarta:
LKiS Yogyakarta, 2004), hlm.163.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
wanita melawan penjajah pada waktu itu telah memberikan inspirasi dan dorongan bagi
Selain faktor-faktor tersebut, masih ada faktor lain yang mendorong munculnya
gerakan emansipasi wanita. Faktor itu adalah kaum pria yang mempunyai kekuasaan
tidak terbatas dalam perkawinan dan kebiasaan tinggal di rumah bagi seorang wanita.3
Situasi dan kondisi seperti ini yang menggerakkan hati nurani R. A. Kartini untuk
Pelajaran yang diberikan adalah membaca, menulis, menjahit, merendra, memasak dsb. 4
emansipasi wanita telah dibuka oleh R.A. Kartini. Usaha-usaha itu dilanjutkan oleh Poetri
Mardika yang lahir pada tahun 1912 di Jakarta. Poetri Mardika diprakarsai oleh Budi
Oetomo. Tujuan Poetri Mardika adalah memberi bantuan, bimbingan dan penerangan
bagi kaum wanita pribumi mengenai hak pendidikan, hak bekerja di luar rumah,
meningkatkan harkat, martabat dan derajat kaum wanita sejajar dengan kaum pria. 5
Hal ini yang merupakan salah satu faktor yang mendorong Nyi Hadjar Dewantara
untuk meneruskan cita-cita R. A. Kartini . Jalur yang ditempuh Nyi Hadjar Dewantara
sama dengan R. A. Kartini ialah bidang pendidikan. Pada tanggal 3 Juli 1922 Ki Hadjar
3
Pringgodigdo, A.K., Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, (Jakarta: Dian
Rakyat, 1977), hlm.19.
4
Darsiti Soeratman, Wanita Taman Siswa dan Hidup Kekeluargaan, (Yogyakarta:
Badan Pusat Wanita Tamansiswa, 1979), hlm.60.
5
Sukanti Suryochondro, Potret Pergerakan Wanita Indonesia, (Jakarta: Rajawali,
1984), hlm.84.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
secara tidak langsung ikut membantu mengelola organisasi Taman Siswa bersama-sama
mempunyai tujuan untuk menciptakan masyarakat tertib damai. 7 Taman Siswa maupun
Organisasi Wanita Taman Siswa juga merupakan lembaga kebudayaan nasional yang
bertujuan untuk mewujudkan anak didik menjadi manusia berbudaya dan berkesadaran
nasional. Hal inilah yang menjadi tugas para pamong Taman Siswa yaitu mendidik dan
mengajar anak didiknya menjadi manusia bersusila dan pandai. 8 Sejak Nyi Hadjar
Dewantara dan Organisasi Wanita Taman Siswa berperan serta dalam Taman Siswa
maka permasalahan kaum wanita mulai mendapat perhatian, antara lain adalah masalah
pendidikan dan pengajaran bagi kaum wanita, masalah pelanggaran adab dan kesopanan
terhadap wanita, masalah kesucian, masalah pakaian dan sebagainya. Tugas Wanita
Taman Siswa adalah berusaha untuk mempertinggi dan mengembangkan pendidikan dan
pengajaran Taman Siswa, menjaga ketertiban dan keselamatan Keluarga Taman Siswa
sehingga tidak akan terjadi perselisihan diantara anggota keluarga Taman Siswa.
Kewajiban Organisasi Wanita Taman Siswa adalah wajib membantu Taman Siswa dalam
6
Bambang Sukawati Dewantara, Nyi Hadjar Dewantara, Dalam Kisah dan
Data, (Jakarta: Gunung Agung, 1973), hlm.113.
7
Kowani, Peringatan 50 Tahun Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia 22
Desember 1928 – 2 Desember 1958, (Jakarta: Percetakan Negara, 1958), hlm.355.
8
Darsiti Soeratman, op.cit. hlm.20.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
segala usahanya terutama dalam pendidikan kewanitaan dan kesucian dalam masyarakat
Taman Siswa. 9
1. Menurut umur, maka Taman Siswa dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
b. Taman Anak, dibagi menjadi tiga kelas. Dalam kelas ini mengajarkan
digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Selain itu diajarkan
c. Taman Muda, dibagi menjadi tiga kelas dan pelajaran yang diberikan
adalah ilmu bumi dan ilmu alam. Penambahan pelajaran pada kelas ini
d. Taman Dewasa, dibagi menjadi tiga kelas sebagai lanjutan dari Taman
asing yaitu bahasa Inggris dan bahasa Jerman, ilmu adab, ilmu lagu, serta
9
Wasita Rini, Arsip Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
e. Taman Madya, dibagi menjadi tiga kelas. Pada tingkat ini diajarkan ilmu
universitas.
arah budi pekerti. Kata “sekolah” diganti dengan kata “perguruan” agar
Taman Siswa berkembang pesat dan mempunyai banyak cabang Taman Siswa
yang hampir meliputi seluruh Indonesia. Cabang-cabang Taman Siswa yang berkembang
Tegal, dan Malang. Setiap wilayah yang didirikan cabang Taman Siswa maka cabang
Wanita Taman Siswa juga dapat didirikan.11 Pada tanggal 22-25 Desember 1928,
di Jogjakarta. Salah satu pemrakarsa konggres ini adalah Nyi Hadjar Dewantara.
wanita. Dalam Konggres ini Nyi Sri Mangunsarkoro dan Wanita Taman Siswa
mengusulkan agar membentuk Badan Pusat Wanita Taman Siswa. Pembentukan Badan
Pusat Wanita Taman Siswa mempunyai tujuan untuk meningkatkan harkat, martabat dan
10
Rantjangan Taman Dewasa Baroe, Arsip Museum Dewantara Kirti Griya, No.
05. 413. 2.
11
Soeratmi Iman Soedijat, Peranan Wanita Pejuang Meraih Kemerdekaan,
(Yogyakarta: Badan Pusat Wanita Tamansiswa, 1977), hlm.7.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
derajat kaum wanita dalam keluarga maupun dalam perkawinan serta memperluas
kecakapan wanita sebagai ibu dan pemegang rumah tangga dengan jalan menambah
wanita. 12
Jawa Tengah di Yogyakarta dan mengesahkan Wanita Taman Siswa sebagai suatu
organisasi secara struktural menjadi bagian dari organisasi Taman Siswa dan secara idiil
saling membantu bersama organisasi lainnya. Artinya, organisasi Wanita Taman Siswa
adalah suatu organisasi wanita yang hadir di dalam lingkungan Taman Siswa dan
bergabung dengan organisasi lain. 13 Susunan pengurus Organisasi Wanita Taman Siswa
diketuai oleh Nyi Hadjar Dewantara, wakil ketua Rumsiah, penulis I Jumilah, penulis II
Wanita Taman Siswa merupakan salah satu organisasi yang berbetuk gerakan
sosial. Tujuannya adalah untuk meningkatkan harkat dan martabat kaum wanita dalam
tersebut antara lain, Pawijatan Wanito 1915 di Magelang, Wanito Hadi tahun 1915 di
Jepara, Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) tahun 1917 di Manado,
Aissyiyah tahun 1917 di Yogyakarta, Poerborini tahun 1917 di Tegal, Wanito Soesilo
12
Badan Pusat Wanita Tamansiswa, Peraturan Besar Wanita Tamansiswa,
Keputusan Konggres XVI Wanita Tamansiswa, (Yogyakarta: Badan Pusat Wanita
Tamansiswa, 1996), hlm.15.
13
Buku Peringatan Tamansiswa, Tamansiswa 60 Tahun 1922-1982, (Yogyakarta:
Percetakan Tamansiswa, 1982), hlm.88.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
tahun 1918 di Pemalang. Sarikat Siti Fatimah tahun 1918 di Garut, Poetri Boedi Soedjati
tahun 1919 di Surabaya, Wanita Moeljo tahun 1920 di Yogyakarta, Wanito Kaoem Iboe
Soematra tahun 1920 di Bukit Tinggi, Wanadjoe Oetomo tahun 1920 di Yogyakarta,
Wanita Oetomo tahun 1921 di Yogyakarta dan Wanito Katolik tahun 1924 di
Yogyakarta. 14 Pergerakan wanita tersebut juga berbentuk gerakan sosial karena bertujuan
untuk mendapatkan harkat, martabat dan derajat kaum wanita terutama dalam hal
organisasi-organisasi wanita dipengaruhi oleh dua factor, yang pertama adalah adanya
pers yang merupakan alat komunikasi untuk menyebarkan kemajuan kaum wanita, dan
yang kedua adalah nilai gotong-royong yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. 15
1. Badan Pusat Wanita Taman Siswa dipimpin oleh Pengurus Badan Pusat Wanita
Taman Siswa. Badan Pusat Wanita Taman Siswa terdiri atas lima kelengkapan,
yaitu:
a. Dewan Pinisepuh.
Dewan Pinisepuh terdiri atas dua orang anggota yang mempunyai masa
b. Dewan Penasehat.
c. Dewan Pakar.
14
Buku Peringatan Tamansiswa, op.cit., hlm.273.
15
Sukanti Suryochondro, Potret Pergerakan Wanita Indonesia, (Jakarta:
Rajawali, 1984), hlm.80.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
Dewan Pakar ditentukan oleh Badan Pusat Wanita Taman Siswa yang
Majelis Luhur Pusat Taman Siswa ditetapkan oleh Pimpinan Badan Pusat
e. Badan Pengawas.
2. Wanita Taman Siswa Daerah, yaitu Organisasi Wanita Taman Siswa yang berada
di bawah Badan Pusat Wanita Taman Siswa. Wanita Taman Siswa Daerah
Hubungan antara Wanita Taman Siswa Cabang dengan Badan Pusat Wanita
Taman Siswa dilakukan secara langsung atau juga dapat melalui Wanita Taman
Siswa Daerah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
Kongres diadakan setiap lima tahun sekali yang dihadiri oleh utusan Wanita
KONGRES WANITA
TAMAN SISWA
DEWAN
PINISEPUH
MAJELIS LUHUR PUSAT
TAMAN SISWA
DEWAN PENASEHAT
KOWANI
PEMBINA DAERAH
TAMAN SISWA
WANITA TAMAN
BADAN KHUSUS SISWA DAERAH
ORGANISASI WANITA
16
Wanita Taman Siswa, Peraturan Besar Wanita Taman Siswa, (Yogyakarta:
Wanita Taman Siswa, 2006), hlm. 55.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
Wanita Taman Siswa hadir dalam lingkungan Taman Siswa pada tanggal 3 Juli
1922 di Yogyakarta. Kehadiran Organisasi Wanita Taman Siswa adalah untuk membantu
Taman Siswa dalam segala usahanya terutaman menciptakan masyarakat tertib damai.17
Perkembangan Organisasi Wanita Taman Siswa berazas dan bertujuan sama dengan
Taman Siswa yang berpedoman pada teori, azas-azas Taman Siswa yang dibentuk pada
Besar Wanita Taman Siswa. Teori organisasi yang menjadi pedoman Organisasi Wanita
1. Kodrat irodatnya hidup manusia, yang berwujud perempuan dan laki-laki itu,
sungguhkah mengandung maksud dan kekalnya turunan, dalam hal mana laki-laki
menjadi jaler atau tiang keturunan, dan seorang perempuan menjadi pemangku
keturunan.
2. Dalam pangkal hidupnya, perempuan dan laki-laki itu hak dan harga diri mereka
sama, sedangkan perbedaan antara mereka itu hanya mengenai perbedaan hidup
3. Manusia sebagai makhluk yang harus insaf akan hidupnya, wajib berusaha akan
kekalnya dan baiknya turunan sesuai dengan kemauan kodrat alam, sebagai bukti
17
Badan Pusat Wanita Tamansiswa, Peraturan Besar Wanita Taman Siswa,
Keputusan Konggres XVI Wanita Tamansiswa, (Yogyakarta: Badan Pusat Wanita
Tamansiswa, 1996), hlm.21.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
4. Segala syarat untuk mencapai kekal dan baiknya turunan, haruslah bermaksud
5. Menurut kodrat irodatnya hidup dan terbukti dari riwayat kemanusiaan jaman
anak-anak atas pembangunan masyarakat tidak akan dapat sempurna, jika tidak
6. Dimana Taman Siswa mewujudkan dirinya Keluarga Besar yang suci, maka
7. Oleh karena itu Wanita Taman Siswa adalah sebagian dari badan Taman Siswa,
menyalahi azas Taman Siswa dan harus sesuai dengan kebangsaan dalam maksud
Azas-azas yang digunakan oleh Organisasi Wanita Taman Siswa adalah azas-azas
Taman Siswa Tahun 1922. Azas-azas Taman Siswa Tahun 1922 merupakan azas
18
Badan Pusat Wanita Taman Siswa, op.cit., hlm.22.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
perjuangan Taman Siswa pada waktu itu. Azas-azas Taman Siswa Tahun 1922
artinya para pamong memberi kemerdekaan batin, pikiran dan tenaga kepada anak
didiknya.
kita sendiri.
Dasar-dasar yang digunakan oleh Organisasi Wanita Taman Siswa adalah dasar-
terkandung dalam azas-azas Taman Siswa tahun 1922, peraturan-peraturan maupun adat-
istiadat Taman Siswa, sejak Taman Siswa berdiri sampai dengan waktu yang akan
1. Kodrat Alam
19
Ki Hadjar Dewantara, Azas dan Dasar-dasar Taman Siswa, (Yogyakarta:
Majelis Luhur Tamansiswa, 1964), hlm.7.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
Kodrat alam sebagai perwujudan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, mengandung
arti bahwa pada hakekatnya manusia sebagai makhluk Tuhan adalah satu dengan alam
semesta ini. Karena itu manusia tidak dapat lepas dari kehendak hukum kodrat alam yang
2. Kemerdekaan
Yang Maha Esa kepada semua manusia yang memberikan “hak hidup untuk mengatur
damainya hidup bermasyarakat. Karena itu kemerdekaan harus menjadi dasar untuk
mengembankan pribadi yang kuat dalam suasana keseimbangan dan keselarasan dengan
hidup masyarakat.
3. Kebudayaan
kebudayaan nasional. Dalam memelihara kebudayaan nasional itu yang utama dan
terutama adalah membawa kebudayaan nasional ke arah kemajuan, yang sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan kemajuan dunia, guna kepentingan hidup rakyat lahir
4. Kebangsaan
Kebangsaan mengandung arti adanya rasa satu bangsa dalam suka, duka, dan
dalam kehendak mencapai kebahagiaan hidup lahir batin seluruh bangsa. Kebangsaan
tidak boleh bertentangan dengan azas kemanusiaan, bahkan harus menjadi sifat, bentuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
dan laku kemanusiaan yang nyata, dan tidak mengandung permusuhan dengan bangsa-
bangsa lain.
5. Kemanusiaan
manusia yang timbul dari keluhuran akal budinya. Keluhuran akal budi menimbulakan
rasa dan laku cinta kasih terhadap sesama manusia dan terhadap makhluk Tuhan Yang
Maha Esa seluruhnya, yang bersifat adanya keyakinan akan adanya hukum kemajuan
yang meliputi alam semesta. Karena itu rasa dan laku cinta kasih harus tampak pula
sebagai tekad untuk berjuang melawan segala sesuatu yang merintangi kemajuan yang
keadilan sosial.
4. Sebutan bapak untuk pamong pria dan ibu untuk pamong wanita.
20
Ki Hadjar Dewantara, op.cit., hlm. 12-13.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
6. Sebutan organisatoris artinya menurut peraturan yang ada dan organis yang
artinya hidup.
kesejahteraan.
2. Sutji Tata Ngesti Tunggal, artinya kesucian batin dan hidup yang teratur menuju
kesatuan.
3. Tut wuri Handayani, artinya para pamong mengikuti dari belakang dan memberi
4. Bibit, bebet, dan bobot, artinya secara seksama dalam mentukan menantu.
5. Senjari bumi sedumuk batuk den lakoni pati, artinya agar hidup langgeng harus
6. Kita berhamba kepada sang anak, artinya keikhlasan hati untuk mengabdi kepada
anak didik.
7. Lebih baik mati terhormat dari pada hidup nista, artinya setiap makhluk hidup
8. Sjari’at tidak dengan hakikat adalah kosong, hakikat tidak dengan sjari’at pasti
batal, artinya agar berhasil harus disertai dengan kesucian batin dan hidup teratur.
21
Ki Hadjar Dewantara, op.cit., hlm.15-18.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
10. Neng-ning-nung, artinya keadaan meneng dan tentram akan melahirkan pikiran
yang wening atau jernih dan nung atau kekuasaan batin menuju kearah wenang
atau menang.
11. Dari natur kea rah kultur, artinya dari kodrat ke adab. 22
melakukan pergerakan kemudian Organisasi tersebut menjadi salah satu pelopor untuk
Perempuan Indonesia ini diilhami dari adanya Sumpah Pemuda yang dilaksanakan dua
bulan sebelumnya. Kongres ini merupakan lembaran sejarah baru bagi gerakan wanita
Kongres Perempuan Indonesia berlanjut pada Kongres Perempuan Indonesia kedua yang
diadakan di Jakarta pada 20-24 Juli 1935, Kongres Perempuan Indonesia ketiga di
Bandung pada Juli 1938, dan Kongres Permpuan Indonesia keempat di Semarang pada
Juli 1941.23
22
Ki Hadjar Dewantara, op.cit., hlm.22-24
23
Badan Pusat Wanita Taman Siswa, Kenangan Tujuh Dasa Warsa Wanita
Taman Siswa 3 Juli 1922 – 3 Juli 1992, (Yogyakarta: Badan Pusat Wanita Taman Siswa,
1992), hlm.23.
commit to user