DI INDONESIA
Setelah berdirinya Poetri Mardika, pada tahun-tahun Di Sumatera berdiri organisasi pergerakan
berikutnya berbagaI organisasi ataupun perkumpulan wanita antara lain KAS (Kerajinan Amai
bermunculan, baik yang didukung oleh organisasi laki-laki Setia) yang didirikan tahun 1914, Keutamaan
maupun yang terbentuk secara mandiri oleh perempuan Istri di Medan, Istri Sumatera, PARMI (Partai
sendiri, misalnya Pawiyatan Wanito (Magelang, 1915), Muslimin Indonesia) Bagian Istri, Persatuan
Percintaan Ibu Kepada Anak Temurun - PIKAT (Manado, Istri Andalas, dan sebagainya. Di Sulawesi
1917), Purborini (Tegal, 1917), Aisyiyah atas bantuan berdiri organisasi-organisasi wanita antara
Muhammadiyah (Yogyakarta, 1917), Wanito Soesilo lain PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak
(Pemalang, 1918), Wanito Hadi (Jepara, 1919), Poteri Temurunnya) di Manado tahun 1917, Sarekat
Boedi Sedjati (Surabaya, 1919), Wanito Oetomo dan Rukun Istri di Makassar, dan sebagainya. Di
Wanito Moeljo (Yogyakarta, 1920), Serikat Kaoem Iboe Kalimantan berdiri organisasi Wanito
Soematra (Bukit Tinggi, 1920), Wanito Katolik Kencono. Di Bali berdiri organisasi
(Yogyakarta, 1924). Secara keseluruhan Perukunan Istri Denpasar. Selanjutnya, ada
organisasiorganisasi ini masih bersifat kedaerahan.
Isteri Sedar yang didirikan pada tahun 1930
Namun, pada intinya setiap organisasi perempuan saat itu
di Bandung oleh Suwarni Pringgodigdo.
bertujuan untuk dapat memperbaiki posisi perempuan
Isteri Sedar adalah organisasi perempuan
yang aktif dalam perjuangan politik.
dalam kehidupan bermasyarakat dengan meningkatkan
pendidikan perempuan sebagai sebuah strategi dasar
(Soetjipto, 2005).
4. Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani)
Sejak masa pergerakan, beberapa perempuan terlibat secara aktif dalam dan tampil
sebagai pimpinan pemberontakan melawan penjajah. Jaman kaum perempuan bergerak
di Indonesia dibuka oleh pikiran R.A. Kartini sampai terbangunnya organisasi-
organisasi perempuan seperti Putri Mardika (1912), Jong Java Meiskering, Wanita
Oetomo, Wanito Muljo, serta Aisyiah (1917). Pembentukan Perserikatan Perkumpulan
Perempuan Indonesia (PPI) pada Kongres Perempuan I tahun 1928 bisa menjadi
indikator kuatnya gerakan perempuan di masa prakemerdekaan. Seiring dengan arus
globalisasi, gerakan perempuan menjadi satu kekuatan baru yang ikut mewarnai proses
demokratisasi di Indonesia. Keterlibatan perempuan dalam ruang publik (baca gerakan)
sekaligus sebagai pengambil keputusan menjadi angin segar bagi demokratisasi dan
kemajuan perempuan lainnya. Dengan maju ke ruang publik dan menduduki tempat-
tempat strategis, pengambilan keputusan ini menjadi salah satu cara agar kepentingan
mereka terwakili. Diyakini bahwa masuknya perempuan dalam pengambilan keputusan
menjadi penting dalam rangka menciptakan dunia yang baru, dunia yang bebas
diskriminasi.
Next
Dalam setiap pergerakan perempuan Dalam konteks Indonesia bentuk
yang berlangsung, sorotan utama gerakan perempuan yang cocok
untuk Indonesia masih merupakan
selain perjuangan dengan motif polemik besar. Karena
keadilan itu sendiri adalah pesan sesungguhnya ada tidaknya
pendidikan dari setiap pergerakan. perempuan ideal Indonesia masih
Lebih dari itu, peran di setiap pesan dipertanyakan. Selama ini kita tidak
menyadari bahwa yang ideal itu
itu dapat teraktualisasikan dalam masih diperangkap oleh pengkotak-
pendidikan perempuan bangsa kotakan stereotif gender. Usaha
hingga hari ini. Beberapa tokoh mencari konsep gerakan perempuan
pergerakan perempuan adalah Indonesia semestinya bermula dari
persoalan yang dihadapi mayoritas
Raden Ajeng Kartini, Poetri kaum perempuan kita. Pencarian
Mardika, Gerakan Perempuan bentuk gerakan perempuan harus
Daerah, dan Gerakan Wanita dijalani bersama-sama dengan usaha
Indonesia (GERWANI). meningkatkan harkat dan martabat
perempuan itu sendiri.
Terima Kasih