Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH GERAKAN PERMPUAN

DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU: DR. LILIK ANDAR YUNI


S.H.I, M.S.I

NUR RAHMI HERDINDA : 2021508006


FA L A H S R I R I Z K Y : 2021508020
SITI MASNAH SULEHA : 2021508032
A. Sejarah Dan Lahirnya Gerakan Perempuan Di Indonesia

 Pergerakan perempuan dari masa ke  Munculnya gerakan kaum perempuan di


Indonesia pada abad XIX tidak terlepas dari
masa di Indonesia bisa diterjemahkan pengaruh dari gerakan perempuan yang
sebagai gerakan yang konsisten. berada di belahan dunia. Di Indonesia
pengaruh tersebut muncul dalam bentuk
Konsistensi itu lahir sebagai bentu keragaman ideologi, yang berkembang pada
perjuangan atas reaksi terhadap segala masa Nasionalisme Indonesia yang
bentuk stereorip, stigma, dan menyebabkan terbentuknya berbagai
organisai pergerakan nasional Indonesia.
ketidakadilan kepada perempuan. Salah satunya yaitu gerakan kaum
Walau perjuangan tersebut bersifat perempuan, Indonesia dalam bidang
pendidikan. Seperti hanya pada masa
pasang surut, kepastian mengenai kolonial Belanda, dunia pendidikan banyak
keadaan ketidakadilan perempuan terbatas diperoleh oleh orang-orang Belanda
dalam ruang publik bersifat mutlak. serta kaum priyayi atau bangsawan.
Perkembangan pendidikan dengan model
Adanya estafet perjuangan dari satu barat keras berjalan di Indonesia pada masa
fase waktu ke fase waktu selanjutnya itu. Hal tersebut menyebabkan bertambah
banyaknya jumlah pelajar dari kaum pribumi
merupakan wujud keseriusan yang pada lembaga pendidikan atau sekolah barat,
ditempuh para tokoh perempuan. khususnya dari kalangan priyayi.
B. Tokoh Gerakan Perempuan

Di bawah ini merupakan tokoh ataupun 1. Raden Ajeng Kartini


Seorang tokoh perempuan yang sering
gerakan perempuan yang menjadi pelopor dianggap sebagai peletak dasar perjuangan
perempuan Indonesia ini lahir pada 21 April
di setiap momentum kesejarahan. Dalam 1879 di Jepara, Jawa Tengah. Ayahnya ialah
Raden Mas Adipati Sosroningrat, seorang
setiap pergerakan perempuan yang Bupati Jepara. Raden Ajeng Kartini berdiri
tidak hanya sebagai tokoh, tetapi juga tokoh
berlangsung, sorotan utama selain yang monumental. Keberaniannya
melampaui perempuan pada masanya, maka
perjuangan dengan motif keadilan itu tak heran jika ia dinilai sebagai pelopor
yang menegakkan tonggak perjuangan
sendiri adalah pesan pendidikan dari perempuan. Isu atau perjuangan yang
disuarakan oleh Kartini terhimpun rapi
setiap pergerakan. Lebih dari itu, peran di dalam surat-suratnya yang kemudian
dibukukan: Habis Gelap Terbitlah Terang
setiap pesan itu dapat teraktualisasikan (1963). Isi surat-suratnya seputar
perlawanan dan kritik sosial atas
dalam pendidikan perempuan bangsa kesewenang-wenangan yang dilakukan
golongan laki-laki pada saat itu.
hingga hari ini.
2. Poetri Mardika

Keterlibatan kaum perempuan pada abad ke-20 di mulai dengan


berdirinya organisasi perempuan. Organisasi perempuan pada masa
tersebut memiliki gagasan yang membuat kaum perempuan sadar
bahwa peningkatan derajat untuk kaum perempuan sangatlah
penting. Corak dari perkumpulan gerakan perempuan pada masa
sebelum kemerdekaan bersifat fokus kepada perbaikan kedudukan
perempuan hingga berkembang untuk meningkatkan hak pendidikan
terhadap perempuan (maniletohorella, sutjiatiningsih, & ibrahim,
1992).
Next
3. Gerakan Perempuan Daerah

Setelah berdirinya Poetri Mardika, pada tahun-tahun Di Sumatera berdiri organisasi pergerakan
berikutnya berbagaI organisasi ataupun perkumpulan wanita antara lain KAS (Kerajinan Amai
bermunculan, baik yang didukung oleh organisasi laki-laki Setia) yang didirikan tahun 1914, Keutamaan
maupun yang terbentuk secara mandiri oleh perempuan Istri di Medan, Istri Sumatera, PARMI (Partai
sendiri, misalnya Pawiyatan Wanito (Magelang, 1915), Muslimin Indonesia) Bagian Istri, Persatuan
Percintaan Ibu Kepada Anak Temurun - PIKAT (Manado, Istri Andalas, dan sebagainya. Di Sulawesi
1917), Purborini (Tegal, 1917), Aisyiyah atas bantuan berdiri organisasi-organisasi wanita antara
Muhammadiyah (Yogyakarta, 1917), Wanito Soesilo lain PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak
(Pemalang, 1918), Wanito Hadi (Jepara, 1919), Poteri Temurunnya) di Manado tahun 1917, Sarekat
Boedi Sedjati (Surabaya, 1919), Wanito Oetomo dan Rukun Istri di Makassar, dan sebagainya. Di
Wanito Moeljo (Yogyakarta, 1920), Serikat Kaoem Iboe Kalimantan berdiri organisasi Wanito
Soematra (Bukit Tinggi, 1920), Wanito Katolik Kencono. Di Bali berdiri organisasi
(Yogyakarta, 1924). Secara keseluruhan Perukunan Istri Denpasar. Selanjutnya, ada
organisasiorganisasi ini masih bersifat kedaerahan.
Isteri Sedar yang didirikan pada tahun 1930
Namun, pada intinya setiap organisasi perempuan saat itu
di Bandung oleh Suwarni Pringgodigdo.
bertujuan untuk dapat memperbaiki posisi perempuan
Isteri Sedar adalah organisasi perempuan
yang aktif dalam perjuangan politik.
dalam kehidupan bermasyarakat dengan meningkatkan
pendidikan perempuan sebagai sebuah strategi dasar
(Soetjipto, 2005).
4. Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani)

Gerwani merupakan kelanjutan dari Gerwani juga sangat menentang


Gerakan Wanita Indonesia Sedar perempuan yang menjadi pengikut
(Gerwis) yang berdiri pada tanggal suami dalam tindakannya atau hanya
4 Juli 1950 di Semarang (Diniah, sebagai embel-embel suami. Pada
2007). Gerwani merupakan tahun 1955, Gerwani ingin melakukan
organisasi perempuan yang serangkaian kegiatan yang berbeda,
menginginkan agar perempuan bisa yakni Gerwani mulai menitikberatkan
mandiri, berdikari, berdaya, dan perhatiannya pada pemilu 1955.
bekerja keras daripada bergaya Ketika kampanye pemilu dimulai,
hidup santai dan memiliki orientasi Gerwani memutuskan untuk ambil
hidup untuk kekayaan, namun tetap bagian dan mendukung kampanye
terkungkung. untuk para calon PKI, namun tidak
mengajukan nama-nama calonnya
sendiri, walaupun Gerwani mendapat
kebebasan politik tertentu. Hampir
sebanyak 23.480 orang anggota
Gerwani ikut di dalam kegiatan
kampanye pemilu 1955 ini (Wieringa,
1998).
Terdapat asumsi bahwa jika gerakan perempuan ingin
Problem Gerakan
mencapai keadilan bagi umat manusia tanpa adanya
Perempuan Di Indonesia diskriminasi terhadap laiki-laki, maka berarti tidak ada
Pada perkembangan bedanya dengan gerakan sosial politik lainnya yang
tujuan akhirnya adalah nilai-nilai humanisme universal.
terakhir terdapat kesan Oleh karean itu gerakan perempuan tidak perlu berdiri
bahwa gerakan perempuan sendiri tetapi dapat bergabung dengan gerakan laki-laki.
merupakan gerakan yang Suara-suara semacam ini menyebabakan gerakan
anti laki-laki. Hal ini perempuan kurang mendapat simpati dari masyarakat
membawa dampak luas tidak terkecuali perempuan sendiri. Dapat
terhadap hubungan laki- dikatakan sumber persoalannya terletak pada kurangnya
pemahaman terhadap konsep feminisme dan gender itu
laki dan perempuan. sendiri sehingga penilaian terhadap gerakan perempuan
Konsekwensi dari itu menjadi salah kaprah. Konsep gender sebenarnya
hubungan dengan kaum memiliki kekhasan yang tidak dimilki oleh pendekatan
laki-laki sesungguhnya dan teori sosial lainnya yaitu bagaimana kenyataan ini
bersumber dari anggapan dilihat dari kacamata kaum perempuan. Hingga sampai
saat ini proses penyadaran gender masih dipelopori oleh
potensi chauvinisme gerakan perempuan, padahal sesungguhnya perlu juga
perempuan yang timbul melibatkan laki-laki. Oleh karena itu seorang feminis
sebagai dampak dari tidak selalu berarti perempuan tetapi bisa juga laki-laki.
penyadaran perempuan.
Kesimpulan

 Sejak masa pergerakan, beberapa perempuan terlibat secara aktif dalam dan tampil
sebagai pimpinan pemberontakan melawan penjajah. Jaman kaum perempuan bergerak
di Indonesia dibuka oleh pikiran R.A. Kartini sampai terbangunnya organisasi-
organisasi perempuan seperti Putri Mardika (1912), Jong Java Meiskering, Wanita
Oetomo, Wanito Muljo, serta Aisyiah (1917). Pembentukan Perserikatan Perkumpulan
Perempuan Indonesia (PPI) pada Kongres Perempuan I tahun 1928 bisa menjadi
indikator kuatnya gerakan perempuan di masa prakemerdekaan. Seiring dengan arus
globalisasi, gerakan perempuan menjadi satu kekuatan baru yang ikut mewarnai proses
demokratisasi di Indonesia. Keterlibatan perempuan dalam ruang publik (baca gerakan)
sekaligus sebagai pengambil keputusan menjadi angin segar bagi demokratisasi dan
kemajuan perempuan lainnya. Dengan maju ke ruang publik dan menduduki tempat-
tempat strategis, pengambilan keputusan ini menjadi salah satu cara agar kepentingan
mereka terwakili. Diyakini bahwa masuknya perempuan dalam pengambilan keputusan
menjadi penting dalam rangka menciptakan dunia yang baru, dunia yang bebas
diskriminasi.
Next
 Dalam setiap pergerakan perempuan  Dalam konteks Indonesia bentuk
yang berlangsung, sorotan utama gerakan perempuan yang cocok
untuk Indonesia masih merupakan
selain perjuangan dengan motif polemik besar. Karena
keadilan itu sendiri adalah pesan sesungguhnya ada tidaknya
pendidikan dari setiap pergerakan. perempuan ideal Indonesia masih
Lebih dari itu, peran di setiap pesan dipertanyakan. Selama ini kita tidak
menyadari bahwa yang ideal itu
itu dapat teraktualisasikan dalam masih diperangkap oleh pengkotak-
pendidikan perempuan bangsa kotakan stereotif gender. Usaha
hingga hari ini. Beberapa tokoh mencari konsep gerakan perempuan
pergerakan perempuan adalah Indonesia semestinya bermula dari
persoalan yang dihadapi mayoritas
Raden Ajeng Kartini, Poetri kaum perempuan kita. Pencarian
Mardika, Gerakan Perempuan bentuk gerakan perempuan harus
Daerah, dan Gerakan Wanita dijalani bersama-sama dengan usaha
Indonesia (GERWANI). meningkatkan harkat dan martabat
perempuan itu sendiri.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai