Anda di halaman 1dari 12

Area, Ethnic & Multidisciplinary Studies Major for College:

FEMINISME

Muhammad Firdaus
Elriani Puteri R.
Muhayan
Anisa safitri
Latar Belakang
Feminisme adalah suatu bentuk gerakan kaum wanita untuk memperolah persamaan
derajat dengan dan kebebasan dari penindasan lelaki dan aturan-aturan yang
mereka buat. Feminisme adalah wujud pemikiran dan ekspresi yang berbeda dari
banyak wanita dan laki-laki, sebenarnya semua memiliki tujuan yang sama untuk
membangun kesetaraan untuk wanita di semua wilayah kehidupan mereka. Namun
masih banyak orang yang keliru memahaminya karena mereka berpikir bahwa
feminis biasanya membenci laki- laki, padahal tidak demikian.

Bagi feminisme, gender hadir di seluruh aspek kehidupan manusia. Bagaimana


seorang individu mengidentifikasi dirinya, bagaimana perilakunya di depan publik,
hingga posisi sosialnya ditentukan dari konsepsi gender yang berlaku di masyarakat.
Oleh karena itu, menurut feminisme realitas sosial harus dipandang melalui
kacamata gender.
A. Pengertian Feminisme
Secara etimologis, feminisme adalah pemahaman tentang
perempuan. Namun feminisme juga mengandung unsur
gerakan. Disebut gerakan karena tujuan feminisme adalah
agar pengalaman, identitas, cara berpikir dan aktivitas
perempuan terlihat serupa dengan laki-laki.

Wolf mendefinisikan feminisme sebagai teori yang


mengungkapkan nilai pribadi dan martabat semua wanita.
Dengan pemahaman seperti itu, seorang wanita percaya pada
dirinya sendiri.

Menurut William Outwaite, feminisme diartikan sebagai


pembelaan atau dukungan kesetaraan antara perempuan dan
laki-laki, yang mencakup komitmen untuk meningkatkan posisi
perempuan dalam masyarakat.
B. Sejarah Feminisme
Sejarah feminisme kembali ke kelahirannya dengan tujuan dan jalur yang
berbeda. Kelahiran gerakan feminis tidak dapat dipisahkan dari tingkat
pendidikan, kesadaran, kelas sosial, sosial budaya, dll. Lahirnya gerakan feminis
berawal dari anggapan bahwa perempuan pada dasarnya tertindas dan
dieksploitasi, tetapi bukan hanya karena dalam masyarakat patriarki. Laki-laki
mendominasi dalam berbagai bidang dan perlakuan yang tunduk, perlakuan
demikian membuat perempuan ingin menjadi dirinya sendiri.

Gerakan feminis gelombang pertama dimulai dengan Vindication Rights of


Woman karya Mary Wollstonecraft, Di sana ia menekankan perlunya membuat
perempuan berpikir rasional, sehingga daya nalar perempuan meningkat. Ia
tidak berniat kehilangan peran perempuan dalam kehidupan rumah tangga, dan
tuntutannya yang paling radikal adalah hak untuk memilih.
Sejarah Feminisme
Setelah beberapa tahun feminisme surut, gelombang kedua gerakan feminis dimulai
dengan terbitnya buku The Feminine Mystique yang ditulis oleh Betty Friedan pada
tahun 1963 di Amerika Serikat.

Di bidang hukum, tulisan Betty Friedan berhasil mendorong diberlakukannya Right to


Equal Pay (1963) agar perempuan dapat menikmati kondisi kerja yang lebih baik dan
dibayar dengan upah yang sama dengan laki-laki untuk pekerjaan yang sama, dan
Persamaan Hak Bertindak.

Pada gelombang ketiga, gerakan feminis ini berfokus pada sesuatu yang tidak
menjadi kebutuhan gelombang kedua. Gerakan ini tetap mengakui adanya perbedaan
antara laki-laki dan perempuan menurut ras, etnis atau negara tertentu. Mereka
menuntut kesatuan hak antara kulit putih dan kulit hitam, karena secara historis
wanita kulit hitam lebih menderita daripada wanita kulit putih.
C. Pemikiran Feminisme
Feminisme Liberal

Feminisme Liberal ialah terdapat pandangan untuk menempatkan perempuan yang


memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa
kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia
privat dan publik.

Pandangan dari kaum Feminis Liberal mengenai “kesetaraan” setidaknya memiliki


pengaruhnya tersendiri terhadap perkembangan “pengaruh dan kesetaraan
perempuan untuk melakukan kegiatan politik seperti membuat kebijakan di sebuah
negara”.

Tokoh aliran ini adalah Naomi Wolf, sebagai “Feminisme Kekuatan” yang merupakan
solusi.Kini perempuan telah mempunyai kekuatan dari segi pendidikan dan
pendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya
kini perempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki.
Feminisme Radikal
Feminis Radikal memilki pandangan mengenai negara
sebagai penguasa yang tidak memihak antara kepentingan
kelompok yang berbeda yang berasal dari teori pluralisme
negara.

Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan


terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki.Tubuh
perempuan merupakan objek utama penindasan oleh
kekuasaan laki-laki. Oleh karena itu, feminisme radikal
mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak
reproduksi, seksualitas (termasuk lesbianisme), seksisme,
relasi kuasa perempuan dan laki-laki, dan dikotomi privat-
publik.
Feminisme Post Modern
Ide Posmo (menurut anggapan mereka) ialah ide yang anti absolut dan
anti otoritas, gagalnya modernitas dan pemilahan secara berbeda-beda
tiap fenomena sosial karena penentangannya pada penguniversalan
pengetahuan ilmiah dan sejarah. Mereka berpendapat bahwa gender
tidak bermakna identitas atau struktur sosial.
Feminisme Anarkis
Feminisme anarkis lebih bersifat sebagai suatu paham politik yang
mencitacitakan masyarakat sosialis dan menganggap negara dan
sistem patriaki-dominasi lelaki adalah sumber permasalahan yang
sesegera mungkin harus dihancurkan.
Feminisme Marxis
Aliran ini memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik kapitalisme. Asumsinya
sumber penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan cara produksi.Kaum
Marxis berpendapat bahwa negara memiliki kemampuan untuk memelihara kesejahteraan,
namun disisi lain, negara bersifat kapitalisme yang menggunakan sistem perbudakan kaum
wanita sebagai pekerja.

Feminisme Sosialis
Feminisme sosialis berjuang untuk menghapuskan sistem pemilikan. Feminisme sosialis
muncul sebagai kritik terhadap feminisme Marxis. Aliran ini hendakmengatakan bahwa
patriarki sudah muncul sebelum kapitalisme dan tetap tidak akan berubah jika kapitalisme
runtuh. Kritik kapitalisme harus disertai dengan kritik dominasi atas perempuan. Feminisme
sosialis menggunakan analisis kelas dan gender untuk memahami penindasan perempuan.
Ia sepaham dengan feminisme Marxis bahwa kapitalisme merupakan sumber penindasan
perempuan. Akan tetapi, aliran feminis sosialis ini juga setuju dengan feminisme radikal
yang menganggap patriarkilah sumber penindasan itu.
Feminisme Postkolonial
Dasar pandangan ini berakar di penolakan universalitas pengalaman
perempuan.Pengalaman perempuan yang hidup di negara dunia ketiga (koloni/bekas
koloni) berbeda dengan perempuan berlatarbelakang dunia pertama. Perempuan dunia
ketiga menanggung beban penindasan lebih berat karena selain mengalami
pendindasan berbasis gender, mereka juga mengalami penindasan antar bangsa, suku,
ras, dan agama. Dimensi kolonialisme menjadi fokus utama feminisme poskolonial yang
pada intinya menggugat penjajahan, baik fisik, pengetahuan, nilai-nilai, cara pandang,
maupun mentalitas masyarakat.

Feminisme Nordic
Kaum Feminis Nordic dalam menganalisis sebuah negara sangat berbeda dengan
pandangan Feminis Marxis maupun Radikal.Nordic yang lebih menganalisis Feminisme
bernegara atau politik dari praktik-praktik yeng bersifat mikro.Kaum ini menganggap
bahwa kaum perempuan “harus berteman dengan negara” karena kekuatan atau hak
politik dan sosial perempuan terjadi melalui negara yang didukung oleh kebijakan sosial
negara.
Kesimpulan
Feminisme memiliki akar kefilsafatan setidaknya sejak berkembangan abad pencerahan.
Realitas ketidak-setaraan antara perempuan danlaki-laki dalam berbagai bidang kehidupan
telah menjadi titik tolak munculnya berbagai gugatan pemikiran yang bermuara pada
tuntutan terhadap kesetaraan perlakuan antara perempuan dan laki-laki. Perbedaan latar
belakang filsafat, telah mengkibatkan kajian terhadap feminism berkembang tidak linear.

Aliran pemikiran feminisme misalnya dikaitkan dengan pemikiran liberal, pemikiran radikal,
pemikiran post-kolonial, pemikiran anarkis, pemikiran marxis, pemikiran sosialis, dan juga
pemikiran filsafat yang berkembang di Nordic. Pertemuan antara aliran pemikiran tersebut
dengan feminism memberikan warna yang bervariasi terhadap feminism.

Dalam bidang hukum, dominasi positivism hukum menghendaki adanya kepastian hukum.
Hukum menghendaki dilakukannya legitimasi untuk mengubah hak-hak sosial dalam
masyarakat menjadi hak-hak hukum. Netralitas dan objektivitas hukum hanya akanterwujud
bila hukum bersifat tertutup dan otonom dari berbagai perspektif moral, agama, filsafat,
politik, sejarah, dan bahkan jenis kelamin.
Thank You!
Does anyone have any questions?

Anda mungkin juga menyukai