Buat kamu yang awam soal feminisme, pasti sering bingung dengan perbedaan
pendapat di kalangan feminis. Faktanya, aliran feminisme itu banyak banget loh.
Berikut penjabarannya.
Sebetulnya apa sih Feminisme itu? Feminisme adalah rangkaian dari gerakan
sosial, politik, dan ideologi yang memiliki tujuan untuk membangun serta
mencapai kesetaraan gender di segala aspek, mulai dari politik, ekonomi, ranah
pribadi, hingga lingkup sosial. Sering kali banyak yang salah paham dan
berpikir feminisme itu ideologi yang membenci laki-laki. Padahal, baik laki-laki
maupun perempuan sama-sama diuntungkan ketika tidak ada relasi yang
timpang di antara keduanya.
Di dalam feminisme sendiri terdapat beragam jenis aliran dengan cara pandang
berbeda-beda soal beragam isu sosial dan politik. Maka dari itu, wajar saja ada
perbedaan pendapat di dalam kelompok feminis sendiri terkait berbagai isu.
1. Feminisme Liberal
Jangan jiper dulu mendengar kata radikal, karena kata radikal sendiri berarti hal-
hal yang mendasar. Feminisme radikal adalah aliran feminisme yang berfokus
pada hal-hal mendasar atas ketimpangan yang dialami oleh perempuan. Di
dalam aliran feminisme radikal juga ada dua sudut pandang berbeda: feminis
radikal libertarian dan feminisme radikal kultural.
Feminisme radikal libertarian muncul pada tahun 1960-1980 dan berfokus pada
berbagai pilihan pribadi perempuan atas tubuh dan seksualitas mereka, baik ia
seorang heteroseksual, lesbian, maupun transgender. Aliran feminisme ini
percaya bahwa identitas gender feminin membatasi perempuan untuk
berkembang sebagai manusia seutuhnya, dan menganggap musuh utama
perempuan adalah patriarki.
Disebut juga sebagai “feminisme bagi kalangan akademis”, aliran ini sulit
dimengerti dan dianggap tidak terlibat dalam perjuangan revolusioner
sungguhan, seperti protes, boikot, serta demonstrasi. Aliran ini membalikkan
keadaan dengan merayakan penindasan yang diterima.
Aliran ini mengenalkan pada cara pandang bahwa perempuan itu heterogen
namun mempunyai beragam irisan yang bertaut seperti umur, status sosial
ekonomi, pendidikan, agama, budaya, kewarganegaraan, dan lokasi. Tiap
kelompok perempuan merasakan penindasan yang berbeda seiring dengan
beragamnya pengalaman dan identitas mereka. Pengalaman tersebut merupakan
sebuah pengalaman global, bukan lagi pengalaman komunal dan bentuknya
sangat berlapis-lapis.
8. Aliran Ekofeminisme