@komunitasliterasiislam 1
Sebetulnya tidak ada istilah feminis dalam Islam. Ide feminisme sendiri
muncul dari Barat, bukan dari Islam.
@komunitasliterasiislam 2
bahwa meskipun reformasi sistem melalui jalur hukum oleh kaum feminis
liberal diperjuangkan, tetap saja perempuan masih tertindas.
Kira-kira apa yang melatarbelakangi munculnya feminisme Islam? Mengapa
tidak ada feminisme Hindu, Kristen dan lain-lain. Apakah sebenarnya mereka
(orang-orang yang membawa jargon feminisme Islam) itu paham bahwa
Islam adalah sebuah sistem kehidupan?
Untuk detail pembahasan ini sebetulnya akan dibahas di sesi berikutnya yakni
Aliran-aliran Feminisme
@komunitasliterasiislam 3
ketidakadilan. Tak hanya perempuan, bahkan kaum lelaki juga banyak menjadi
korban dalam sistem kapitalis liberal. Jadi, baik perempuan maupun lelaki
turut menjadi korban dalam sistem yang rusak ini.
Mengenai feminisme yang muncul dengan berbagai aliran, bukankah itu hal
yang wajar? Feminisme adalah gerakan/gagasan yang besar, apalagi gerakan
ini dicetuskan oleh manusia. Dalam Islam yang syariah sudah ditentukan Allah
pun faktanya masih banyak alirannya, tak hanya Sunni dan Syiah tapi ormas-
ormas pun punya definisinya sendiri dalam merespon syariat. Menurut saya,
ini bukanlah tanda keabsurdan feminisme. Ditambah setiap waktu, selalu ada
saja peristiwa menimpa seseorang baik perempuan maupun laki-laki, itu bisa
jadi memicu setiap aliran punya fokusnya sendiri. Dan apakah feminisme dan
emansipasi adalah hal yang sama? Apakah hanya Islam jawaban dari semua
persoalan? Saya rasa feminisme tak 100% bertentangan dengan Islam, dan
Islam pun tidak pernah menutup dirinya dengan gagasan/gerakan lain.
@komunitasliterasiislam 4
PERTANYAAN 5: Gerakan feminisme yang menyerang ajaran Islam seperti
poligami itu masuk ke gelombang pertama, kedua, atau ketiga?
Jawaban: Penentangan kaum feminis terhadap konsep-konsep Islam,
salah satunya poligami itu muncul seiring berjalannya waktu. Sebagai bentuk
penerjemahan ide-ide feminis yang memang ingin mendobrak budaya
patriarki yang mengungkung perempuan, salah satunya Islam sebagai agama
yang mereka anggap melanggengkan budaya patriarki tersebut. Karena Islam
menempatkan lelaki pada posisi superior dalam beberapa hal, misalnya
kepemimpinan dalam rumah tangga, kewajiban mencari nafkah, pembuat
keputusan dalam keluarga, dan lain-lain.
Jika kita merujuk pada materi yang sudah disampaikan sebelumnya,
maka penolakan mereka terhadap poligami sudah muncul pada gerakan
feminis gelombang kedua. Di fase itulah mereka memusatkan perhatian
dalam urusan perempuan di ranah privatnya, yakni rumah tangga. Bagi
mereka, poligami merupakan bentuk penindasan pada perempuan dan wujud
kesewenang-wenangan kaum laki-laki maka sudah semestinya dilawan.
@komunitasliterasiislam 5
Izin menambahkan sedikit, beberapa waktu lalu saya sempat mengikuti
bedah buku yang bertemakan "kritik feminisme". Pada saat itu, pemantik
mengatakan bahwa pencetus ide feminis adalah seorang laki-laki bernama
Mustafa Kemal Ataturk. Bagaimana pendapat pemateri mengenai hal ini?
Istilah feminisme pertama kali dicetuskan oleh Charles Fourier. Sementara
mengenai tokoh yang membawa feminisme ke indonesia memang belum
diketahui secara pasti. Untuk Mustafa Kemal adalah tokoh Yahudi yang
menjadi agen Barat untuk menghancurkan institusi Khilafah Islamiyah di Turki
pada 1924 silam. Adapun idenya terkait pelarangan hijab bagi muslimah,
adalah bentuk kebenciannya terhadap syari’at Islam, yang baru bisa terlaksana
secara terstruktur, masif, dan sistematis setelah Khilafah berhasil diruntuhkan.
@komunitasliterasiislam 6
PERTANYAAN 8: Bagaimana sebenarnya kedudukan perempuan di era
modern ini?
Jawaban: Perempuan (baca: muslimah) di zaman apapun, kedudukannya
tetap sama di hadapan syariat, yakni sebagai hamba Allah yang wajib terikat
dengan semua aturan Islam. Hal tersebut berkorelasi pada kedudukannya
dalam kehidupan, yakni sebagai ummun wa robbah al-bayt (ibu dan manajer
rumah tangga) dan madrasatul 'ula (sekolah pertama) untuk anak-anaknya. Ini
adalah peran utama muslimah di ranah domestik.
Adapun dalam ranah publik, muslimah memiliki peran sebagai ummu
azyal (ibu generasi). Artinya, seorang muslimah memiliki taklif hukum
(berkewajiban) untuk melakukan perbaikan dan perubahan di tengah-tengah
masyarakat demi terciptanya wajah generasi Islam yang dibanggakan.
Wujudnya adalah dengan melakukan aktivitas amar ma'ruf nahyi munkar.
@komunitasliterasiislam 7
Jawaban: Feminisme sejatinya merupakan hadhoroh Barat. Islam tidak
mengenal ide tersebut. Dalam Islam, laki-laki dan perempuan memiliki
kedudukan yang seimbang. Allah telah menempatkan mereka secara adil
sesuai dengan fitrah penciptaannya. Ketika Allah menyatakan bahwa laki-laki
adalah pemimpin atas perempuan, maka itu bukanlah bentuk penindasan
terhadap perempuan, karena di balik kepemimpinan laki-laki terhadap
perempuan ada konsekuensi hukun syara yang mengikatnya, yakni kaum
lelaki harus menjalankan kepemimpinannya tersebut secara ma'ruf. Dalam
kepemimpinan tersebut juga Allah membebabkan kewajiban mencari nafkah
untuk kaum lelaki, yang tidak diwajibkan bagi kaum perempuan. Jadi syariat
Islam menyetarakan perempuan dan laki-laki dengan kedudukannya sebagai
hamba Allah yang sama-sama harus taat kepada segala hukum syara.
PERTANYAAN 11: Apa sebenarnya yang salah dari keberadaan kaum
feminisme dan ide-ide pemikiran feminis itu sendiri? Kemudian, dari yang
saya amati, perempuan memang ada baiknya mandiri dan juga berdaya.
Khususnya secara finansial ataupun peran agar dapat memberikan kontribusi
di tengah-tengah masyarakat. Nah, bagaimana hal tersebut?
Jawaban: Feminisme ingin menyetarakan perempuan dan laki-laki hampir
dalam segala bidang. Hal tersebut jelas tidak sesuai dengan fitrah manusia,
karena laki-laki dan perempuan secara fitrah tidak dapat disetarakan. Secara
fisik misalnya, laki-laki dan perempuan diciptakan berbeda. Islam pun telah
menetapkan hak dan kewajiban antara perempuan dan laki-laki sesuai
porsinya, yaitu sesuai dengan fitrahnya.
@komunitasliterasiislam 8
memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan hingga menentang
kawin paksa. Pada masa tersebut, sistem patriarki masyarakat jawa sangat
ketat, sementara Nyai Ahmad Dahlan berpandangan bahwa istri seharusnya
menjadi mitra bagi suami. Bukan bawahan.
@komunitasliterasiislam 9
Apa itu @komunitasliterasiislam ?
KLI
Follow us on social media:
@Komunitas Literasi Islam
@komunitasliterasiislam 10