Anda di halaman 1dari 2

Nama : Faiz Zaky Iqbal Al Ilham

Prodi/NIM : PAI/221310202

Mata Kuliah : Ilmu Sosial dan Alamiah Dasar

Dosen Pengampu : Bapak Zaenal Abidin Riam, S. Pd, M.PP

GERAKAN FEMINISME MELAWAN BUDAYA PATRIARKI

Feminisme merupakan suatu ideologi yang menyatakan terdapat persamaan hak antara
pria dengan perempuan. Dalam feminisme ini, salah satu gerakan yang paling sering disuarakan
adalah melawan budaya patriarki. Budaya Patriarki merupakan sebuah sistem sosial yang
menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam
masyarakat. Berbagai peran yang dominan seperti kepemimpinan politik, otoritas moral, hak
sosial dan berbagai hal lainnya. Budaya Patriarki menempatkan laki-laki di atas perempuan.
Patriarki ini sudah ada sejak lama dan berlangsung secara turun-temurun. Konstruksi ini paling
terlihat dalam masyarakat dengan budaya tradisional dan tingkat perekonomian yang masih di
bawah rata-rata. Hal ini juga dijumpai pada masyarakat modern dan maju walaupun
persentasenya tidak sebesar kelompok masyarakat sebelumnya.

Berbicara mengenai feminisme dan patriarki tentu tak lepas dari membicarakan ketimpangan
terhadap gende. Hal ini terus menimbulkan perdebatan hingga saat ini. Gerakan feminisme di
Indonesia lahir dipengaruhi oleh berbagai kondisi historis sejarah perjuangan bangsa, program
pembangunan nasional, globalisasi serta reformasi serta kehidupan religius.

Will Durant dalam bukunya " The Pleasure of Philosophy " mengemukakan bahwa peristiwa
yang menonjol di era globalisasi pada tahun 2000 adalah terjadinya perubahan status wanita.
Pandangan feminisme di setiap era sangat tergantung kepada kondisi dan situasi zaman yang
dihadapinya. Pandangan utama yang sangat menarik terhadap feminisme di Indonesia pada
saat kini adalah pandangan terhadap kondisi kerja berbagai jenis buruh seperti buruh batik,
buruh industri tekstil, petani, tenaga kerja wanita yang diekspor (TKW). Pengaruh yang tak
kalah pentingnya adalah perkembangan teknologi informasi serta globalisasi yang selain
membawa kemaslahatan juga telah membawa kemudaratan.

Awal mula munculnya gerakan feminisme di Indonesia diprakarsai oleh Ibu Raden Ajeng Kartini
atau bisa kita sebu Ibu Kartini. Raden Adjeng Kartini, atau sering disebut Kartini, merupakan
salah satu tokoh wanita bersejarah di Indonesia yang paling berpengaruh meninggikan gerakan
feminisme. Raden Adjeng Kartini merupakan pelopor gerakan persamaan derajat wanita di
Indonesia. Raden Adjeng Kartini mendedikasikan perjuangan dan gagasannya untuk mendobrak
ketidakadilan yang dihadapi. Perjuangan kesetaraan hak laki-laki dan perempuan oleh Kartini,
khususnya di bidang pendidikan, merupakan wujud perlawanan ketidakadilan kaum perempuan
di masa itu.

Dalam perjalanannya, gerakan feminisme bukan hanya sekedar gerakan mengubah pola pikir,
tetapi juga menjadi suatu gerakan pemberdayaan. Pemberdayaan perempuan ini merupakan
suatu proses penyadaran dan pembentukan kapasitas terhadap partisipasi yang lebih besar
yang mengarah pada perwujudan persamaan derajat yang lebih besar antara laki-laki dan
perempuan. Pemberdayaan perempuan di saat-saat ini menjadi sesuatu yang vital dan
eksistensial agar dapat menunjukkan bahwa perempuan juga mempunyai kesempatan untuk
mengembangkan dirinya dan perempuan itu bukan kaum terpuruk dan tertindas. Mereka juga
manusia yang mempunyai haknya untuk berpendapat dan menentukan pilihan dalam segala
situasi.

DAFTAR PUSTAKA

Gina Sonia, Peluang dan tantangan wanita Muslim dalam menghadapi era Globalisasi,
disampaikan dalam Seminar Sehari Perspektif Islam tentang Eksistensi Wanita dan
Sosialisasinya dalam era Globalisasi- Forum Studi wanita Unisba, 15 Juli 1996.
https://ejournal.akmrtv.ac.id/index.php/broadcomm/article/download/231/213

Aquarini. 2006. Budaya Feminis: Tubuh, Sastra, dan Budaya Pop. Yogyakarta: Jalasutra.

Mely G. Tan, Perempuan Indonesia, pemimpin masa depan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
1991.

Anda mungkin juga menyukai