Anda di halaman 1dari 9

Gerakan Feminisme dalam Era Postmodernisme Abad 21

==========================================================
Oleh: Syakwan Lubis

ABSTRACT

Feminism movement with struggle for gender as its alienation


movement is still a big agenda, up to now, in struggling similarity
and equality of women right to men. In its early, this movement was
begun with a demand of unfairness of treatment towards women and
than it extended to claim for social unfairness through the demands
of right equality that they want to reach. Actually, the gender issue,
RU ZKDW WKH\ FDOOHG ³IHPLQLVP´ ZDV DQ HIIRUW WR ULVH ZRPHQ SRVLWLRQ
and to ommit a gap between men and women as minimal as they
could, either in social-culture or political-economy aspects, etc. This
article will try to describe about the feminism movement in 21st
century post-modernism era, especially that is concerned with moral
(spiritual) movement of women, and historical background of the
rise of the feminism movement, either in the West or in the East
(Moslems) region.

Kata kunci: Gerakan Feminisme, Gender, Kaum Wanita

I. PENDAHULUAN
Secara jujur memang harus diakui dan pergeseran yang cukup drastis.
bahwa peranan kaum wanita dalam Banyak posisi yang tadinya didomi-
abad informasi saat ini amatlah nasi kaum pria sekarang sudah mulai
menonjol. Teknologi informasi modern beralih dan diduduki oleh kaum
yang berkembang pesat saat ini wanita. Hal ini tidak hanya terjadi di
terlihat seolah-olah tidak bisa dipisah- negara-negara sangat maju, tapi juga
kan dari eksistensi kaum wanita1. di negara-negara industri baru, dan
Dalam bidang bisnis dan manajerial, bahkan di negara-negara berkembang.
misalnya, telah terjadi perubahan Malahan ada yang meramalkan bahwa
abad ke 21 ini merupakan abad
1
Danim, Sudarwan. 1995. Transformasi wanita dan keluarga, karena pada
Sumber Daya Manusia: Analisis Fungsi
Pendidikan, Dinamika Prilaku dan Kesejah-
teraan Indonsia Masa Depan. Jakarta: Bumi
Aksara, hal: 54.

*HUDNDQ )HPLQLVPH «« 73
kurun zaman ini wanita akan mampu membuka rahasia-rahasia
berperang sebagai lakon2. dunia material. Kemajuan-kemajuan
Namun sebaliknya, kalau kita ilmiah dan teknologi telah mem-
mau jujur pula, terlihat pula suatu pengaruhi setiap bidang kehidupan
gejala yang negatif, yakni bahwa manusia, menghasilkan pemeliharaan
kehidupan moral dan spiritual kesehatan yang lebih baik, mencip-
(kerohanian) saat ini mulai terabaikan. takan sistem komunikasi yang maju
Kehidupan material malah kadang- dan pendidikan yang lebih baik bagi
kadang dianggap merupakan segala- sebagian besar penduduk dunia.
galanya dan yang menjadi inti dari Namun hasil-hasil ini telah ber-
semua masalah dalam kehidupan. campur dengan kurangnya perhatian
Pengetahuan ilmiah dan efesiensi terhadap persoalan-persoalan yang
rasional merupakan tujuan dalam menyangkut spiritualitas dan penge-
dunia kerja dan kehidupan kaum tahuan tentang dunia non-material.
wanita yang dirumuskan secara jelas. Persoalan tentang pemahaman
Agama secara berkala dan berangsur- akan pengetahuan yang bersifat
angsur mulai ditekan, dicemoohkan historis dan yang selalu terkait dengan
secara terbuka, dan bahkan mungkin masyarakat ini telah menghasilkan
dikritik dan dihina3. Dominasi cara kritik yang tajam atas pengetahuan
befikir rasionalistik-ilmiah kelihatan- rasional dan ilmiah sebagai satu-
nya mulai mengarah kepada hilangnya satunya bentuk sah dari pengetahuan.
pemahaman tentang keterkaitan Diskusi-diskusi tentang pergeseran
bidang rohani dalam kehidupan dalam pemahaman ini begitu penting
manusia. sampai dengan saat didengungkannya
Memang harus diakui bahwa era posmodernisme. Pemahaman
usaha pencarian dan penyelidikan ilmiah bukan lagi dianggap sebagai
hukum-hukum alam yang bersifat satu-satunya tujuan dalam mencari
universal dan penolakan terhadap pengetahuan. Pemahaman akan komu-
otoritas agama selama abad ke-17 dan nitas keagamaan dan pemahaman lokal
ke-18 di Eropa telah menghasilkan akan simbol dan makna kini dihargai
banyak pengetahuan. Akan tetapi secara lebih mendalam di kalangan
hasil-hasil itu tetap saja tidak orang-orang terpelajar. Pengetahuan
ilmiah dipandang sebagai suatu alat
2
Wirosardjono, Sutjipto. 1995. Dialog dengan
yang berfaedah guna memahami
Kekuasaan: Esai-esai tentang Agama, realitas material.
Negara dan Rakyat.Bandung: Mizan, hal: Para pemikir wanita kini mulai
265. bangkit dan berusaha mendefinisikan
3
Ahmed, Akbar S. 1992. Postmodernism and kembali upaya mereka akan pema-
Islam:Predicament and Promise. (Penerje-
mah:M. Sirozi, 1996). Bandung: Mizan, hal:
haman moral menurut isilah-istilah
221-226.. khas mereka. Definisi tentang dunia

74 DEMOKRASI Vol. V No. 1 Th. 2006


moral atau spiritualitas yang dulu pada pertengahan abad ke-19 para
diterima secara sosial kini telah mulai pemikir wanita berjuang demi pendi-
dikesampingkan. Para wanita mulai dikan kaum wanita, mengorganisir
mencari kesadaran mereka sendiri, Kongres Wanita Indonesia, dan
menggali dari pengalaman mereka mencita-citakan kesetaraan antara
sendiri, dan mempercayai lembaga- laki-laki dan perempuan (kesetaraan
lembaga mereka sendiri dalam upaya gender) dalam keluarga4. Selama
mereka akan pemahaman rohani. seabad kaum wanita memperoleh hak
politik yang sama sampai ketika
II. GERAKAN FEMINISME konstitusi RI diterima pada tahun
SEBAGAI GEJALA UNIVERSAL 1945, dan untuk mengakui gerakan
fenimisme yang telah mengadakan
Dalam sejarah perkembangannya, di
pembaharuan ini maka PBB mendi-
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20,
rikan Komisi Kedudukan Wanita pada
gerakan-gerakan wanita (feminisme)
tahun 1948.
mulai menjamur di berbagai tempat di
Walaupun berbeda secara
berbagai belahan dunia, termasuk di
kultural, namun gerakan-gerakan
Indonesia seperti yang dipelopori oleh
ini diwarnai secara mencolok oleh
R.A. Kartini. Mereka bekerja untuk
perjuangan demi emansipasi, baik
emansipasi, perubahan dan persamaan
melawan tradisi-tradisi setempat
kedudukan wanita, dan keadilan sosial
maupun melawan imperialisme
selama kurun waktu tersebut. Alasan
kolonial yang seringkali mele-
dan tujuan di balik perjuangan mereka
mahkan kedudukan kaum wanita di
ini sangat beragam. Revolusi
daerah-daerah yang dijajah. Tujuan
melawan kekuatan kolonial, misalnya,
yang mereka rumuskan secara jelas
juga sering menggunakan kemampuan
memberikan arah dan masukan bagi
dan kekuatan wanita. Cita-cita
kegiatan gerakan praktis mereka
kemanusiaan dan hak pilih universal
untuk pembaharuan di segala
tersebar lewat sistem komunikasi yang
bidang, termasuk bidang moral
sudah cukup banyak berkembang saat
keagamaan (spiritual). Propaganda
itu.
dan dalih tentang Hak Asasi
Tujuan gerakan-gerakan femi-
Manusia (HAM) dan kebebasan
nisme pada masa itu cukup jelas.
kaum wanita memberikan peluang
Gerakan tersebut difokuskan pada
pula bagi mereka.
suatu isu yaitu untuk mendapatkan hak
pilih (the right to vote). Mereka 4
Kartowijono, Sujatin. 1982. Perkembangan
dengan gigih mengambil bagian dalam Pergerakan Wanita Indonesia, Jakarta:
perjuangan untuk memberikan suara, PT.Inti Indayu Press,, hal: 21; Katjasungka,
hak-hak yang sama, status hukum, dan 1XVUV\DKEDQL HW DO ³*HQGHU´ GDODP
kesempatan akan pendidikan dan Penilaian Demokratisasi di Indonesia.
pekerjaan. Di Indonesia, misalnya, Jakarta: International IDEA.

*HUDNDQ )HPLQLVPH «« 75
Namun pada umumnya para dari Presiden Soekarno pada waktu
feminis religius ini tidak didukung itu. Akan tetapi hal itu mulai terhenti
oleh para pemikir wanita yang pada setelah periode 1965, yakni setelah
waktu itu sudah mulai mengajar, dimulainya era Orde Baru. Pada masa
terutama pada sekolah-sekolah untuk itu perempuan selalu disingkirkan dari
wanita. Namun demikian, hasil dari politik, kecuali ketika dipanggil untuk
gerakan-gerakan ini telah berkembang mendukung kebijakan resmi dalam
sebagaimana hak pilih yang dimiliki peran yang telah ditentukan sebelum-
dari suatu negara ke negara lain. nya sebagai isteri dan ibu. Orde Baru
Gerakan-gerakan kemerdekaan di telah membangun ide bahwa politik
seluruh dunia, termasuk di Indonesia, bukanlah untuk perempuan dan terus
telah menghasilkan persamaan kedu- menerus menghidupkan pandangan
dukan bagi kaum wanita. EDKZD ³SHUHPSXDQ SROLWLN´ VHEDJDL
Satu hal yang perlu dicatat sesuatu yang histeris, amoral, tak
adalah, setelah hak memilih diberi- EHUJXQD GDQ EHUDGD ³GL OXDU NRQWURO
kan pada tahun 1920, gerakan VRVLDO´5.
feminisme seakan-akan tenggelam. Contoh lain yang dapat
Kedudukan kaum wanita sampai dikemukakan adalah bahwa menu-
dengan tahun 1950an tidak pernah rut ideologi nasional Orde Baru
digugat, dimana wanita yang dianggap perempuan hanya memainkan peran
ideal adalah yang berperan sebagai ibu pendukung karir suami dalam
rumah tangga, walaupun pada periode struktur formal, seperti dalam
tersebut sudah banyak yang aktif organisasi Darma Wanita, Persit
bekerja di luar rumah. Baru lah pada Kartika Candra Kirana, dan
tahun 1960an, gerakan feminisme organisasi para isteri lainnya di
mendapatkan momentum. Gerakan ini Indonesia. Perempuan dihadapkan
menjadi suatu kejutan besar bagi pada sederetan daftar yang telah
masyarakat tersebut, karena gerakan diputuskan oleh negara sebagai
ini memberikan kesadaran baru, kualitas perempuan. Hal ini dapat
terutama bagi kaum wanita, bahwa dilihat antara lain dalam Panca
peranan tradisional wanita ternyata Dharma Wanita ³:DQLWD ,QGRQHVLD
menempatkan wanita pada posisi yang adalah teman dan mitra suami, istri,
tidak menguntungkan, yaitu subor- dan manajer rumah tangga, ibu dan
dinasi wanita. pendidika bagi anak-anak, peng-
Di Indonesia, sebelum masa hasil pendapatan tambahan, dan
Orde Baru, perempuan sudah terlibat pekerja sosial warga negara Indo-
dan berpartisipasi dalam perjuangan QHVLD´6. Implikasi dari ideologi
kemerdekaan, dalam konstituante, dan
berperan dalam pemerintahan demo- 5
Katjasungka, Nusrsyahbani, et.al. 2000. Op
krasi Liberal dengan dorongan aktif cit, hal: 21.
6
Ibid, hal: 175.

76 DEMOKRASI Vol. V No. 1 Th. 2006


kekeluargaan ini tidak hanya berupa universitas-universitas di seluruh
pengukuhan terhadap peminggiran bangsa (dunia). Kaum wanita Kristen
perempuan dari kehidupan publik, di Amerika Serikat, misalnya,
tapi juga merupakan model alamiah memulai kembali perjuangan mereka
dari hirarki dan kekuasaan, wujud untuk bisa ditahbiskan di gereja.
keluarga patriarkis sebagai model Begitu juga pergerakan kaum wanita
prilaku sosial dan ketidaksetaraan di Indonesia berusaha memperoleh
dalam kepemilikan kekuasaan dan kedudukan sebagai mitra sejajar bagi
hak-hak. kaum pria dalam pembangunan
Di Amerika Serikat sendiri, bangsa. Sejak waktu itu kaum wanita
gerakan ini mendapat tantangan keras lama kelamaan menjadi semakin
terutama dari kalangan konservatif sadar bahwa jenis pekerjaan, tujuan
ekstrim yang menuduh bahwa dan dimensi kerohanian dan moral
gerakan feminisme telah menggon- kehidupan tidak sekedar dipolakan
cangkan kestabilan sosial Amerika menurut pola kaum pria. Kebanyakan
Serikat. Gerakan itu dituduh sebagai wanita, baik secara biologis maupun
gerakan anti children dan anti future. kultural, juga memusatkan kehidupan
Alasan mereka dibuktikan dengan mereka pada kelahiran anak dan
munculnya penyataan-pernyataan ge- mengembangkan hubungan. Gejala
rakan feminisme pada tahun 1960an seperti ini telah menjadi perhatian
dan 1970an yang bernada bombardir, sentral bagi gerakan pembaharuan
seperti "ibu rumah tangga adalah kebatinan di Indonesia8.
perbudakan wanita", "heteroseksual Pada tahun 1980an dan awal
adalah perkosaan", bahkan pernyataan 1990an mulai banyak terbit buku-
yang dianggap sebagian kalangan buku dan artikel-artikel mengenai
paling radikal adalah sikap gerakan ini studi wanita, terutama tentang
yang anti pernikahan (anti marriage), spiritualitas wanita, prosa dan puisi.
yang mungkin bagi kalangan feminis Agama-agama besar di dunia telah
merupakan awal perbudakan dan mengalami pengujian kembali ber-
munculnya domestikasi wanita7. dasarkan perspektif wanita. Kenya-
Tahun 1960an dan 1970an taan ini menunjukkan bahwa
dianggap sebagai munculnya gerakan tempat tradisional kaum wanita
fenimisme gelombang kedua. Di dalam agama telah mengalami dan
Amerika, kaum wanita mulai menggarisbawahi bentuk-bentuk
mendirikan berbagai organisasi dan teologi baru yang menentang
melakukan protes. Gerakan mereka kebiasaan-kebiasaan yang menin-
telah membangkitkan gelombang
kritik budaya tandingan pada 8
Koentjaraningrat, 1985. Javanese Culture,
Singapore: Oxford Univ. Press ISAS, hal:
7
Ulumul Quran. 1994. Volume 5, hal: 31. 403.

*HUDNDQ )HPLQLVPH «« 77
das selama ini. Hal ini membuk- Penolakan terhadap gerakan
tikan bahwa bentuk-bentuk teologi feminisme yang paling artikulatif saat
wanita tetap benar terhadap sema- ini dilakukan oleh kaum fundamen-
ngat agama-agama dunia9 . talisme dan revivalisme. Keduanya
Agaknya perhatian terhadap ini pada akhir abad 20 yang lalu,
kerohanian (keagamaan) kaum wani- bahkan sekarang ini menggejala
ta yang muncul dalam berbagai hampir di seluruh dunia yang pada
bentuk ini menunjukkan mulainya dasarnya merupakan gerakan protes
gerakan fenimisme gelombang ketiga. terhadap beberapa aspek dari
Kaum wanita sedang berusaha modernitas yang sekuler, yang salah
mengumpulkan kekuatan sebagai satunya adalah feminisme. Tidak lah
perantara dan yang setara di dalam mengherankan ketika kaum fun-
semua tingkat hidup dan pekerjaan. damentalis banyak memfokuskan diri
Mereka melihat jalan mereka sendiri pada gender sebagai isu utama dan
untuk memahami dunia dan mema- keluarga sebagai pusatnya dalam
sukkan seluruh pemahaman mereka ke upaya menanamkan tatanan moral dan
dalam ide-ide praktek teologis. nilai yang dipercaya sebagai cetak
Mereka menyadari bahwa situasi dari biru yang harus diwujudkan. Bagi
seluruh pengetahuan yang ada me- kaum fundamentalis, termasuk mere-
mungkinkan mereka mampu untuk ka yang berasal dari kalangan
berani menyatakan pemahaman mere- Protestan di Amerika Serikat,
ka sendiri dan sekaligus menolak cara keluarga menjadi suatu simbol utama
pemahaman spiritualitas kehidupan dari pranata moral ideal, dan
dengan berorientasi pada dunia kaum keharusan untuk kembali ke bentuk
pria. Kecenderungan-kecenderungan ideal keluarga yang merupakan
ini terjadi diantara para elit ber- prioritas tertinggi dari agenda sosial
pendidikan. Kaum wanita di negara- kalangan fundamentalis. Pada giliran-
negara berkembang tetap menghadapi nya nilai-nilai mengarah kepada
masalah-masalah kemis-kinan, setidak pembatasan peranan wanita di sektor
masalah kesehatan, kekuasaan, baik domestik dan peran-peran tradisional.
pribadi maupun kelompok. Di Ringkasnya, misi utama fun-
samping itu mereka masih harus damentalisme dalam persoalan ini
menghadapi tantangan dan penolakan adalah penguatan kembali sistem
dari berbagai kalangan. patriarki dengan pria sebagai pusat
kekuasaan, dan wanita sebagai yang
dipimpin dan dikuasai.
9
Amin, M.Mashur dan Masruchah (ed).
1992. Wanita dalam Percakapan Antar
Agama:Aktualisasinya dalam Percakapan
Pembangunan. Yogyakarta: LKPSM NU
DIY.

78 DEMOKRASI Vol. V No. 1 Th. 2006


III. GERAKAN FEMINISME DALAM mengakibatkan wanita berada pada
ERA POSMODERNISME posisi marginal.
Teologi sebagai akumulasi
Gerakan feminisme yang telah ber-
pemahaman terhadap teks-teks
kembang menjadi beberapa bentuk
ajaran agama memang cukup efek-
dan ragam pada dasarnya bermula dari
tif dalam menciptakan suatu budaya
suatu asumsi, yaitu ketidak-adilan,
dan sruktur yang determi-nistik.
adanya proses penindasan, dan
Hal ini karena pada posisi tertentu
eksploitasi. Walaupun pada proses
agama dalam kehidupan manusia
berikutnya terjadi perbedaan paham
menempati posisi dan peranan yang
mengenai apa, mengapa, dan
imperatif. Oleh karenanya, dengan
bagaimana penindasan dan eksploitasi
kedudukan semacam ini, maka apa
itu terjadi, namun sesungguhnya ada
yang akan diciptakan atas nama
kesamaan paham bahwa hakekat per-
agama dianggap bersifat mengikat
juangan wanita adalah demi ke-
ke dalam kehidupan manusia 10.
samaan, egalitas, dignitas, dan kebe-
Dalam konteks teologis, kaum
basan untuk mengontrol kehidupan.
wanita berada pada dominasi pemi-
Dengan keyakinan seperti ini,
kiran kaum pria, sehingga memun-
dalam rangka mewujudkan struktur
culkan corak paradigma teologis
masyarakat yang lebih adil dan
patriarkhis. Dalam kehidupan sosial,
makmur, maka wanita dan pria harus
teologi ini telah melahirkan dan
berjuang, bergerak bersama dalam
melegitimasi budaya patriarkhi,
satu irama dan gelombang kelas
genderisme, skisme, dan kebencian
menuju pemerdekaan dan kemer-
terhadap lawan jenis.
dekaan bagi pria dan wanita, serta
Banyak tokoh wanita sepakat
generasi yang tidak memandang
bahwa cara pandang dan sikap
perbedaan kelas antara manusia
negatif selama ini terhadap wanita
dengan manusia.
yang banyak terjadi dalam masya-
Gejala pemikiran dan gerakan
rakat, terutama masyarakat Islam,
feminisme tampaknya telah menjadi
berakar pada teologi, yaitu teologi
"mainstream" gerakan wanita kontem-
maskulin yang patriarkhi dan
porer yang jika dilihat dari titik tolak
androsentris. Jika tidak dilakukan
pemikiran yang mendasari dan sasaran
dekonstruksi terhadap dasar-dasar
kritiknya, maka dapat dikatakan
teologi yang demikian ini, maka
bahwa ia berada dalam kerangka
diskriminasi gender akan semakin
pemikiran "posmodernisme". Titik
melebar. Pada akhirnya akan memun-
tolak pemikiran ini dalam gerakan
feminisme posmodernisme adalah
adanya realitas budaya dan struktur
10
yang mendapat legitimasi teologis dari Arifin, Syamsul. 1996. Spiritualitas Islam.
ajaran agama yang telah sekian lama Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal: 15.

*HUDNDQ )HPLQLVPH «« 79
culkan kembali tradisi jahiliyah, yaitu Dapat dikatakan bahwa secara
jahiliyah modern. umum tujuan gerakan feminisme
adalah untuk menciptakan suatu
IV. PENUTUP kondisi di mana baik laki-laki maupun
perempuan dapat berpartisipasi secara
Perdebatan tentang gerakan femi-
penuh dan aktif dalam masyarakat
nisme dan hak-hak perempuan telah
tanpa diskriminasi perlakuan dan
menjadi agenda utama di banyak
prasangka negatif apa pun antara satu
negara di dunia pada saat ini, terutama
sama lain. Namun perlu digarisbawahi
sejak digulirkan dan dipropagan-
bahwa kesetaraan gender yang dicita-
dakannya persoalan tentang isu-isu
citakan oleh gerakan feminisme
global mengenai Hak Azasi Manusia
bukanlah mengacu kepada perolehan
(HAM). Di Indonesia sendiri sampai
hak istimewa bagi perempuan sehing-
saat ini persolan tentang gerakan
ga mengabaikan, apalagi merendah-
feminisme dan hak-hak perempuan
kan martabat laki-laki. Sebaliknya,
berada pada tahap di mana hak-hak
hal ini harus diartikan sebagai
perempuan tersebut dan keikut-
pendefinisian ulang terhadap peran
sertaannya dalam segala aspek
gender dan koreksi terhadap stereotip
kehidupannya masih diperdepatkan
dan ketidakseimbangan akses gender
dan merupakan suatu proses penye-
selama ini.
lesaian yang panjang dan sukar
diselesaikan.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ahmed, Akbar S. 1992. Postmodernism and Islam:Predicament and Promise.


(Penerjemah:M. Sirozi, 1996). Bandung: Mizan.
Arifin, Syamsul. 1996. Spiritualitas Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Amin, M.Mashur dan Masruchah (ed). 1992. Wanita dalam Percakapan Antar
Agama:Aktualisasinya dalam Percakapan Pembangunan. Yogyakarta:
LKPSM NU DIY.
Danim, Sudarwan. 1995. Transformasi Sumber Daya Manusia: Analisis
Fungsi Pendidikan, Dinamika Prilaku dan Kesejah-teraan Indonsia Masa
Depan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kartowijono, Sujatin. 1982. Perkembangan Pergerakan Wanita Indonesia,
Jakarta: PT.Inti Indayu Press.
Katjasungka, NusrsyahbanL HW DO ³*HQGHU´ GDODP Penilaian Demokratisasi
di Indonesia. Jakarta: International IDEA.

80 DEMOKRASI Vol. V No. 1 Th. 2006


Koentjaraningrat, 1985. Javanese Culture, Singapore: Oxford Univ. Press ISAS.
Ulumul Quran. 1994. Volume 5.
Wirosardjono, Sutjipto. 1995. Dialog dengan Kekuasaan: Esai-esai tentang
Agama, Negara dan Rakyat.Bandung: Mizan.

74 DEMOKRASI Vol. V No. 1 Th. 2006

Anda mungkin juga menyukai