Anda di halaman 1dari 12

ASAS-ASAS DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN

UMUM DI INDONESIA MENURUT FIQH SIYASAH


Frenki, M.Si.
Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung
Jl. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung
Email: frenki_lempow@yahoo.com

Abstrak: Asas-Asas dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum di Indonesia Menurut


Fiqh Siyasah. Indonesia menganut sistem demokrasi dalam Pemilu. Namun pelaksanaan
demokratik-sekuleristik sangat jelas bertentangan dengan aqidah dan syariah Islam. Akan tetapi
Allah Maha Tahu dan Maha Hakim untuk memilih jalan menuju keadilan. Apapun jalan yang bisa
membawa tegaknya keadilan maka hal itu merupakan bagian dari agama. Pelaksanaan Pemilu di
Indonesia menganut sistem demokrasi bedasarkan asas; bebas, lansung, jujur dan adil untuk
memilih anggota DPR, DPD dan DPRD, Presiden dan Wakil Presiden, Gubernur, Bupati dan
Walikota. Sedangkan Pelaksanaan Pemilu dalam ketatanegaraan Islam dapat dilihat dalam
pemilihan Khulafaur Rasyidun, dimana mereka diangkat menjadi khalifah dengan cara pemilihan.
Secara umum dalam ketatanegaraan Indonesia terdapat nilai-nilai ketatanegaraan Islam, hal ini
dapat dilihat bahwa konsep musyawarah, persamaan dan keadilan sudah berjalan sebagaimana
mestinya, namun demikian dalam praktik masih terdapat ketidaksesuaian.
Kata Kunci: Demokrasi, Pemilu, Fiqh Siyasah.

A. Pendahuluan
Allah SWT menggariskan bahwa 
dalam umat harus ada pemimpin yang 
menjadi pengganti dan penerus fungsi 
kenabian untuk menjaga terselenggaranya
 
ajaran agama, memegang kendali politik,
membuat kebijakan yang dilandasi syariat 
agama dan menyatukan umat dalam A
kepemimpinan yang tunggal. Imamah 
(kepemimpinan Negara) adalah dasar bagi  
terselenggaranya dengan baik ajaran-ajaran  
agama dan pangkal bagi terwujudnya  
kemaslahatan umat, sehingga kehidupan  
masyarakat menjadi aman sejahtera.1
 
Pemilihan kepemimpinan merupakan
salah satu urusan utama dalam sistem  A
masyarakat Islam. Keutamaan ini dapat 
dilihat dalam surat An-Nisa’ [4] ayat 59: 

1 Imam Al-Mawardi, Hukum Tata Negara dan

Kepemimpinan dalam Takaran Islam, Cet. V,
Jakarta: Gema Insani Press, 2000, h. 14.  
54
  Pemilu merupakan sebuah agenda besar
 negara demokrasi.
  Indonesia menganut sistem demokrasi
Hai orang-orang yang beriman, taatilah dalam Pemilu. Pelaksanaan Pemilu di Indonesia
Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil merupakan media untuk melanggengkan
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu rezim demokratik-sekuleristik yang jelas-
berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka jelas bertentangan dengan aqidah dan
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan syariah Islam. Akan tetapi Allah Maha
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar Tahu dan Maha Hakim untuk memilih jalan
beriman kepada Allah dan hari kemudian. menuju keadilan dan memberinya ciri dan
yang demikian itu lebih utama (bagimu) tanda. Maka apapun jalan yang bisa
dan lebih baik akibatnya. membawa tegaknya keadilan maka hal itu
Hal ini terbukti pula dalam peristiwa merupakan bagian dari agama dan tidak
pembai’atan Abu Bakar r.a. segera setelah bertentangan dengan agama.
wafatnya Rasulullah SAW. oleh para Pada akhirnya yang paling dibutuhkan
sahabat senior baik dari kalangan Muhajirin adalah al-fiqh atau pemahaman yang baik
maupun Anshar di balai pertemuan Saqifah dan bijak akan nilai-nilai syari’ah Allah,
Bani Saidah.2 agar dapat melaksanakannya secara tepat
Pemilihan khalifah oleh para wakil dari dan benar sesuai dengan yang dikehendaki
masing-masing golongan inilah yang oleh Allah SWT yang menurunkan rahmat
kemudian menjadi landasan para ulama bagi alam semesta. Atas dasar itu,
untuk merumuskan istilah Ahlu Al-Halli Wa pengkajian terhadap Pemilu di Indonesia
Al-‘Aqd, yaitu sebutan bagi orang-orang sangat relevan bila dikaitkan dengan nilai-
yang bertindak sebagai wakil ummat untuk nilai ketatanegaraan Islam.
B. Pembahasan
menyuarakan hati nurani mereka. Menurut
Abdul Karim Zaidan, tugasnya antara lain 1. Pengertian Pemilihan Umum
memilih khalifah, Imam atau pemimpin Pemilihan Umum (Pemilu) dapat dikatakan
negara secara langsung.3 sebagai sebuah aktivitas politik dimana
Tidak hanya dalam sistem masyarakat Pemilu merupakan lembaga sekaligus juga
Islam, pemilihan pemimpin juga menjadi praktis politik yang memungkinkan
topik kajian penting dalam sistem terbentuknya sebuah pemerintahan
demokrasi. Dimana, pelaksanaan Pemilihan perwakilan. Seperti yang telah dituliskan di
5

Umum (Pemilu) menjadi tolak ukur atas bahwa di dalam negara demokrasi,
demokrastisasi sebuah negara. Tolok ukur Pemilu merupakan salah satu unsur yang
yang dimaksud disini adalah dalam hal sangat vital, karena salah satu parameter
kualitas penyelenggaraan Pemilu tersebut, mengukur demokratis tidaknya suatu negara
yaitu tingkat kebebasan, keadilan, frekuensi adalah dari bagaimana perjalanan Pemilu
(berkala), kerahasiaan dan lain-lain. Selain yang dilaksanakan oleh negara tersebut.
itu, Pemilu dianggap sebagai salah satu Demokrasi adalah suatu bentuk
lembaga politik yang paling banyak pemerintahan oleh rakyat.6
membentuk bentang politik dalam dinamika Implementasi dari pemerintahan oleh
demokrasi serta memiliki lebih banyak rakyat tersebut adalah dengan memilih
memiliki varian dibandingkan dengan wakil rakyat atau pemimpin nasional
lembaga politik lainnya.4 Karena itu,
Singkat, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001, h.
2 J. Suyuti Pulungan, Fiqh Siyasah, Ajaran, 180.
Sejarah dan Pemikiran, Cet. Ke-5, Jakarta: PT. 5 Syamsuddin Haris, Menggugat Pemilihan

Rajagrafindo Persada, 2002, h. 102. Umum Orde Baru, Sebuah Bunga Rampai, Jakarta:
3 Ibid., h. 66. Yayasan Obor Indonesia dan PPW-LIPI, 1998, h. 7.
4 Robert A. Dahl, Perihal Demokrasi; 6 G. Sorensen, Demokrasi dan Demokratisasi,

Menjelajahi Theori dan Praktek Demokrasi Secara Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, h. 1.
55
melalui mekanisme yang dinamakan 2. Pelaksanaan Pemilihan Umum di
dengan Pemilihan Umum. Jadi Pemilihan Indonesia
Umum adalah satu cara untuk memilih Pelaksanaan pemilihanumum di Indonesia
wakil rakyat.7 dilakukan mengingat adanya Konstitusi
Sebagai suatu bentuk implementasi dari UUD 1945, dimana wujud pelaksanaan
demokrasi, Pemilu selanjutnya berfungsi kedaulatan rakyat dalam sebuah Negara
sebagai wadah yang menyaring calon-calon dengan melaksanakan sistem demokrasi. Perlu
wakil rakyat ataupun pemimpin negara diketahui negara Indonesia menganut
yang memang benar-benar memiliki sistem Pemilu Proporsional, dalam Undang-
kapasitas dan kapabilitas untuk dapat Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang
mengatasnamakan rakyat. Selain daripada Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan
sebagai suatu wadah yang menyaring wakil DPRD sepakat memilih sistem proporsional
rakyat ataupun pemimpin nasional, Pemilu terbuka. Sistem proporsional terbuka ini
juga terkait dengan prinsip negara hukum merupakan sistem dimana pemilih/rakyat
(rechtstaat), karena melalui Pemilu rakyat diberikan pilihan secara langsung kepada
dapat memilih wakil-wakilnya yang berhak calon wakil mereka masing-masing untuk
menciptakan produk hukum dan melakukan mendapatkan kursi di parlemen. Dengan
pengawasan atau pelaksanaan kehendak- begitu, para wakil rakyat dapat semakin
kehendak rakyat yang digariskan oleh dekat dengan konstituennya, sehingga
wakil-wakil rakyat tersebut. Dengan adanya akuntabilitas dalam melaksanakan
Pemilu, maka hak asasi rakyat dapat fungsinya terhadap rakyat semakin nyata.
disalurkan, demikian juga halnya dengan Hal tersebut, para rakyat yang diwakili
hak untuk sama di depan hukum dan dapat menuntut kepada para wakilnya untuk
pemerintahan.8 melakukan yang terbaik untuk rakyat. Jika
Pemilu ternyata telah menjadi suatu hal itu tidak terpenuhi, para wakil akan
jembatan dalam menentukan bagaimana memperoleh hukuman pada Pemilu berikutnya
pemerintahan dapat dibentuk secara untuk tidak dipilih kembali.10
demokratis. Rakyat menjadi penentu dalam Melihat pengalaman Pemilu 2014, para
memilih pemimpin maupun wakilnya yang kandidat Pemilu legislatif berjuang secara
kemudian akan mengarahkan perjalanan individu meraih suara sebanyak-banyaknya
bangsa. Pemilu menjadi seperti di daerah pemilihan. Hal ini membuat para
transmission of belt, sehingga kekuasaan kandidat menghalalkan segala cara untuk
yang berasal dari rakyat dapat berubah mendapatkan kursi, termasuk dalam hal
menjadi kekuasaan negara yang kemudian pendanaan kampanye serta manuver politik.
menjelma dalam bentuk wewenang- Tidak jarang terjadi persaingan antar caleg
wewenang pemerintah untuk memerintah dan berpotensi memicu konflik, baik antar
dan mengatur rakyat. Dalam sistem politik, caleg satu partai maupun caleg beda partai.
Pemilu bermakna sebagai saran Pemilu yang berkualitas dapat dilihat
penghubung antara infrastruktur politik dari dua sisi, yaitu sisi proses dan sisi hasil.
dengan suprastruktur politik, sehingga Apabila dilihat dari sisi proses Pemilu dapat
memungkinkan terciptanya pemerintahan dikatakan berkualitas jika Pemilu tersebut
dari oleh dan untuk rakyat.9 berlangsung secara demokratis, jujur, adil,
serta aman, tertib, dan lancar. Sedangkan
7 Mashudi, Pengertian-Pengertian Mendasar apabila Pemilu dilihat dari sisi hasil, Pemilu
Tentang Kedudukan Hukum Pemilihan Umum di dapat dikatakan berkualitas jika Pemilu
Indonesia Menurut UUD 1945, Bandung: Mandar tersebut dapat menghasilkan wakil-wakil
Maju, 1993, h. 2.
8 Moh. Mahfud MD, Hukum dan Pilar-Pilar rakyat, dan pemimpim negara yang mampu
Demokrasi, Yogyakarta: Gama Media, 1999, h. 221-
222. Rajagrafindo Persada, 2003, h. 23.
9 Ronald Chilcotte, Teori Perbandingan 10 http://www.marzukialie.com, diakses pada

Politik, Penelusuran Paradigma, Jakarta: tanggal 2 Mei 2016.


56
mewujudkan cita-cita nasional, yang berdasarkan politik uang, ikatan jasa
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan dan intervensi haruslah dilarang oleh
UUD Negara Republik Indonesia Tahun undang-undang. Perlu regulasi (pengaturan)
1945 dan mengangkat harkat dan martabat mengenai batasan yang jelas yang
bangsa dan negara di mata masyarakat menyatakan pelaksanaan kampanye-
Internasional. kampanye pemilihan umum boleh
3. Asas-Asas dalam Pelaksanaan dilaksanakan.
Pemilu di Indonesia Konstitusi Indonesia mengatur
Pemilu diibaratkan seperti permainan mengenai Pemilu di Indonesia di dalam
sepak bola. Apabila setiap pemain bola itu Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 22E,
dibiarkan menggunakan segala taktik dan untuk menjamin hak rakyat Indonesia
cara sesuka hatinya tanpa mengikuti dalam memilih pemimpin dan wakil pilihan
peraturan yang ditetapkan oleh wasit mereka. Dalam Undang-Undang Dasar
permainan itu, maka sudah pasti pemain 1945 Pasal 22E dijelaskan Pemilu
akan meninggalkan permainan sepak bola dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
itu dan mengantinya dengan adu tinju, juga rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun
diikuti oleh para penonton dari kedua belah sekali sesuai dengan Undang-Undang
pihak yang bertanding. Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Demikian juga halnya dengan Pemilu, Penyelenggara Pemilihan Umum.
seandainya seorang calon itu boleh Pelaksanaan Pemilu di Indonesia
menggunakan segala cara dan taktik yang menganut asas “Luber” yang merupakan
kotor dan tidak mengikuti pedoman singkatan dari “Langsung, Umum, Bebas
peraturan pelaksana yang bertujuan ingin dan Rahasia”. Asas “Luber” sudah ada
menjatuhkan calon lawannya, maka tidak sejak zaman Orde Baru. Kemudian di era
ada maknanya Pemilu itu dilaksanakan. reformasi berkembang pula asas “Jurdil”
Salah satu di antaranya adalah disebabkan yang merupakan singkatan dari “Jujur dan
siapa yang kuat, kaya dan mempunyai Adil”. Adapun yang dimaksud dengan asas
banyak uang sudah pasti akan menang. “Luber dan Jurdil” dalam Pemilu menurut
Tetapi suara yang diperoleh oleh calon- Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012
calon yang menggunakan cara dan taktik tentang Pemilihan Umum anggota DPR,
seperti itu biasanya tidak ikhlas dari hati DPD dan DPRD, asas Pemilu meliputi:
nurani para pemilih. Suara itu datang dari a. Langsung, artinya rakyat pemilih
hati yang dipenuhi oleh uang yang diberi mempunyai hak untuk secara
atau dijanjikan kepada para pemilih. langsung memberikan suaranya
Mungkin juga hati sudah diikat oleh sesuai dengan kehendak hati
jasa yang telah diberikan calon, atau karena nuraninya tanpa perantara.
rasa takut karena intervensi calon kepada si b. Umum, artinya semua WN yang
pemilih. Pemilu semacam itu sudah tentu telah berusia 17 tahun atau telah
tidak bebas dan tidak adil. Keputusannya menikah berhak untuk ikut memilih
tidak boleh diterima dan dihormati oleh dan telah berusia 21 tahun berhak
siapapun, karena akan menyebabkan di pilih dengan tanpa ada
kekacauan yang akhirnya akan membuat diskriminasi (pengecualian).
sebuah negara yang diktator untuk c. Bebas, artinya rakyat pemilih
mengawal ketenteraman dalam negeri. berhak memilih menurut hati
Pemilu hendaknya dilaksanakan secara nuraninya tanpa adanya pengaruh,
bebas dan bersih, yaitu Pemilu yang tekanan atau paksaan dari
memberi kebebasan kepada setiap pemilih siapapun/dengan apapun.
untuk memberi suaranya kepada para calon d. Rahasia, artinya rakyat pemilih
atau partai politik menurut pilihannya dijamin oleh peraturan tidak akan
sendiri.Ini berarti segala taktik dan cara diketahui oleh pihak siapapun dan

57
dengan jalan apapun siapa yang Mayoritas ulama syariat dan pakar
dipilihnya atau kepada siapa undang-undang konstitusional meletakkan
suaranya diberikan (secret ballot). “musyawarah” sebagai kewajiban keislaman dan
e. Jujur, dalam penyelenggaraan nilai konstitusional yang pokok di atas nilai-
pemilu, penyelenggaraan pelaksana, nilai umum dan dasar-dasar baku yang telah
pemerintah dan partai politik peserta ditetapkan oleh nash-nash al-Qur’an dan
pemilu, pengawas dan pemantau hadits-hadits nabawi. Oleh karena itu
pemilu, termasuk pemilih, serta musyawarah itu lazim dan tidak ada alasan
semua pihak yang terlibat secara bagi seseorang pun untuk meninggalkannya.13
tidak langsung, harus bersikap jujur Mayoritas ulama fikih dan para peneliti
sesuai dengan peraturan perundang- berpendapat bahwa musyawarah adalah
undangan yang berlaku. nilai hukum yang bagus. Ia merupakan
f. Adil, dalam penyelenggaraan jalan untuk menemukan kebenaran dan
pemilu setiap pemilihan dan partai mengetahui pendapat yang paling tepat. Al-
politik peserta pemilu mendapat Qur’an memerintahkan musyawarah dan
perlakuan yang sama serta bebas menjadikannya sebagai satu unsur dari
dari kecurangan pihak manapun. unsur-unsur pijakan negara Islam.
Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor Adapun yang dimaksud dengan
15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara “musyawarah” dalam istilah politik adalah
Pemilihan Umum, asas dalam pemilihan hak partisipasi rakyat dalam masalah-
umum terdapat dalam Pasal 2 yaitu: a. masalah hukum dan pembuatan keputusan
Mandiri. b. Jujur. c. Adil. d. Kepastian hukum. politik. Jika hak partisipasi rakyat ini tidak
e. Tertib penyelenggara pemilu. f. ada dalam masalah-masalah hukum, maka
Keterbukaan. g. Proporsionalitas. h. sistem hukum itu adalah sistem hukum
Profesionalitas i. Akuntabilitas. J. Efisiensi dan dikatatorial atau totaliter. Jika dinisbatkan
k. Efektivitas. kepada sistem Islam, maka kediktatoran itu
4. Nilai-Nilai dalam Pelaksanaan diharamkan dalam agama Islam sebab
Pemilu Menurut Fiqh Siyasah bertentangan dengan akidah dan syariat.
Islam menetapkan nilai-nilai dasar Ibnu Taimiyah berkata: “Pemimpin
dalam kehidupan politik, termasuk dalam tidak boleh meninggalkan musyawarah
pelaksanaan pemilihan seorang pemimpin. sebab Allah SWT memerintahkan Nabi-
Ada nilai-nilai utama menurut sebagian ahli Nya dengan hal itu. Al-Qurtubi menukil
fikih syariatadalah musyawarah, adil,dan dari Athiyah sebagaimana dinukilkan juga
persamaan.11 oleh Abu Hayyan dalam al-Bahru al-
a. Nilai Musyawarah Muhith: “Musyawarah termasuk salah satu
Kata “syura” berasal dari sya-wa-ra, kaidah-kaidah syariat dan sendi-sendi
yang secara etimologis berarti hukum. Pemimpin yang tidak
“mengeluarkan madu dari sarang lebah”. bermusyawarah dengan ahli ilmu dan
Sejalan dengan pengertian ini, kata “syura” agama maka wajib diberhentikan. Ini
atau dalam bahasa Indonesia menjadi ketentuan yang tidak ada yang
“musyawarah” mengandung makna segala membantahnya. 14

sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan Ada tiga ayat yang menyebutkan secara
dari yang lain (termasuk pendapat) untuk jelas akan adanya musyawarah, dan setiap
memperoleh kebaikan. Hal ini semakna satu dari dua ayat itu mempunyai petunjuk
dengan pengertian lebah yang masing-masing. Pertama, firman Allah
mengeluarkan madu yang berguna bagi SWT dalam surat al-Imran [3] ayat 159:
manusia.12  
11Abdul Wahalab Khallaf, As-Siyasah Asy- Bandung: Mizan, 1996, h. 469.
Syar’iyah, Cet. I, 1931, h. 19. 13 Farid Abdul Khaliq, Op.Cit., h. 35.
12 M. Quraishal Shihab, Wawasan al-Qur’an, 14 Ibid.

58
   mereka menginfakan sebagian dari rezeki
   yang kami berikan kepada mereka.
  Kemudian nilai musyawarah yang
terkandung dalam surat al-Baqarah [2] ayat

233:
 
   
  
  
  
  
  
    
  
  
     
 
 
     
Maka berkat rahmat Allah engkau
(Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap    
mereka. Sekiranya engkau bersikap keras 
dan berhati kasar, tentulah mereka 
menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu  
maafkanlah mereka dan mohonkanlah  
ampun untuk mereka, dan  
bermusyawarahlah dengan mereka dalam 
urusan itu, kemudian, apabila engkau telah

membulatkan tekad, maka bertakwalah
kepada Allah. Sesunguhnya Allah mencintai   
orang yang bertawakal.  
Kedua firman Allah dalam surat asy-   
Syura [42] ayat 38: 
  
 
  
  
 
 
 
  
  
  
  
Dan (bagi) orang-orang yang menerima 
(mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan  
shat, sedang urusan mereka (diputuskan) 
dengan musyawarah antara mereka, dan
59
 b. Nilai Keadilan
   Kata dasar adilberasal dari kata Arab
 ‘adl yang berarti lurus, keadilan, tidak berat
sebelah, kepatutan, kandungan yang sama.
 
Kata kerjanya, ‘adala, ya’dilu,
Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-
berartiberlaku adil, tidak berat sebelah dan
anaknya selama dua tahun penuh bagi
patut, sama, menyamakan, berimbang dan
Yang ingin menyusui secara sempurna.
seterusnya.16John Penrice dalam Dictionary
Dan kewajiban bapak menanggung nafkah
and Glosary of the Qur’an
dan pakaian mereka dengan cara yang
menjelaskanbahwa kata kerja ‘adala dalam
baik. seseorang tidak dibebani lebih dari
al-Qur’an mempunyai berbagai arti. Ia dapat
kemampuannya. Janganlah seseorang ibu itu
berartimengurus dengan adil, menegakkan
menderita karena anaknya, dan (jangan
keadilan(Q.S. as-Syura: 14), menyimpang
juga seseorang bapak itu menderita karena
dari keadilan(Q.S an-Nissa: 134),
anaknya; dan ahli waris juga menanggung
memandang sama(Q.S al-An’am: 1),
kewajiban seperti itu pula. Apabila
membayar dengan sama(Q.S. al-An’am: 69)
keduanya ingin menyapih dengan
menyocokkan dengan benar(Q.S. al-
persetujuan dan permusyawaratan antara
Infithar: 7).
keduanya, maka tidak ada dosa atas
Sementara itu, kata al-‘adl dalam al-
keduanya. Dan jika kamu ingin menyusukan
Qur’an menurut al-Baidhawi bermakna“
anakmu kepada orang lain, maka tidak ada
pertengahan dan persamaan, sedangkan Sayyid
dosa bagimu memberikan pembayaran,
Quthub menekankan atas dasarpersamaan
dengan cara yang patut. Bertakwalah
sebagai asas kemanusiaan yang dimiliki
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
oleh setiap orang. Keadilan baginyabersifat
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
inklusif, tidak eksklusif untuk golongan
Sepintas terkesan bahwa ayat yang
tertentu, sekalipun seandainya
berbicara tentang musyawarah sangat sedikit
yangmenetapkan keadilan itu orang muslim
dan itu pun hanya bersifat sangat umum dan
untuk orang non-muslim.17
global, al-Qur’an memang tidak membicarakan
Allah SWT menjadikan al-’adl
masalah ini lebih jauh dan detil. Kalau
(berlaku adil) dan al-Qisth sama artinya
dilihat secara mendalam, hikmahnya tentu
sebabhal itu merupakan dasar setiap apa
besar sekali. Al-Qur’an hanya memberikan
yang telah ditetapkan oleh Allah Yang
seperangkat nilai-nilai yang bersifat
MahaBijaksana dari nilai-nilai menyeluruh
universal yang harus diikuti umat Islam.
dan kaidah-kaidah umum dalam syariat-
Sementara masalah cara, sistem bentuk dan
Nya. Halitu adalah sistem Allah dan
hal-hal lainnya yang bersifat terknis
syariat-Nya, dan atas dasarnya dunia dan
diserahkan sepenuhnya kepada manusia sesuai
akhirat manusiaakan beruntung. Di dalam
dengan kebutuhan mereka dan tantangan
al-Qur’an nilai keadilan di jelaskan di
yang mereka hadapi. Jadi, al-Qur’an
dalam surat An-Nisaa’ [4] ayat 58:
menganut nilai bahwa untuk masalah-
masalah yang bisa berkembang sesuai  
dengan kondisi sosial, budaya, ekonomi dan  
politik umat Islam, maka al-Qur’an hanya 
menetapkan garis-garis besarnya saja.
Seandainya masalah musyawarah ini
Doktrin Politik Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama,
dijelaskan al-Qur’an secara rinci dan kaku, 2007, h. 186.
besar kemungkinan umat Islam akan 16 Rifyal Ka’bah, Politik dan Hukum dalam al-

mengalami kesulitan ketika berhadapan Qur’an, Jakarta: Khairul Bayan, 2005, h. 82.
dengan realitas sosial yang berkembang.15 17 J. Suyuti Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan

dalam Piagam Madinah: Ditinjau dari Pandangan


al-Qur’an, Cet. I, Jakarta: RajaGrafindo Persada,
15 Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi 1994, h. 225.
60
 nilai “berlaku adil” di antara manusia, baik
  dalam ayat-ayat makkiyah atau ayat-ayat
  madaniyah, dan peringatan al-Qur’an
terhadap lawannya, yaitu “berlaku zalim”
 
dalam ayat-ayat makkiyah atau ayat
  madaniyah, tampak jelas secara umum atau
 A secara khusus, terhadap orang yang kita
  sukai atau orang yang kita benci, baik
 dalam keadaan damai atau dalam keadaan
  perang, baik dalam perkataan atau dalam
    perbuatan, baik terhadap diri sendiri atau
 terhadap orang lain. Dengan demikian
jelaslah bahwa “berlaku adil” adalah
 
manhaj Allah dan syariat-Nya. Allah SWT
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
mengutus para rasul-Nya dan menurunkan
supaya menyerahkan Segala jenis amanah
kitab-kitab-Nya agar manusia berlaku
kepada ahlinya (yang berhak
adil.19Adil adalah tujuan dalam Negara
menerimanya), dan apabila kamu
Islam, adil adalah menegakkan agama dan
menjalankan hukum di antara manusia,
mewujudkan kemaslahatan rakyat dan sebagai
(Allah menyuruh) kamu menghukum
bukti sebaik-baik umat.
Dengan adil. Sesungguhnya Allah Dengan
c. Nilai Persamaan
(suruhanNya) itu memberi pengajaran
Sesungguhnya Islam telah membuat dasar-
Yang sebaik-baiknya kepada kamu.
dasar sistem politik musyawarah yang
Sesungguhnya Allah sentiasa Mendengar,
menerapkan nilai persamaansebelum Barat
lagi sentiasa Melihat.
mengenalnya dan menyebutkannya dalam
Ayat yang turun tentang ulil amri ini
perundang-undangan sejak lebih dari 14
menerangkan bahwa mereka harus
abad silam. Begitu juga dengan nilai
menyampaikan amanah kepada orang yang
musyawarah, dimana undang-undang positif
berhak menerimanya, yaitu perkara umum
tidak mengenalnya kecuali setelah revolusi
yang harus dilaksanakan oleh penguasa.18Dan
Perancis, selain undang- undang Inggris yang
apabila mereka menetapkan hukum di antara
telah mengenalnya di abad ke-17 dan
manusia, dia harus menetapkannya dengan
ditetapkan oleh Undang-undang Amerika
adil. Kesimpulannya bahwa tujuan
setelah pertengahan abad ke-18.
penguasa dengan keputusannya tersebut
Syariat Islam berbeda dengan yang
adalah memberikan hak kepada yang
lainnya dalam menetapkan persamaan hak
berhak.
secara mutlak yang tidak diputuskan
Perhatian al-Qur’an dengan mengukuhkan
kecuali sesuai dengan keadilan. Maka tidak
18 Lihat al-Mawardi al-Ahalkam As-
ada ikatan dan tidak ada pengecualian.
Sulthaniyah, Kairo: Daar Falah, 2006, h. 40. Disana Persamaan hak adalah persamaan yang
ia berkata: “Dan yang harus dilakukan oleh sempurna antara individu rakyat.
pemimpin dari perkara-perkara umum ada 10 Dalam prakteknya nilai persamaan
macam; 1) memelihalara agama berdasarkan dasar- dapat dilihat dari peristiwa hijrahnya Nabi ke
dasar yang baku, 2) melaksanakan hukum, 3)
menjaga kehalormatan Negara, 4) menegakkan
Madinah. Maka ketika beliau hijrah ke
sanksi, 5) membela, 6) berjihad melawan orang yang Madinah dan kemudian membuat perjanjian
memusuhi Islam setelah memperingatkannya, 7) tertulis, beliau menetapkan seluruh
menarik pajak dan mengumpulkan sedekah, 8) penduduk Madinah memperoleh status yang
membagikan apa yang harus dibagi dari baitul mal, sama atau persamaan dalam kehidupan
9) meminta pendapat kepada orang-orang yang
terpercaya dan mengikuti saran para penasihat, 10)
sosial. Ketetapan piagam tentang nilai
memantau langsung segala perkara dan situasi agar persamaan ini dapat dilihat pada beberapa
dia dapat melaksanakan dengan benar politik umat
dan memelihara agama. 19 Farid Abdul Khaliq, Op.Cit., h. 204.
61
pasal Piagam Madinah, diantaranya: antara seluruh manusia, sekalipun mereka
1) Dan bahwa orang Yahudi yang berbangsa-bangsa atau berbeda warna kulit.
mengikuti kami akan memperoleh Umat manusia seluruhnya adalah sama.
hak perlindungan dan hak persamaan Keutamaan masing-masing terletak pada
tanpa ada penganiayaan dan tidak kadar takwanya kepada Tuhan.24
ada orang yang membantu musuh Persamaan seluruh umat manusia juga
mereka (pasal 16).20 ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-
2) Dan bahwa Yahudi al-Aus, sekutu Nya, surat an-Nisaa’ [4] ayat 1:
mereka dan diri (jiwa) mereka 
memperoleh hak seperti apa yang 
terdapat bagi pemilik shahifat ini 
serta memperoleh perlakuan yang
 
baik dari pemilik shahifat ini (pasal
46).21  
Ketetapan ini berkaitan dengan  
kemaslahatan umum yang menjamin hak-  
hak istimewa mereka sebagaimana hak dan 
kewajiban yang dimiliki oleh kaum  
muslimin. Ketetapan tersebut disamping  
bersifat umum juga bersifat khusus, yaitu  
persamaan akan hak hidup, hak keamanan

jiwa, hak perlindungan baik laki-laki
maupun perempuan, dan baik golongan  
Islam maupun golongan non-muslim. 
Dengan begitu Piagam Madinah tidak 
mengenal kategori dikotomi di antara  
manusia. Golongan Islam dan penduduk   
lain samasama diakui hak-hak sipilnya, 
tidak satu golongan pun yang  
diistimewahkan. 22
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Nilai persamaan manusia diperkuat Tuhanmu yang telah menciptakan kamu
pula oleh Nabi dengan dari diri yang satu, dan daripadanya Allah
sabdanya:“Wahaimanusia, ingatlah menciptakan isterinya, dan daripada
sesungguhnya Tuhan kamu satu dan bapak keduanya Allah memperkembangbiakan
kamu satu. Ingatlah tidakada keutamaan orang laki-laki dan perempuan yang banyak….
Arab atas orang bukan Arab, tidak ada Implementasi nilai persamaan dalam
keutamaan orang bukanArab atas orang perspektif Piagam Madinah dan al-Qur’an
Arab, orang hitam atas orang berwarna, pada hakikatya bertujuan agar setiap orang
orang berwarna atas oranghitam, kecuali atau golongan menemukan harkat dan
karena takwanya”.23 martabat kemanusiaannya dan dapat
Hadits ini menerangkan bahwa dari mengembangkan potensinya secara wajar
segi kemanusiaan tidak ada perbedaan dan layak. Nilai persamaan juga akan
menimbulkan sifat tolong-menolong dan
20 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: sikap kepedulian sosial antara sesama, serta
Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, edisi V, Jakarta: UI solidaritas sosial dalam ruang lingkup sosial
Press, 1993, h. 12.
21 Ibid., h. 15. yang luas.
22 J. Suyuti Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan,

Op.Cit., h. 151.
23 Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam

Ahmad dari Abu Badhrat (al-Mundzir bin Malik). 24J. Suyuti Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan,
Lihat Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, Jilid V, h. 441. Op.Cit., h. 153.
62
5. Pelaksanaan Pemilihan Umum di tahun yang lalu. Agama Islam pertama kali
Indonesia Menurut Fiqh Siyasah dibawa ke Indonesia oleh pedagang-
Sebagai agama yang paripurna, Islam pedagang Arab ke pesisir Acer pada abad
tidak hanya mengatur dimensi hubungan ke-7 M atau abad 1 Hijriyah. Sejak itu
antara manusia dengan khaliknya, tetapi orang Indonesia memeluk agama Islam.
juga antara sesama manusia. Islam adalah Budaya Islam yang sangat kuat
agama universal artinya semua nilai-nilai pengaruhnya terhadap kehidupan sosial
yang diajarkan dapat dipraktekan dalam bermasyarakat di Indonesia juga
kehidupan sosial bermasyarakat dan bernegara. berpengaruh kepada hal-hal yang berkaitan
Di antara nilai-nilai yang dapat di jadikan dengan praktek kenegaraan.
sandaran berpijak adalah nilai musyawarah, Salah satu hal yang membuktikan
nilai keadilan, nilai persamaan, dan masih bahwa Indonesia begitu kuat dengan nilai-
banyak lagi nilai-nilai yang terkandung di nilai keislamannya adalah dalam
dalam Islam yang dapat di selenggarakan melaksanakan Pemilu, dimana dalam
dalam pemerintahan. teorinya banyak mengadopsi nilai-nilai
Kemudian apakah nilai-nilai tersebut ketatanegaraan Islam. Seperti telah
dapat dilaksanakan di negara-negara disebutkan di atas bahwa nilai-nilai
demokrasi seperti halnya Indonesia. Di ketatanegaraan Islam baik berupa nilai
dalam konstitusi dijelaskan bahwa musyawarah, nilai keadilan, nilai
Indonesia merupakan sebuah Negara yang persamaan dapat diterima dan dilaksanakan
mengamalkan sistem demokrasi. Umumnya di negara Indonesia.
negara yang menganut paham demokrasi Kemudian dibuktikan pula dari penerapan
mencantumkan adanya penegakkan hak nilai ketatanegaraan Islam adalah nilai
asasi manusia, dimana dalam melaksanakan musyawarah, kalau kita melihat praktek
hak asasi manusia harus adanya nilai-nilai nilai musyawarah dalam Islam di jalankan
persamaan, keadilan, serta adanya fungsinya oleh Ahlu Halli wal Aqdi sebagai
pelaksanaan Pemilu agar terpeliharanya lembaga representasi (perwujudan) dari
sebuah negara yang berdemokrasi. rakyat di Indonesia juga dikenal istilah
Nilai-nilaikonstitusional seperti nilai Lembaga Legislatif, suatu badan
musyawarah, nilai keadilan, dan nilai perundangan bagi Indonesia yaitu Majlis
persamaan dianggap seperti hak-hak Allah Permusyawaratan Rakyat (MPR), terdiri
dalam bidang politik, karena sejauh mana atas Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
hal itu dianggap sebagai hak umat Islam Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dipilih
untuk menuntut para penguasa agar melalui pemilihan umum.25
menghormati nilai-nilai konstitusional atau Selanjutnya adalah penerapan nilai
etika-etika politik. keadilan juga dapat dilihat dari
Indonesia adalah sebuah negara penyelenggaraan Pemilu yang dilaksanakan
pluralime yang menganut banyak agama. di Indonesia, dimana lembaga yang
Rakyat di negara Indonesia mengamalkan dinamakan Komisi Pemilihan Umum
agama-agama yang berlainan seperti agama (KPU) Penyelenggara Pemilu berpedoman
Islam, Hindu, Buddha, Kristian dan kepada asas: mandiri, jujur, adil, kepastian
kepercayaan lain. Namun mayoritas hukum. Kemudian di dalam visinya, KPU
penduduk Indonesia menganut agama sebagai penyelenggara Pemilu yang
Islam. Mengaitkan agama secara memiliki integritas, profesional, mandiri,
sepenuhnya dengan negara adalah dasar di transparan dan akuntabel. Sedangkan
dalam pemikiran mayoritas orang Indonesia
sehingga agama Islam telah menjadi suatu 25Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 2
unsur yang sangat penting dalam kehidupan Nomor 17 tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan
bernegara. Agama Islam telah menjadi Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
agama orang Indonesia sejak lebih dari 500 Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
63
misinya adalah penyelenggara Pemilu Jika muwakkil telah mengucapkan
secara langsung, umum, bebas, rahasia, sighat taukil. Maka perkara yang harus
jujur, adil, akuntabel, edukatif dan beradab. diperhatikan adalah obyek yang diwakilkan,
26 yakni dalam rangka untuk melakukan
Menurut penulis, secara teori tidak aktivitas apa akad perwakilan itu
ditemukan dengan jelas ketidak sesuaian dilaksanakan. Jika akad perwakilan tersebut
pelaksanaan Pemilu di Indonesia dengan ditujukan untuk melaksanakan perkara-perkara
nilai-nilai ketatanegaraan Islam. Namun yang sejalan dengan syari’ah, maka
secara praktis pelaksanan Pemilu di absahlah akad perwakilan tersebut.
Indonesia masih banyak ditemukan ketidak Sebaliknya, jika akad perwakilan tersebut
sesuaian dengan nilai-nilai ketatanegaraan ditujukan untuk melaksanakan perkara-perkara
Islam yang berupa nilai musyawarah, nilai yang bertentangan dengan syari’ah, maka
keadilan dan nilai persamaan. Bahkan tidak batillah akad perwakilan tersebut.
sejalan dengan aturan-aturan Pemilu yang C. Penutup
telah ditetapkan. Karena dalam praktiknya Setelah menguraikan dan menjelaskan
masih banyak pelanggaran-pelanggaran mengenai Asas-Asas dalam Pelaksanaan
dalam Pemilu oleh mereka yang sangat Pemilihan Umum di Indonesia Menurut
embisius untuk memperoleh kekuasaan. Fiqh Siyasah, maka pada akhir uraian penulis
Seperti praktik politik uang, kampanye dapatmenyimpulkan beberapa hal yang
hitam, intimidasi dan lain-lain. Bahkan berkaitan dengan tema tersebut:
aparat penyelenggara Pemilu melakukan 1. Secara umum dalam ketatanegaraan
kecurang-kecuaran dan cendrung tidak Indonesia terdapat nilai-nilai
netral atau memihak terhadap salah satu ketatanegaraan Islam,hal ini dapat
calon. Untuk itu hendaknya aturan-aturan dilihat bahwa konsep musyawarah,
Pemilu diberlakukan secara adil dan persamaan dan keadilan sudah
bijaksana, sehingga setiap masyarakat dapat berjalansebagaimana mestinya,
memperoleh hak yang sama di depan namun demikian dalam praktik masih
hukum dan tercipta Pemilu yang jujur dan terdapat ketidaksesuaian.
adil. 2. Pemilu untuk memilih wakil rakyat
Kemudian, berkaitan dengan ketentuan merupakan salah satu bentuk akad
Islam dalam Pemilu di Indonesia untuk perwakilan (wakalah). Wakalah itu
memilih wakil-wakil rakyat di Lembaga sah jika semua rukun-rukunnya dipenuhi
Legislatif, dalam hal ini umat muslim boleh dan sesuai dengan syari’ah
memilih orang lain yang ia sukai untuk Islam.Jika tidak sesuai maka
menyampaikan aspirasi dan pendapatnya. wakalah tersebut batil dan
Di dalam fikih, aktivitas semacam ini karenanya haram dilakukan.
disebut dengan wakalah. Selama rukun dan
syarat-syarat wakalah dipenuhi, dan tidak DAFTAR PUSTAKA
bertentangan dengan syari’ah, maka
absahlah akad wakalah tersebut. Abdul Wahab Khallaf, As-Siyasah Asy-
Adapun rukun dalam akad wakalah Syar’iyah, Cet. I, 1931.
adalah akad atau ijab qabul, dua pihak yang G. Sorensen, Demokrasi dan
berakad, yaitu pihak yang mewakilkan Demokratisasi, Yogyakarta: Pustaka
(muwakkil) dan pihak yang mewakili Pelajar, 2003.
(wakil), perkara yang diwakilkan, serta Imam Al-Mawardi, Hukum Tata Negara
bentuk redaksi akad perwakilannya (sighat dan Kepemimpinan dalam Takaran
taukil). Semua rukun tersebut harus sesuai Islam, Cet. V, Jakarta: Gema Insani
dengan syariat Islam. Press, 2000.
J. Suyuti Pulungan, Fiqh Siyasah, Ajaran,
26 http//:www.wikepedia.com/kpu, diakses
pada tanggal 21 Juni 2016.
64
Sejarah dan Pemikiran, Cet. Ke-5,
Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2002.
________________, Prinsip-prinsip
Pemerintahan dalam Piagam
Madinah (Ditinjau dari Pandangan
al-Qur’an), Cet. I, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1994.
M. Quraishal Shihab, Wawasan al-Qur’an,
Bandung: Mizan, 1996.
Mashudi, Pengertian-Pengertian Mendasar
Tentang Kedudukan Hukum Pemilihan
Umum di Indonesia Menurut UUD
1945, Bandung: Mandar Maju,
1993.
Moh. Mahfud MD, Hukum dan Pilar-Pilar
Demokrasi, Yogyakarta: Gama
Media, 1999.
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah
(Kontekstualisasi Doktrin Politik
Islam), Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2007.
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara:
Ajaran, Sejarah dan Pemikiran,
edisi V, Jakarta: UI Press, 1993.
Rifyal Ka’bah, Politik dan Hukum dalam
al-Qur’an, Jakarta: Khairul Bayan,
2005.
Robert A. Dahl, Perihal Demokrasi;
Menjelajahi Theori dan Praktek
Demokrasi Secara Singkat, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2001.
Ronald Chilcotte, Teori Perbandingan
Politik, Penelusuran Paradigma,
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Syamsuddin Haris, Menggugat Pemilihan
Umum Orde Baru, Sebuah Bunga
Rampai, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia dan PPW-LIPI, 1998.
Undang-Undang Republik Indonesia Pasal
2 Nomor 17 tahun 2014 tentang
Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
http//:www.wikepedia.com/kpu, diakses
pada tanggal 21 Oktober 2016.
http://www.marzukialie.com, diakses pada
tanggal 21Oktober 2016.

65

Anda mungkin juga menyukai