Anda di halaman 1dari 11

KONSTRUKSI FEMINISME DALAM PERSPEKTIF

POSTMODERNISME

Dian Novita Ketaren

210901108

Mata Kuliah : TSKP (Teori Kritis dan Posmo)

SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2023
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
2.2 Postmodernisme...................................................................................3
2.2 Feminisme...........................................................................................4
2.3 Konstruksi Feminisme Dalam Posmodernisme..................................6

BAB III PENUTUP.......................................................................................8


3.1 Kesimpulan.........................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pahlawani perempuan Indonesia bisa idisebut pembukai kiprahiperjuangan
feminis. Merekai gigih serta beraniimenegakkan hak-hakipembebasanibangsa
dani hak perempuani secarai khusus. Inspirasiiperjuangan mencariikeadilan itu
bisa idilihat dariienam pahlawaniperempuan, iyaitu: Raden Ajeng Kartini, Cut
Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Raden Dewi Sartika, Martha Christina
Tiahahu, Rangkayo Rasuna Said. KemerdekaaniIndonesia dari penjajahanidan
kemajuanipemikirannya secara iintegral tidak iterlepas darii kaum iperempuan
itu. Pasca ikemerdekaan para ipelanjut perjuangan ikaum iperempuan iterus
menjadi ijangkar inasionalisme dalamike-Bhineka-an. RevolusiiAgustus 1945,
perempuani menggalang kekuatani perjuangan melawani penjajah. Mereka
mendirikani dapur iumum, pos-pos Palang Merahihingga perangifisikibersama
laskar-laskar. iSolidaritas atas ipenderitaan iyang sama, iperempuan imulai
masukidalan kegiatanisosial politik.
Kemudiani terselenggara Kongres iPerempuan pertama ipada Desember
1945 di iKlaten, Jawa Tengah. Meskipuni sudah munculipuluhan tahunisilam,
definisii mengenai iistilah “postmodernisme” tetapisaja masihibelum jelasidan
masihikontroversial. Hali ini ditandaiidengan munculnyaiberagam definisiidan
masihi adanya perdebatan idi kalangani para ahliiilmuisosial-budaya yangibisa
didapatidalam berbagaiiliteratur. Bebera ilmuwani menganggap alirani ini
sebagaii sebuah refleksii perubahani sosial yangi bersifati reaksioner idan
mekanik. Bahkani menurutnya, parai akademisi dan intelektual adalahiorang
yangi paling bertanggungi jawab akani kondisi inii karena telahi menciptakan
istilahi “postmodernisme” sebagaii bagian darii permainan imereka. Banyak
ilmuani yang masihi ragu dalam ipemisahan iantara “modernism” idan
“postmodernisme”. Misalnyai kegalauan inii dirasakan olehi Smart, Ia
mengatakani istilah “modernism” dani “postmodernisme” tidaki hanyai tak
memilikiiketegasan, bahkan istilah-istilah tersebut terkadang nampak
memiliki konotasiiyang sangatiberbeda bagiikritikus benuaiEropa dan

1
Amerika”. Dalam pandangan iButler, postmodernisme menunjuki pada kritik-
kritiki filosofis terhadap fenomenai yang adai di dunia, epistemologii dani
ideologi-ideologi modern. Sementarai “postmodernitas” menunjuki pada
situasii dani tatai sosial produki teknologi iinformasi, globalisasi, ifragmentasi
gayai hidup, konsumerismei yang iberlebihan, deregulasii pasar uangi dan
sarana ipublik, usangnyai negara bangsai dan membanguni kembali dimensii
historisi melalui mencarii kembali iinspirasi-inspirasi itradisi lama yang
sudahiterkubur. Dalam penulisani ini penulisi akan membahasi secara fokusi
dan rincii terhadap konstruksiifeminisme dalamiperspektifipostmodernisme

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan ipenjelasan landasani permasalahani diatas, makai diajukan
pertanyaani kajian inii yaitu: bagaimanakahi konstruksi feminismei dalam
perspektif ipostmodernisme?

1.3 Tujuan
Kajian iini bertujuan iuntuk membuktikan ibahwa teorii postmodernisme
mempengaruhiikonstruksiifeminisme

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Postmodernisme
Jean Francoisi Lyotard adalahi orang yangi memperkenalkan
postmodernismeiyang termaskike dalamibidang filsafatidan ilmuipengetahuan
diitahun 1970-anidalam bukunyai yang berjudul “The Postmodern Condition:
A Report on Knowledge”. Dia mengartikan ipostmodernisme isebagai isegala
kritiki atas pengetahuani universal, atasi tradisi imetafisik, ifondasionalisme
maupuniatasimodernisme. Menuruti beberapa ipara ahli yang ilainnya, iseperti
Louis Leahy, ipostmodernisme adalah isuatu ipergerakan iide yiang
menggantikaniide ide zamanimodern (Leahy, 1985: 271).
Menuruti Emanuel, ipostmodernisme adalah ikeseluruhan usaha iyang
bermaksudi merevisi kembali iparadigma imodern. Sedangkani menurut
Ghazalii dan iEffendi, postmodernismei mengoreksi imodernisme yangitidak
terkendalii yang telah imuncul isebelumnya. Makaidapat disimpulkanibahwa
postmodernisme imerupakan isuatu ide ibaru yang imenolak iatau pun iyang
termasukidari pengembanganisuatu ide yangitelah ada tentangiteori pemikiran
masaisebelumnya yaituipaham modernismeiyangiuntuk memberikan kritikan-
kritikani terhadap modernismei yang dianggapi telah gagali dani bertanggung
jawabi terhadap kehancurani martabatimanusia. Iaimerupakan pergeseraniilmu
pengetahuani dari ide-idei modern menujui pada suatui ide yangi barui yang
dibawaioleh postmodernismeiituisendiri.
Munculnyai postmodernisme tidaki dapat dilepaskani dari modernismeiitu
sendiri. Katai modernisme imengandung makna iserba maju, gemerlap, idan
progresif. Modernismei selalu menjanjikani pada kitai untuk imembawa ipada
perubahani ke dunia iyang lebihi mapan diimana semuaikebutuhan akanidapat
terpenuhi. Rasionalitasi akan membantui kita menghadapii mitos-mitosi dan
keyakinan-keyakinani tradisional yangi tak iberdasar, yang membuatimanusia
tak iberdaya dalami menghadapi idunia ini. Namunidemikian, imodernisme
memilikii sisi gelapi yang menyebabkani kehidupan manusiai kehilangan
diorientasi. Apaiyang dikatakanioleh Max Horkheimer, Ardono, daniHerbert

3
Marcuse bahwa ipencerahan tersebut imelahirkan sebuah ipenindasan idan
dominasi idisamping juga imelahirkan ikemajuan. Modernisme, imenurut
Anthony Giddens, menimbulkani berkembangbiaknya ipetaka ibagi umat
manusia. Pertama, penggunaani kekerasan idalam imenyelesaikan isengketa.
Kedua, ipenindasan oleh iyang kuat iatas yang ilemah. Ketiga, iketimpangan
sosial iyang kianiparah. Keempat, kerusakan hidupiyang kianimenghawatirkan

2.2 Feminisme
Kelahirannya ipostmodernisme merupakan iantitesis imodernisme. Ia
merefleksikan kelahirannya secara ikritis terhadap iparadigma modernisme.
Kemunculannyai ditandai dengani kebangkitani religiusitas ikeagamaan.
Konsep-konsepimodernisme yangimengkiblatkan diri terhadapibarat dianggap
bersekongkol idengan kapitalismei (global). AwalipermulaaniPostmodernisme
menurutiShofwan Roziidigaungkan John Watkins Chapman di itahun i1870-
an. Kemudian imuncul ikembali di itahun 1917 yang ididengungkan iRudolf
Panwitz tetapii berbeda dengani term Post iImpresionisme (1880-an) imaupun
post iindustrial yang ibertahan iselama idelapanitahunan (1914-1922). Adapun
pemikirani yang diwarnainya, iterutama di itahun i1960-an adalah ipemikiran
sosial, iilmu ekonomiidan agamaiyang secaraikhusus disebutipost Christianity.
Dalamisejarah perkembangannya, dii akhir abadi ke-19 dan awaliabadike-
20, igerakan-gerakan wanitai (feminisme) mulaiimenjamur di berbagaiitempat
diiberbagai belahanidunia, termasukidi Indonesiaiseperti yang dipeloporiioleh
R.A. Kartini. Merekai bekerja untuki emansipasi, perubahani dan ipersamaan
kedudukani wanita, dan ikeadilan isosial selamaikurun waktuitersebut. Alasan
danitujuan di balikiperjuanganimereka iniisangatiberagam. Revolusiimelawan
kekuatan ikolonial, misalnya, ijuga sering imenggunakan kemampuan idan
kekuatan iwanita. Cita-citaikemanusiaan danihak pilih universalitersebar lewat
sistemikomunikasi yang sudahicukup banyakiberkembang saat itu.
Dalamiistilah modern, kajianitentang perempuanidikenalkan dengan istilah
gender. Perempuani dengan hak idan kewajibannyai sejajar dengani lakilaki
(keadilan gender). Zaitunnah iSubhan dengani meminjam iistilah Jhon M.
Echols, gender iadalah ijenis kelamin. Nasaruddini Ummar imenambahkan,

4
istilahigender bukanihanya jenisikelamin. Tapiisosio-kultural
masyarakatiyang merubahnya. Atasi dorongan iitu terjadi iperbedaan
iperilaku, mentalitasiserta emosional ikedua ipihak. Menguatkan ipendapat
iJohn, ia imengidentifikasi dari ipotret sosiali budaya iantara laki-laki idan
perempuan. Selanjutnya perempuan idisebut sebagai ikaum feminim dan
ipemahamannya iadalah feminism.
Tujuan gerakan-gerakan ifeminisme pada imasa itu cukup ijelas. Gerakan
tersebut idifokuskan pada isuatu isu yaitu iuntuk mendapatkan ihak pilih i (the
right to vote). Mereka idengan gigih imengambil ibagian dalam iperjuangan
untuk imemberikan suara, ihak-hak yangisama, statusihukum, danikesempatan
akan ipendidikan dan ipekerjaan. Di Indonesia, misalnya, ipada ipertengahan
abad ke-19 para ipemikir wanita iberjuang idemi pendidikan ikaum iwanita,
mengorganisir Kongres iWanita Indonesia, dan imencita-citakan ikesetaraan
antara ilaki-laki daniperempuan (kesetaraanigender) dalamikeluarga. Selama
seabad ikaum wanitai memperoleh hak ipolitik yang isama sampai iketika
konstitusii RI diterima padai tahun 1945, dan untuki mengakuii gerakan
fenimismei yang telah imengadakan pembaharuaniini maka PBB imendirikan
Komisi KedudukaniWanita padaitahun 1948.
Namunipada umumnyaipara feminis religiusiini tidak didukungioleh para
pemikiri wanita yang padai waktu itu isudah mulai imengajar, terutamaipada
sekolah-sekolahiuntuk wanita. Namuni demikian, hasil idari igerakan-gerakan
ini telahiberkembang sebagaimanaihak pilih yangidimiliki dari suatuinegara
ke negarailain. Gerakan-gerakanikemerdekaan di seluruhidunia, termasukidi
Indonesia, telahimenghasilkan persamaanikedudukan bagi kaumiwanita.
Berdasarkani penelusuran Budhii Munawar iRahman, lahirnya ipemikiran
gender ke iIndonesia, disebabkani tiga ihal: pertama, adanyai transformasi
pemikirani feminisime Barat ike dalami masyarakati Indonesia. Kedua,
terbukanya ijabatan publik ibagi iperempuan yang itentunya imembawa
paradigmai baru tentangi egalitarianisme sesuaiikemampuan, sertaibanyaknya
penyerapanilapangan pekerjaanibagi perempuan. Ketiga, semakinimenguatnya
ekspresii politisi perempuani secara iumum di negarainegara Islami dan itanpa
terkecuali iIndonesia. Jika imelihat ifaktor-faktor yang imempengaruhi

5
pemaknaan gender, semisal dari sisi pemahaman agama dan ideologi, politik
serta ihukum. Dalami merespon genderi sebagaii pemahamani “Barat” iyang
bertentangan. Dengani pemikiran ipatriarkal, perempuani (seharusnya) idiatur
dalam iregulasi “Syariah.” Dalami pembacaannya, iformalisasi isyari‟ah
(termasuki mengatur iperempuan) bukani hal ibaru, tetapii sejak ijaman
penjajahani Belanda sudah imasuk prinsip-prinsipi ajaran agama dalam
konstitusi Negara.
Begitui pula di iera Orde iBaru melalui ikonstitusi inegara, regulasi iyang
terkait idengan iperempuan yang ibersumber idari ihukum iIslam. Melalui
KetetapaniMPRS No. II/MPRS/1960 disebutkanibahwa kesempurnaanihukum
perkawinanimaupun waris harusimemasukan unsuriagama hingga regulasiiitu
tidakiberlaku lagi. Politiki akomodasi dalam iperundangan bisai dilihat idalam
UU No.1/1974 tentangi Perkawinan (lihati pasali 2 dan 63). Dasari kekuatan
laini dalam keadilani dan penghormatani terhadap HAM adai pada ipreambule
UUD 1945 yangimengandung aspekipolitis, religiusiserta moraliyangimenolak
bentukidiskriminasi terhadapiras, agamaidanikepercayaan.

2.3 Konstruksi Feminisme Dalam Posmodernisme


Konstruksii feminisme iyang telah iberkembang menjadi ibeberapaibentuk
dan iragam pada idasarnya bermula idari suatu iasumsi, yaitu iketidakadilan,
adanyai proses ipenindasan, danieksploitasi. Walaupunipada
prosesiberikutnya terjadii perbedaan pahamimengenai apa, mengapa, idan
bagaimana penindasan danieksploitasi ituiterjadi, namuni sesungguhnya adai
kesamaan pahamibahwa hakekati perjuangan wanitai adalah demi ikesamaan,
egalitas, idignitas, dan kebebasaniuntuk mengontrolikehidupan.
Gejala ipemikiran dan igerakan ifeminisme tampaknya itelah imenjadi
"mainstream" gerakani wanita ikontemporer yang jika idilihat idari titikitolak
pemikiraniyang mendasariidan sasaranikritiknya, maka
dapatidikatakanibahwa iaiberada dalamikerangka
pemikirani"posmodernisme". Titik tolakipemikiran inii dalam gerakani
feminisme iposmodernisme adalahiadanya realitasibudaya danistruktur yang
mendapati legitimasii teologis darii ajaran agamaiyang telah sekiani lama

6
mengakibatkani wanita beradai pada posisii marginal. Teologi sebagaii
akumulasi pemahamani terhadapi teks-teks ajarani agamai memang cukup
iefektif dalam imenciptakan suatu ibudaya dan isruktur yangidetermi-nistik.
Hali ini karenai pada posisii tertentu agamai dalam kehidupanimanusia
menempatii posisi dan iperanan yang iimperatif. Oleh ikarenanya, dengan
kedudukani semacam iini, maka iapa yangiakan diciptakaniatas namaiagama
dianggapibersifat mengikatike dalam kehidupanimanusia.
Dalami konteks iteologis, kaumi wanita beradai pada dominasii pemikiran
kaumi pria, sehinggai memunculkan coraki paradigma teologisi patriarkhis.
Dalamikehidupanisosial, teologiiini telahimelahirkan danimelegitimasiibudaya
patriarkhi, igenderisme, iskisme, danikebencian terhadapilawan jenis. Banyak
tokohi wanita sepakati bahwa cara ipandang dan isikap negatif iselama ini
terhadapi wanita yang ibanyak terjadiidalamimasyarakat, terutamaimasyarakat
Islam, iberakar ipada iteologi, yaitu iteologi imaskulin yang ipatriarkhi idan
androsentris. iJika itidak dilakukan idekonstruksi iterhadap dasar-dasariteologi
yangi demikian iini, maka diskriminasiigender akanisemakinimelebar. Pada
akhirnya akan memunculkanikembali tradisiijahiliyah, yaitu jahiliyahimodern.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perdebatani tentang konstruksii feminisme dani hak-hak iperempuan itelah
menjadi iagendaiutama di banyakinegara di duniaipada saatiini, terutamaisejak
digulirkanidan dipropagandakannyaipersoalan tentangiisu-isu
globalimengenai Hak Azasi Manusia (HAM). Di Indonesia sendiri isampai
isaat ini ipersolan tentang igerakan feminisme idan hak-hak iperempuan
iberada pada itahap idi mana ihak-hak iperempuan itersebut idan
keikutsertaannya dalam segala aspek kehidupannyaimasih diperdepatkanidan
merupakan suatuiproses penyelesaian yangipanjang dan sukaridiselesaikan.
Dapat idikatakan bahwa isecara umum itujuan konstruksii feminisme
adalah iuntuk menciptakani suatu kondisii di mana ibaik laki-lakii maupun
perempuan idapat berpartisipasii secara penuh idan aktif dalam imasyarakat
tanpai diskriminasiiperlakuan daniprasangka negatif apaipun antara satuisama
lain. Namuniperlu digarisbawahiibahwa kesetaraanigender yang idicitacitakan
oleh gerakan ifeminisme bukanlahi mengacu kepadai perolehan hakiistimewa
bagiiperempuan sehinggaimengabaikan, apalagii merendahkan imartabat ilaki-
laki. Sebaliknya, hali ini harusi diartikan sebagaiipendefinisian ulangiterhadap
perani gender dan ikoreksi terhadapi stereotip dani ketidakseimbanganiakses
genderiselama ini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Harris, K. M. A. (2018). Islam dan Liberalisme: Antara Maá1£ laḥ ah dan


Mafsadah: Islam and Liberalism: Between Benefit and Harm. Afkar- Jurnal
Akidah & Pemikiran Islam, 20(2), 1–52.

Hidayat, A. R. (2006). Implikasi postmodernisme dalam pendidikan. TADRIS:


Jurnal Pendidikan Islam, 1(1)

Hidayat, M. A. (2019). Menimbang Teori- Teori Sosial Postmodern: Sejarah,


Pemikiran, Kritik Dan Masa Depan Postmodernisme. Journal of Urban
Sociology, 2(1), 42–64.

Ilham, I. (2018). Paradigma Postmodernisme; Solusi Untuk Kehidupan Sosial?


Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi), 12(1), 1–23.

Razi, Shafwan. 2012. Agama dan Postmodernisme: Menelusuri Metodologi dan


Pendekatan StudiStudi Agama” dalam Ilmu Ushuluddin, 1(3),

Saputra, R. 2021. Implementasi Paradigma Postmodernisme Dalam


Pembaharuan Hukum Di Indonesia Serta Kritik Terhadapnya. Jurnal Kajian
Dan Pengembangan Umat, 4(1): 67-76.

Setiawan, J. 2018, Pemikiran Postmodernisme Dan Pandangannya Terhadap


Ilmu Pengetahuan. Jurnal Filsafat, 28(1): 25-46

Anda mungkin juga menyukai