TRADISI KRITIS
KELOMPOK 10
Perkenalan Kelompok 10
Menurut Littlejohn (2009:68), yang menjadi titik berat dari tradisi kritis
adalah mengenai bagaimana pembongkaran terhadap penindasan
golongan mayoritas kepada minoritas yang mampu memperjuangkan
emansipasi di dalam masyarakat.
Varian atau Keragaman
Tradisi Kritis
1. Marxisme
Marxisme berfokus kepada aspek ekonomi yang ada pada
tatanan sosial masyarakat dimana aspek ekonomi berperan
sebagai dasar dalam tatanan atau struktur sosial tersebut.
2. Frankfurt School
Menurut Littlejohn (2009:70), para penganut cabang kedua
dalam Tradisi Kritis ini meyakini bahwa Marxis adalah inspirasi
utama dari terciptanya kebutuhan terhadap integrasi cabang
ilmu sosial. Mereka berpandangan bahwa kapitalisme lah yang
menjadi fondasi atau landasan dari evolusi pengembangan
sosialisme dan komunisme (Littlejohn, 2009:70).
3. Post-Modernisme
Post-modernsime beranggapan bahwa adanya
produksi barang adalah cara untuk memanipulasi
pengetahuan (Littlejhon, 2009:71).
Post-modernisme sendiri pertama kali muncul
sekitar tahun 1970 dengan menolak “elitisme,
puritanisme, dan sterilitas” rasional karena
pluralisme, relativitas, kebaruan (novelty),
kompleksitas, dan kontradiksi.
3. Post-Modernisme
Post-modernsime beranggapan bahwa adanya
produksi barang adalah cara untuk memanipulasi
pengetahuan (Littlejhon, 2009:71).
Post-modernisme sendiri pertama kali muncul
sekitar tahun 1970 dengan menolak “elitisme,
puritanisme, dan sterilitas” rasional karena
pluralisme, relativitas, kebaruan (novelty),
kompleksitas, dan kontradiksi.
4. Cultural Studies
Cultural Studies atau kajian budaya pada awalnya
muncul pada tahun 1964 di Centre for
Contemporary Cultural Studies, Birmingham. Yang
menjadi fokus dalam cabang Tradisi Kritis yang
satu ini adalah mengenai perubahan sosial
sebagai manfaat atau keuntungan dari budaya itu
sendiri. (Littlejhon, 2009:71).
5. Post-Strukturalisme
Post-strukturalisme berawal dari karya tulis yang
diciptakan oleh Jaques Derrida di tahun 1966
yang berisikan tentang penolakan terhadap
universalisasi makna yang ditentukan oleh
desakan-desakan struktural, kondisi-kondisi, dan
simbol yang bersifat tetap yang kemudian para
ahli mengaitkannya melalui pendekatan historis
dan sosial terhadap sifat dunia serta manusia.