Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SD


SEJARAH BIMBINGAN KONSELING DAN TUJUAN
BIMBINGAN KONSELING DI SD

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1. SELVI 204220207
2. HANA RIA AYU LESTARI 204220154
3. DEPRI ANDRIAN SAPUTRA 204220242

Dosen Pengampu:
Candres Abadi, M.Pd. KONS.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI
2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “sejarah bimbingan konseling tujuan bimbingan
konseling di sd”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga
makalah tentang sejarah bimbingan konseling tujuan bimbingan konseling di sd
bermanfaat untuk dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Lubuklinggau, 25 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Sejarah Bimbingan Konseling..............................................................3


1. Sejarah Bimbingan dan Konseling di Dunia..................................3
2. Sejarah Perkembangan Bimbingan Konseling di Indonesia........8
B. Tujuan Bimbingan Konseling Di Sd....................................................12
1. Tujuan layanan bimbingan dan konseling untuk aspek
perkembangan pribadi social..........................................................12
2. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Aspek
Perkembangan Akademik...............................................................14
3. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Aspek
Perkembangan Karier......................................................................15

BAB III PENUTUP.........................................................................................17

A. Kesimpulan............................................................................................17
B. Saran.......................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan
pelayanan BK dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan
di sekolah demi tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring
dengan visi profesi konseling yaitu: terwujudnya kehidupan kemanusiaan
yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam
memberikan dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar
individu berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia. Namun untuk
mencapai tujuan tersebut, Konselor haruslah mengetahui apa tujuan dari
Bimbingan dan Konseling itu sendiri.

Pengetahuan tentang tujuan bimbingan dan konseling itu akan


memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan atau
kegiatannya, sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat atau
bahkan menggagalkan pelaksanaan, serta mengurangi hasil layanan atau
kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. Begitu pula dengan fungsi
dari bimbingan dan konseling tidak bisa diabaikan begitu saja, karena
fungsi bimbingan dan konseling menguraikan tentang pencegahan,
pemahaman, pengembangan, dan lain sebagainya, yang dijadikan
pedoman program pelaksanaan yang harus di ikuti dalam pelaksanaan
program pelayanan bimbingan dan konseling.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah pada makalah ini adalah :
1. Apa pengertian sejarah bimbingan dan konseling di dunia?
2. Apa pengertian sejarah bimbingan dan konseling di indonesia?
3. Apa pengertian tujuan layanan bimbingan dan konseling untuk aspek
perkembangan pribadi sosial?
4. Apa pengertian tujuan layanan bimbingan dan konseling untuk aspek
perkembangan akademik?

1
2

5. Apa pengertian tujuan layanan bimbingan dan konseling untuk aspek


perkembangan karier?
C. Tujuan
Berdasarkan dari rumusan makalah ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui Apa pengertian sejarah bimbingan dan konseling di
dunia?
2. Untuk mengetahui Apa pengertian sejarah bimbingan dan konseling di
indonesia?
3. Untuk mengetahui Apa pengertian tujuan layanan bimbingan dan
konseling untuk aspek perkembangan pribadi sosial?
4. Untuk mengetahui Apa pengertian tujuan layanan bimbingan dan
konseling untuk aspek perkembangan akademik?
5. Untuk mengetahui Apa pengertian tujuan layanan bimbingan dan
konseling untuk aspek perkembangan karier?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Bimbingan Konseling


1. Sejarah Bimbingan dan Konseling di Dunia
Menurut sutirna 2017 Guidance and Counseling atau
Bimbingan dan Konseling pertama kali lahir di Amerika pada awal
abad XX, tepatnya pada tahun 1908 di mana Frank Parsons membuka
klinik di Boston dengan nama Boston Vocational Bureau yang
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan layanan informasi dan pelatihan
bagi para pemuda yang ingin mencari kerja. Lembaga ini juga melatih
para guru di sekolah untuk dapat menyeleksi dan memberi nasihat
kepada siswa dalam pemilihan sekolah yang lebih tepat untuk
kariernya di masa yang akan datang setelah menyelesaikan studinya.
Tahun 1909 Frank Parsons menerbitkan buku "chosing a vocation"
yang kemudian melalui buku ini berhasil mengidentifikasi dan
mengenalkan profesi baru untuk membantu orang lain sehingga dia
dikenal sebagai "Father of The Guidance Movement in American
Education" (Bapak Gerakan Pendidikan Bimbingan di Amerika).
Frank Parsons was born on November 14, 1854, in Mount Holly, New
Jersey, the son of an Anglo-Saxon family with American antecedents
dating back to the time of the American Revolution. The family was
highly intellectual in proclivity, with a number of physicians, lawyers,
and teachers dotting the family tree. particularly on Frank's mother's
side. Intellectually talented from an early age, Frank was enrolled in
Cornell University at the age of 15 and graduated after just three years
with a Bachelor's degree in civil engineering.
Frank Parsons lahir pada tanggal 14 November 1854, di Mount
Holly, New Jersey, putra dari keluarga Anglo-Saxon dengan
Anteseden (berarti hal ihwal yang terjadi dahulu terutama tentang
riwayat hidup atau masa lampau seseorang (KBBI.web.id) Amerika
yang berasal dari zaman Revolusi Amerika. Keluarga itu sangat

3
4

intelektual dalam kecenderungan, dengan sejumlah dokter, pengacara,


dan guru menghiasi silsilah keluarga, khususnya di pihak Ibu Frank.
Bakat intelektual sejak usia dini, Frank terdaftar di Universitas Cornell
pada usia 15 dan lulus setelah hanya tiga tahun dengan gelar Sarjana
Teknik Sipil (Sutirna, 2017)
Pada tahun 1913 muncul sebuah gerakan bimbingan bagi anak-
anak muda yang belum berpengalaman bekerja yang diwadahi oleh
National Vocational Guidance Association (NVGA) yang kemudian
istilah Guidance atau "bimbingan" menjadi label yang populer dalam
gerakan konseling di sekolah-sekolah hampir kurang lebih 50 tahun.
Banyak tokoh-tokoh yang mempelopori gerakan bimbingan dan
konseling sehingga sangat berpengaruh terhadap sejarah bimbingan
dan konseling seperti Jessi B Davis, Anna Y. Reed, Eli W. Weaver
dan David S. Hill. (Sutirna, 2017) Jesse Buttrick Davis (1871-1955)
dianggap sebagai penasihat sekolah ke-1 di Amerika. Serikat karena
dia adalah orang pertama yang menerapkan program bimbingan
sistematis di sekolah-sekolah. Melalui karyanya di sekolah- sekolah
umum Michigan, ia menjadi pemimpin penting dalam pengembangan
bimbingan kejuruan pada akhir 1800-an dan awal 1900- an. Karyanya
perintis di sekolah-sekolah umum Detroit dan Grand Rapids
meletakkan dasar untuk konseling spesialisasi konseling karier dan
konseling sekolah. Dia juga satu dari pendiri Asosiasi Bimbingan
Vokasi Nasional (sekarang Asosiasi Pengembangan Karier Nasional)
dan Asosiasi Nasional Kepala Sekolah Menengah. (Sutirna, 2017)
Anna Y. Reed (1871-1946) seorang pendidik progresif dan pembaru
sosial. She was born in September of 1871 into a first family of
Walworth, New York. (Dia dilahirkan pada bulan September 1871
dalam keluarga pertama Walworth, New York). During this time, she
met influential people in the Progressive movement for prison reform
and social education, including Eli W. Weaver who would become a
collaborator later in her life. In 1907, Anna travelled to New York
5

City where she remained for the next two years, teaching in Henry
Leipziger's New York City Free Public Lecture Series.
Anna Y. Reed, Selama masa ini, ia bertemu orang-orang
berpengaruh dalam gerakan Progresif untuk reformasi penjara dan
pendidikan sosial, termasuk Eli W. Weaver yang akan menjadi
kolaborator di kemudian hari dalam hidupnya. Pada tahun 1907, Anna
melakukan perjalanan ke Kota New York di mana ia tinggal selama
dua tahun ke depan, mengajar di Seri Kuliah Umum Gratis Henry
Leipziger di Kota New York. (She advocated probation in criminal
sentencing, particularly for youthful offenders. (Wills, 2015) Eli
Witwer Weaver (1862-1922), educator and lecturer and father of the
vocational guidance system in the public schools, died on Wednesday
at his residence, 25 Jefferson Avenue, Brooklyn. He was 60 years old
and until March, 1919, had been a teacher of mathematics in the Boys'
High School for eighteen years. Mr. Weaver was born in Churchtown,
Pa., and, after graduating from the Pennsylvania Normal School, he
was a Doctor of Pedagogy at New York University. He subsequently
served as Superintendent of Schools at Paris, Bellevue and Carrollton,
Ky., and in 1900 came to this city and joined the staff of Boys' High.
Eli Witwer Weaver, pendidik dan dosen serta bapak sistem
bimbingan kejuruan di sekolah umum, meninggal pada hari Rabu di
kediamannya, 25 Jefferson Avenue, Brooklyn. Dia berusia 60 tahun
dan hingga Maret 1919, telah menjadi guru matematika di SMA Boys
selama delapan belas tahun. Mr Weaver dilahirkan di Churchtown,
Pa., dan setelah lulus dari Pennsylvania Normal School, dia adalah
Doktor Pedagogi di New York University. Dia kemudian melayani
sebagai Pengawas Sekolah di Paris, Bellevue dan Carrollton, Ky., dan
pada 1900 datang ke kota ini dan bergabung dengan staf Boys 'High.
Since his retirement Mr. Weaver had devoted his time to
vocational guidance work and lectured at the Teachers College at
Columbia and for the Young Men's Christian Association." (Sejak
pensiun, Weaver telah mencurahkan waktunya untuk pekerjaan
6

bimbingan kejuruan dan mengajar di Teachers College di Columbia


dan untuk Young Christian Association. "). (New York Times, Fri.,
Nov. 3, 1922) (User, 2018)
Dari Frank Parsons sebagai Bapak Guidance Vocasional
sampai dengan David S. Hill berkembanglah bimbingan dan konseling
di dunia. Kemudian dalam kurun waktu seperempat abad XX, dua
perkembangan signifikan dalam psikologi mempengaruhi
perkembangan gerakan bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu:
Pengenalan dan pengembangan tes psikologis standar yang diberikan
secara kelompok dan gerakan kesehatan mental. Perubahan ini
dimulai sejak tahun 1905 ketika Psikolog perancis Alfred Binet dan
Theodore Simon memperkenalkan tes kecerdasan untuk pertama kali.
Kemudian tahun 1916 versi terjemahan dan revisi diperkenalkan di
AS oleh Lewis M. Terman dan kolega-kolega di Universitas Stanford
dan tes kecerdasan ini populer sekolah-sekolah (Sutirna, 2017).
Pada Tahun 1920-an di kalangan pendidik profesional, terjadi
sebuah gerakan progresif yang membuka terobosan baru bagi sebuah
era pendidikan. Banyak konselor pada masa ini yang mengakui dalam
perspektif pendidikan progresif, siswa dan guru semestinya membuat
rencana bersama-sama, bahwa lingkungan sosial anak semestinya
diperbaiki, bahwa kebutuhan dan keinginan perkembangan siswa
semestinya diperhatikan dan bahwa lingkungan psikologis ruang kelas
mestinya positif dan menguatkan. Sejak tahun 1920-an ini pula
program bimbingan yang terorganisasi mulai muncul dengan
frekuensi tinggi di jenjang SMP, lebih intensif lagi di SMA dengan
pengangkatan guru Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan
konseling di jenjang Sekolah Dasar juga mulai tampak akhir 1920-an
dan awal 1930-an dipicu oleh tulisan-tulisan dan usaha keras
William Burnham yang menekankan guru untuk memajukan
kesehatan mental anak yang memang diabaikan pada era itu. Dengan
keberhasilan gerakan pada tahun 1920-an ini banyak pihak mulai
mengakui manfaat gerakan bimbingan, maka pendukung gerakan
7

mulai memikirkan program bimbingan siswa dapat disediakan di


setiap jenjang dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas.
Pada akhir Perang Dunia II, gerakan bimbingan mulai
menempati vitalitas dan arah yang baru. Tokoh dari gerakan ini adalah
Carl Rogers yang memberi pengaruh yang besar sebagai gerakan
konseling di sekolah dan masyarakat. Rogers mengusulkan sebuah
teori konseling baru di dua buku terpentingnya: Counseling and
Psychoterapy (1942) menawarkan konseling non direktif sebagai
alternatif untuk metode tradisional yang lebih direktif sifatnya. Ia
menekankan tanggung jawab klien untuk memahami problemnya
sendiri dan memicu mereka mengembangkan diri, Teori ini dilabeli
"non direktif (tidak mengarahkan) karena bertolak belakang dengan
pendekatan tradisional yang berpusat pada intervensi konselor saat
menangani problem siswa. Buku yang kedua "Client-centered
Therapy" mengusulkan perubahan semantik dari konseling non
direktif menjadi 'berpusat klien', namun yang lebih penting lagi,
meletakkan titik berat pada kemungkinan pertumbuhan dalam diri
klien. Pengaruh dari Rogers ini menghasilkan sebuah penitikberatan
pada konseling sebagai aktivitas primer dan mendasar para konselor
sekolah (Sutirna, 2017) Carl Ransom Rogers.
February 4, 1987) was an American psychologist and among
the founders of the humanistic approach (or client-centered approach)
to psychology. Rogers is widely considered to be one of the founding
fathers of psychotherapy research and was honored for his pioneering
research with the Award for Distinguished Scientific Contributions by
the American Psychological Association (APA) in 1956 (Wikipedia,
2019).
Carl R. Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan
pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client
centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan
pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers
mirip dengan pendekatan Freud, namun pada manusia pada dasarnya
8

baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan


mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara,
kejahatan dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai
penyimpangan dari kecenderungan alamiah (Sutirna, 2017).
Perkembangan bimbingan dan konseling di Amerika sangat
pesat dengan adanya perkembangan Asosiasi Konselor Amerika mulai
tahun 1950. Hal ini ditandai dengan berdirinya APGA (American
Personnel and Guidance Association) pada tahun 1952. Selanjutnya,
pada bulan Juli 1983 APGA mengubah namanya menjadi AACD
(American Association for Counselling and Development). Kemudian
tahun 1992 berubah menjadi the American Counseling Association
(ACA).
Dengan awal perkembangan bimbingan dan konseling di
Amerika. kemudian bimbingan dan konseling juga berkembangan
menjalar ke Eropa. Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Australia
bahkan menjadi titik tolak untuk pelaksanaan bimbingan dan
konseling di Indonesia.
2. Sejarah Dan Perkembangan Bimbingan Konseling di Indonesi
Di Indonesia sendiri, praktek Bimbingan Konseling sebenarnya
sudah lama diperankan, seperti berdirinya organisasi pemuda Budi
Utomo pada tahun 1908, hingga pada periode selanjutnya berdirilah
pergurua Taman Siswa pada tahun 1922 yang diprakarsai oleh Ki
Hajar Dewantara yang menanamkan nilai-nilai Nasionalisme di
kalangan para siswanya.
Prinsip didaktik yang dipegang oleh Perguruan Nasional
Taman Siswa ini antara lain: kemerdekaan belajar, bekerja dan
menggunakan pendekatan konvergensi Dari pola pendidikan Taman
Siswa tersebut telah nampak perhatian dan penghargaan terhadap
potensi seseorang dan kemerdekaan untuk mengembangkan potensi
Hal ini merupakan benih dari gerakan bimbingan konseling (wieke
octora olivia, 2012)
9

Dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada


tanggal 17 Agustus 1945 dan didiriknnya beberapa kementrian pada
waktu itu (ada Kantor Penempatan Kerja) yang salah satu kegiatannya
dilakukan di Kantor Penempatan Tenaga Kerja yang maksudnya untuk
menempatkan orang-orang agar dapat bekerja sesuai dengan
kemampuannya dan ini menyerupai Vocational Bureau yang didirikan
oleh Frank Parsons di Boston. Sekarang ini kantor Penempatan Tenaga
Kerja ini tumbuh menjadi Departemen Tenaga Kerja.
Dalam perkembangannya, bimbingan dan konseling di
Indonesia memiliki alur yang sama seperti halnya perkembangannya di
Amerika, yaitu bermula dari bimbingan pekerjaan (Vocational
Guidance) lalu merambah kepada bimbingan pendidikan
(Education Guidance). Perkembangan bimbingan konseling di
Indonesia mengalami perubahan di beberapa dekade:
1. Perkembangan bimbingan dan konseling sebelum kemerdekaan
Masa ini merupakan masa penjajahan Belanda dan Jepang,
para siswa didik untuk mengabdi demi kepentingan penjajah.
Dalam situasi seperti ini, upaya bimbingan dikerahkan. Bangsa
Indonesia berusaha untuk memperjuangkan kemajun bangsa
Indonesia melalui pendidikan. Salah satunya adalah taman siswa
yang dipelopori oleh K.H. Dewantara yang menanamkan
nasionalisme di kalangan para siswanya. Dari sudut pandang
bimbingan, hal tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi
pelaksanaan bimbingan.
2. Dekade 40-an
Dalam bidang pendidikan, pada dekade 40-an lebih
banyak ditandai dengan perjuangan merealisasikan kemerdekaan
melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang serba darurat
manakala pada saat itu di upayakan secara bertahap memecahkan
masalah besar anatara lain melalui pemberantasan buta huruf.
Sesuai dengan jiwa pancasila dan UUD 45. Hal ini pulalah yang
menjadi fokus utama dalam bimbingan.
10

3. Dekade 50-an
Bidang pendidikan menghadapi tentangan yang amat besar
yaitu memecahkan masalah kebodohan dan keterbelakangan
rakyat Indonesia. Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini lebih
banyak tersirat dalam berbagai kegiatan pendidikan dan benar
benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa disekolah
agar dapat berprestasi.
4. Dekade 60-an
Beberapa peristiwa penting dalam pendidikan pada dekade ini:
a. Ketetapan MPRS tahun 1966 tentang dasar pendidikan
nasional
b. Lahirnya kurikulum SMA gaya Baru 1964
c. Lahirnya kurikulum 1968
d. Lahirnya jurusan bimbingan dan konseling di IKIP tahun 1963
membuka Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan yang sekarang
dikenal di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan
nama Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
(PPB).Keadaan di tas memberikan tantangan bagi keperluan
pelayanan bimbinga dan konseling disekolah.
5. Dekade 70-an
Dalam dekade ini bimbingan di upayakan aktualisasi nya
melalui penataan legalitas sistem, dan pelaksanaannya.
Pembangunan pendidikan terutama diarahkan kepada pemecahan
masalah utama pendidikan yaitu :
a. Pemerataan kesempatan belajar
b. Mutu
c. Relevansi
d. Efisiensi.
Pada dekade ini, bimbingan dilakukan secara konseptual,
maupun secara operasional. Melahi upaya ini semua pihak telah
merasakan apa, mengapa, bagaimana, dan dimana bimbingan dan
konseling.
11

6. Dekade 80-an
Pada dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap.
Pemantapan terutama diusahakan untuk menuju kepada
perwujudan bimbingan yang professional. Dalam dekade 80-an
pembangunan telah memasuki Repelita III. IV, dan V yang
ditandai dengan menuju lepas landas. Beberapa upaya dalam
pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini:
a. Penyempurnaan kurikulum
b. Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru
c. Profesionalisasi tenaga pendidikan dalam berbagai tingkat dan
jenis
d. Penataan perguruan tinggi
e. Pelaksnaan wajib belajar
f. Pembukaan universitas terbuka
g. Lahirnya Undang-Undang pendidikan nasional
Beberapa kecenderungan yang dirasakan pada masa itu
adalah kebutuhan akan profesionalisasi layanan, keterpaduan
pengelolaan, sistem pendidikan konselor, legalitas formal,
pemantapan organisasi, pengmbangan konsep-konsep bimbingan
yang berorientasi Indonesia,dsb.
7. Meyongsong era Lepas landas
Era lepas landas mempunyai makna sebagai tahap
pembangunan yang ditandai dengan kehidupan nasional atas
kemampuan dan kekuatan sendiri khususnya dalam aspek
ekonomi. Ciri kehidupan lepas landas ditandai dengan keberadaan
dan berkembang atas dasar kekuatan dan kemampuan sendiri,
maka ciri manusia lepas landas adalah manusia yang mandiri
secara utuh dengan tiga kata kunci: mental, disiplin, dan integrasi
nasional yang diharapkan terwujud dalam kemampuannya
menghadapi tekanan tekanan zaman baru yang berdasarkan
peradaban komunikasi informasi.
12

8. Bimbingan berdasarkan pancasila


Bimbingan mempunyai peran yang amat penting dan
strategis dalam perjalanan bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Manusia Indonesia yang dicita-citakan adalah manusia pancasila
dengan ciri-ciri sebagaimana yang terjabar dalam P-4 sebanyak
36 butir bagi bangsa Indonesia, pancasila merupakan dasar
Negara, pandangan hidup. kepribadian bangsa dan idiologi
nasional.
Sebagai bangsa, pancasila menuntut bangsa Indonesia
mampu menunjukkan ciri-ciri kepribadiannya ditengah-tengah
pergaulan dengan bangsa lain. Bimbingan sebagai bagian yang
tak terpisahkan dari pendidikan dan mempunyai tanggung jawab
yang amat besar guna mewujudkan manusia pancasila karena itu
seluruh kegiatan bimbingan di Indonesia tidak
lepas dari pancasila.

B. Tujuan Bimbingan Konseling Di Sd


1. Tujuan layanan bimbingan dan konseling untuk aspek
perkembangan pribadi sosial
Lampiran Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014
menyampaikan bahwa tujuan umum layanan bimbingan dan konseling
adalah membantu peserta didik/konseli agar dapat mencapai
kematangan dan kemandirian dalam kehidupannya serta menjalankan
tugas-tugas perkembangannya yang mencakup aspek pribadi, sosial,
belajar, karier secara utuh dan optimal. Sedangkan tujuan khusus
layanan bimbingan dan konseling adalah membantu konseli agar
mampu:
a. Memahami dan menerima diri dan lingkungannya.
b. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier,
dan kehidupannya di masa yang akan dating
a. Mengembangkan potensinya seoptimal mungkin.
b. Menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
13

c. Mengatasi hambatan atau kesulitan yang dihadapi dalam


kehidupannya
d. Mengaktualisasikan dirinya secara bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan umum dan khusus tersebut, maka harus


mendapatkan kesempatan untuk:

a. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas


perkembangan.
b. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di
lingkungannya.
c. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta
rencana pencapaian tujuan tersebut.
d. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.
e. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya,
kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat.
f. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari
lingkungannya.
g. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang
dimilikinya secara optimal.

Menurut Syamsu Yusuf Lani dan Juntika Nurihsan (2008:13)


menyampaikan secara spesifik dari tujuan layanan bimbingan dan
konseling dalam aspek pribadi- sosial, akademik (belajar), dan
karier. Uraian tujuan setiap aspek dapat diperhatikan uraian
berikut:

Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi


sosial konseling adalah sebagai berikut:

a. Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai


keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan
teman sebaya, di sekolah/luar sekolah, tempat kerja, maupun
masyarakat pada umumnya.
14

b. Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan


saling menghormati, dan memelihara hak dan
kewajibannya masing-masing.
c. Memahami pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat
fluktuatif antara yang menyenangkan (anugerah) dan yang
tidak menyenangkan (musibah), serta mampu meresponsnya
secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
d. Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan
konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun
kelemahan,baik fisik maupun psikis.
e. Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan
orang lain.
f. Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat.
g. Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau
menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga
dirinya. h. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan
dalam bentuk komitmen terhadap tugas dan kewajibannya. i.
Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship),
yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan,
persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia.
h. Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah)
baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan
orang lain. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan
secara efektif.

2. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Aspek


Perkembangan Akademik.

Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek


akademik (belajar) adalah sebagai berikut:
15

a. Memiliki kesadaran akan potensi diri dalam aspek belajar, dan


memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam
proses belajar yang dialaminya.
b. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti
kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai
perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua
kegiatan belajar yang diprogramkan.
c. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
d. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti
keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat
pelajaran. dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
e. Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan
perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar,
mengerjakan tugas-tugas,memantapkan diri dalam
memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh
informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan
wawasan yang lebih luas.
f. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi
ujian.
3. Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling untuk Aspek
Perkembangan Karier
Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek
karier adalah sebagai berikut:
a. Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan
kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.
b. Memiliki pengetahuan mengetahui dunia kerja dan informasi
karier yang menunjang kematangan kompetensi karier.
c. Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja, dalam arti mau
bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah
diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma
agama.
16

d. Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan


menguasai pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau
keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita
kariernya masa depan.
e. Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karier,
dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan
(persyaratan) yang dituntut,lingkungan sosiopsikologis
pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
f. Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu
merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh
peran-peran yang sesuai minat, kemampuan, dan kondisi
kehidupan sosial ekonomi.
g. Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah
karier. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi guru,
maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada
kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karier keguruan
tersebut.
h. Mengenal keterampilan, kemampuan, dan minat. Keberhasilan
dan kenyamanan dalam suatu karier amat dipengaruhi oleh
kemampuan dan minat yang dimiliki. Oleh karena itu, maka
setiap orang perlu memahami kemampuan dan minatnya,
dalam bidang pekerjaan apa dia mampu, dan apakah dia
berminat terhadap pekerjaan tersebut
i. Memiliki kemampuan atau kematangan untuk mengambil
keputusan karier.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bimbingan dan konseling pertama kali dikenal di Amerika dengan
didirikannya Vodational Berou yang dipelopori oleh Frank Parson pada
tahun 1908. Bertepatan dengan itu seorang konselor Jasse B. Davis
memasukkan layanan konseling di SMA di Detroid (1907). Lalu
dilanjutkan oleh tokoh- tokoh kain hingga perkembangannya pesat hingga
di Indonesia. dilihat dari perkembangannya, Bimbingan Konseling mula-
mulanya hanya dikenal sebatas pada bimbingan pekerjaan (Vocational
Guidance), sebagaimana peran dari Biro yang didirikan Frank Parson di
Boston. Namun sebenarnya tidak hanya itu,di sisi lain perkembangan
Bimbingan Konseling pun merambah kebidang pendidikan (Education
Guidance) yang dirintis oleh Jasse B. Davis. dan sekarang dikenal pula
adanya bimbingan dalam segi kepribadian (Personal Guidance),
Bimbingan dan Konseling telah terbentuk jauh sebelum era
kemerdekaan, dari bimbingan itulah siswa dipupuk untuk merealisasikan
cita- cita bangsa, yaitu kemerdekaan. Setelah kemerdekaan Bimbingan dan
Konseling dalam system pendidikan Indonesia mengalami beberapa
perubahan namu. Pada kurikulum 1984 semula disebut Bimbingan dan
Penyuluhan (BP), kemudian pada Kurikulum 1994 berganti nama menjadi
Bimbingan dan Konseling (BK) sampai dengan sekarang. Layanan BK
sudah mulai dibicarakan di Indonesia sejak tahun 1962. Namun BK baru
diresmikan di sekolah di Indonesia sejak diberlakukan kurikulum 1975.
Kemudian disempurnakan ke dalam kurikulum 1984 dengan memasukkan
bimbingan karir didalamnya. Perkembangan BK semakin mantap
pada tahun 2001.

B. Saran

Guru sekolah dasar harus melaksanakan semua layanan bimbingan


konseling agar setiap permaalahan setiap siswa menghadapi siswa dapat di
antisipasi sedini mungkin sehinga tidak mengganggu jalan nya proses

17
18

pembelajaran . dengan demikian siswa dapat mencapai prestasi belajar


secara optimal tanpa mengamati hambatan dan permasalah pembelajaran
yang cukup berarti. Perlu adanya kerjasama dari semua pihak seperti orang
tua guru dan kepala sekolah untuk membimbing peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Sutirna 2017 Bimbingan dan konseling (Bagi calon guru dan mata
pelajaran).Yogyakarta: DEEPUBLISH (Grup Penerbitan CV Budi
Utama)

Oktara Olivia. 2015/05. Sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling.


Yogyakarta: Andi Offset

Syamsu Yusuf Lani dan Juntika Nurihsan 2008 Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Revika Aditama

19

Anda mungkin juga menyukai