Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HADIST

TENTANG

AKAR KONSELING, KONSEP DAN KEDUDUKAN BK DALAM


PENDIDIKAN

OLEH KELOMPOK 3:

IKHWAN AL HAFIZ (2001022)

ASRI ARDIANI (2001012)

NADIA TULHUSNA (2001044)

DOSEN PENGAMPU:

Dr. ALFAIZ, S.PSI., M.PD

JURUSAN PAI

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)

SYEKH BURHANUDIN

1443 H/2021 M
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji atas kehadirat Allah ‘Azza wa jalla atas segala
nikmat yang telah diberikan kepada kita semua sehingga kita masih bisa menikmati
kehidupan sampai saat sekarang ini dan kami dapat menyelesaikan makalah kami.
Shalawat dan salam tak lupa pula kita hadiahkan kepada Nabi besar Muhammad
Shalllallahu ‘alaihi wasallam yang telah membawa kita dari zaman yang tidak
berilmu pengetahuan ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan yang kita
rasakan pada saat sekarang ini.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah
bimbingan dan konseling islam yang telah membimbing kami dalam penulisan
makalah ini. Ucapan terima kasih kami juga ucapkan kepada semua pihak yang
memberikan bantuan untuk menyelesaikan makalah kami.

Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN ...........................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................1


B. Rumusan Masalah ................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................2

A. Akar konseling......................................................................................2
B. Konsep dan Kedudukan BK dalam pendidikan....................................4

BAB III : PENUTUP ...................................................................................13

A. Kesimpulan .........................................................................................13
B. Saran ..………………………………………………………………..13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, memiliki peranan sangat


penting dalam membentuk peradaban manusia yang mulia. Sebagai agama, Islam
tidak saja hanya mengatur hubungan manusia dan Tuhannya, tetapi juga hubungan
manusia dan manusia, hubungan manusia dan alam sekitarnya.

Al-Quran merupakan sumber hukum utama bagi umat Islam dalam


menjalankan perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan Allah. Untuk
menjelaskan banyak hal yang bersifat umum dalam Al-Quran, maka Hadis memiliki
peran penting dalam menuntun dan dan mengarahkan manusia dalam menjalankan
ajaran Al-Quran.

Kata “Hadis” secara bahasa dapat diartikan “baru” (al-jadid), yang merupakan
lawan kata dari al-qadim (lama/terdahulu). Makna ini dipahami sebagai berita yang
disandarkan kepada Nabi Saw, karena pembaruannya sebagai perimbangan dengan
berita yang terkandung dalam Al-Quran yang sifatnya qadim. Dengan demikian hadis
memiliki peran yang sangat penting dan tinggi bagi umat Islam sebagai sumber
hukum atau penjelasan dari sumber hukum yang ada di Al-Quran.

Terkadang, banyak yang memahami agama setengah-setengah, dengan dalih


kembali pada ajaran Islam yang murni, yang hanya berpegang teguh pada sunnatullah
atau Al-Quran saja dan meniadakan peranan hadis, sehingga banyak yang terjerumus
pada jalan yang sesat, mereka tidak hanya sesat melainkan juga menyesatkan yang
lain. Oleh karena itu, peranan hadis terhadap Al-Quran dalam melahirkan hukum
syariat Islam tidak bisa dikesampingkan lagi, karena tidak mungkin  umat Islam

1
memahami ajaran Islam dengan benar jika hanya merujuk pada Al-Quran saja,
melainkan harus diimbangi dengan hadis.

Di sisi lain Imam Syafi’i telah menanamkan fondasi epistemologis yang


sangat kokoh ketika mengeluarkan kaidah fiqhiyah yang berbunyi: iza asaha al-hadits
fahuwa mazhabi, bahwa ketika “jika sebuah hadis telah teruji kesahihannya, itulah
mazhabku”. Berawal dari konteks ini ternyata perkembangan agama (hukum) Islam
tidak terlepas dari kontek kajian hadis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah akar konseling?
2. Bagaimanakah Konsep dan kedudukan BK dalam pendidikan?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Akar Konseling
a. Sejarah munculnya bimbingan dan konseling

Secara umum, konsep bimbingan dan konseling telah lama dikenal manusia
melalui sejarah. Sejarah tentang pengembangan potensi individu dapat ditelusuri dari
masyarakat Yunani kuno. Mereka menekankan  upaya-upaya untuk mengembangkan
dan menguatkan individu melalui pendidikan. Plato di pandang sebagai konselor
yunani kuno karena dia menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah
pemahaman psikologis individu, seperti menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan,
hubungan dalam masyarakat dan teologis.

2
Menurut Bimo Walgito, bimbingan dan penyuluhan, yang kemudian saat ini
lebih dikenal sebagai bimbingan dan konseling, merupakan suatu ilmu yang baru bila
dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain pada umumnya. Bila kita telusuri, bimbingan
dan penyuluhan itu mulai timbul sekitar permulaan abad ke-20. Gerakan ini mula-
mula timbul di Amerika, yang dipelopori oleh tokoh-tokoh seperti frank Parsons,
Jesse B.Davis,Eli Wever, John Brewer, dan sebagainya.1

Pada tahun 1908 di Boston, Frank parsons mendirikan suatu biro yang
dimaksudkan untuk mencapai evisiensi kerja. Dialah yang mengemukakan istilah
atau pengertian tentang vocational guidance, yang meliputi vocational choice,
vocational placement, dan vocational training untuk memperoleh efisiensi
dalam pekerjaan.

Uraian mengenai sejarah perkembangan bimbingan dan konseling ini lebih


spesifik diungkap pula oleh Fauzi. Dia menyatakan bahwa gerakan bimbingan
disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman
latar belakan para siswa yang masuk ke sekolah-sekolah negeri. Tahun 1989, Jasse
B.davic seorang konselor di Detroit, mulai memberikan layanan konseling pendidikan
dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907, dia memasukkan program bimbingan
disekolah tersebut.2

b. Sejarah Munculnya Bimbingan dan Konseling di indonesia

       Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia diawali dari


dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan)
pada setting sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan
salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP,
yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20-24 Agustus 1960.
Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan
1
Walgito, Bimo. Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi. (Yogyakarta: Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. 2000) h. 23.
2
Fauzi, Psikologi Umum. (Bandung : Pustaka Setia, 2004) h. 52.

3
jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1971 berdiri Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP
Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP
Menado. Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil
disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan” pada
PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat
Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan. 3

       Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam dekade ini adalah
penyempurnaan kurikulum dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984. Dalam
kurikulum 1984 telah dimasukan bimbingan karir di dalamnya, usaha memantapkan
bimbingan terus berlanjut dengan diperlakukannya UU No. 2/1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Penataan bimbingan terus dilanjutkan dengan dikeluarkannya
SK Menpan No. 84/1993 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya.
Selajutnya pada tahun 2001 terjadi perubahan  nama organisasi Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia (IPBI) menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
(ABKIN).

B. Konsep Dan Kedudukan BK Dalam Pendidikan


1. Konsep BK dalam pendidikan

Bimbingan dan Konseling memiliki pengertian yang berbeda dan mengandung


makna yang saling berkaian antara satu dengan yang lainnya. Pengertian Bimbingan
dan Konseling tersebut akan diuraikan dari masingmasing arti, namun tidak dapat
dijelaskan dengan pengertian yang satu. Pengertian bimbingan, berasal dari kata
guidance dan konseling yang dahulunya disebut atau dikenal dengan penyuluhan,
berasal dari kata counseling. Penggunaan istilah bimbingan dan pnyuluhan sebagai
terjemahan dari kata guidance dan counseling ini dicetuskan oleh Tatang Mahmud,
MA seorang pejabat Departemen Tenaga kerja Republik Indonesia pada tahun 1953.
3
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta.
2006) h. 45.

4
Sebagaimana yang dikemukakan oleh DR. Tohari Nusnamar: Menurut
riwayatnya, penggunaan istilah penyluhan sebagai terjemahan counseling, sudah
dimulai sejak tahun 1953 pencetusnya Tatang Mahmud, MA seorang pejabat di
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Pada tahun tersebut ia menyebarkan
suatu edaran untuk meminta persetujuan kepada beberapa orang yang dipandang ahli,
apakah istilah “guidance and counseling” dapat diterjemahkan kedalam bahasa
indonesoa. Bimbingan dan penyluhan pada waktu itu ternyata tidak ada yang
menolaknya.4

Penjelasan dari kedua kata bimbingan (guidance) dan konseling (counseling),


akan diuraikan sebagaimana pada paparan berikut ini :

a. Pengertian Bimbingan

Secara etimologi bimbingan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris,


yakni “guidance”. Secara harfiah istilah “guidance” dari akar kata “guide” berarti:
Mengarahkan (to direct), Memandu (to pilot), Mengelola (to manage), Menyetir (to
steer) Yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun
membantu” sesuai dengan istilahnya, maka secara umum bimbingan dapat diartikan
sebagai suatu bantuan atau tuntutan.

Sedangkan pengertian bimbingan menurut terminologi diantaranya adalah


sebagai berikut:

1) Menurut Dewa Ketut Sukardi

Bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar


mampu memperkembangkan potensi (bakat, minat, dan kemampuan) yang dimiliki,
mengenai dirinya sendiri mengatasi persoalan-persoalan sehingga mereka dapat
menentukan sendiri jalan kehidupannya secara bertanggung jawab tanpa bergantung
pada orang lain.
4
Hallen A, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) h. 3.

5
2) Menurut I Jumhur dan Moh. Surya

Bimbingan adalah suatu proses pmberian bantuan yang terusmenerus dan


sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah hidupnya, agar tercapai
kemampuan untuk dapat memahami dirinya, kemampuan untuk menerima dirinya ,
kemampuan untuk mengarahkan dirinya, dan kemampuan untukmerealisasikan
dirinya, sesuai dengan dirinya atau kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri
dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Dan bantuan itu
diberikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam
bidangnya.5

3) Menurut Dr. Rachman Natawidjaja

Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang


dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami
dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar,
sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, serta
kehidupan umumnya. Dengan demikian ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya.
Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai
makhluk sosial.

4) Menurut Bimo Walgito

Bimbangan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu


atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-
kesulitan hidupnya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya.6

5) Menurut Elfi Muawanah


5
L Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Guidance and Conseling,
(Bandung: CV.Ilmu,1981), h. 28.
6
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyeluhan di Sekolah, (Andi Offset, Yogyakarta,1993), h.4

6
Bimbingan merupakan Suatu proses pemberian bantuan yang ditujukan kepada
individu atau siswa atau sekelompok siswa agar yang bersangkutan dapat mengenali
dirinya sendiri baik kemampuan. Kemampuan yang ia miliki serta kelemahan-
kelemahan agar selanjutnya dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggung
jawab dalam menentukan jalan hidupnya, mampu memecahkan sendiri kesulitan yang
dihadapi serta dapat memahami lingkungan untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya secara tepat dan akhirnya dapat memperoleh kebahagiaan hidup”.7

6) Menurut J. Jones

Bimbingan adalah pemberian bantuan oleh seseorang kepada orang lain dalam
menentukan pilihan penyesuaian dan pemecahan masalah.8

Dari berbagai pendapat diatas meskipun berbeda-beda dalam menyampaikan


pendapatnya tetapi mempunyai persamaan arti dan tujuannya. Bimbingan merupakan
pertolongan, namun tidak semua pertolongan merupakan bimbingan. Misalnya: orang
yang memberikan pertolongan kepada anak untuk dibangkitkan, hal inji bukanlah
merupakan bimbingan, sebab bimbingan masih memerlukan sifat-sifat yang lain,
misalnya: seorang guru yang memberikan bantuan jawaban muridnya pada waktu
ujian, hal ini juga bukanlah merupakan bimbingan.

b. Pengertian Konseling

Adapun pengertian konseling dari segi terminology, menurut James F. Adams,


konseling adalah: “suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana
yang seorang (counselor) membantu yang lain (counselee), supaya ia dapat lebih baik
memhami dirinya dalam hubungan masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada
waktu itu dan yang akan datang.

7
Elfi Mu’awanah, Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), h. 4.
8
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 64.

7
Di samping itu istilah bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah konseling.
Hal ini disebabkan karena bimbingan dan konseling itu merupakan suatu kegiatan
yang integral (utuh atau melengkapi). Konseling merupakan salah satu teknik dalam
pelayanan bimbingan diantara beberapa teknik lainnya. Bimbingan itu lebih luas dan
konseling merupakan alat yang paling penting dari usaha pelayanan bimbingan.
Pengertian konseling menurut terminologi diantaranya sebagai berikut:

1) Menurut James F Adams

Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana
yang seorang (counselor) membantu yang lain (counselee), supaya ia dapat lebih
memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidup yang
dihadapi pada waktu itu dan pada waktu yang aka datang.9

2) Menurut Bimo Walgio

Konseling atau penyuluhan adalah bantuan yang diberikan kepada individu


dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara
yang sesuai dengan keadaan individu untuk mencapai kehidupannya.10

3) Menurut W.S. Winkel SJ

Konseling merupakan suatu saluran bagi pemberian bimbingan. Dalam rangka


konseling diadakan diskusi atau pembicaraan antara seorang penyuluh (counselor)
dengan satu orang (individual counseling) atau dengan beberapa orang sekaligus
(group counseling).11Dari pendapat diatas penulis memberikan kesimpulan bahwa
konseling merupakan satu pertalian timbal balik antara individu dalam memecahkan
masalah kehidupannya untuk mencapai kesejahteraan hidupnya secara optimal.Jadi
bimbingan menyangkut konseling dan sebaliknya konseling juga menyangkut

9
L. Djumhur dan Moh. Suryo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Guidance and
Conseling, h. 29.
10
Bimo Walgito, Op cit, h. 5.
11
Elfi Mu’awanah, Op cit, h. 7.

8
bimbingan. Namun konseling disini diberikan secara kelompok seperti: bimbingan
pada umumnya bagaimana cara belajar yang efesien dan dapat diberikan kepada
seluruh kelas pada suatu waktu tertentu secara bersama-sama. Dari uraian-uraian dan
teori-teori yang telah dikemukakan di atas maka dapatlah ditarik suatu kesimpulan
yang efektif yaitu sebagai berikut: bimbingan konseling adalah suatu proses
pemberian bantuan secara terus-menerus dalam perkembangan individual untuk
mencapai kemampuan, pemahaman dan pengarahan diri, penyesuaian diri serta
pemecahan masalah yang dihadapi, sehingga dapat bertindak wajar sesuai dengan
tuntutan lingkungannya.

2. Kedudukan BK dalam pendidikan

Pendidikan sebagai upaya peningkatan pembinaan dan pengembangan sumber


daya manusia diharapkan dapat melahirkan para generasi muda yang memiliki
kepribadian yang maju dan mendiri, karena kemajuan dan kemandirian adalah dua
dimensi kepribadian yang sangat diperlukan terutama dalam membangun bangsa dan
menghadapi tantangan era globalisasi dan informasi.

Untuk menjadikan generasi muda dengan kepribadian yang memiliki ciri-ciri


maju dan mandiri, maka seluruh dimensi kemanusiaan yang ada pada diri generasi
muda perlu ditumbuhkembangkan agar tercipta manusia seutuhnya. Manusia
seutuhnya adalah manusia yang telah berhasil memperkembangkan pada dirinya
dimensi-dimensi kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan yang dimaksud meliputi
dimensi keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan dan dimensi
keberagaman.12

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal memiliki tugas dan tanggung


jawab dalam mengembangkan empat dimensi kemanusiaan yang melekat pada diri
siswa agar kepribadian siswa menjadi maju dan mandiri.

12
Prayitno, Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. (Rineka Cipta: Jakarta.
2009)h. 27.

9
Hal ini sejalan dengan amanat yang dikehendaki UU Sisdiknas No. 20 Tahun
2003 Bab II pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
dan peradaban yangbermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat dan
berilmu, cakap dan kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis, serta
bertanggung jawab.”

Dalam mewujudkan cita-cita pendidikan nasional di atas, sekolah perlu


menyelenggarakan kegiatan pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya.
Penyelenggaraan pengajaran saja belum cukup untuk mengembangkan kepribadian
siswa secara maju dan mandiri.

Saat ini peraturan perundangan baru dalam bidang pendidikan memperkuat


eksistensi BK di sekolah. Undang undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 mengakui
sepenuhnya adanya berbagai tenaga yang berperan di dalam dunia pendidikan selain
guru yang tugas pokoknya mengajar. Adapun tenaga pendidik yang dapat memainkan
peran dalam dunia pendidikan tercantum pada UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 1 butir
6 sebagai berikut : “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pendidikan”.

Dalam UU Sisdiknas itu secara jelas disebutkan bahwa konselor adalah kategori
pendidik yang bertugas dalam dunia pendidikan. Konselor adalah tenaga pelaksana
kegiatan bimbingan dan konseling. Tentang tenaga pelaksana bimbingan dan
konseling/layanan konseling di sekolah ini, diperjelas oleh Permendiknas No. 22
Tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sebagai
berikut :

10
Pelayanan konseling :

1) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan


mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat.
2) Masalah pribadi, kehidupan sosial, belajar dan karir.
3) Di fasilitasi/dilaksanakan oleh konselor13

Adapun kedudukan dan keberadaan bimbingan dan konseling dalam pendidikan


seperti berikut ini.

1. Bidang administratif dan kepemimpinan

Bidang ini menyangkut kegiatan pengelolaan program secara efektif dan


efisien. Pada bidang ini terletak tanggung jawab kepemimpinan (leadership) yakni
kepala sekolah dan staf administrasi lainnya, yg terkait dengan kegiatan perencanaan,
organisasi, deskripsi jabatan atau pembagian tugas, pembiayaan, penyediaan fasilitas
atau sarana prasarana, supervisi dan evaluasi program.

2. Bidang intruksional dan kurikuler

Bidang ini terkait dengan kegiatan belajar mengajar (pelajaran) yang bertujuan
untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan sikap kepada
peserta didik. Pihak yang bertanggung jawab secara langsung terhadap bidang ini
adalah para guru.

3. Bidang pembinaan siswa (Bimbingan dan konseling yang memandirikan)

Bidang ini terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta
didik dalam upaya mencapai perkembangannya secara optimal, melalui interaksi
yang sehat dengan lingkungannya. Personel yang paling bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan bidang ini adalah guru bimbingan dan konseling (konselor).

13
Prayitno, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. (Jakarta: PT
Rineka Cipta. 2011) h. 62.

11
Dalam konteks kedudukan bimbingan dan konseling di institusi pendidikan
martadinata mengemukakan secara tegas posisi keilmuan bimbingan dan konseling.
Ditegaskan bahwa keilmuan dan layanan ahli dari kependidikan di bidang ini disebut
bimbingan dan konseling.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan masalah di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bimbingan


merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dan
konseling merupakan salah satu komponen dlm keseluruhan sistem pendidikan
khususnya di sekolah; guru sbg salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan
yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan
pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap
konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah. 

Bimbingan dan konseling adalah sebuah proses tolong menolong antara


individu satu dengan individu yang lain untuk memahami diri mereka sendiri. Di
dalam pendidikan bimbingan dan konseling mewakili hasrat masyarakat untuk
membantu individu, sumbangan bimbingan dan konseling menambah kepahaman
tentang informasi pendidikan, vokasional dan social yang diperlukan untuk membuat
pilihan secara berpengetahuam bagi pelajar.

B. Saran

Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami.

13
DAFTAR PUSAKA

Walgito, Bimo. Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi. (Yogyakarta:


Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM. 2000)

Fauzi, Psikologi Umum. (Bandung : Pustaka Setia, 2004)

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka


Cipta. 2006)

Hallen A, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pers, 2002)

Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Guidance and
Conseling, (Bandung: CV.Ilmu,1981)

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyeluhan di Sekolah, (Andi Offset,


Yogyakarta,1993)

Elfi Mu’awanah, Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004)

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di


Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000)

Prayitno, Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. (Rineka Cipta:


Jakarta. 2009)

Anda mungkin juga menyukai