Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PEMBELAJARAN PAI DI SEKOLAH

KONSEP DASAR BERFIKIR DALAM PEMBELAJARAN PAI

DISUSUN OLEH :

1. Deliyanti Kusuma Dewi (1911210203)


2. Bainal Huri (1911210111)
3. Ma’ruf Muclissun (1911210164)
4. Sari Fatima (1911210188)
5. Ulviza Anggraini (1911210190)
6. Wira Anjastari (1911210194)
DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Mindani, M. Ag

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU

2021
KATA PENGANTAR
Puja dan puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah tentang Konsep Dasar Berfikir dalam Pembelajaran PAI
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima
kasih pada bapak Dr.Mindani, M. Ag selaku Dosen mata kuliah pembelajaran PAI
disekolah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan laporan ini di waktu yang akan
datang.

Bengkulu, 28 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam.....................................3
B. Implikasi Berpikir (Al-Fikr) Menurut Alquran Terhadap Pembelajaran PAI
Di Sekolah............................................................................................................5
C. Asas Pendidikan Islam................................................................................10
D. Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama islam.....................................11
E. Bentuk-Bentuk Pengajaran PAI..................................................................13
F. Tujuan Pendidikan Agama Islam................................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................................16
B. Saran............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan Islam merupakan elemen vital dalam pendidikan. Karena


Pendidikan Islam menjadi tonggak keberhasilan pendidikan secara
komperehensif. Pendidikan Islam sering disebut juga pendidikan moral (karakter).
Bagaimana tidak, pendidikan tanpa karakter maka bisa dikatakan pendidikan itu
kualitasnya di bawah standar.

Untuk membentuk pendidikan karakter (moral) itu terlebih dahulu kita


paham dulu tentang konsep dasar Pendidikan Islam (karakter, moral) itu sendiri.
Sudah banyak konsep dasar pendidikan Islam itu sendiri yang dijelaskan dalam al-
Quran maupun al-Hadist sendiri. Tidak hanya itu para pakar pendidikan banyak
terinspirasi dari al-Quran dan al-Hadist untuk merekonstruksi pendidikan secara
komperehensif.

Konsep itu sangat penting dalam pendidikan. Jika pendidikan tanpa konsep
maka bisa ditebak pendidikan itu akan berjalan tidak sesuai harapan. Untuk itu
pendidikan terutama Pendidikan Islam harus mempunyai konsep yang mapan.

Pada era globalisasi ini pendidikan sangat penting bagi peserta didik.karena
era globalisasi dapat membawa kita untuk semakin mudah memperoleh informasi
dari luar yang dapat membantu kita menemukan alternatif-alernatif baru dalam
usaha memecahkan masalah yang kita hadapi terutama dalam bidang pendidikan
islam,misalnya melalui internet kini kita dapat mencari informasi dari seluruh
dunia tanpa harus mengeluarkan banyak dana.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dan semakin


hebat tidak akan memberika kemaslahatan bagi umat jika jika tidak di imbangi
dengan akhlak yang mulia dari para pelakunya. Salah satu cara untuk
menumbuhkembangkan akhlak yang mulia tersebut adalah melalui ilmu
pendidikan agama khususnya ilmu pendidikan agama islam. Melalui pendidikan
agama Islam diharapkan akan lahir intelektual- intelektual (Islam) yang mau
memikirkan dan mencoba untuk membawa negeri tercinta ini keluar dari jurang
krisis dan berusaha untuk menciptakan masyarakat madani sepeti yang dicita-
citakan semua umat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam?
2. Bagaimana Implikasi Berpikir (Al-Fikr) Menurut Al-qur’an Terhadap
Pembelajaran PAI Di Sekolah ?
3. Apa saja asas pendidikan Islam ?
4. Apa saja Dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ?
5. Bagaimana Bentuk-Bentuk Pengajaran PAI ?
6. Apa Tujuan Pendidikan Agama Islam ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam.
2. Mengetahui Implikasi Berpikir (Al-Fikr) menurut Al-qur’an Terhadap
Pembelajaran PAI di Sekolah.
3. Mengetahui asas pendidikan Islam.
4. Mengetahui Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Islam.
5. Mengetahui Bnetuk-bentuk Pengajaran PAI.
6. Mengetahui Tujuan Pendidikan Agama Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Dasar Pendidikan Agama Islam

Konsep menurut bahasa adalah ide umum, pengertian, pemikiran, rancangan


dan rencana dasar. Konsep itu sangat penting dalam pendidikan. Jika pendidikan
tanpa konsep maka bisa ditebak pendidikan itu akan berjalan tidak sesuai harapan.
Untuk itu pendidikan terutama Pendidikan Islam harus mempunyai konsep yang
mapan.

Istilah dasar bermakna landasan untuk berdirinya sesuatu. Dasar yang


menjadi acuan pendidikan harus merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan
yang dapat mengantarkan pada aktivitas yang di cita-citakan.1

Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam


menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga
mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama
Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan hadis, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.2

Pembicaraan tentang konsep dasar pendidikan islam ini mencangkup


pengertian istilah tarbiyah, ta’lim, ta’dib, dan pendidikan islam. Analisis term ini
dimaksudkan untuk mendapatkan konsep yang lebih tepat tentang pendidikan
islam.

1. Pengertian Tarbiyyah
Abdurrahman An-Nahlawi mengemukakan bahwa menurut kamus
bahasa arab, lafal At-Tarbiyah berasal dari tiga kata:
a. Pertama, raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh.

1
Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si., Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : CV Pustaka Setia : 2011).
Hal. 103.
2
Abdul Majid. Belajar Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Bandung : Pt Remaja
Rosdakarya : 2012). Hal.11.

3
b. Kedua, rabiya-yarba dengan wazan (bentuk) khafiya-yakhfa, yang berarti
menjadi besar.
c. Ketiga, rabba-yarubbu dengan wazan (bentuk) madda-yamuddu yang
berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, dan
memelihara.
Beberapa pengkaji telah menyusun definisi pendidikan dari ketiga asal
kata ini. Imam al-baidawi (wafat 685), dalam tafsirnya anwar at-tanzil wa
asrar at-ta’wil mengatakan, makna asal Ar-Rabb adalah at-tarbiyah, yaitu
menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna.
Dari ketiga asal kata diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
(tarbiyah) terdiri dari empat unsure, yaitu :
a. Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang baligh.
b. Mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macam.
c. Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi anak menuju kepada kebaikan dan
kesempurnaan yang layak baginya.
d. Proses ini dilaksanakan secara bertahap.
2. Pengertian Ta’dib
Ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur
ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu didalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing
kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan tuhan di dalam
tatanan wujud dan keberadaannya.
Dalam struktur telaah konseptualnya, ta’dib sudah mencangkup unsur-
unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (ta’lim) dan pengasuhan yang baik
(tarbiyah). Dengan demikian ta’dib lebih lengkap sebagai term yang
mendeskripsikan proses pendidikan islam yang sesungguhnya. Dengan proses
ini diharapkan lahir insan-insan yang memiliki integritas kepribadian yang
utuh dan lengkap.3
3. Ta’lim

3
Bukhari Umar. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta : AMZAH : 2010). Cet-Ke 1. Hal. 21-26.

4
Ta’lim berasal dari kata ‘allama yang berarti Proses transmisi ilmu
pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.
Muhammad Nuquib al-attas memberi makna at-ta’lim sebagai proses
pengajaran tanpa adanya pengenalan secara mendasar.
Muhammad athiyah al-abrasyi mengemukakan pengertian at-ta’lim
yang berbeda dari pendapat-pendapat diatas. Beliau menyatakan bahwa at-
ta’lim lebih khusus daripada at-tarbiyah karena at-ta’lim hanya merupakan
upaya menyiapkan individu dengan mengacu kepada aspek-aspek tertentu
saja, sedangkan tarbiyah mencangkup keseluruhan aspek-aspek pendidikan
Dengan demikian ta’lim memiliki cakupan yang lebih spesifik yang
hanya menitik tekankan terhadap proses penalaran saja. Dengan demikian
setelah kita memahami ketiga konsep dasar tersebut kita dapat merumuskan
sistematika proses pendidikan.
B. Implikasi Berpikir (Al-Fikr) Menurut Alquran Terhadap Pembelajaran
PAI Di Sekolah
1. Implikasi Filosofis
Secara folosofis, surah Al-Imran ayat 191 menjelaskan bagaimana
orangorang yang telah berpikir dengan baik sehingga ia dekat dengan
Tuhannya. Berbagai kejadian di bumi seperti pergantian siang-malam,
pergantian cuaca, turunnya hujan, perbedaan musim dan lainnya adalah
tanda-tanda bagi orang yang berpikir bahwa semua itu tidak terjadi dengan
sendirinya. Mereka memandang bahwa ayat kauniyah dengan segala
sifatnya merupakan bukti kekuasaan Allah Swt. Maka bersemilah rasa takut
dan khawatir sehingga mereka berdoa seperti dalam ayat tersebut.
Hal itu lah yang harus menjadi tujuan dari pembelajaran PAI, yaitu
menjadikan para siswa menjadi manusia-manusia yang bisa berpikir dengan
baik sehingga menemukan dan semakin dekat dengan Allah Swt. Dengan
demikian ia akan selalu berdoa, berharap, dan taat terhadap Allah Swt.
Kedekatannya dengan Allah Swt akan membuatnya memiliki karakter yang
baik sebagaimana yang telah diajarkan oleh Allah Swt melalui rasul-Nya.
Dengan demikian ia akan tahu dan menjalankan perannya menjadi manusia

5
sebagai khalifah dan tugasnya untuk menjaga dan merawat bumi sebagai
wakil khalifah Allah Swt. Dengan demikian akan tercipta individu yang
baik dan masyarakat yang baik sehingga menjadi rahmatan lil alamin.
2. Implikasi Paedagogis Teoritis
a) Implikasi Terhadap Tujuan PAI
Tujuan dari pembelajaran PAI selaras dengan ayat-ayat Al-quran
yang mengandung term berpikir (Al-Fikr). Tujuan Alquran
memerintahkan manusia untuk berpikir adalah agar manusia semakin
mengenal Allah sebagai pencipta dan pengatur alam semesta. Dengan
demikian akan berimplikasi terhadap penyembahan hanya pada Allah
dan mentaati perintah-Nya untuk berakhlak baik.
Dalam analisa peneliti pada surah AlJ ṡiyah ayat 13, An-Nahl ayat
11, An-Nahl ayat 69, Ar-Rūm ayat 8, Ar-Rūm ayat 21, Ar-Ra’d ayat 3,
dan Al-Imran ayat 190, Allah memerintahkan manusia untuk
memperhatikan dan memikirkan alam semesta hingga manusia
mengetahui kekuasaan Allah yang telah menciptakan dan mengaturnya.
Setelah banyak berpikir dan merenungkan ciptaan Allah Swt maka ia
akan menyadari kekuasaan Allah Swt serta selalu mengharap ridha,
pertolongan dan hanya menyembah padanya sebagaimana yang
difirmankan dalam surah Al-Imran ayat 191.
b) Implikasi Terhadap Perencanaan PAI
Terdapat ayat-ayat yang bisa diimplementasikan terhadap
perencanaan pembelajaran PAI terutama dalam langkah pembelajaran.
Dalam perspektif Alquran ilmu hanya bisa didapatkan jika kita berpikir
dengan baik tanpa hati yang kotor oleh nafsu dan dosa. Dalam surah
AlMudaṡṡir ayat 18 Allah mengecam cara berpikir Al-Walid. Begitupun
surah Al-Araf ayat 176 Alquran mengecam cara berpikir orang yang
berdasarkan nafsu. Maka dari itu sebelum pemebelajaran dimulai,
hendaklah guru PAI menyusun pembelajaran dengan terlebih dahulu
mengajak siswa untuk membersihkan dosa dengan cara bertaubat
memohon ampun pada Allah.

6
Selain memulai pembelajaran dengan doa, menurut peneliti
alangkah baiknya jika guru memulainya pula dengan ajakan untuk
merenungi kekuasaan Allah Swt dan mensyukurinya sebagaimana
perintah-Nya dalam surah Al-J ṡiyah ayat 13, An-Nahl ayat 11, An-Nahl
ayat 69, Ar-Rūm ayat 8, Ar-Rūm ayat 21, Ar-Ra’d ayat 3, dan Al-Imran
ayat 191. Ajak dan ingatkanlah siswa untuk memperhatikan berbagai
kejadian alam maupun sosial di sekitarnya. Berikan rangsangan pada
siswa agar mereka berpikir dan merenungi nikmat dan manfaat di
dalamnya. Arahkan perhatian siswa pada nikmat Allah Swt di sekitarnya,
walaupun itu tampak kecil dan sederhana, namun guru menjelaskannya
dengan katakata indah lagi penuh hikmah yang membuat kagum
sehingga memunculkan rasa syukur.
c) Implikasi Terhadap Guru PAI
Seorang guru terutama guru PAI hendaklah meniru bagaimana
Rasulullah Saw dalam mendidik. Menurut Hamka surah Al-Araf ayat
184 Alquran menegaskan bahwa Nabī Mu ammad saw bukanlah seperti
dugaan buruk kaum Quraisy, Alquran menyuruh mereka berpikir kembali
mengenai kepribadian Nabī Muhammad saw.
Bahkan menurut Shihab dalam ayat ini Nabī Muhammad saw
dinamai teman mereka. Karena mereka selalu bersama beliau semenjak
masa sebelum kenabian. Teman yang selalu menyertai seseorang adalah
yang paling mengenalnya. Tentu mereka sangat mengenal Nabī
Muhammad. Sebelum menjadi nabi, beliau terkenal oleh penduduk
Mekkah sebagai orang yang berkepribadian baik bahkan mendapat gelar
al-amin (terpercaya), padahal saat itu masih dalam keadaan jahiliyah.
Seorang guru hendaklah memiliki kepribadian yang baik sebagaimana
Nabī Muhammad saw.
d) Implikasi Terhadap Materi
Pembelajaran PAI Dalam temuan peneliti, materi pembelajaran
yang diajarkan oleh Nabī Muhammad saw berasal dari wahyu Allah,
sebagaimana yang difirmankan surah Al-An’am ayat 50 tugas rasul

7
hanyalah menerima ajaran dari Rabb-nya dan hanya mengikuti apa yang
diwahyukan. Hendaklah dalam pembelajaran PAI tidak hanya berisi
materi agama seperti fiqih, aqidah, sejarah Islam dan lainnya. Hendaklah
juga ditambahkan atau dikaitkan dengan materi ilmu umum seperti ilmu
alam atau humaniora. Sebab Alquran pun memerintahkan demikian
dalam surah AlJ ṡiyah ayat 13, An-Nahl ayat 11, An-Nahl ayat 69, Ar-
Rūm ayat 8, Ar-Rūm ayat 21, Ar-Ra’d ayat 3, dan Al-Imran ayat 191
yang memerintahkan untuk meneliti alam semesta dan isinya.
e) Implikasi Terhadap Metode Pembelajaran PAI
Dalam surah Yūnus ayat 24 Allah menggunakan metode amtsal
atau perumpamaan dalam menerangkan dunia yang fana dan sementara.
Dalam surah. Al-Baqarah ayat 266 Allah memperumpamakan
kemalangan orang yang beramal berdasarkan ria di akhirat kelak karena
pahala yang selama ini diharapkan hilang tak kembali lagi. Alquran juga
menggunakan metode pembelajaran dialog atau Hiwar Qurani, dalam
surah Saba’ ayat 46 menurut Hamka Allah memerintahkan orang-orang
yang membantah Rasulullah Saw untuk berpikir saling bertukar
pemikiran dengan cara berdialog dan berdiskusi untuk memikirkan
kembali tentang Nabī Muhammad saw secara benar. Pikirkan segala kata
dan seruan, ajakan dan dakwah yang disampaikan Nabī Mu ammad saw.
Jika pikiranmu jernih maka akan disimpulkan bahwa Rasūl Allah
saw tidaklah gila. Metode kisah qur’ani juga digunakan agar siswa
berpikir untuk mengambil pelajaran atau hikmah dari kisah-kisah
terdahulu. Dalam kisah-kisah tersebut terdapat banyak pelajaran yang
bisa diterapkan di zaman sekarang. Surah Al-Araf ayat 176
memerintahkan agar menceritakan bagaimana kisah orang-orang
terdahulu yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan durhaka pada Allah
Swt. Dengan dicaritakannya kisah tersebut, maka hendaklah manusia
berpikir dan merenunginya sehingga mendapatkan hikmah dan pelajaran
di dalamnya.
f) Implikasi Terhadap Media Pembelajaran PAI

8
Media pembelajaran juga terdapat dalam ayat-ayat Alquran yang
mengandung term Al-Fikr. Kebanyakan Alquran memakai media
langsung untuk mengajak memperhatikan alam semesta sebagai objek
untuk berpikir, kemudian menelaahnya sehingga munculah keimanan
yang kuat. dalam surah AlJ ṡiyah ayat 13, An-Nahl ayat 11, An-Nahl ayat
69, Ar-Rūm ayat 8, Ar-Rūm ayat 21, Ar-Ra’d ayat 3, dan Al-Imran ayat
191 memerintahkan manusia untuk langsung meneliti alam sebagai
media pembelajaran mengenal Allah. Dengan demikian hendaklah dalam
pembelajaran PAI juga menggunakan media langsung dari alam,
misalnya mengadakan percobaan saintifik kemudian dikaitkan dengan
materi pembelajaran PAI.
g) Implikasi terhadap Evaluasi Pembelajaran PAI
Dalam surah Al-Imran ayat 191 terdapat unsur evaluasi dari hasil
proses berpikir sebagaimana yang diperintahkan dalam Al-quran. orang
yang selalu berpikir dengan akal dan hatinya yang bersih maka akan
menemukan kebenaran dan semakin dekat dengan Tuhan. Ia akan berkata
“Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka” sebagai
ucapan yang muncul dari perenungan, dzikir dan pemikiran mengenai
ciptaan Allah.
Implikasinya bagi evaluasi pembelajaran PAI hendaklah para guru
tidak hanya mengevaluasi sejauh mana pengetahuan murid seputar
agama. Namun lebih dari itu guru PAI harus melihat sejauh mana ilmu
agama yang telah dipelajari dapat dipahami dan diamalkan peserta
didiknya dalam kehidupan seharihari minimal di lingkungan sekolah.
Selalu mengingat dan memikirkan Allah merupakan puncak dari
pemahaman dan pengamalan ilmu agama yang telah dipelajari.
3. Implikasi Praktis
Guru PAI harus menjelaskan dan merangsang siswa untuk bisa
berpikir mengambil hikmah serta manfaat dari materi pembelajaran agama
yang diajarkan sehingga terkesan di benak siswa. Metode pembelajaran PAI

9
yang bisa digunakan yaitu metode dialog atau diskusi yang bisa merangsang
siswa untuk berpikir mengemukakan argumen yang baik, metode amtsal
perumpamaan yang membuat siswa lebih mudah memahami materi, dan
metode kisah yang membuat siswa lebih peka menangkap hikmah dari
setiap kisah dan peristiwa yang terjadi.
Adapun media pembelajaran yang bisa digunakan adalah media dari
berbagai peristiwa dan kejadian-kejadian alam semesta baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui gambar atau video. Guru PAI tidak hanya
menerangkan materi agama saja, namun juga harus mengaitkan ayat-ayat
kaumnya Allah Swt yang ada di alam semesta dan mengaitkannya pada
pembelajaran agama. Guru PAI menghadirkan media pembelajaran tersebut
dengan menyuruh siswa mengamatinya, kemudian merangsang siswa agar
mampu menangkap hikmah dan filosofi dari berbagai kejadian itu dikaitkan
dengan pembelajaran agama.
Setiap pembelajaran PAI di sekolah bertujuan agar siswa mengetahui,
memahami, menghayati, hingga mengamalkan materi yang telah dipelajari.
Semua itu dilakukan melalui proses bukan secara instan atau langsung. Guru
harus terus bersabar dan membimbing siswa. Guru harus mempunyai
pandangan untuk menjadikan siswa-siswanya tidak hanya mengetahui
ajaran Islam, namun juga bisa mengamalkannya.
C. Asas Pendidikan Islam

Dalam konteks individu, pendidikan termasuk salah satu kebutuhan asasi


manusia. Sebab, ia menjadi jalan yang lazim untuk memperoleh pengetahuan atau
ilmu. Sedangkan ilmu akan menjadi unsur utama penopang kehidupannya. Oleh
karena itu, Islam tidak saja mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu, bahkan
memberi dorongan serta arahan agar dengan ilmu itu manusia dapat menemukan
kebenaran hakiki dan mendayungkan ilmunya diatas jalan kebenaran. Rosulullah
SAW bersabda, “Tuntutlah oleh kalian akan ilmu pengetahuan, sesungguhnya
menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah SWT, dan mengajarkannya
kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shodaqoh. Sesungguhnya ilmu itu

10
akan menempatkan pemiliknya pada kedududkan tinggi lagi mulia. Ilmu adalah
keindahan bagi ahlinya di dunia dan akhirat.

Makna hadits tersebut sejalan dengan firman Allah SWT : “Allah niscaya
mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan mereka yang berilmu
pengetahuan bertingkat derajat. Demi Allah maha mengetahui terhadap apa yang
kamu lakukan.

D. Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama islam

Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama islam di sekolah mempunyai


dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dkk. (1983:21) dapat ditinjau
dari berbagai segi, yaitu :

a) Segi yuridis / Hukum.


Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang-undangan
dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar
yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam :
1. Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara pancasila , sila pertama:
ketuhanan yang maha esa.
2. Dasar structural/konstitusional, yaitu UUD’45 dalam Bab XI pasal 29 ayat
1 dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan yang maha
esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya
itu.
3. Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No IV/MPR/1978 jo.
Ketetapan MPR No. II/MPR/1988 dan Tap. MPR No. II/MPR 1993
tentang garis-garis besar haluan Negara yang pada pokoknya menyatakan
bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimaksudkan
dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari sekolah dasar hingga
perguruan tinggi.
b) Segi religious

11
Yang dimaksud dengan dasar religious adalah dasar yang bersumber
dari ajaran islam. Dasar pradigma pendidikan islam identik dengan dasar
islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu Al-Qur’an
dan Al-hadis.
Al-Qur’an sebagai sumber pertama dan utama dalam ajaran Islam
mengajarkan dan mengajak manusia untuk selalu menggunakan akal dan
pikirannya untuk memikirkan seluruh ciptaan Allah SWT. Dan untuk
senantiasa mengambil hikmah darinya. Sebagai sumber ajaran islam, Al-
Qur’an telah menunjukkan keistimewaannya. Keindahan redaksi yang
dipakai, akurasi makana dan kesempurnaan ruang lingkup yang
dikandungnya, baik yang berkenaan dengan alam khaqi, menyangkut semesta
alam makro dan mikro, maupun alam khulqi yang menyangkut semesta
budaya dan peradaban manusia.4
Kalam yang tertuang dalam Al-qur’an merupakan frame yang harus
diterjemahkan dalam pendidikan islam sehingga melahirkan output
pendidikan yang berkualitas. Suatu system pendidikan yang dikembangkan
berdasarkan Al-qur’an akan mewujudkan dan merefleksikan komunitas
muslim sesuai dengan cita-cita yang diinginkan.
As-sunnah atau Al-Hadis sebagai perwujudan dari perkataan,
perbuatan, dan ketetapan Rasulullah SAW., merupakan kerangka acuan bagi
pengembangan kehidupan umat islam, tak terkecuali dalam aspek pendidikan.
Hal itu dapat dipahami karena kepribadian Nabi Muhammad SAW. Secara
normative merupakan pusat teladan yang baik ( al-uswah al-hasanah) bagi
kehidupan praktis umat islam.
Pada sisi yang lain, hadis yang merupakan penafsiran Al-qur’an adalah
landasan praktik ajaran Islam secara factual.
Sebagai dasar pendidikan islam, Al-qur’an dan Al-hadis adalah rujukan
untuk mencari, membuat, dan mengembangkan paradigm, konsep, prinsip,
teori, dan teknik pendidikan agama islam.5
4
Zukabir. Islam Kontektual Dan Konseptual. Bandung : Al-Itqan : 1993). Hal .15.
5
Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si.. Pemikiran Pendidikan Islam. (Bandung : CV Pustaka Setia : 2011).
Hal. 61-63.

12
c) Segi psikologis
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya,
manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat
dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak
tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. Sebagaimana
dikemukakan oleh Zuhairini bahwa : semua manusia di dunia ini selalu
membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut agama. Mereka
merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya
Zat yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka
memohon pertolongan-nya. Hal semacam ini terjadi pada masyarakat yang
masih primitive maupun masyarakat yang sudah modern. Mereka merasa
tenang dan tentram hatinya kalu mereka dapat mendekat dan mengabdi
kepada Zat yang Maha Kuasa.6
Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang
dan tentram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada tuhan. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam surat Al-Ra’ad ayat 28, yaitu: “… ingatlah, hanya
dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram”.
E. Bentuk-Bentuk Pengajaran PAI

Seperti yang telah diuraikan di muka, bahwa perencanaan pengajaran


khusus di bidang Pendidikan Agama Islam ditetapkan sekarang dan dilaksanakan
serta digunakan untuk waktu yang akan datang. Dalam ilmu manajemen,
perencanaan tersebut memiliki bentuk-bentuk sebagai berikut :

1. Tujuan(objektif)
Merupakan suatu sasaran dimana kegiatan itu diarahkan dan diusahakan
untuk sedapat mungkin dicapai dalam jangka waktu tertentu.
2. Kebijakan(policy)

6
Abdul Majid & Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. (Bandung : Pt
Remaja Rosdakarya : 2006), Cet.Ke-3. Hal. 133.

13
Yaitu suatu pernyataan atau pengertian untuk menyalurkan pikiran
dalam mengambil keputusan terhadap tindakan-tindakan untuk mencapai
tujuan. Karena kebijakan ini biasanya tidak tertulis, maka seringkali sulit
untuk difahami oleh para peserta didik.
3. Strategi
Merupakan tindakan penyesuaian dari rerncana yang telah dibuat.
Disebabkan oleh adanya berbagai macam reaksi. Oleh karena itu dalam
membuat strategi haruslah memperhatikan beberapa faktor seperti: ketepatan
waktu mengajar, ketepatan tindakan yang akan dilakukan dan sebagainya.
4. Prosedur
Merupakan rangkaian tindakan yang akan dilaksanakan untuk waktu
mendatang. Ini lebih menitikberatkan pada suatu tindakan.
5. Aturan
Meruapakan suatu tindakan yang spesifik dan merupakan bagian dari
prosedur.
6. Program
Yaitu campuran antara kebijakan prosedur, aturan dan pemberian tugas
yang disertai dengan suatu anggaran; semuanya ini akan menciptakan adanya
tindakan.
Dari semua bentuk-bentuk perencanaan tersebut satu sama lain saling terkait
dalam satu kesatuan system.
F. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk


menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang
agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang berkembang dalam hal
keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Tujuan pendidikan agama islam diatas merupakan turunan dari tujuan


pendidikan nasional, suatu rumusan dalam UUSPN (UU No. 20 tahun 2013),

14
berbunyi : “pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha
esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Kalau tujuan pendidikan nasional sudah terumuskan dengan baik, maka


focus berikutnya adalah cara menyampaikan atau bahkan menanamkan nilai,
pengetahuan, dan ketrampilan. Cara seperti ini meliputi penyampaian atau guru,
penerima atau peserta didik, berbagai macam sarana dan prasarana, kelembagaan
dan factor lainnya, termasuk kepala sekolah/madrasah, masyarakat terlebih orang
tua dan sebagainya.7

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Untuk itu pendidikan terutama Pendidikan Islam harus mempunyai konsep


yang mapan. Dasar yang menjadi acuan pendidikan harus merupakan sumber nilai
7
Abdul Majid. Belajar Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. (Bandung : Pt Remaja
Rosdakarya : 2012). Hal. 16-17.

15
kebenaran dan kekuatan yang dapat mengantarkan pada aktivitas yang di cita-
citakan. Analisis term ini dimaksudkan untuk mendapatkan konsep yang lebih
tepat tentang pendidikan islam.

Tarbiyyah Pertama, raba-yarbu yang berarti bertambah dan bertumbuh.


Kedua, rabiya-yarba dengan wazan khafiya-yakhfa, yang berarti menjadi besar.
Ketiga, rabba-yarubbu dengan wazan madda-yamuddu yang berarti memperbaiki,
menguasai urusan, menuntun, menjaga, dan memelihara. Beberapa pengkaji telah
menyusun definisi pendidikan dari ketiga asal kata ini.

Mengembangkan seluruh potensi dan kesiapan yang bermacam-macam.


Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi anak menuju kepada kebaikan dan
kesempurnaan yang layak baginya. Tujuan dari pembelajaran PAI selaras dengan
ayat-ayat Al-quran yang mengandung term berpikir Implikasi Terhadap Guru
PAI. Selalu mengingat dan memikirkan Allah merupakan puncak dari pemahaman
dan pengamalan ilmu agama yang telah dipelajari.

Praktis Guru PAI harus menjelaskan dan merangsang siswa untuk bisa
berpikir mengambil hikmah serta manfaat dari materi pembelajaran agama yang
diajarkan sehingga terkesan di benak siswa. Metode pembelajaran PAI yang bisa
digunakan yaitu metode dialog atau diskusi yang bisa merangsang siswa untuk
berpikir mengemukakan argumen yang baik, metode amtsal perumpamaan yang
membuat siswa lebih mudah memahami materi, dan metode kisah yang membuat
siswa lebih peka menangkap hikmah dari setiap kisah dan peristiwa yang terjadi.
Adapun media pembelajaran yang bisa digunakan adalah media dari berbagai
peristiwa dan kejadian-kejadian alam semesta baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui gambar atau video. Guru PAI tidak hanya menerangkan materi
agama saja, namun juga harus mengaitkan ayat-ayat kaumnya Allah Swt yang ada
di alam semesta dan mengaitkannya pada pembelajaran agama.

Keindahan redaksi yang dipakai, akurasi makana dan kesempurnaan ruang


lingkup yang dikandungnya, baik yang berkenaan dengan alam khaqi,
menyangkut semesta alam makro dan mikro, maupun alam khulqi yang

16
menyangkut semesta budaya dan peradaban manusia. Kalam yang tertuang dalam
Al-qur’an merupakan frame yang harus diterjemahkan dalam pendidikan islam
sehingga melahirkan output pendidikan yang berkualitas. Suatu system
pendidikan yang dikembangkan berdasarkan Al-qur’an akan mewujudkan dan
merefleksikan komunitas muslim sesuai dengan cita-cita yang diinginkan.

As-sunnah atau Al-Hadis sebagai perwujudan dari perkataan, perbuatan, dan


ketetapan Rasulullah SAW., merupakan kerangka acuan bagi pengembangan
kehidupan umat islam, tak terkecuali dalam aspek pendidikan. Psikologis yaitu
dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini
didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak
tenang dan tidak tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. Mereka
merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat
yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon
pertolongan-nya.

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami sampaikan dengan sebaik-baiknya. Kami


menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini,hal ini
dikarenakan kami masih dalam proses pembelajaran. Maka dari itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan guna mendukung proses
pembelajaran kami agar lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2012. Belajar Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.


Bandung : Pt Remaja Rosdakarya.

17
Abdul Majid & Dian Andayani. 2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi. Bandung : Pt Remaja Rosdakarya.

Bukhari Umar. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : AMZAH.

Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si.. 2011. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung : CV


Pustaka Setia.

Zukabir. 1993. Islam Kontektual Dan Konseptual. Bandung : Al-Itqan.

18

Anda mungkin juga menyukai