Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

Profesional Konselor Berwawasan Islami

Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Kelompok Yang Wajib

Dalam Mengikuti Mata Kuliah Pofesional Profesi Konseling

Di Susun Oleh:
Lilis puspitasari (20641024)

Dita Sucirahmadani (206410 )


Saadah tulusroh (10641034)

Dosen Pengampu:

Dr. Hartini M,pd Kons

PROGRAM SETUDI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) CURUP


TAHUN/202
KATA PENGANTAR

Bismilahhirohmannirohim,.Assalammualaikum Wr,Wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat. karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Dan juga tidak lupa saya berterima kasih kepada
Dosen mata kuliah Profesional Profesi Konseling. Penulis sangat berharap tugas
dalam pembuatan makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat


kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk itu, penulis berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga tugas sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun
bagi orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan dimasa depan.

Curup 2 Mei 2023

Kelompok 12
Daftar Isi

COVER ...........................................................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

BAB I (PENDAHULUAN)………………………………………………….

A. Latar Belakang………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….
C. Tujuan…………………………………………………………………………
BAB II (PEMBAHASAN) .............................................................................
A. Profesionalisme Konselor Islami .....................................................................
B. Prinsip Konselor Islam .....................................................................................
C. Syarat Konselor Islam ......................................................................................
D. Asas Profesional Konselor Islam .....................................................................
E. Ruang Lingkup Konseling Islam .....................................................................
F. Konselor Berwawasan Islam ...........................................................................
BAB III (PENUTUP) .....................................................................................
Kesimpulan ..................................................................................................
Daftar pustaka ..................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan bimbingan dan konsseling di Indonesia tidak terlepas dari
perkembangan di negara asalnya Amerika Serikat. Diawali dari banyaknya para
pakar pendidikan yang telah menamatkan pendidikannya di Amerika Serikat dan
kembali ke Indonesia dengan membawa konsep - konsep bimbingan dan konseling
yang baru. Prayitno dkk (2002) 1. Pembangunan dan pembaharuan di bidang
pendidikan tidak hanya berlangsung pada tingkat pendidikan dasar, tetapi juga pada
tingkat pendidikan menengah dan perguru an tinggi. Pada tahun 1960 an dikenal
adanya sekolah menengah kejuruan (STM, SMEA, dsb) dan sekolah menengah atas
(SMA), masing-masing sekolah meliputi beberapa jurusan. Bagai mana menyalur
kan siswa kejurusan tersebut sesuai dengan bakat, minat dan kecedasan yang
dimiliki masing-masing siswa tersebut. Pada waktu pemerintah sedang meng gagas
apa yang disebut dengan SMA Gaya baru. Memperhatikan hal tersebut, pada
tanggal 20-24 agustus 1960 diadakan konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Salah satu hasil konferensi tersebut ialah dimasukkannya ke dalam
pendidikan di Indonesia bimbingan dan penyuluhan yang sekarang di sebut
bimbingan dan konseling. Perkembangan bimbingan dan konseling di atas
menunjukkan betapa besar nya perhatian para pakar untuk memasuk kan bimbingan
dan konseling ke sekolah sebagai salah satu bentuk usaha untuk mencipatakan dan
mengembangkan output pendidikan yang benar - benar dapat mengaktualisasaikan
potensi yang dimilikinya. Hal ini beranggapan dari pandangan, pada dasarnya
peserta didik memiliki potensi/ fitrah universal dan dan keunikan masingmasing
yang menandakan ciri khas masing - masing individu. Oleh karena itu,tugas

1Prayitno. (2002). Profesi dan Organisasi Profesi Bimbingan Dan Konseling. Jakarta. Depdiknas.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat SLTP
bimbingan dan konseling harus mampu memberikan dan memfasilitasi
perkembangan potensi tersebut secara optimal. Potensi yang dimaksud kan adalah
potensi yang baik yang ber manfaat bagi anak dan masyarakatnya. Pandangan itu
bersumber dari aliran filsafat humanistik yang meng anggap bahwa manusia adalah
rasional yaitu unggul dan mempunyai kemampuan untuk mengatasi segala
persoalan kehi dupannya di dunia. Dalam pendidikan, konselor sekolah sebagai
individu yang tidak diharapkan untuk bertindak sebagai hakim atau penilai.
Konselor berbeda dengan guru, pengurus sekolah dan orangtua dalam tugasnya di
sekolah. Konselor tidak bertanggung jawab seperti guru untuk me mastikan bahwa
pelajar mencapai pening katan dalam bidang akademik. Prayitno (2009)
2
menyatakan bahwa secara lebih spesifik, pelayanan konseling tertuju kepada
kondisi pribadi yang mandiri, sukses dan berkehidupan efektif dalam
kesehariannya. Kondisi-kondisi yang dimaksudkan itu tidak datang dengan
sendirinya, melainkan melalui pengem bangan yang terarah, yaitu melalui pen
didikan yang didalamnya terdapat pelayanan konseling sering kali dibutuhkan
secara khusus untuk memperkuat atau bahkan merehabilitasi kondisi keman dirian,
kesuksesan dan kehidupan efektif sehari-hari
Suatu perbedaan antara pembimbingan dan konseling adalah bahwa pem
bimbingan berfokus pada membantu orang-orang memilih apa yang dianggap nya
paling berharga. Sedangkan konseling berfokus pada membantu mereka melaku
kan perubahan. Pada awalnya kebanyakan pekerjaan pembimbingan terjadi di
sekolah - sekolah dan pusat bimbingan karir.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu profesional profesi konselor islam
2. Apasaja prinsi konselor islam
3. Apasaja syarat konselor islam
4. Apasaja asas profesional konselor islam
5. Ruang lingkup konselor islam
6. Cara mengembangkan konselor berwawasan islam

2 Prayitno. (2009). Wawasan professional Konseling. Padang. Universitas Negeri Padang.


C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu profesional konselor islam
2. Untuk mengetahui prinsip konselor islam
3. Untuk mengetahui syarat konselor islam
4. Untuk mengetahui asas dari profesioanl konselor islam
5. Agar dapat mengetahui runag lingkup konselor islam
6. Untuk memngembangkan konselor islam berwawasan islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Profesionalisme Konselor Islam

Kelahiran bimbingan dan konseling dan konseling di barat tidak bisa


dilepaskan dari isu sosial yang terjadi pada abad 18, di Eropa dan
Amerika.Permasalahan perkembangan industri, imigrasi gelap, perang dunia,
pengangguran dan ketimpangan perekonomian sosial dianggap menjadi isu utam
yang menyebabkan munculnya upaya untuk mengatasi masalah-masalah tersebut
di atas. untuk menekan masalah tersebut, maka para relawan dan pemikir sosial
mencoba melakukan usaha yang dapat menurunkan problematika sosial, yakni
dengan melakukan bimbingan. Di Amerika sendiri, dikenal dengan istilah
Vocational Guidance yang dipelopori oleh F. Parson di Boston pada tahun 1908.
Secara perlahan usaha yang dilakukan .
Parson menunjukkan hasil yang signifikan berupa pemahaman dan
kepercayaan diri masyarakat yang hendak mencari pekerjaan, sehingga di waktu
yang relatif singkat, pemerintah Amerikan membuka pelayanan bimbingan yang
tersebar hampir di setiap negara bagian. Selain di Amerika, negara-negara seperti
Asia, pada akhirnya menunjukkan semangat yang sama dalam rangka menurunkan
isu-isu sosial, seperti di Jepang dan Cina seperti melakukan upaya pendidikan dan
pengembangan generasi muda untuk memilih bidang pendidikan dan pekerjaan di
Indonesia sendiri, kemunculan bimbingan dan konseling secara formal dimulai
pada awal tahun 1970-an yang dilaksanakan di sekolahsekolah, sebagai salah satu
bagian yang disebut dengan bimbingan dan penyuluhan atau guru BP.
Saat ini bimbingan dan penyuluhan telah dirubah penyebutannya dengan
istilah bimbingan dan konseling. Selain itu juga, reorientasi wilayah kerja BK di
sekolah dilakukan perbaikan dengan merujuk. pada Undang-Undang Sisdiknas
tahun 2003, dan kemudian diperjelas kembali secara khusus pada Permendikbud
Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah.3
Alhasil, bimbingan konseling menunjukkan keinginan yang kuat untuk
mengembangkan generasi bangsa salah satunya melalui bidang bimbingan dan
konseling, dengan meningkatkan kompetensi konselor sekolah Seiring dengan
perkembangan BK di Indonesia, maka muncul pula tinjauan pelaksanaan BK dari
sudut pandang Islam karena mayoritas penduduk Indonesia bergama Islam.
Hadits Rasulullah saw banyak yang mengarahkan umat manusia agar
beretos kerja yang tinggi dan mengarah kepada profesionalisme sesuai dengan
pengarahan dan bimbingan dari al-Qur’an seperti yang disebutkan di atas,
diantaranya.4

‫ب إِذَا عَمِ َل أَ َح ُدكُ ْم‬ َ َّ ّ‫ إِن‬:‫سلَّ َم‬


ّ ِ‫َّللا تَعَالى يُح‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ ُ‫صلَّى هللا‬ َ ُ‫عَنْ عَائِشَةَ َر ِض َي هللا‬
َ ِ‫ قَا َل َرسُ ْو ُل هللا‬: ْ‫ع ْنهَا قَالَت‬
)‫ع َمالً أَنْ يُتْ ِقنَهُ (رواه الطبرني والبيهقي‬ َ
Artinya: Dari Aisyah r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya
secara profesional”. (HR. Thabrani, No: 891, Baihaqi, No: 334).

B. Prinsip Konselor Islam


Dalam pelayanan Bimbingan Konseling konvensional prinsip yang
digunakan bersumber dari kajian filosofis hasil dari penelitian dan pengalaman
praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam
konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan, fungsi, dan proses, penyelenggaraan
bimbingan dan konseling. Dalam Islam penggunaan kata konseling memiliki dua
karakteristik, yaitu konseling Islam dan konseling Islami. Kedua istilah ini memiliki
alur berpikir tersendiri, terkait dengan eksistensi keilmuan konseling dalam Islam.

3Permendikbud. No. 111 tahun 2014 Tentang Bimbingan Dan Konseling Pada Pendidikan Dasar
Dan Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah.
4 Houghton Mifflin Company. Sodik, Abror. (2017). Hadis Bimbingan dan Konseling Islam.

Yogyakarta, Aswaja Pressindo


Hamdan Bakran menjelaskan konseling dalam Islam adalah suatu aktivitas
memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta
bimbingan (klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien dapat
mengembangkan potensi akal pikirannya, kejiwaannya, keimanan dan keyakinan
serta dapat menanggulangi problem hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar
secara mandiri yang berparadigma kepada Alquran dan Sunnah Rasulullah Saw. 5

Konseling dalam Islam adalah salah satu dari tugas manusia dalam
membina dan membentuk manusia yang ideal. Bahkan, bisa dikatakan bahwa
konseling merupakan amanat yang diberikan Allah kepada Rasul dan Nabinya.
Dengan adanya amanat konseling inilah maka mereka menjadi pemikiran berharga
dan bermanfaat bagi manusia, baik dalam urusan agama, dunia, pemenuhan
kebutuhan, pemecahan masalah dan banyak hal lainnya. Konseling pun akhirnya
menjadi suatu kewajiban bagi setiap muslim, khususnya para ulama.
Konseling Islami sebagaimana pada penjelasan konseling Islam di atas,
merupakan penjabaran dari aktivitas konseling Islam. Penggunaan istilah konseling
Islami bukan berarti mengislamkan teori dan konsep Barat yang telah ada atau
menghapuskannya dan menggantikan dengan yang baru, melainkan untuk
memandang bimbingan dan konseling dalam prespektif ajaran Islam. Dengan
demikian terdapat perbedaan antara bimbingan dan konseling secara umum yang
berorientasi terhadap dunia pendidikan dengan bimbingan konseling Islam. Namun
permasalahan atau objek formal yang dibahas dalam keilmuan bimbingan dan
konseling sama-sama memperbincangkan manusia dengan segalakeunikannya atau
manusia dengan segala permasalahannya serta sama-sama berupaya memanusiakan
manusia dan atau memuliakan kemuliaan manusia yang mulia.
Perbedaan yang mendasar diantara bimbingan dan konseling secara umum yang
berimplikasi terhadap peserta didik dengan bimbingan dan konseling Islam yang
hanya terletak pada isi, pendekatan, filsafat, maksud dan tujuan serta kehidupan
sosial budaya. Dalam semua perbedaan itu bimbingan dan konseling Islam

5 Kartikawatidan Arifin Materi Pokok Bimbingan dan Konseling (Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 1995), h. 7. "Hamdan BakranAdz-Dzakary, Konseling dan
Psikoterapi Islam (Yogyakarta, Fajar Pustaka Baru, 2006), h. 189.
bertujuan untuk membantu individu mewujudkan dirinya sebagai mansuai
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat serta berusaha
untuk mendapatkan ridha dan keridhaan Allah swt serta hidup selaras dengan
petunjuk dan ketentuan Allah swt.
Menurut Basri dalam Lahmuddin menyebutkan bahwa prinsip- prinsip konseling
menurut Islam adalah :
1. Konseling harus menyadari hakikat manusia, dimana bimbingan atau
nasehatmerupakan sesuatu yang penting dalam Islam.
2. Konselor sebagai contoh keperibadian, seharusnya dapat memberi kesan yang
positif kepada konseli
3. Konseling Islam sangat mendukung konsep saling menolong dalam kebaikan.
4. Konselor haruslah mempunyai latar belakang agama (aqidah, syari'ah,fiqh dan
akhlaq) yang kuat.
5. Konselor haruslah memahami konsep manusia menurut pandangan Islam,
sehingga ia dapat menyadarkan dan mengembangkan personaliti yang seimbang
pada kita.
6. Pembinaan kerohanian, hendaklah melalui ibadah dan latihan-latihan
keagamaan.6
Aswadi menyatakan bahwa Bimbingan Konseling Islam harus berdiri
diatas prinsip prinsip ajaran Islami, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1. Bahwa nasehat itu merupakan salah satu pilar agama seperti dalam hadits bahwa
agama itu nasehat, yang menurut Al-Nawawi nasehat adalah mendorong
kebaikan kepada orang yang dinasehati.
2. Bahwa konseling kejiwaan adalah pekerjaan yang mulia karena membantu
orang lain mengatasi kesulitan.
3. Konseling agama harus dilakukan sebagai pekerjaan ibadah.
4. Setiap orang muslim yang memiliki kemampuan bidang konseling Islam
memiliki tanggung jawab moral dalam penggunaan konseling agama.

6 LahmuddinLubis, Landasan Formal Bimbingan Konseling di Indonesia (Bandung: Citapustaka,


2012), h.51.
5. Meminta bantuan bagi orang yang membutuhkan dan memberikan bantuan
konseling agama hukumnya wajib bagi konselor yang sudah mencapai derajat
spesialis.
6. Pemberian konseling sejalan dengan ajaran syari'at Islam. 7
Pandangan yang lebih komperhensip dimunculkan oleh Anwar Sutoyo
dalam disertasinya yang kemudian diangkat menjadi sebuah buku yang berjudul
"Bimbingan Konseling Islami: Teori dan Praktik" dengan melakukan klasifikasi
prinsip-prinsip Bimbingan Konseling Islami menjadi empat prinsip secara garis
besar, yakni: prinsip yang berkaitan dengan Bimbingan Konseling Islami, prinsip
yang berkenaan dengan konselor, prinsip yang berkenaan dengan konseli dan
prinsip yang berhubungan dengan layanan konseling."8
Prinsip yang berkenaan dengan Bimbingan Konseling Islami, Sutoyo
menjelaskan beberapa prinsip yang harus dipahami oleh konselor terkait dengan
Bimbingan Konseling Islami, yakni:
1. Semua yang ada di muka bumi merupakan ciptaan Allah. Mulai dari tumbuh-
tumbuhan, hewan, manusia dan lain sebagainya adalah ciptaan Allah. Segala
sesuatu yang diciptakan Allah memiliki hukum atau ketentuan Allah
(sunnatullah), sebagai konsekuensi dari ketentuan yang telah diciptkan oleh
Allah, maka manusia harus ikhlas menerima ketentuan yang telah
diberikanNya.
2. Dalam Alquran, manusia disebut dengan kata 'abdun yang berarti hamba.
Implikasi kata hamba dalam proses bimbingan konseling dapat berupa anjuran
bagi konselor untuk mendorong konseli agar selalu meniatkan setiap aktivitas
yang dilakukannya menjadi perilaku yang bernilai ibadah
3. Memberikan pemahaman kepada konseli bahwa Allah telah meng- amanahkan
manusia untuk menjadi Khalifah fil Ardh Q.S Al-Baqarah 2:36. Oleh karena itu
setiap tindakan individu pasti akan diminta pertanggung jawabannya.
4. Manusia ketika lahir telah dibekali fithrah jasmani maupun fithrah rohani.
Fithrah rohani dapat berbentuk iman kepada Allah Q.S Al-Rum 30:30. Dengan

7 Aswadi, Iyadah dan Ta'ziyah, h. 31-32.


8
Sutoyo, Bimbingan Dan Konseling Islami, h. 206-212.
demikian, proses Bimbingan Konseling Islami hendaknya dapat
mengembangkan keimanan individu
5. Dalam membimbing individu seorang konselor harus mengembalikan kepada
sumber pokok yakni Alquran.
6. Bimbingan konseling Islam diberikan sesuai dengan keseimbangan yang ada
pada diri individu
7. Manusia memiliki potensi untuk terus berkembang ke arah positif. Sehingga,
dalam proses bimbingan konseling Islam ditujukan untuk dapat memandirikan
kemampuan konseli, agar konseli dapat memahami dirinya sesuai dengan
ketentuan-ketentuan ajaran agama.
8. Islam mengajarkan orang yang beriman lagi beramal shaleh untuk saling
menasehati Q.S Al-Ashr 103:3. Oleh karena itu 9 proses bimbingan konseling
Islam hendaknya dimaknai ibadah.
Selanjutnya dalam rangka memperlancar pelakasanaan konseling Islami,
agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka konseling Islami tidak luput dari
asas-asas yang harus dilakukan oleh konselor dalam melakukan kegiatan layanan
konseling Islami. Saiful Akhyar menyatakan beberapa asas dalam pelakasanaan
konseling Islami, sebagai berikut:""

C. Syarat Konselor Islami


Konselor atau pembimbing merupakan seseorang yang mempunyai
wewenang untuk memberikan bimbingan kepada orang lain yang sedang
menghadapi kesulitan atau masalah, yang tidak bisa diatasi tanpa bantuan orang
lain. Menurut Thohari Musnamar dalam bukunya “Dasar-dasar konseptual
bimbingan dan konseling Islam”, Persyaratan menjadi konselor antara lain:
a) Kemampuan Profesional.
b) Sifat kepribadian yang baik.
c) Kemampuan kemasyarakatan.
d) Ketakwaan kepada Allah.

Syarat-syarat untuk menjadi konselor adalah :

9 Sutoyo, Bimbingan Dan Konseling Islami, h. 213.


a) Menyakini akan kebenaran Agama yang dianutnya, menghayati, mengamalkan
karena ia menjadi norma-norma Agama yang konsekuensi serta menjadikan
dirinya dan idola sebagai muslim sejati baik lahir ataupun batin dikalangan anak
bimbingannya.
b) Memiliki sifat dan kepribadian menarik, terutama terhadap anak bimbingannya
dan juga terhadap orang-orang yang berada lingkungan sekitarnya.
c) Memiliki rasa tanggung jawab, rasa berbakti tinggi dan loyalitas terhadap tugas
pekerjaannya secara konsisten d) Memiliki kematangan jiwa dalam bertindak
menghadapi permasalahan yang memerlukan pemecahan.
d) Mampu mengadakan komunikasi (hubungan) timbal balik terhadap anak
bimbingan dan lingkungan sekitarnya.
e) Mempunyai sikap dan perasaan terikat nilai kemanusian yang harus ditegakkan
terutama dikalangan anak bimbingannya sendiri, harkat dan martabat
kemanusian harus dijunjung tinggi dikalangan mereka.
f) Mempunyai keyakinan bahwa setiap anak bimbingannya memiliki kemampuan
dasar yang baik dan dapat dibimbing menuju arah perkembangan yang optimal.
g) Memiliki rasa cinta terhadap anak bimbingannya.
h) Memiliki ketangguhan, kesabaran serta keuletan dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, dengan demikian ia tidak lekas putus asa bila mengahadapi
kesulitan dalam menjalankan tugasnya.
i) Memiliki watak dan kepribadian yang familiar sebagai orang yang berada
disekitarnya. Memiliki jiwa yang progresif (ingin maju dalam karirnya)
Memiliki sikap yang tanggap dan peka terhadap kebutuhan anak bimbing.
j) Memiliki pribadi yang bulat dan utuh, tidak berjiwa terpecah –pecah karena
tidak dapat merekam sikap.
k) Memiliki pengetahuan teknis termasuk metode tentang bimbingan dan
penyuluhan serta mampu menerapkannya dalam tugas. 10
Menurut M, Arifin ada beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang
konselor sebagai tenaga profesional dalam bimbingan konseling Islam adalah
sebagai berikut:
a. Memiliki kemampuan dan keahlian.

10 Anas salahuddin. Ibid,. h 202-203


b. Memiliki sifat dan kepribadian yang baik (Akhlaqul Karimah).
c. Memiliki sifat Shiddiq (menc intai dan membenarkan kebenaran).
d. Memiliki sifat Amanah (dapat dipercaya).
e. Memiliki sifat tabligh (mau menyampaikan apa yang layak disampaikan).
f. Memiliki sifat fathonah (cerdas dan berpengetahuan).
g. Memiliki sifat mukhlish (ikhlas dalam menjalankan tugas).
h. Memiliki sifat sabar dan tak mudah putus asa.
i. Memiliki sifat rendah diri, tidak sombong, dan tidak merasa paling tinggi
kedudukan maupun ilmunya.
j. Adil artinya mampu mendudukan permasalahan klien sesuaidengan situasi
dan kondisinya secara proporsional.
Mampu mengendalikan diri artinya konselor harus memiliki kemampuan
kuat untuk mengendalikan diri, menjaga kehormatan diri dan kehormatan klien. 17
Sehubungan dengan uraian di atas, bahwa untuk menjadi seorang konselor yang
prfesional yang bisa menjadi teladan bagi peserta didik, maka seorang konselor
harus mamilki sebuah keahlian, katakanlah keahlian dibidang konseling, memiliki
akhlak dan kepribadian yang mulia, selalu berkata jujur, menerapkan sikap ikhlas
dalam menjalani segala aktiftas dan mampu mengendalikan diri dari segala hal yang
dapat merusak citranya sebagai seorang konselor.

D. Asas Profesional Konselor Islami


Saiful Akhyar menyatakan beberapa asas dalam pelakasanaan konseling
Islami, sebagai berikut:" 11
1. Asas Ketahuidan
Tauhid adalah pengesaan Allah yang merupakan syarat utama bagi penjalin
hubungan antara hamba dengan pencitanya. Tauhid dimaksudkan sebagai
penyerahan total segala urusan, masalah kepada Allah sehingga terjadi sinkronisasi
membuahkan as-siddiq, al-iklash, al-ilm dan al-ma'rifah. Dari sisi psikis, terdapat
korelasi yang kuat antara at-tauhidal- allah dengan penyembuhan jiwa manusia.
Dalam hal ini Allah ditempatkan sebagai satu-satunya sumber, yaitu sumber
kesehatan mental/hati, sumber kesembuhan penyakit mental/hati, sumber kekuatan

11 "Lubis. Konseling Islami.... h. 119.


menyelesaikan masalah, sumber ketenangan spiritual. Hanya kepada Allah lah
seluruh ibadah dan pengabdian manusia dimuarakan. Ini merupakan prinsip
spiritual yang paling utama.

2.Asas Amaliah
Sebagai antara keinginan manusia dengan kehendak Allah yang pada
gilirannya akan helpingprocess, konseling islami tidak hanya merupakan interaksi
verbal (secara lisan) anatara klient/konseli dan konselor, tetapi yang lebih penting
adalah klien/konseli dapat menemukan dirinya melalui interaksinya, memahami
permasalahannya, mempunyai kemauan untuk memecahkan masalahnya,
melakukan ikhtiar/tindakan untuk memecahkan masalahnya.
3. Asas Akhlaq Al-Karimah
Asas ini skaligus melingkupi tujuan dan proses konseling islami. Dari sisi
tujuan, klient/konseli diharapkan sampai pada tahap memiliki akhlak mulia.
Sedangkan dari sisi proses, berlangsungnya hubungan antara konselor dan
klient/konseli didasarkan atas norma-norma yang berlaku dan dihormati.
Munandir mengemukakan bahwa, "keberhasilan konseling sangat ditentukan
oleh kualitas hubungan tersebut"
4. Asas Profesional (Keahlian)
Keberhasilan suatu pekerjaan akan banyak bergantung pada profesionalisasi
atau keahlian orang yang melakukannya. Demikian juga dalam halnya
konseling islami, pelaksanaanya tidak akan membuahkan hasil jika para
petugasnya (konselor) tidak memiliki keahlian khusus untuk itu. Keterangan
tentang hal ini di tunjukkan oleh hadist Nabi, "apabila sesuatu pekerjaan
diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat
kehancurannya". Untuk itu asas keprofesionalan ini menjadi asas yang sangat
penting dalam melaksanakan layanan bimbingan konseling kepada siswa atau
dalam praktek konseling disebut dengan klien.

5. Asas Kerahasiaan
Proses konseling harus menyentuh self(jati diri) klient/konseli
bersangkutan, dan yang paling mengetahui keadaannya adalah dirinya sendiri.
Sedangkan problem psikisnya kerap kali dipandang sebagai suatu hal yang harus
dirahasiakan. Sementara dia tidak dapat menyelesaikan secara mandiri, sehingga
ia memerlukan bantuan orang lain yang lebih mampu. Dalam hal ini, ia
menghadapi dua problem, yakni problem sebelum proses konseling dan problem
yang berkenaan dengan penyelesaiannya. Padangan klient/ konseli yang
menganggap bahwa problem itu merupakan aib, dapat menjadi penghambat
layanan konseling jika kerahasiaanya dirasakan tidak terjamin. Konseling itu
harus diselenggarakan dalam keadaan pribadi dan hasilnya dirahasiakan serta
lebih formal. Inilah yang membedakan aktifitas konseling dengan aktifitas
penyuluhan yang dapat dilakukan secara terbuka.

E. Ruang Lingkup Konseling Islami

Ruang lingkup konseling islami mencakup seluruh peri kehidupan


manusia sebagai makhluk Allah yang secara garis besar dapat dijabarkan ke dalam
dua dimensi yakni dimensi spiritual/ruhaniyah dan dimensi material/Dhohiriyah.
Anwar Sutoyo mengklasifikasi ruang lingkup Bimbingan Konseling Islam secara
luas lagi dengan membagi bimbingan konseling islam menjadi enam kelompok
perbuatan yang saleh, yakni:

1. Bidang Aqidah
a. Rukun Iman Q.S 4:136, Q.S 57:22-23, Q.S 11:107, Q.S 35:2, Q.S 2:284, Q.S
3:26-27
b. Tidak Berbuat syirik (menyekutukan Allah) Q.S 16:51-52
c. Hanya berbibadah kepada Allah saja Q.S 29:56
d. Tidak Munafiq Q.S 2:204-205
2. Dalam kehidupan Pribadi
a. Menghargai waktu Q.S 103: 1-3
b. Menjadikan taqwa sebagai bekal untuk kembali menghadap Allah Q.S 2:197
c. Rajin mengamalkna ibadah shaleh sebagai kunci mendapatkan jaminan
kehidupan yang baik dari Allah Q.S 16:97
d. Sedikit tidur di waktu malam (meminta ampun kepada Allah di akhir malam)
Q.S 51:17-18
e. Berlaku adil walaupun dengan kerabat/saudara sendiri Q.S 5:8 f. Mudah
memaafkan, mengajak orang lain untuk mengamalkan kebajikan, dan berpaling
dari orang-orang yang bodoh Q.S 7:199
3. Dalam hal makanan
a. Hanya memakan makanan yang halal lagi baik Q.S 2:168, 5:88, 8:68, 16:114
b. Tidak memakan makanan yang diperoleh dari jalan yang bathil Q.S 2:188, 4:29
c. Tidak memakan makanan yang disembelih bukan menggunaka asma Allah Q.S
6:118-119
d. Tidak meminum minuman yang memabukkan Q.S 5:90
e. Tidak memakan dan meminum secara berlebihan Q.S 7:31, 20:81
e. Tidak memakan harta Riba Q.S 3:130
f. Tidak memakan bangkai, darah, daging babi atau daging yang disembelih tidak
menggunakan Asma Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
ditanduk, yang diterkam binatang buas serta yang disembelih atas nama berhala,
dan tidak mengundi nasib dengan anak panah Q.S 5:3
4. Hubungan dengan kedua orang tua
a. Berbuat lebih baik kepada ibu dan bapak Q.S 2:83, 4:36, 6:151, 31:14
b. Berkata secara baik dan tidak menggunakan kata-kata kasar saat
berkomunikasi dengan orang tua Q.S 12:23
c. Memintakan ampun dan memohonkan kebaikan untuk kedua orang tua Q.S
14:41, 46:15
5. Kehidupan berkeluarga
a. Tidak menikah dengan orang musyrik Q.S 2:221
b.Dilarang menikahi perempuan yang haram untuk dinikahi Q.S4:23-24
c. Tidak melakukan perbuatan keji baik yang tampak maupun yang tersembunyi Q.S
6:151
d.Tidak diperbolehkan memperlakukan istri dengan sewenang-wenang Q.S 4:19
e. Menjauhi untuk menggunakan harta anak yatim yang diasuhnya kecuali dengan
cara yang baik dan bermanfaat sampai anak mencapai usia dewasa Q.S 6: 152,
17:34
6. Bidang Sosial
a. Menjalin hubungan baik dengan sesama Q.S 8:1
b. Tidak menghina kelompok lain Q.S 49:11
c. Saling tolong menolong dalam perbuatan baik dan bukan dalam masalah
kekejian dan keburukan Q.S 5:2
d. Tidak melakukan perbuatan keji baik yang tampak maupun yang tersembunyi
Q.S 6:151
7. Bidang Harta
a. Tidak kikir lagi boros Q.S 17:29
b. Tidak berkeinginan yang menggebu-gebu terhadap kenikmatan Dunia Q.S
20:131
c. Dilarang perilaku bermegah-megahan sehingga menyobongkan diri dan merasa
hebat dibandingkan manusia lainnya d. Tidak memakan harta orang lain dengan
jalan yang bathil Q.S2:188

Yahya Jaya yang menyatakan ada 4 jenis bidang Bimbingan Konseling


Islami sesuai dengan pembagian aspek agama Islam itu sendiri. Dalam wujud yang
lebih jelas keempat ruang lingkup bidang pelayanan Bimbingan Konseling Islami
itu dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Bimbingan Akidah

Bimbingan akidah adalah bidang pelayanan yang membantu konseling


dalam mengenal, memahami, menghayati, mengamalkan, dan mengembangkan
akidah keimanannya, sehingga menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT, mantap (istiqamah), dan mandiri (al-kaiyis), sehat dan bahagia, baik
lahiriah maupun batiniah, berdasarkan rukun Islam yang enam. Pribadi muwahid
adalah tujuan tertingginya.

b. Bimbingan Ibadah

Bimbingan ibadah adalah bidang layanan yang membantu konseli dalam


mengembangkan hubungan dan pengabdiannya kepada Allah melalui amal ibadah
agar menjadi pribadi yang taat dalam mengerjakan perintah-perintah-Nya dan taat
dalam menjauhi larangan-larangan-Nya. Pembentukan manusia abid (ahli ibadah)
adalah tujuan tertinggi dari pelayanan bimbingan ibadah.

c. Bimbingan Akhlak
Bimbingan akhlak adalah bidang pelayanan yang membantu konseli dalam
mengembangkan sikap dan perilaku yang baik, sehingga memiliki akhlak mahmuda
dan jauh dari akhlak mazmumah. Tujuan yang hendak dicapai oleh bidang
bimbingan ini pribadi mulia.Khuluq'azhim atau makarim al akhlaq dalam bahasa
al-Qur'an dan hadits.

d. Bimbingan Muamalah

Bimbingan muamalah adalah bidang pelayanan yang membantu konseli


dalam membina dan mengembangkan hubungan yang selaras, serasi dan seimbang
dengan sesama manusia dan makhluk, sehingga memiliki keharmonisan dalam
kehidupan beragama.

Ditinjau dari dimensi bathiniyyahnya, ruang lingkup di atas sudah


menyentuh aspek keagamaan yang sangat kuat. Bahkan, terlihat lebih menekankan
pada aspek Agama Islam sebagai ajaran Syariat dibandingkan permasalahan-
permasalahan riil tentang isu-isu global. Padahal masalah yang konkrit di
masyarakat, khususnya yang dialami oleh remaja di sekolah maupun di madarasah
lebih kompleks seiring dengan derasnya arus globalisasi. Oleh karena itu ruang
ringkup konseling Islami menurut penulis harus dikontektualisasikan dan
dikombinasikan dengan isi dari Permendikbud nomor 111 tahun 2014 tentang
Bimbingan dan Konseling Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah ruang
lingkup layanan Bimbingan dan Konseling konvensional mencakup empat bidang
layanan.12

F. Konselor Berwawasan Islam


Kata konseling yang saat ini familiar ditelinga masyarakat khususnya para
akademisi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris “counseling”. Sedangkan
kata “counseling” juga merupakan hasil adopsi dari bahasa Latin”Counsilium”
yang berarti “bersama” atau “bicara bersama”. Makna Counseling melingkupi
proses (process), hubungan (interaction), menekan kan pada permasalahan yang
dihadapi klien (performance, relationship), professional, nasehat (advice, advise,

12 Permendikbud. No. 111 tahun 2014 Tentang Bimbingan Dan Konseling Pada Pendidikan Dasar
Dan Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah.
advisable). Sehingga kata kunci yang bisa di ambil dari definisi tersebut adalah
proses interaksi pihak yang professional dengan pihak yang bermasalah yang lebih
menekankan pada pemberian advice yang advisable. Pengertian “berbicara
bersamasama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor dengan seorang atau
beberapa konseli (counselee). Dalam bahasa Arab, kata konseling lebih sering
menggunakan kata Irsyad yang berarti mencari/memberi petunjuk. Q. S. Al
anbiya’,21:51 ُ
‫ر ْشَدهُ ِ م ْن ْقََ ب ُل َ و ُكنَّا َ ْب َر ِ اهيم ِ ِ ِه َ عا ِل ِم َ ين َولَقَ ْد آتَ ْينَا إ ب‬
Artinya: Dan Sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim
hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui
keadaannya. Menurut Al Zahrani Konseling dalam Islam adalah salah satu dari
berbagai tugas manusia dalam membina dan membentuk manusia yang ideal.
Konseling merupakan amanat yang diberikan Allah kepada semua Rasul dan Nabi-
Nya.
Dengan adanya amanat konseling inilah maka mereka menjadi demikian
berharga dan bermanfaat bagi manusia, baik dalam urusan agama, dunia,
pemenuhan kebutu han, pemecahan masalah, dan lain-lain. Konseling Islami
dengan arti penyu luhan dan penyiaran Islami dengan pene kanan nasihat dan
anjuran sebagai penger tian yang khas dan tepat untuk konseling islam, hal ini dapat
diterima karena konseling islam menuntut sadaran oleh karena itu dalam konseling
ketidak sadaran itu harus dijadikan kesadaran, dengan demikian setiap individu
didorong untuk melakukan sesuatu dengan kesadaran.13
Konseling islami dapat pula dikatakan sebagai proses bantuan yang
diberikan kepada individu baik secara perorangan maupun kelompok dengan
berpedoman kepada kitabullah dan sunnah Rasulullah S.A.W agar memperoleh
pencerahan diri dalam memahami dan mengamalkan nilai - nilai agama, pem
biasaan atau pelatihan dialog dan pemberian informasi yang berlangsung sejak usia
dini sampai usia tua dalam upaya mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. 14

13 Jurnal Al-Taujih : Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami Volume 6 No.1 Januari-Juni 2020
14 Ahmad Masrur Firosad : Profesi Konselor Berwawasan Islami Dalam Bimbingan Dan
Konseling
Selanjutnya dapat juga dikatakan bahwa konseling islam proses pemberian
bantuan kepada individu agar mampu mengembangkan kesadaran dan komitmen
beragamanya sebagai hamba dan khalifah Allah yang bertanggungjawab untuk me
wujudkan kesejahteraan kebahagiaan. Hidup bersama baik secara fisik-jasmaniah
maupun psikis-ruhaniah untuk dunia dan akhirat. Model konseling islam adalah
sarana untuk mempermudah berkomuni kasi yang bersifat diskriptif guna
pengambilan keputusan atau petunjuk perencanaan dalam kegiatan pengelolaan
konseling.
Model yang baik adalah model yang dapat menolong konselor untuk me
mahami proses menyeluruh secara men dasar, model yang baik adalah keterkaitan
dari beberapa pendekatan yang dilaksana kan dalam konseling.
a. Pendekatan direktif pendekatan direktif yang bermakna mengajak individu
berpartisipasi secara penuh dalam proses konseling dengan ber pedoman kepada
al-qur’an dan hadits. Pada model direktif, peran konselor lebih besar dibanding
peran konseli, karena model direktif berpendapat bahwa lokus utama dalam
konseling terletak pada diri konselor yang selalu aktif.
b. Pendekatan elektik kemunculan pendekatan elektik sebagai penengah antara
pendekatan direktif dan pendekatan non-direktif. Jika pendekatan direktif
menyatakan bahwa konselor menjadi pusat proses konseling, sedang
pendekatan nondirektif menyata kan konseli menjadi pusat dari proses
konseling, maka pendekatan elektik berada ditengah-tengah antara keduanya
dengan menyatakan bahwa dalam proses kon seling adakalanya konseli menjadi
pusat proses konseling dan adakalanya juga konseli menjadi obyek dalam
proses konseling.
Sungguhpun konseling islami ber beda dengan konseling pada
umumnya dalam pendekatannya; dalam pelaksanaan nya tentu ada perbedaan
karena konseling islam pendekatannya dengan mengguna kan nasihat dan
penyuluhan yang ber sumber kepada al-quran dan sunnah rasulullah saw.
Sedangkan konseling pada umumnya merupakan suatu proses yang kompleks
dan melibatkan hubungan yang bersifat pribadi dan memerlukan tingkat
keterampilan yang tinggi yang ber pegang kepada nilai-nilai budaya karena
paradigma bimbingan dan konseling,yaitu pelayanan psiko-pendidikan dalam
bingkai sosio-budaya. Konseling tetap merupakan pekerjaan yang
menyenangkan dan sekali gus menantang
Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan
petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan, ter masuk pembinaan atau
pengembangan mental/rohani yang sehat. Sebagai petunjuk hidup bagi manusia
dalam men capai mental yang sehat. Juntika menyata kan bahwa prinsip yang
terkait dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling di antaranya:
1) Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat
membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya,
2) Hendaknya bimbingan bertitik tolak (berfokus) pada individu yang
dibimbing,
3) Bimbingan diarahkan pada indi vidu dan tiap individu memiliki
karakteristik tersendiri,
4) Masalah yang tidak dapat diselesai kan oleh tim pembimbing diling kungan
lembaga hendaknya diserah kan kepada ahli atau lembaga yang berwenang
menyelesaikannya
5) Bimbingan dimulai dengan identi fikasi kebutuhan yang dirasakan oleh
individu yang akan dibimbing
6) Bimbingan harus luwes dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan
masyarakat,
7) Program bimbingan di lingkungan lembaga pendidikan tertentu harus sesuai
dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan
8) Hendaknya pelaksanaan program bimbingan dikelola oleh orang yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan
menggunakan sumber-sumber yang relevan yang berada di dalam atau pun
di luar lembaga penyelenggara pendidikan, dan
9) Hendaknya melaksanakan program bimbingan dievaluasi untuk menge
tahui hasil dan pelaksanaan program.
Berdasarkan hal tersebut maka prinsip-prinsip konseling islam
sebagai berikut:
a) Memelihara fitrah
b) Memelihara jiwa
c) Memelihara akal
d) Memelihara keturunan
e) Agama merupakan sumber nilai dan
f) Perintah sosial

Kelahiran bimbingan dan konseling di barat tidak bisa dilepaskan dari isu
sosial yang terjadi pada abad 18, di Eropa dan Amerika. Permasalahan perkem
bangan industri, imigrasi gelap, perang dunia, pengangguran dan ketimpangan
perekonomian sosial dianggap menjadi isu utam yang me nyebabkan munculnya
upaya untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

Keberadaan Konselor Islami harus ditinjau dari berbagai macam


kompetensi wawasan dan relegiusitas keagamannya. Mengutip dari pendapat
Hamdani Bakran Adz-Dazky dalam buku Konseling & Psikoterapi Islam,
menyatakan setidak nya terdapat empat syarat yang dimiliki oleh
konselor/psikoterapis dalam Islam, yaitu pertama aspek spiritualitas, spiritual litas
dapat diartikan sebagai kekuat an batin yang mendorong konselor untuk men cintai
sifat-sifat yang dapat menguat kan keimanan dan keyakinannya kepada Allah.
Kedua, aspek moralitas yaitu : Niat, Iktikad (keyakinan), Sidiq (kejujuran dan
kebenaran), Amanah, Tabliq, Sabar, Mendo’akan, Memelihara kerahasiaan, Me
melihara pandangan mata dan Mengguna kan kata yang baik dan terpuji. 15

Asas Profesional Konselor Islami secara rinci dapat disebut kemampuan


profesional yang perlu dimiliki pembimbing dan konseling Islam. 16 Kemampuan
tersebut antaralain:

a. kemampuan mengnguasai bidang permasalahan yang di hadapi,


b. kemampuan dalam me nguasai metode dan teknik bimbingan dan kon
seling
c. kemampuan dalam me nguasai hukum Islam sesuai dengan bidang yang
dihadapi

15 Jurnal Al-Taujih : Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami Volume 6 No.1 Januari-Juni 2020
16
Ahmad Masrur Firosad : Profesi Konselor Berwawasan Islami Dalam Bimbingan Dan
Konseling
d. kemampuan dalam mema hami landasan filosofis bimbingan dan
konseling Islam
e. kemampuan dalam memahami landasan-landasan keilmuan bimbingan
konseling Islam yang relevan
f. kemampuan mengorganisasikan dan mendemonstrasikan layanan
bimbingan dan konseling Islam dan
g. kemampuan dalam menghimpun dan memanfaatkan data hasil
penelitian yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling Islam.

Bimbingan dan Konseling merupakan profesi yang dinamis, selalu ber


kembang dan menyenangkan yang ber hubungan dengan tragedi manusia dan
kemungkinan dalam cara yang intensif, personal dan perhatian. Konseling merupa
kan profesi yang didedikasikan terhadap pencegahan, perkembangan, eksplorasi,
pemberdayaan, perubahan dan remediasi di dunia yang semakin kompleks ini.
konseling menekankan pada pembim bingan dengan membantu orang-orang
mengambil pilihan yang bijaksana. Saat ini pembimbingan hanya merupakan
sebagian dari profesi konseling. Konseling islami hadir sebagai penyempurna dari
profesi sebagai konselor, dimana akan banyak ditemukan pendekatan dalam islam
yang relevan dengan proses peemberian bantuan yang memandirikan konseli dan
menuju kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
profesional konselor yang berwawasan Islam adalah seseorang yang
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang ajaran
Islam serta mampu mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam praktik
konselingnya. Kehadiran profesional konselor berwawasan Islam sangat
penting karena Islam bukan hanya agama, tetapi juga suatu sistem
kehidupan yang mencakup berbagai aspek, termasuk aspek psikologis dan
sosial. Dengan demikian, seorang konselor yang memahami prinsip-prinsip
Islam dapat memberikan pendekatan konseling yang sensitif terhadap nilai-
nilai dan keyakinan agama klien.
Profesional konselor berwawasan Islam juga dapat membantu
individu atau kelompok dalam menghadapi tantangan hidup dengan
menggunakan pendekatan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Mereka dapat membantu klien mengembangkan kesehatan mental,
memperbaiki hubungan sosial, mengelola stres, mengatasi konflik, dan
mencapai keseimbangan dalam hidup mereka, sambil tetap
mempertimbangkan nilai-nilai agama. Selain itu, profesional konselor
berwawasan Islam juga mampu menyediakan bimbingan spiritual kepada
klien yang membutuhkannya. Mereka dapat membantu klien menjalankan
ibadah dengan lebih baik, memperdalam pemahaman agama, dan
menghadapi dilema moral atau etika yang mungkin timbul dalam kehidupan
sehari-hari.
Namun, penting untuk dicatat bahwa seorang profesional konselor
berwawasan Islam juga harus memenuhi standar profesional konseling
secara umum, seperti memiliki keterampilan komunikasi yang baik, empati,
rahasia profesional, dan kemampuan mendengarkan aktif. Wawasan Islam
hanya menjadi tambahan nilai yang memperkaya pendekatan konseling
mereka. Dalam era globalisasi dan keragaman budaya, kehadiran
profesional konselor berwawasan Islam menjadi semakin penting. Mereka
dapat memberikan pelayanan konseling yang sesuai dengan kebutuhan klien
Muslim, yang memungkinkan mereka untuk menjaga kesehatan mental,
mendapatkan arahan, dan meraih kesejahteraan dalam kerangka kehidupan
Islam.
Dalam kesimpulannya, profesional konselor berwawasan Islam
memiliki peran yang penting dalam memberikan pelayanan konseling kepada
individu atau kelompok yang membutuhkannya. Dengan memadukan prinsip-
prinsip konseling profesional dan nilai-nilai Islam, mereka dapat membantu
klien mencapai keseimbangan dan kesejahteraan dalam hidup mereka, sambil
tetap mempertimbangkan aspek spiritual dan religius.
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno. (2002). Profesi dan Organisasi Profesi Bimbingan Dan Konseling.


Jakarta. Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah
Direktorat SLTP

Prayitno. (2009). Wawasan professional Konseling. Padang. Universitas Negeri


Padang

Permendikbud. No. 111 tahun 2014 Tentang Bimbingan Dan Konseling Pada
Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah.
Houghton Mifflin Company. Sodik, Abror. (2017). Hadis Bimbingan dan
Konseling Islam. Yogyakarta, Aswaja Pressindo.
Kartikawatidan Arifin Materi Pokok Bimbingan dan Konseling (Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 1995), h. 7.
"Hamdan BakranAdz-Dzakary, Konseling dan Psikoterapi Islam
(Yogyakarta, Fajar Pustaka Baru, 2006), h. 189.
LahmuddinLubis, Landasan Formal Bimbingan Konseling di Indonesia (Bandung:
Citapustaka, 2012), h.51.
Aswadi. (2009). Iyadah dan Ta'ziyah Perspektif Bimbingan dan Konseling Islam.
Sutoyo, Anwar. (2009)Bimbingan Dan KonselingIslami: Teori Dan Praktik,,
Anas salahuddin. Ibid,. h 202-203
Lubis, Lahmuddin. (2007). Bimbingan Konseling Islami, Jakarta: Hijri Pustaka
Utama.
Permendikbud. No. 111 tahun 2014 Tentang Bimbingan Dan Konseling Pada
Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah.
Jurnal Al-Taujih : Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami Volume 6 No.1
Januari-Juni 2020
Ahmad Masrur Firosad : Profesi Konselor Berwawasan Islami Dalam Bimbingan
Dan Konseling

Anda mungkin juga menyukai