Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

ANDI AL MUHAMMAD ARDIANSYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
MAKALAH

ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

Diajukan kepada Dr. Muhammad Akil Musi, M.Pd. selaku dosen pengampu
pada mata kuliah Pengembangan Kurikulum PAUD
untuk memenuhi tugas Mid dan Final

ANDI AL MUHAMMAD ARDIANSYAH


210030301003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa terpanjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena
atas nikmat izin-Nya lah, sehingga tugas makalah yang berjudul Aspek
Perkembangan Anak Usia Dini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah
ditentukan. Shalawat serta salam teruntuk junjungan Nabi Muhammad SAW
sebagai suri tauladan di muka bumi ini.
Penulisan tugas makalah ini merupakan klaim pengganti Mid dan Final
mata kuliah Pengembangan Kurikulum PAUD pada Program Studi Pendidikan
Anak Usia Dini Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar. Dalam
proses penulisan makalah ini, penulis sadar dan yakin mengalami banyak kendala.
Namun berkat bantuan, bimbingan, dan arahan dari beberapa pihak dan atas izin
Allah SWT, sehingga kendala tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada mendiang kedua
orang tua yang telah melahirkan, membesarkan, dan membimbing penulis sampai
keduanya meninggalkan penulis sejak tahun 2006. Ucapan terima kasih dan
penghargaan pula kepada dosen pengampu mata kuliah Pengembangan
Kurikulum PAUD Dr. Muhammad Akil Musi, M.Pd. yang telah memberikan
bimbingan, motivasi, arahan, dan saran-saran yang berharga kepada penulis
selama menyusun makalah. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan
ucapan terima kasih kepada teman-teman kelas A21 Prodi PAUD PPs UNM
Angkatan 2021 serta semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu per satu.
Semoga semua kebaikan yang telah diberikan oleh Bapak dan Ibu serta
semua pihak yang telah membantu mendapat balasan yang berlipat ganda dan
menjadi amal di sisi Allah SWT. Sebagai ungkapan maaf, penulis berharap
kepada Bapak dan Ibu untuk memaafkan segala kekhilafan dan kesalahan selama
mengikuti perkuliahan maupun dalam penyusunan makalah ini .
Akhir kata, penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan, sehingga dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Makassar, 11 Oktober 2021

Andi Al Muhammad Ardiansyah

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
D. Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan 3
B. Studi Tentang Anak Usia Dini 3
C. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak usia dini merupakan individu yang memiliki karkater yang unik.
Pada usia dini, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang begitu
pesat sebagai pijakan awal untuk kehidupan yang akan datang. Maka dari itu,
dibutuhkan penanganan atau stimulasi yang tepat dan sesuai agar pertumbuhan
dan perkembangan anak tercapai seperti yang diharapkan. Maka sebagai seorang
pendidik, termasuk orang tua, adalah memahami aspek-aspek perkembangan anak
pada usia dini tersebut
Beberapa fakta yang terjadi menunjukkan sebagian pendidik atau orang
tua belum memahami betul aspek-aspek perkembangan yang terjadi pada anak.
Sehingga dalam memberikan stimulus untuk perkembangan anak tersebut bisa
dikatakan kurang tepat. Akibatnya, perkembangan anak tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan. Seperti yang dikemukakan oleh Mukhtar Latif dkk (Nasution ,
2019) Namun, sayangnya, tingkat kecerdasan masyarakat terhadap layanan
pendidikan bagi anak usia dini masih sangat rendah. Hal tersebut disebabkan
antara lain kurangngnya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya
pendidikan anak usia dini. Sehingga banyak orang tua yang kurang peduli
terhadap perkembangan anak, ini menyebabkan terjadinya problematika
perkembangan anak seperti perkembangan kecerdasan emosi anak.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis mencoba mengulas dan
mengkaji apa saja yang menjadi aspek perkembangan pada anak usia dini. Dengan
harapan, semua pendidik, termasuk orang tua, dapat memberikan yang terbaik
bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, khsusunya pada anak usia dini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan masalah pada
makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan ?
2. Siapa saja yang tergolong anak usia dini ?
3. Apa aspek perkembangan anak usia dini ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penulisan makalah ini
untuk mengetahui :
1. Definisi dari perkembangan.
2. Yang tergolong sebagai anak usia dini.
3. Aspek perkembangan anak usia dini.

1
2

D. Manfaat
Dengan penulisan makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan penjelasan terkait apa saja yang
menjadi aspek perkembangan anak usia dini.
2. Manfaat Praktis
a. Makalah ini diharapkan mampu memotivasi para pendidik, termasuk orang
tua, untuk lebih memahami aspek perkembangan anak pada usia dini.
b. Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi guru dalam
mengawasi dan mendampingi proses perkembangan peserta didik di
lembaga PAUD.
c. Bagi penulis, dapat menambah ilmu pengetahuan dan memahami
penerapan disiplin ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan
Pengembangan Kurikulum PAUD.
d. Sebagai bahan acuan bagi mahasiswa yang berminat menulis makalah atau
karya ilmiah lainnya terkait aspek perkembangan anak usia dini
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan
Dalam kehidupan manusia tentu mengalami yang namanya perkembangan.
Hal ini dimulai sejak dia dilahirkan sampai akhir hayatnya. Perkembangan
(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari proses pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungan (Jahja, 2011).
Pada pendapat lain mengatakan bahwa perkembangan dapat diartikan
sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju kearah suatu organisasi atau
struktur tingkah laku yang lebih tinggi. Pengertian lebih tinggi dimaksudkan
bahwa tingkah laku tadi mempunyai lebih banyak diferensiasi, yaitu bahwa
tingkah laku tersebut tidak hanya lebih luas, melainkan mengandung
kemungkinan yang lebih banyak. Pengertian organisasi atau struktur berarti
bahwa diantara tingkah laku tadi ada hubungan yang bersifat khas dan
menunjukan kekhususan seseorang pada tingkat umur tertentu (HM & Ngalimun,
2019)
Pengertian lain dari perkembangan adalah perubahan-perubahan yang
dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau
kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis/rohaniah
(Al-Faruq & Sukatin, 2021).
Dalam pandangan lain dijelaskan bahwa perkembangan adalah proses
perubahan progresif yang bersifat kualitatif fungsional dan terjadi pada aspek fisik
dan psikis (Desiningrum, 2012).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
perkembangan adalah bertambahnya kemampuan pada suatu individu yang
membawa perubahan-perubahan menuju kedewasaan, baik pada aspek fisik
maupun psikis.

B. Studi Tentang Anak Usia Dini


Terdapat berbagai pemahaman terkait anak usia dini yang begitu banyak
memberi sumbangsi dalam proses penyusunan sistem pendidikan anak usia dini.
Anak-anak memiliki pribadi yang unik. Kadang kita merasa tingkah mereka lucu,
menggemaskan, bahkan kadang juga menjengkelkan, tetapi itulah dunia mereka.
Sebagai orang tua, terlebih lagi bagi seorang pendidik, mengenali dan memahami
secara baik dunia anak-anak menjadi sangat mendesak. Dengan memahaminya
kita dapat mengetahui karakteristik dan kreativitas anak-anak, sehingga kita
mengetahui bagaimana mengarahkannya ke hal-hal yang positif (Susanto, 2011).

3
4

Anak adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses


perkembangan yang sangat pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Perkembangan anak merupakan proses perubahan kondisi pribadi
dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses
evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri.
Masa kanak-kanak seringkali juga disebut sebagai “golden age” atau masa
keemas an karena pada masa ini anak sangat peka tehadap rangsangan-rangsangan
Pendidikan, baik yang berkaitan dengan aspek fisik-motorik, kognitif, sosial,
emosi, maupun bahasa (Syaodih, 2013).
Indrijati dkk (2016) mengatakan bahwa dengan terungkapnya fakta bahwa
kehidupan dimulai semenjak dari dalam kandungan, maka paradigma lama yang
menyatakan bahwa rahim ibu adalah merupakan ruang tunggu bagi janin, yaitu
tempat di mana janin hanya menunggu dan tidak melakukan aktivitas apa-apa
sampai dilahirkan, tampaknya mulai dipatahkan oleh penelitian para ahli yang
consern dengan dunia pralahir. Hasil penelitian yang paling mutakhir tentang
dunia pralahir menunjukkan bahwa rahim ibu adalah ruang kelas, yaitu ruang di
mana janin bisa belajar tentang banyak hal, belajar untuk mencapai perkembangan
fisik dan psikis secara optimal, serta mengembangkan otak dan saraf bayi sebelum
dilahirkan. Di dalam rahim ternyata janin belajar, merasa, dan mengetahui
perbedaan antara terang dan gelap, bayi pralahir mampu memperhatikan suara
ibu, ayah, saudara, kakek, dan nenek atau mendengar suara musik, merasa
sentuhan di perut ibu, bahkan merasakan perubahan emosi sang ibu.
Pada pendapat lain, Comenius (Yus, 2011) mengungkapkan bahwa
pendidikan harus dimuali sejak dini. Sejak anak lahir pendidikan sudah perlu
dimulai. Pendidikan berlangsung secara alami dengan memerhatikan aspek
kematangan (maturation) dan memberi kesempatan pada anak untuk
menggunakan seluruh inderanya. Pembelajaran semacam ini merupakan
pembelajaran yang paling baik, karena pengalaman-pengalaman sensorial yagn
dialami anak usia dini merupakan dasar semua pembelajara.
Dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 60 Tahun 2013, anak usia dini
adalah bayi yang baru lahir hingga anak-anak yang belum genap berusia 6 tahun.
Dalam pemantauan tumbuh-kembangnya, kelompok usia ini dibagi lagi menjadi
janin dalam kandungan sampai lahir, lahir sampai dengan usia 28 hari, usia 1
sampai 24 bulan, dan usia 2 sampai 6 tahun. Dari segi pendidikan, usia dini ini
merupakan masa keemasan dalam perkembangan otak anak sehingga si kecil
harus diberi rangsangan atau stimulus yang tepat. Oleh karena itu, orangtua wajib
memahami karakteristik anak usia dini demi memastikan anak tumbuh dan
berkembang secara optimal (Arismi, 2020).
Maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada anak usia dini dimulai
sejak masih berbentuk janin ketika berada dalam rahim ibu yang disebut dengan
fase pralahir kemudian pendidikan tersebut berlanjut setelah lahir sampai
memasuki usia enam tahun, di mana pada usia ini umumnya orang tua
mendaftarkan anaknya pada lembaga PAUD.
5

C. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini


Anak adalah titipan dan amanah dari Tuhan yang harus dijaga dengan
penuh perhatian dan kasih sayang. Selain itu, anak juga merupakan aset paling
berharga yang dimiliki oleh keluarga maupun masyarakat sebagai generasi
penerus bangsa. Grantham-McGregor and colleagues (Lokuketagoda. dkk, 2016)
state that many children in developing countries are exposed to multiple risks for
poor development including poverty, poor health, and nutrition (Grantham-
McGregor dan rekan menyatakan bahwa banyak anak di negara berkembang
terkena berbagai risiko untuk perkembangan yang buruk termasuk kemiskinan,
kesehatan yang buruk, dan gizi). Oleh karena itu, sebagai orang tua sangat penting
memenuhi apa yang menjadi kebutuhan anak dalam proses perkembangannya,
seperti kesehatan, gizi, maupun finansialnya.
Dalam proses perkembangannya, anak memiliki sejuta kemampuan dalam
dirinya. Semenjak dilahirkan hingga memasuki tahun-tahun pertama
perkembangan anak meningkat dengan pesat. Para ahli mengatakan bahwa
perkembangan pada tahun-tahun pertama sangatlah kritis dibanding dengan
perkembangan pada tahun-tahun selanjutnya, maka dapat dikatakan bahwa masa
kanak-kanak merupakan gambaran awal individu sebagai seorang manusia.
Sebagai orang tua tentu mengharapkan perkembangan yang positif pada
anak-anaknya. Begitu pula seorang guru pada lembaga PAUD yang telah
diamanahkan oleh orang tua peserta didik dituntut agar bisa memberi
pembelajaran yang menstimulus perkembangan anak kepada hal yang baik.
Baumgartner and Buchanan (Taylor & Scott, 2013) claim that teachers need to
intentionally nurture the whole child, including his/her spiritual development as
well as the physical and the cognitive (Baumgartner dan Buchanan menyatakan
bahwa guru perlu dengan sengaja mengasuh anak secara utuh, termasuk
perkembangan spiritualnya serta fisik dan kognitifnya).
Maka dari itu, orang tua maupun guru sudah semestinya memahami aspek
perkembangan pada anak usia dini. Merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standar
Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, aspek perkembangan anak usia dini
meliputi (1) Nilai Agama dan Moral; (2) Fisik-Motorik; (3) Kognitif; (4) Bahasa;
(5) Sosial-Emosional; dan (6) Seni.

1. Perkembangan Nilai Agama dan Moral


Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, orang tua di
Indonesia tentu menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang menjadi anak
yang soleh dan soleha. Mengajak anak-anak berusia dini untuk mengunjungi
berbagai masjid, bersedekah dengan tangannya sendiri, atau mengajarkan kepada
anak untuk shalat lima waktu akan menambah wawasan religi anak dan akan
membekas sepanjang hidupnya. Menumbuhkan pengetahuan anak sejak dini
tentang agama berarti telah menumbuhkan akar beragama pada mereka yang
kelak akan membentuk karakter, kepribadian, dan moral anak di hari kemudian.
Yang perlu diperhatikan adalah jika penerapan pengalaman beragama pada
anak dilakukan secara kaku, maka akan berefek pada usia dewasa nantinya yang
menjadikan anak kurang perhatian terhadap agama. Selain faktor didikan oleh
6

orang tua, pembentukan moral dan agama anak juga dipengaruhi oleh sekolah dan
pengalaman sosial dalam bergaul.
Dalam bukunya, Dadan Suryana (2018) menjelaskan bahwa memang pada
mulanya sikap beragama anak dibentuk di rumah, namun kemudian
disempurnakan di sekolah, terutama oleh guru-guru yang mereka sayangi atau
yang mereka idolakan-maka guru yang diidolakan siswa hendaklah menjadi guru
yang saleh. Kemudian anak perlu juga untuk memiliki pengalaman bergaul dan
melaksanakan aktivitas keagamaan, seperti di TPA (Taman Pendidikan Al-
Qur’an), kegiatan menyantuni anak yatim dan fakir miskin, kegiatan didikan
subuh. Dari pengalaman bersosial-bergaul-sejak kecil, maka berkembanglah rasa
kesadaran moral dan sosial anak. Kesadaran tersebut bisa lebih optimal pada masa
remaja.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa orang tua perlu
memperlihatkan keakraban serta menerapkan pola demokrasi dalam keluarga
sehingga anak merasa diterima. Dalam mendidik moral, maka orang tua sebagai
suri tauladan sangat menentukan, jika menginginkan anak yang bermoral dan
berakhlak mulia, maka orang tua harus terlebih dahulu memiliki sikap tersebut.
Kemudian anak perlu diberi perhatian, kasih sayang, tanggung jawab, dan
pengalaman beragama sejak dini.

2. Perkembangan Fisik-Motorik
Perkembangan fisik-motorik adalah kemunginan semua gerakan yang
dilakukan oleh seluruh tubuh. Perkembangan pusat motorik di otak erat kaitannya
dengan perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh.
Menurut Hurlock (Tadjuddin, 2014) perkembangan motorik adalah perkembangan
gerakan jasmani melalui kegiatan pusat saraf dan otot yang terkoordinasi.
Sejalan dengan prisnip yang disebut cephalocaudal perkembangan fisik
dimulai dari atas yaitu kepala dan secara terstruktur kebagian bawah tubuh.
Papalla dan Olds (Tadjuddin, 2014) menjelaskan bahwa pada usia kandungan 2
bulan, kepala bayi berukuran setengah dari ukuran tubuhnya. Selanjutnya pada
usia pasca lahir 2-5 tahun ukuran kepala bayi hanya seperlima dari tubuhnya dan
pada usia 6 tahun ukuran kepala anak hanya sepertujuh dari tubuhnya.

a. Perkembangan Motorik Kasar


Dalam meningkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar,
diperlukan kegiatan perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh
seperti berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap, serta
menjaga keseimbangan. Menurut Papalia (Suryana, 2018) pada usia 4 tahun, anak
cenderung menyukai kegiatan fisik yang berbahaya, seperti melompat dari
ketinggian atau bergantung dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5
atau 6 tahun keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak
pada usia ini menyenangi kegiatan lomba seperti balapan sepeda, balapan lari,
atau kegiatan lainnya yang mengandung bahaya
7

b. Perkembangan Motorik Halus


Perkembangan motorik halus anak usia dini ditekankan pada koordinasi
gerakan motorik halus dalam hal ini menyangkut kegiatan meletakkan atau
memegang suatu benda menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun,
perkembangan koordinasi gerakan motorik halus anak sangat berkembang,
bahkan mendekati sempurna. Meski demikian, dalam menyusun balok menjadi
sauatu bangunan misalnya, anak pada usia ini masih mengalami kesulitan.
Penyebabnya adalah karena anak cenderung ingi menyusun balok secara
sempurna sehingga meruntuhkan susunan balok tersebut. Untuk usia 5 atau 6
tahun koordinasi gerakan motorik halus berkembang dengan pesat. Pada masa ini
anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik seperti
mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara
bersamaan, misalnya ketika anak menulis atau menggambar.

3. Perkembangan Kognitif
Akal dan pikiran sangat erat hubungannya dengan perkembangan kognitif,
sehingga pertumbuhan pada ranah ini jangkauannya sangat luas. Menurut Slavin
(Suryana, 2018) fase-fase perkembangan kognitif anak usia dini berada pada fase
pra-operasional yang mencakup tiga aspek, yaitu: berpikir simbolik, yaitu
kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan
peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak. Berpikir
egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak
setuju berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh karena itu, anak belum dapat
meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain. Berpikir intuitif, yaitu
kemampuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun
balok, akan tetapi tidak mngetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya.
Lebih lanjut Slavin (Suryana, 2018) mengemukakan perkembangan
kognitif anak pada hakikatnya merupakan hasil proses asimilasi, akomodasi,
ekuilibrum. Asimilasi berkaitan dengan proses penyerapan informasi baru ke
dalam informasi yang telah ada di dalam skema (struktur kognitif) anak.
Akomodasi adalah proses menyatukan informasi baru dengan informasi yang
telah ada di dalam skema sehingga perpaduan antara informasi tersebut
memperluas skemata anak. Ekuilibrium berkaitan dengan usaha anak untuk
mengatasi konflik yang terjadi dalam dirinya pada waktu ia menghadapi suatu
masalah. Untuk memecahkan masalah tersebut ia menyeimbangkan informasi
yang baru yang berkaitan dengan masalah yang dihadapinya dengan informasi
yang telah ada di dalam skematanya secar dinamis. Sebagai contoh, pada waktu
anak diberi buah lain yang berkulit maka anak akan menyeimbangkan
pengetahuannya tentang jeruk dengan cara-cara yang harus dilakukannya agar
buah tersebut dapat dimakan.

4. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan aspek perkembangan anak yang dapat dilatih oleh
orang tua. Anak-anak dapat mengerti apa yang disampaikan oleh orang tua seperti
cerita, aturan, dan juga menghargai bacaan. Bahasa juga mencakup bagaimana
8

anak berbahasa dengan baik seperti tanya jawab dan memahami bunyi dari angka
dan huruf.
Seorang ahli psikologi perkembangan bernama Laura E. Berk dari Illionis
State University setelah meneliti berbagai aspek perkembangan individu
menyimpulkan bahwa perkembangan bahasa merupakan kemampuan khas
manusia yang paling kompleks dan mengagumkan. Meskipun itu kompleks,
namun pada umumnya berkembang pada individu dengan kecepatan luar biasa
pada awal masa anak-anak (HM & Ngalimun, 2019).
Anak mulai menunjukaan pertumbuhan dan perkembangan yang menonjol
yaitu kemampuannya untuk bisa berjalan dan berbahasa atau berbicara pada akhir
tahun pertama dan menjelang awal tahun kedua. Perkembangan bahasa anak yang
paling awal dapat diartikan sejak tangisan pertama bayi, karena tangisan pertama
bisa digolongkan sebagai bahasa bayi atau anak. Tangisan tersebut juga
merupakan sarana untuk mengekspresikan kehendak jiwanya.
Hurlock (Robingatin & Ulfah, 2019) juga menyatakan bahwa dalam
kehidupan sehari-hari bahasa menjadi hal yang sangat penting. Bahasa diperlukan
untuk membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan orang lain. Bahasa dapat
memampukan seseorang untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang telah
terjadi di masa lalu dan untuk merencanakan masa depan. Oleh karena itu, aspek
perkembangan bahasa anak usia dini dapat dilihat dari kemampuan anak dalam
berbahasa pada kehidupan sehari-harinya.

5. Perkembangan Sosial-Emosional
Pada usia dini, anak mengembangkan pola prilaku yang sesuai dengan
harapan sosial kelompoknya dan anak belajar menyesuaikan diri dengan teman
kelompok sebaya. Di bawah bimbingan guru yang terlatih, pendidikan anka usia
dini dapat memberikan pengalaman sosial dan emosi yang dapat membantu
meningkatkan perkembangan hubungan sosial-emosi yang menyenangkan.
Perilaku dalam kondisi sosial merupakan awal perilaku sosial yang ditanamkan
pada masa bayi, yang mulai dibina hingga individu tumbuh dan berkembang pada
masa selanjutnya. Hubungan yang terbangun dengan orang lain sangat
dipengaruhi oleh perkembangan sosial anak, bentuk perilaku dalam kondisi sosial
pada usia anak-anak awal dapat dilihat dalam bentuk kerja sama, simpati, empati,
persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, sikap ramah,
ketergantungan, dan sikap tidak mementingkan diri sendiri.
Berkaitan dengan perkembangan sosial, emosi muncul sebagai umpan
balik adanya interaksi sosial antara individu, kelompok, dan masyarakat. Seorang
anak cenderung meluapkan emosinya dengan bebas dan terbuka dalam
lingkungannya. Hal ini membuktikan bahwa emosi anak bersifat lebih kompleks
dan nyata.
Berdasarkan hasil survey terhadap orang tua dan guru (Sofyan, 2018)
menunjukkan adanya kecenderungan yang sama di seluruh dunia yaitu generasi
sekarang lebih banyak memiliki kesulitan emosi dari generasi sebelumnya.
Generasi sekarang lebih kesepian dan pemurung, lebih beringasan, kurang
memiliki sopan santun, mudah cemas, gugup, dan lebih impulsif. Pengembangan
aspek emosi semakin perlu dipahami, dimilki, dan diperhatikan mengingat kondisi
9

kehidupan saat ini semakin kompleks dan memberikan dampak yang sangat buruk
terhadap perkembangan sosio-emosi anak. Anak perlu dibekali keterampilan
emosi dan sosial yaitu suatu kemampuan mengenali, mengolah dan mengontrol
emosi sehingga dapat merespon dengan baik setiap kondisi yang merangsang
munculnya emosi-emosi tersebut.
Menurut Hendra (2018) emosi sangat dipengaruhi oleh peran pematangan,
dan peran belajar, kedua faktor ini sama sama mempengaruhi emosi, tetapi faktor
belajar lebih penting dikarenakan faktor belajar bisa dikendalikan, berikut ini ada
metode belajar yang menunjang perkembangan emosi sebagai berikut :
a. Belajar secara coba dan ralat
b. Belajar dengan cara meniru
c. Belajar dengan cara menyamakan diri
d. Relajar melalui pekondisian
e. Pelatihan

Lebih lanjut Hendra (2018) menjelaskan bahwa pola emosi setiap anak
sangatlah berbeda- beda, apalagi bila dibedakan dengan anak yang lebih tua atau
dengan orang dewasa, sebenarnya tidak logis jika kita menuntut agar semua anak
pada usia tetentu mempunyai pola emosi yang sama. Perbedaan individu tidak
dapat dielakkan karena adanya perbedaan taraf pematangan dan kesempatan
belajar, adapun bentukbentuk emosi anak sebagai berikut: rasa takut, canggung,
khawatir, cemas, marah dan cemburu serta rasa duka cita.

6. Perkembangan Seni
Setiap indinvidu memiliki sisi seni mereka sendiri. Sama halnya dengan
anak, setiap anak memiliki imajinasinya sendiri terkait dengan seni.
Perkembangan seni pada anak usia dini menunjukkan kemampuan anak dalam
menggunakan dan berinterkasi dengan berbagai alat dan bahan seni. Melalui seni,
anak-anak mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan imajinasi, fantasi,
serta kreativitas dan melatih anak bagaimana mengekspresikan diri, kemampuan,
minat, dan keterampilan mereka.
Menurut Yervan (Masganti. dkk, 2016) that art wich is principlly
concerned with the production of works of aesthetic significance as distinct from
useful or applied art wich is utilitarian in intention (seni yang terutama bertalian
dengan pembikinan benda-benda dengan kepentingan estetis sebagaimana benda
dari seni berguna atau terapan yang maksudnya untuk kefaedahan). Dalam
memberikan stimulus demi perkembangan anak pada bidang seni, guru bisa
memberikan pembelajaran yang sesuai dengan usia anak seperti bermusik, drama,
menggambar, menari, dan semua hal itu juga dapat merangsang perkembangan
kognitif pada anak. Selain pembelajaran di sekolah, hal tersebut dapat diperoleh
dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial. Maka, sebagai orang tua
perlu mengupayakan pengembangan anak sebagai makhluk estetis. Anak-anak
perlu diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri dalam mengembangkan
kemampuannya dalam bidang seni dengan berbagai cara dan dalam berbagai
kesempatan dan tempat, sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada
anak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan penjelasan dari bab-bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa perkembangan merupakan suatu proses bertambahnya
kemampuan dalam diri suatu individu yang membawa perubahan-perubahan
menuju kedewasaan, baik pada aspek fisik maupun psikis. Demikian halnya
perkembangan yang terjadi pada anak usia dini yang dimulai sejak masih
berbentuk janin ketika berada dalam rahim ibu yang disebut dengan fase pralahir
kemudian perkembangan tersebut berlanjut setelah lahir sampai memasuki usia
enam tahun, di mana pada usia ini umumnya orang tua mendaftarkan anaknya
pada lembaga PAUD untuk mendapatkan pendidikan yang layak dari seorang
pendidik dengan harapan anak bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa
yang diharapkan, baik perkembangan pada fisik maupun psikis anak.
Ada enam aspek perkembangan yang terjadi pada anak, yaitu (1) Nilai
Agama dan Moral; (2) Fisik-Motorik; (3) Kognitif; (4) Bahasa; (5) Sosial-
Emosional; dan (6) Seni. Keenam aspek ini dapat memberikan suatu pembelajaran
atau ilmu baik bagi orang tua maupun pendidik dalam mengiringi proses
pertumbuhan dan perkembangan anak. Dari keenam aspek itu pula orang tua dan
pendidik dapat memahami apa yang menjadi kebutuhan anak dalam
perkembangannya, seperti gizi, kesehatan, kasih sayang, cinta, finansial, dan
kebutuhan lainnya.

B. Saran
Sangat penting sebagai orang tua dan pendidik dalam memberikan
stimulasi yang tepat untuk perkembangan anak. Berdasarkan pembahasan dan
kesimpulan dalam makalah ini, maka dari itu penulis memberikan saran bahwa
sebagai orang tua maupun pendidik sudah menjadi hal wajib untuk memahami
aspek-aspek perkembangan pada anak usia dini. Perlunya mencari referensi yang
terkait dengan aspek perkembangan anak usia dini, baik itu dari buku, media
cetak, atau media sosial, apalagi di zaman yang serba canggih ini sangat mudah
bagi orang tua dan pendidik mendapatkan ilmu dan pengetahuan terkait hal
tersebut. Selain itu, perlunya orang tua mengetahui apa yang menjadi kebutuhan
anak dalam proses perkembangannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Al-Faruq, Shoffa Saifillah & Sukatin. (2021). Psikologi Perkembangan.


https://www.google.co.id/books/edition/Psikologi_Perkembangan/ki0yEA
AAQBAJ?hl=id&gbpv=0. Diakases pada hari Selasa, 28 September 2021
Pukul 20:13 Wita.
Arismi, Asni. (2020, Agustus 16). Memahami Pengertian Anak Usia Dini dan
Karakteristiknya. https://www.sehatq.com/artikel/memahami-pengertian-
anak-usia-dini-dan-karakteristiknya. Diakses pada hari Jum’at, 1 Oktober
2021 Pukul 21:02 Wita.
Desiningrum, Dinie Ratri. (2012). Buku Ajar Psikologi Perkembangan I.
Semarang.
HM, Abubakar & Ngalimun. (2019). Psikologi Perkembangan (Konsep Dasar
Pengembangan Kreatifitas Anak). Yogyakarta: K-Media.
Indrijati, Herdina. dkk. (2017, Januari 2). Psikologi Perkembangan dan
Pendidikan Anak Usia Dini.
https://www.google.co.id/books/edition/Psikologi_Perkembangan_dan_Pe
ndidikan_An/AuG2DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0. Diakses pada hari
Jum’at, 1 Oktober 2021 Pukul 22:37 Wita.
Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi Perkembangan.
https://www.google.co.id/books/edition/Psikologi_Perkembangan/5KRPD
wAAQBAJ?hl=id&gbpv=0. Diakses pada hari Sabtu, 2 Oktober 2021
Pukul 10:18 Wita.
Lokuketagoda, Buddhi U.W.P. dkk. (2016). Early Development Standards for
Children Aged 2 to 12 Months in a Low-Income Setting. SAGE Open, 1-
22.
Masganti. dkk. (2016). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Teori dan
Praktik. Medan: Perdana Publishing.
Nasution , Nur Kholidah. (2019). Perkembangan Anak Usia Dini (AUD) di TK
AISYIYAH : Problematika dan Solusi. Jurnal Penelitian Keislaman, 130-
143.
Robingatin & Ulfah, Zakiyah. (2019). Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini
(Analisis Kemampuan Bercerita Anak). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Sofyan, Hendra. (2018). Perkembangan Anak Usia Dini dan Cara Praktis
Peningkatannya. Jakarta: CV. Infomedika.

11
12

Suryana, Dadan. (2018). Pendidikan Anak Usia Dini. Stimulasi & Aspek
Perkembangan Anak. Jakarta: Prenadamedia Group.
Susanto, Ahmad. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Pengantar Dalam
Berbagai Aspeknya.
https://www.google.co.id/books/edition/Perkembangan_Anak_Usia_Dini/
0qRPDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0. Diakses pada hari Minggu, 3 Oktober
2021 Pukul 16:47 Wita.
Syaodih, Ernawulan. (2013). Model Bimbingan Perkembangan di TAMAN
KANAK-KANAK : Di Kembangkan Berdasarkan Tentang Perkembangan
Anak Taman Kanak-kanak di Kota Bandung. Disertasi. Bandung: PPs
UPI.
Tadjuddin, Nilawati. (2014). Meneropong Perkembangan Anak Usia Dini.
Perspektif Al-Quran. Depok: Penerbit Herya Media.
Taylor, Satomi Izumi & Scott, Jerrie C. (2013). Nurturing Young Children's
Moral Development through Literature in Japan and the USA. Research in
Comparative and International Education, 38-54.
Yus, Anita. (2011). Model Pendidikan Anak Usia Dini.
https://www.google.co.id/books/edition/Model_Pendidikan_Anak_Usia_D
ini/1KRPDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0. Diakses pada hari Selasa, 5
Oktober 2021 Pukul 14:08 Wita.

Anda mungkin juga menyukai