Disusun oleh:
1. Descha Rahmadhani (2305148013)
2. Rini Dwi Yuliani (2305148014)
3. Sulfiana Dewi (2305148015)
4. Ariantho Arruan (2305148052)
5. Azizah Nur ‘Aini Darulyati (2305148053)
Kelompok 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori 6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metodologi Penelitian 14
B. Tempat dan Waktu Penelitian 15
C. Latar Penelitian 15
D. Data dan Sumber Data 16
E. Instrumen Penelitian 16
F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data 18
G. Teknik Analisis Data 19
H. Pemeriksaan Keabsahan Data 22
DAFTAR PUSTAKA 33
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai
berikut :
Sejauh mana peran kepemimpinan kepala sekolah dalam
mengembangkan budaya literasi di SDN 009 Tenggarong ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui baiknya peran kepemimpinan
kepala sekolah dalam mengembangkan budaya literasi di SDN 009
Tenggarong.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk peneliti
a. Untuk memperoleh pengalaman dalam penelitian karena merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister di pascasarjana
b. Untuk memberikan pengetahuan bagi peneliti di masa yang akan
datang
c. Sebagai mahasiswa tingkat akhir wajib melakukaan penelitian
2. Untuk pembaca
a. Sebagai pengetahuan dalam meningkatkan pengetahuan dalam
keterampilan seorang guru dalam proses belajar dan mengajar
b. Sebagai pengetahuan dalam meningkatkan peran kepala sekolah
dalam meningkatkan budaya literasi
c. Sebagai motivasi bagi sekolah lain dalam meningkatkan budaya
literasi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Konsep Strategi Kepemimpinan
Strategi merupakan kunci kesuksesan sebuah organisasi dalam
mencapai tujuan. Tanpa adanya strategi maka program tidak akan
berjalan. Strategi merupakan langkah awal yang harus dimiliki oleh
seorang peminpin dalam mencapai tujuan. Sehebat apapun seorang
pimpinan jika tidak memiliki strategi yang tepat maka program tidak ada
artinya dan tujuan tidak akan terwujud. Kepemimpinan tidak hanya
mengandalkan kemampuannya sendiri tetapi dia juga harus punya
strategi dalam memimpin.
Strategi adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan
akhir dari suatu organisasi, namun strategi bukanlah sekedar suatu
rencana, melainkan adalah rencana yang menyatukan. Strategi mengikat
semua bagian yang ada dalam organisasi menjadi satu, sehingga strategi
meliputi semua aspek penting dalam suatu organisasi, strategi itu terpadu
dari semua bagian rencana yang harus serasi satu sama lain dan
berkesesuaian. Oleh karena itu penentuan strategi membutuhkan
tingkatan komitmen dari suatu organisasi, di mana tim organisasi tersebut
bertanggung jawab dalam memajukan strategi yang mengacu pada hasil
atau tujuan akhir. Dengan demikian dapat dipahami bahwa strategi
kepemimpinan pendidikan merupakan kegiatan mengambil keputusan
atau merancangkan tindakantindakan strategis untuk mencapai tujuan
organisasi yang ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
(yulmawati, 2016).
Strategi lebih sering diasumsikan pada bidang ekonomi yang
berorientasi pada bisnis (profit) baik pengembangannya secara teoritis
maupun praktis. Dan hal ini sudah berlangsung sangat lama. Adapun
pada lingkup non bisnis (non profit) seperti dunia pendidikan, istilah
strategi merupakan paradigma baru.
2. Konsep Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata leadership yang
berasal dari kata Leader, Pemimpin (leader) adalah orang yang berasal
memimpin, sedangkan pimpinan merupakan jabatannya. Fedler
berpendapat, “Leader as the individual in the group given the task of
directing and coordinating task relevant group activies”. Dari pengertian
tersebut menunjukan bahwa seorang pemimpin adalah anggota kelompok
yang memiliki kemampuan untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan
kinerja dalam mencapai tujuan.
Pemimpin merupakan suatu lakon/ peran dalam sistem tertentu
karena sesorang dalam peran formal belum tentu memiliki keterampilan
dan belum mampu memimpin. Istilah kepemimpinan dan belumtentu
mampu memimpin. Istilah kepemimpinan pada dasarnya berhubungan
dengan keterampulan, kecakapan, dan tindak pengaruh yang dimiliki
oleh orang yang bukan pemimpin. Pemimpin adalah seorang yang
memiliki pribadi yang memiliki kecakapan dan mempunyai kelebihan di
satu bidang sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-
sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian tujuan.
Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin yang berarti orang yang
dikenal dan berusaha mempengaruhi para pengikutnya untuk merealisir
visinya. Kepemimpinan pendidikan adalah pemimpin pada lembaga
satuan pendidikan. Tanpa kehadiran kepemimpinan pendidikan, proses
pendidikan termasuk pembelajaran tidak akan berjalan efektif.
Kepemimpinan pendidikan ada pemimpin yang proses keberadaannya
dipilih secara langsung, ditetapkan oleh yayasan, atau ditetapkan oleh
pemerintah. Seorang pemimpin mendesain pekerjaan beserta
mekanismenya, didukung staf yang melaksanakan tugas sesuai
kemampuannya dan keahliannya. Jadi, kepemimpinan sebagai proses
menciptakan visi, mempengaruhi sikap, perilaku, pendapat, nilai-nilai,
norma dan sebagainya dari pengikut (sidiq, 2021)
Kepemimpinan dalam satu organisasi merupakan suatu faktor yang
menentukan berhasil atau tidaknya organisasi tersebut karena
kepemimpinan organisasi dikatakan sukses apabila pengelolaan
organisasi tersebut gaya kepemimpinan merupakan cara tau teknik
seseorang dalam menjalankan suatu kepemimpinan. Kepemimpinan atau
leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-
prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi
kesejahteraan manusia.Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh
para pakar menurut sudut pandang masing-masing, definisidefinisi
tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.Kepemimpinan dalam
satu organisasi merupakan suatu faktor yang menentukan berhasil atau
tidaknya organisasi tersebut karena kepemimpinan organisasi dikatakan
sukses apabila pengelolaan organisasi tersebut berhasil dijalankan (Ishaq,
2016).
Kepala sekolah harus melaksaakan fungsi kepemimpinan, yang
melibatkan pedidik dan tenaga kependidikan lainnya, dalam rangka
memetakan arah pencapaian kualitas sekolah yang diharapkan,
memfokuskan perhatian terhadap proses pengajaran dan pembelajaran
yang efektif, serta membangun ligkungan belajar yag kondusif untuk
menghasilkan peserta didik yang unggul dan berkualitas (Rosdiana,
2022)
Hal mendasar tentang gaya kepemimpinan bersifat “fixed”. Oleh
sebab itu gaya kepemimpinan seseorang cenderung konstanta walaupun
dalam suasana apapun, ataukah gaya kepemimpinan seoseornag bersifat
lentur atau “fleksibel”. Gaya kepemimpinan pendidikan lebih terlihat
pada pola-pola yang dikembangkan dalam berbagai kebijakan yang
ditempuhnya dalam menjalankan kepemimpinan.
a. Gaya Kepemimpinan Partisipatif
Gaya kepemimpinan partisipatif atau disebut dengan gaya
kepemimpinan demokratik merupakan gaya kepemimpinan yang
menitik beratkab pada usaha seorang pemimpin dalam melibatkan
partisipasi para pengikutnyadlaam setiap pengambilan keputusan.
Dampak positif yang ditimbulkan dari gaya kepemimpinan
partisipatif bahwa para pengikut memiliki rasa tanggung jawab yang
lebih besar terhadap pencapainan tujuan orgaisasi karena keterlibatan
dalam pengambilan keputusan (Umar Siddiq, 6:2021).
b. Gaya Kepemimpinan Otokrafik
Kepatuhan pengikut terhadap pimpinan merupakan corak gaya
kepemimpinan otokratik. Dalam menjalankan kewajiban sesuai
dengan aturan yang bersumber pada tradisi, pengikutpatuh pada
pimpinan bukan diladaskan pada tantanan impersonal, tetapi menjadi
loyalitas pribadi dan membiasakan diri tunduk pada kewajiban.
Pemimpin yang bergaya otokratik cenderung menganut nilai
organisasi yang bertujuan pada pembenaran segala tindakan yang
ditempuh untuk mencapau tujuan. Secara ringkas, kepemimpinan
otokratik lebih menitik beratkan pada otoritas pemimpin dnegan
mengesampingkan partisipasi dan daya kreatif pada pengikut.
Pemimpin pendidikan yang bergaya otokratik menganggap guru,
siswa dan staf administrasi mempunyai kinerja yang rendah dan
lebih cenderung statis (Umar siddiq, 7:2021)
c. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Karakteristik utama pada gaya kepemimpinan laissez faire
meliputi : persepsi tentang peran, nilai-nilai yang dianut, sikap dalam
hubungannya dengan para pengikut, perilaku organisasi dan gaya
kepemimpinan yang biasa digunakan. Pemimpin bergaya laissez
faire memposisikan dirinya sebagai “Fasilitator”.
Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa para anggota organisasi
telah dapat mengetahui dan cukup dewasa untuk taat kepada semua
aturan pencapaian yang telah ditetapkan. Seorang pemimpin sendiri
tanpa banyak peran untuk mencampuri arah dan perkembangan
organisasi.
Kepemimpinan pendidikan lassiz faire akan sangat permisif
terhadap dayan kreatifitas yang dilakukan oleh guru, staf
administrasi yang dilakukan oleh guru, siswa selama masih tetap
dalam rangka memajukan pendidikan. Namun, yang menjadikan
dampak negative, adalah intervensi yang terlalu longgar dari seorang
pemimpin menjadikan organisasi tanpa arah dan otoritas
kepemimpinan menjadi berkurang (Umar Siddiq, 8:2021)
d. Gaya Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinann transformasional berorientasi kepada proses
membangun komitmen menuju sasaran organisasi dan memberi
kepercayaan kepada para pengikutnya untuk mencapai sasaran-
sasaran tersebut. Dalam penelitian Burns tahun 1978 menjelaskan
kepemimpinan trasnformasional merupakan proses yang didalamnya
para pemimpin dan pengikut saling memberikan ide konstruktif
terkait moralitas dan motivasi yang lebih tinggi dalam budaya
organisasi.
Kepemimpinan yang transformasional menyangkut nilai-nilai,
terutama berupa nilai-nilai yang relevan bagi proses pemberdayaan
organisasi seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawa. Tiga
komponen kepemimpinan transformasional meliputi: charisma
(proses), stimulasi intelektual (intellectual stimulation), dan
perhatian yang diindividulisasi (individualilized consideration).
B. Kerangka Berfikir
BAB III
METODE PENELITIAN
C. Latar Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi kepemimpinan
kepala sekolah dalam mengembangkan budaya literasi di SDN 009
Tenggarong dengan mendeskripsikan hasil temuan penelitian. Pendekatan
penelitian kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan
data yang ada dilapangan dengan cara menguraikan dan menginterpretasikan
sesuatu seperti apa yang ada di lapangan, dan menghubungkan sebab akibat
terhadap sesuatu yang terjadi pada saat penelitian, dengan tujuan memperoleh
gambaran realita mengenai strategi kepemimpinan kepala sekolah dalam
mengembangkan budaya literasi di SDN 009 Tenggarong. Penelitian
dilakukan di SDN 009 Tenggarong. Pada awalnya peneliti melakukan
observasi awal dan survei, ternyata ditemukan beberapa hal yang menarik
untuk diteliti. Setelah mengajukan izin meneliti kepada pihak SDN 009
Tenggarong, ternyata ada respon positif untuk melakukan penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa instrumen
adalah alat yang diperlukan untuk mengerjakan sesuatu. Berdasarkan
pengertian tersebut dapat didefinisikan bahwa instrument penelitian
merupakan alat bantu yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data
dalam proses penelitian. Instrument berkaitan erat dengan metode yang
digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini instrument yang digunakan
antara lain:
1. Instrumen Wawancara
Instrumen wawancara merupakan pedoman peneliti dalam
mewawancarai subjek penelitian untuk menggali sebanyak- banyaknya
tentang apa, mengapa, dan bagaimana tentang masalah yang diberikan
oleh peneliti. Pedoman ini merupakan garis besar pertanyaan- pertanyaan
yang akan diberikan peneliti kepada subjek penelitian sebagaimana
terlampir pada lampiran.
Jika selama wawancara siswa mengalami kesulitan dengan
pertanyaan tertentu yang diajukan oleh peneliti, maka mereka didorong
untuk merefleksikan dan menjelaskan kesulitan yang dihadapinya. Jika
diperlukan subjek diperkenankan menggunakan penjelasan secara tertulis
untuk menguatkan jawaban yang diberikan. Untuk memaksimalkan hasil
wawancara peneliti menggunakan alat perekam dalam pengambilan data
berupa suara, tujuannya untuk mengantisipasi keterbatasan peneliti dalam
mengingat informasi pada saat wawancara berlangsung.
Pelaksanaan wawancara dilaksanakan diluar jam pelajaran dengan
maksud agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas dan
siswapun tidak merasa keberatan dalam mengikuti wawancara.
Wawancara pada penelitian ini berdasarkan pedoman wawancara sebagai
garis besar pertanyaan- pertanyaan peneliti yang akan diajukan kepada
siswa sebagai subjek penelitian. Pedoman wawancara dapat dilihat pada
lampiran.
Sebelum wawancara dilakukan, terlebih dahulu instrument
penelitian berupa pedoman wawancara ini divalidasi dengan validasi ahli
(dosen ahli) agar instrumennya shahih dan data yang diperoleh sesuai
harapan. Validasi ini dilakukan dengan pertimbangan memudahkan
peneliti memperoleh data.
2. Instrumen Observasi
Instrument observasi merupakan pedoman peneliti dalam
mengadakan pengamatan dan pencarian sistematik terhadap fenomena
yang diteliti. Pedoman ini berkaitan dengan situasi dan kondisi di SDN
009 Tenggarong sebagaimana terlampir dalam lampiran.
3. Instrumen Dokumentasi
Instrument dokumentasi adalah alat bantu yang digunakan untuk
mengumpulkan data- data yang berupa dokumen seperti foto- foto
kegiatan dan transkip wawancara sebagaimana terlampir pada lampiran.