Anda di halaman 1dari 15

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013

__________________________________________________________________________________

SIGNIFIKANSI PAPAN REKLAME DI PUSAT KOTA SEMARANG

Yulita Titik Sunarimahingsih, Robert Rianto Widjaja, Yustina Trihoni Nalesti Dewi Fakultas Audiovisual dan Desain, Fakultas Hukum, Universitas Katolik Soegijapranana

ABSTRAK
Reklame merupakan salah satu alat komunikasi visual dalam lingkungan perkotaan dengan menggunakan tanda-tanda atau signage. Pemasangan reklame selain pada bangunan juga pada ruang terbuka. Pemasangan reklame pada berbagai lokasi dilakukan oleh berbagai pihak dengan tujuan mempromosikan sesuatu. Sebuah kota dengan ruang-ruang dan segenap tampilan visualnya juga merupakan sebuah wahana olah rasa dan pikiran yang memerlukan kepakaran desain dan kreatifitas, sehingga teori teori tentang estetika dapat diterapkan untuk menghasilkan kesan visual yang baik. Terutama dalam membagi secara proporsional berbagai kepentingan besar: wajah bangunan, wajah visual periklanan, lingkungan hijau, aktifitas dan berbagai elemen lain yang turut andil bagi terciptanya kota yang nyaman dan bermakna bagi warga penghuninya. Dari hal tersebut di atas, perlu kiranya dikaji signifikansi papan reklame sebagai penelitian awal untuk penyusunan pedoman penataan reklame: a) Apakah disain papan reklame yang ada di kota Semarang sudah mengacu pada sistem komunikasi visual; b) Bagaimana eksisting sistem visual di kota Semarang dengan keberadaan papan reklame; c) Apakah peraturan yang mengatur penataan papan reklame sudah mendukung terciptakan lingkungan yang lebih baik. Pada penelitian ini digunakan pendekatan komunikasi visual art dan persepsional dan dianalisis secara kualitatif. Aspek yang ditelaah mencakup apek: layout, sistem informasi dan efektifitas. Hasil temuan yang diperoleh: Belum ada kesesuaian antara elemen visual dan elemen teks sebagai pembentuk unity; Jumlah teks yang relatif banyak, sehingga pesan tidak dapat dipahami dalam waktu yang singkat; kurang efektif karena selain desain yang kurang tepat, dalam penempatannya tidak memperhitungkan faktor penghalang dan pesaing sehingga berpotensi menimbulkan kekacauan informasi dan visual kota Kata kunci: billboard, signifikansi, layout, efektifitas.

PENDAHULUAN Papan reklame merupakan salah satu unsur pembentuk visual kota. Keberadaannya dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan sekaligus dapat menunjang unsur keindahan kota. Namun demikian jika dalam penataan dan disainnya tidak memenuhi kaidah informasi, sistem komunikasi visual dan keindahan kota, maka keberadaannya justru akan

menjadikan kota secara visual tidak nyaman lagi. Kota menjadi semrawut dan terpolusi oleh papan reklame. Reklame merupakan salah satu alat komunikasi visual dalam lingkungan perkotaan dengan menggunakan tandatanda atau signage. Pemasangan reklame, selain pada bangunan juga pada ruang terbuka. Pemasangan reklame pada berbagai lokasi dilakukan oleh berbagai pihak dengan tujuan mempromosikan sesuatu. Bentuknya mulai dari papan

47

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013


__________________________________________________________________________________

tanda, umbul-umbul, logo, dan simbulsimbul lainnya yang menunjukkan kepemilikan, status, kelompok persatuan, barang dan jasa, sopan-santun. Sistem penataan tidak mengacu pada kaidahkaidah sistem komunikasi visual dan tatanan visual. Peraturan tidak didasarkan pada sumber-sumber visual di lapangan. Hal-hal tersebut memicu pada kesemrawutan visual kota. Keberadaan papan-papan reklame tanpa penataan yang konseptual merupakan bumerang bagi kualitas visual kota. Di satu sisi, kehadirannya memberi akses kepada informasi bagi masyarakat luas kota serta memberi kontribusi positif bagi pendapatan asli daerah, namun pada sisi lain keberadaannya di ruang kota sering cenderung menghalangi pandangan ke arah elemen-elemen kota yang justru menarik dinikmati seperti arsitektur bangunan, unsur lanskap kota, dan sebagainya. Akibat hal tersebut adalah merosotnya kualitas visual kota karena ruang kota dilanda polusi papan reklame yang berlebihan. Salah satu aspek penting yang menentukan kualitas desain urban adalah kualitas visualnya. Artinya, kota itu harus memiliki keindahan, baik yang bersifat alami maupun buatan, memiliki jati diri yang kuat, informatif dan tidak membingungkan. Kualitas visual ini dibentuk oleh komposisi urban desain dari elemen-elemen ruang kota seperti arsitektur bangunan serta konservasi bangunan tuanya, estetika taman kota dan arsitektur Sebuah kota adalah media komunikasi visual yang menyajikan berbagai rupa bentuk bangunan dan elemen pendukungnya, maka dapat dimengerti kalau sebuah kota berperanan sangat besar dalam membangun keindahan, baik melalui tampilan visual maupun kekayaan pengalaman yang terselip disetiap sudut ruang-ruangnya. Masyarakat yang melayangkan kepekaan inderawinya setiap hari pada obyek-obyek yang ada di sudutsudut kota akan membangun persepsi

keindahannya masing-masing.Melalui kegiatan-kegiatan khas mereka, mereka membangun pengalaman-pengalaman estetis. Sebuah kota adalah milik warganya, sekaligus cerminan masyarakatnya. Kita wajib mengupayakan agar tampilan kota tetap indah di mata masyarakatnya dan jangan sampai meluntur dan kehilangan nilai estetisnya. Sebuah kota dengan ruang-ruang dan segenap tampilan visualnya juga merupakan sebuah wahana olah rasa dan pikiran yang memerlukan kepakaran desain dan kreatifitas, sehingga teori teori tentang estetika dapat diterapkan untuk menghasilkan kesan visual yang baik. Terutama dalam membagi secara proporsional berbagai kepentingan besar: wajah bangunan, wajah visual periklanan, lingkungan hijau, aktifitas dan berbagai elemen lagi yang turut andil bagi terciptanya kota yang nyaman dan bermakna bagi warga penghuninya. PERMASALAHAN Dari hal tersebut diatas, perlu kiranya dikaji signifikansi papan reklame sebagai penelitian awal untuk penyusunan pedoman penataan reklame: a. Apakah disain papan reklame yang ada di kota Semarang sudah mengacu pada sistem komunikasi visual; b. Bagaimana eksisting sistem visual di kota Semarang dengan keberadaan papan reklame; c. Apakah peraturan tetang papan reklame yang ada sudah mendukung untuk pengelolaan sistem visual kota. Signifikansi papan reklame yang ada di pusat kota Semarang yang akan dikaji mencakup: layout desain, meliputi sekuens, penekanan /emphasis, kesimbangan, dan unity sistem informasi meliputi hirarki teks, ilustrasi, pemaknaan efektifitas meliputi visibilitas, penampilan dan lokasi.
48

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013


__________________________________________________________________________________

Kualitas visual peraturan tentang pengelolaan papan reklame di Semarang Aspek-aspek di atas akan didekati melalui pendekatan komunikasi visual art maupun persepsional. LAY OUT DESAIN Secara umum, layout dibagi menjadi 3, yaitu: a. Elemen teks Elemen teks adalah serangkaian huruf yang ditata dalam sebuah layout. Peran huruf tersebut bisa sebagai kata, ataupun kalimat. Secara spesifik, huruf dapat berperan sebagai: judul, deck, byline, bodytext, subjudul, pull quotes, caption, callouts, kickers, initial caps, indent, lead line, spasi, header & footer, runing head, catatan kaki, nomor halaman, jumps, signature, nameplate, masthead. b. Elemen Visual Termasuk di dalam kolompok elemen visual adalah semua elemen bukan teks yang kelihatan dalam suatu layout. Adakalanya sebuah layout hanya menggunakan teks tanpa elemen visual, namun ada juga yang sebaliknya, menggunakan elemen visual tanpa menggunakan teks. Elemen visual dalam layout dapat berupa foto, artworks, infographics, garis, kotak, inzet, poin. c. Invisible Elements Elemen ini merupakan fondasi atau kerangka yang berfungsi sebagai acuan penempatan semua elemen dalam layout. Secara umum elemen ini berupa margin dan grid. Peranannya sebagai acuan/kerangka, menyebabkan elemen ini menjadi salah satu faktor penting penentu unity (kesatuan) pada keseluruhan layout/komposisi.

Elemen visual dalam layout papan reklame di pusat kota Semarang pada umumnya berupa teks dan foto. Ada kecenderungan elemen teks terlalu banyak, sehingga informasi kurang dapat didapat oleh pengamat.

Gambar 1

Gambar 2

Pada dasarnya kesempatan mendapatkan informasi oleh pengamat yang nota bene adalah pengendara kendaraan dalam kota dengan kecepatan antara 20 km/jam sampai dengan 30 km/jam adalah kurang dari lima detik. Dengan demikian, papan reklame hanya dilihat secara sepintas. Dari penelitian dengan pendekatan quasi eksperiment terhadap 47 responden, pengamat hanya mampu mengingat maksimal 5 kata dalam 5 detik. Rata-rata adalah 3 kata (82,97%), dan beberapa 2 kata dan 4 kata. Kehadiran elemen visual bukan teks mampu membantu memberikan informasi namun sifatnya sangat global tidak detail. Hanya informasi pemasang iklan seperti misalnya Air Asia, Bank BTN, dsb, namun informasi detail tidak dapat tertangkap/ dibaca. Dilihat dari invisible element, papan reklame di sekitar Simpang lima, Jl Pandanaran, Gajahmada, Pemuda, A Yani dan Pahlawan, banyak ditentukan oleh layout yang mempunyai kesesuaian
49

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013


__________________________________________________________________________________

anatara teks dan ilustrasi, serta urutan yang jelas. Hal ini terlihat dari hasil kuestioner terhadap 47 responden, dengan disajikan 70 macam gambar papan reklame, mereka cenderung memilih desain yang mempunyai kesesuaian antara teks dan ilustrasi/foto yang sesuai sebagai billboard yang informatif. (gambar 3 dan 4). Bilboard dengan Teks yang tumpang tindih, dengan banyak modifikasi bentuk huruf/tipografi lebih dinilai membingungkan.( gambar 5).

angin yang dilengkapi dengan aromaterapi Prinsip Layout, menurut Surianto (2008) ada beberapa prinsip layout yang harus diperhatikan dalam desain grafis, yaitu: a. Urutan (sequence) Urutan pesan yang ditangkap oleh mata pengamat (target audience) berbedabeda menyesuaikan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat. Pada masyarakat yang menggunakan bahasa dan tulisan latin, orang membaca dari kanan ke kiri dan dari atas ke bawah. Sedangkan pada masyarakat yang menggunakan bahasa non latin ada yang memulai urutan membacanya dari kiri ke kanan. Namun secara umum, masyarakat di dunia membaca dari atas ke bawah. Kebiasaan ini sangat mempengaruhi penataan layout pada desain grafis. Tanpa urutan yang jelas informasi juga menjadi mempunyai pengertian ganda, seperti pada papan reklame pada gambar 7.

Gambar 3

Gambar 4

Gambar 7. 2 kemungkinan dibaca bonus isi pulsa 50% ayo isi pulsa fleximu dihari libur dan weekend atau ayo isi pulsa fleximu bonus isi pulsa 50% di hari libur dan weekend
Gambar 5 Gambar 6

Susunan atau urutan huruf juga berpotensi untuk menyesatkan. Serperti pada gambar 6, sebagian besar responden menuliskan informasi yang diterima adalah orang bejo minum aromaterapi, padahal maksud dari pemasang iklan adalah orang bejo minum bintang tujuh untuk masuk

b. Penekanan (emphasis) Upaya memberikan penekanan dapat dicapai dengan beberapa cara: Memberikan ukuran yang jauh lebih besar daripada elemen-elemen layout lainnya pada halaman tersebut. Warna yang kontras/berbeda dengan latar belakang dan elemen lainnya.
50

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013


__________________________________________________________________________________

Meletakan penekanan pada posisi strategis, misalnya pada posisi kiri atas , karena kebanyakan orang melayangkan pandangannya pertama kali pada posisi tersebut. Menggunaikan bentuk atau style yang berbeda dengan sekitarnya. c. Keseimbangan (balance) Komposisi yang seimbang akan memberikan kenyamanan bagi pengamat. Melalui keseimbangan, komunikasi visual akan lebih mudah tersampaikan. Keseimbangan berprinsip pada pembagian berat yang merata pada suatu bidang layout., terdapat dua macam keseimbangan dalam layout: yaitu keseimbangan simetris (symetrical balance/formal balance) dan keseimbangan asimetris (assymetrical balance/informal balance).

Gambar 9. Keseimbangan asimetris Sumber: Surianto (2008) memberikan Keseimbangan simetris,

fokus dan pusat perhatian pada layout d. Kesatuan (unity) Sebuah layout harus memiliki efek yang kuat bagi pengamat dan memiliki kesatuan. Kesatuan tercipta melalui keterkaitan antar elemen dalam komposisi dan keterkaitan itu sendiri tercipta karena adanya kesatuan tema dan makna.(fisik dan non fisik). Untuk itu dalam sebuah layout aspek komposisi selalu dikaitkan dengan tema dan makna, sehingga makna pesan yang akan disampaikan dapat terwujud. David Dabner, (2003) di dalam salah satu bab dari bukunya: Design and Layout: Understanding and Using Graphic, membahas tentang penganalisaan informasi yang terdiri dari: Hirarki teks, yaitu pemilihan bentuk huruf (tipografi) yang tepat untuk memikat perhatian pengamat. Selain bentuk huruf, dimensi dan perletakan huruf juga sangat menentukan keberhasilan komunikasi.

Gambar 8. Keseimbangan simetris Sumber: Surianto (2008)

Gambar 10. Penggunaan huruf yang berbeda dalam layout secara hirarki akan membentuk urutan pengamatan bagi target audience. Sumber : Dabner ,2003

ilustrasi dan diagram.


51

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013


__________________________________________________________________________________

Serupa dengan Rustan (2008), Dabner juga menyoroti pentingnya elemen visual dalam layout. Secara khusus Dabner menyebutnya ilustrasi dan diagram, dan membedakannya dengan visual fotografi. Bagi Dabner, ilustrasiI dan diagram akan memberikan visual analisa yang lebih dinamik dan imajinatif daripada foto.

Hirarki teks dan ilustrasi sangat berpengaruh pada pemaknaan dari pesan yang disampaikan. Berikut contoh keterkaitan antara hirarki teks dan ilustrasi dalam memberikan pemaknaan pada penggal Jalan A. Yani

Tabel 1. Sistem informasi di penggal jalan A Yani Billboard Hirarki Teks Ilustrasi Pemaknaan

Teks sderhana , Ilustrasi menarik dan Makna pesan perlu ada penekanan mendukung makna penafsiran tetapi mudah pesan dipahami

Informasi teks Ilustrasi jelas, pemilihan mendukung tipografi kurang menarik

kurang Jumlah kata cukup banyak, makna pesan lama untuk dapat dipahami

Teks jelas, tapi Ilustrasi mampu Makna dapat ditangkap kecil memberi pemaknaan dengan baik/ cepat

Teks jelas, ada Tanpa ilustrasi gambar penekanan, dan pemilihan tipografi menarik

Makna dengan cepat dapat dipahami

Teks jelas, Tanpa ilustrasi gambar, Makna dengan cepat tersstruktur hanya simbol dipahami karena lay out dengan baik terstruktur dengan baik Teks jelas, Ilustrasi unik dan Makna mudah dipahami hanya agak menarik, serta memberi kurang besar pesan khusus

52

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013


__________________________________________________________________________________

Teks jelas dan Ilustrasi unik dan Makna cepat menarik menarik, mendukung isi mudah dipahami teks

dan

Teks jelas dan Ilustrasi unik dan Makna dengan cepat menarik menarik, mendukung isi dapat dipahami teks

Teks jelas dan Ilustrasi cukup Makna dengan mudah ada penekanan mendukung pesan dapat dipahami pada teks

Teks jelas dan Ilustrasi mendukung, Makna mudah dipahami simple hanya pemilihan warna monoton, sehingga kurang menarik

EFEKTIVITAS DESAIN Menurut Surianto (2008), Dabner (2003), Mahardika (2011), dan lainnya, Efektivitas sebuah bilboard dipengaruhi oleh: a. Visibilitas, artinya bahwa sebuah iklan harus dikaitkan dengan visi atau tujuan kepada siapa pesan akan disampaikan, serta makna apa yang terkandung didalamnya dan mudah untuk dicerna/dibaca. Dalam hal ini, ketepatan dalam membuat layout, ilustrasi, serta penekanan (emphasis) memegang peran penting. b. Waktu, artinya pesan yang disampaikan akan dibaca oleh target audience dalam waktu yang sangat

singkat, karena pada umumnya target audience bilboard adalah pengendara kendaraan. Aspek yang berperan adalah ukuran huruf dan hirarki teks. c. Tampilan. Tampilan yang menarik dan unik perlu diperhatikan dalam desain bilboard, karena waktu penyampaian yang sangat singkat. Penampilan yang tidak rumit dan bersifat eye catching perlu diperhatikan. Dengan demikian, pemilihan elemen visual dalam layout yang tepat menjadi penting. d. Lokasi, pemilihan lokasi yang eksklusif dan tidak berdesak-desakan dengan Billboard yang lainnya atau menempel pada suatu bangunan tertentu penting untuk dipertimbangkan.

53

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013


__________________________________________________________________________________

Efektifitas informasi sangat ditentukan oleh visibilatas artinya visi yang ingin disampaikan dan kesempatan untuk menangkap informasi harus singkat dan jelas. Pemilihan jumlah teks, ukuran dan bentuk sangat menentukan visibilitas. Lokasi penempatan dikaitkan dengan lingkungan , unsur penghalang dan pesaing juga sangat menentukan efektifitas di samping penampilan. Untuk penggal jalan Pahlawan, unsur pesaing tidak begitu menjadi masalah, karena perletakan bilboard yang cukup teratur dan relatif tidak banyak. Untuk masalah penghalang dan tampilan masih ada beberapa masalah

Gambar 13, menunjukkan bilboard yang cukup efektif karena posisi perletakannya yang relatif bebas gangguan, hanya dilihat dari tampilan komposisi warna dan ilustrasi yang kurang menarik. Unsur penghalang tidak hanya ada pada elemen yang bersifat menutupi seperti pohon tiang dan lainnya, namun penghalang juga dapat berupa jalan persimpangan. Seperti pada gambar 14, baliho terhalang oleh pohon atau obyek yag lain, namun demikian, karena layout, yang ada tidak mendukung, walaupun pengamat dari jauh sudah melihat, namun informasi tidak dapat terlihat dengan jelas. Setelah sudah dekat dengan obyek, dan informasi dapat dilihat dengan jelas, namun demikian konsentrasi pengamat akan tertuju pada lalu lintas di persimpangan, dengan demikian obyek akan terlewatkan

Gambar 11 Sumber: dokumen pribadi

Efetifitas informasi untuk papan reklame / bilboard Nissin cukup efektif, karena posisi iklan tersebut yang relatif sejajar dengan pengamat, serta tampilan yang simple sehingga visi iklan ter sampaikan dengan baik (gambar 12).
Gambar 13 Sumber: dokumen pribadi

Gambar 12 Sumber: dokumen pribadi

Pada pertemuan arus lalu lintas, perhatian pengendara tertuju pada kepadatan lalu lintas, sehingga keberadaan billboard tidak menjadi perhatian utam. Posisi billboard yang cukup tinggi tidak efektif untuk dilihat. Billboard yang terlalu menarik perhatian dan ramai justru akan menjadi kendala bagi pengendara kendaraan. Sebagai pertemuan arus lalu lintas, seputar simpang lima kurang layak untuk lokasi billboard, karena kurang efektif
54

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013


__________________________________________________________________________________

Gambar 14 Posisi bilboard yang cukup tinggi menyebabkan billbord tidak dilihat pada saat dimana sebenarnya informasi billboar sudah jelas. Posisinya yang berada pada tikungan menyebabkan konsentrasi pengamat lebih pada jalan

berpotensi menjadikan atau menambah kekacauan visual kota, jika tidak diatur dengan benar. Dalam penelitian ini, banyak dijumpai, disamping fungsinya sebagai penyampai informasi, desain dan perletakan billboard di pusat kota Semarang berpotensi menimbulkan kekacauan visual. Kekacauan visual ini berakibat pada menurunnya kualitas visual ruang luar kota.

Gambar16 Bangunan sebagai salah satu elemen pelingkup ruang luar kota, juga berperan sebagai pembentuk kulaitas ruang. Pada gambar di atas. Estetika bangunan tertutup billboard, sehingga peran fasade bangunan sebagai elemen pembentuk kota hilang. Keberadaan bangunan dalam ruang kota juga dapat berfungsi sebagai sculpture ruang (gambar 17), seperti halnya bangunan hotel shantika, harusnya mampu membentuk focal point, namun karena tertutup billboard, peran bangunan sebagai sclupture kota dan focal point terganggu. Urban visual kota dibentuk oleh elemen-elemen bangunan, jalan, perabot jalan, dan signage, dalam tatanan, elemenelemen tersebut membentuk kualitas kota. Pada gambar 18, tatanan urban visual kota didominansi oleh billboard yang beraneka ragam dan saling berebut perhatian, akibatnya terajdi kekacauan pada wajah kota.
55

Gambar 15 Jumlah billboard yang terlalu banyak juga menjadikan billboard tidak efektif karena saling berebut perhatian satu dengan yang lain, karena terlalu banyak pesaing. Kondisi seperti ini menyebabkan justru orang tidak akan memperhatikan billboard karena adanya kejenuhan visual dan informasi KUALITAS VISUAL Kualitas Visual merupakan salah satu unsur yang cukup penting dalam membentuk image kota. Kualitas visual kota yang baik, akan memberikan kepuasan estetika bagi penghuninya. Dapat dikatakan, bahwa kekacauan visual kota juga akan menambah beban stress pada penghuninya. Billboard di usat kota, sebagai salah satu elemen visual kota, juga

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013


__________________________________________________________________________________

Gambar 17

Gambar 20 Dalam tatanan ruang kota, signage diperlukan untuk memberikan panduan kepada penghuni dan membentuk legibilitas ruang. Keberadaan signage sebaiknya jelas dan tidak terganggu oleh obyek yang lain. Pada gambar 20, signage yang ada berbaur dengan billboard dan saling berebut perhatian. Kondisi ini cukup mengganggu bagi pengendara yang membutuhkan suatu panduan.

Gambar 18

Gambar 19 Sedangkan kualitas Urban Scape dibentuk oleh tatanan dari elemen fasade bangunan, pepohonan dan street furniture. Keberadaan billboard pada gambar 19, merusak kualitas urban scape yang ada.

Gambar 21 Pada gambar 21 dan 22, kualitas fasade bangunan sebagai salah satu elemen pembentuk kualitas ruang luar kota tertutupi oleh billboard yang terpasang secara tidak teratur. Pada dasarnya, desain dan perletakan billboard pada bangunan dapat diatur sedemikian rupa sehingga membentuk kesatuan tatanan yang baik.
56

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013


__________________________________________________________________________________

Hal ini tidak dilakukan pada kawasan seputar simpang lima

Gambar 24 Gambar 22 Gambar 22 Pepohonan disepanjang jalan pemuda, merupakan bingkai alami yang mampu menutupi kekurangan fasade bangunan (menambah kualitas visual fasade bangunan), sekaligus mampu membuat bingkai vista pada jalan tersebut, keberadaan billboard dan baliho yang kurang terpadu mengakibatkan kualitas tersebut menurun

Gambar 23 Bukit pada gambar di atas berpotensi sebagai focal point yang cukup berpotensi, namun keberadaan billboard diatas berpotensi mengganggu kulaitas sistem pemandangan yang ada

Keberadaan papan reklame, yang tidak tepat kadang dapat mengganggu sistem pemandangan kota. Seperti pada contoh gambar 25 dan 26 di bawah, papan reklame mengganggu kelompok pohon yang beerfungsi sebagai oase kota, dan skyline kawasan

Gb. 25

Gambar 26
57

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013


__________________________________________________________________________________

KAJIAN PERATURAN Reklame seharusnya sudah menjadi unsur pengaturan dalam tingkat Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK). Wilayah peruntukannya (kawasan /zoning) dalam tingkat Rencana Tata Ruang Kota (RTRK). Lebih mendetail masalah reklame merupakan bagian yang dipertimbangkan dalam Pola Rancang dan Rekayasa Kota (Urban design Pattern dan Urban Structure) yang biasanya tertuang dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Dalam peraturan tersebut maka penanganan reklame perlu memperhatikan: a) standar estetika lingkungan penataan reklame, sehingga dapat mendukung keindahan lingkungan; b) kejenuhan reklame atau jumlah reklame yang terpasang di suatu kawasan tertentu sehingga pemasangan reklame di kawasan tersebut harus dibatasi; c) pentingnya keputusan mengenai pelarangan pemasangan reklame pada kawasan bebas reklame atau kawasan terbatas reklame; d) pentingnya sistem control dari yang berwenang untuk upaya pemantauan atas reklame (ilegal); e) pentingnya ketepatan disain dan ukuran reklame yang terpasang dengan disain dan ukuran reklame yang diusulkan. Dasar pertimbangan media reklame secara sosiologis ditentukan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat, pemerintah daerah dan pihak pengusaha (biro iklan) agar dapat menempatkan media reklame sesuai dengan fungsinya sebagai media informasi sekaligus sebagai komponen kota yang berpengaruh pada keindahan kota. Disamping itu, elemenelemen teknis yang perlu diatur dalam penataan media reklame mencakup konstruksi, bentuk dan ukuran, jumlah,penempatan, orientasi serta pencahayaan media reklame. Namun pengaturan berkaitan dengan reklame dalam Perda Pajak Reklame lebih banyak menyangkut pendapatan daerah, kurang memperhatikan unsur estetika dan

keindahan kota. Demikian juga dengan surat keputusan Wali Kota Semarang No. 188.3/142 tentang penyelenggaraan reklame. Dalam surat keputusan ini ditegaskan bahwa sub dinas PAD adalah instansi yang di tunjuk sebagai pemproses ijin reklame tetap, insidentil dan penerima pembayaran dari penyelenggara reklame yang selanjutnya di setor ke kas daerah. Tujuan pengaturan ini untuk memperbaharui ketentuan tarif dari ijin pemasangan reklame yang dirasa tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini. Untuk itu pengaturan masalah reklame yang lebih berperspektif estetika akan bergantung pada Peraturan tentang penyelenggaraan reklame. Raperda Penyelenggaraan Reklame dalam waktu dekat akan dibahas oleh panitia khusus (Pansus) yang telah dibentuk DPRD Kota Semarang. Sebelum dilakukan pembahasan, banyak masukan dari berbagai kalangan, terutama lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang sangat berharap white zone Tugu Muda tetap dipertahankan dan tidak diganti. Sedangkan titik-titik reklame di shelter Simpanglima harus ditolak. Sementara peraturan yang berlaku mengenai penyelenggaraan reklame adalah Perda Nomor 8 tahun 2006. Perda ini dibentuk sebagai perubahan atas Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2003 dalam rangka untuk lebih meningkatkan pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan terhadap penyelenggaraan reklame sebagai upaya melindungi kepentingan dan ketertiban umum, lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara transparan, terbuka dan adil serta dalam upaya meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah dari sektor reklame. Dalam hal perencanaan dan penataan, kegiatan harus meliputi pendataan, pemetaan, penataan dan penetapan titik reklame, yang harus memperhatikan estetika, keselamatan, keserasian bangunan dan lingkungan sesuai dengan rencana
58

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013


__________________________________________________________________________________

kota, sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Jadi dengan demikian secara tegas pemasangan reklame harus memperhatikan estetika terhadap sarana dan prasarana kota, yang harus dirinci menjadi titik-titik reklame dan dinyatakan dalam Tata Letak Reklame (TLR), yang ditetapkan oleh Walikota dan dapat ditinjau kembali paling singkat 1 (satu) tahun. Pemanfaatan titik reklame dilaksanakan dengan cara Penawaran Lelang Terbuka Sewa Lahan dan jangka waktu pemanfaatan titik reklame ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan didpat beberapa temuan, yaitu: a. Dari Sisi layout: sebagian besar layout pada billboard mempunyai alur sesuai dengan budaya berbahasa latin (dari kiri kekanan dan atas ke bawah. Ada keseimbangan antara tipografi sebagai penekan utama dan gambar sebagai penekan utama informasi Sebagian besar billboard yang ada belum ada kesesuaian elemen visual dan elemen teks, sebagai unsur unity. Unsur unity banyak dijumpai melalui warna yang dominan Sebagian besar menggunakan keseimbangan asimetris b. Dari Sistem Informasi: Hiraki teks mengikuti layout, namun penekanan dan pemilihan teks kebanyakan masih kurang. Jumlah teks yang relatif banyak, sehingga

pesan tidak dapat dipahami dalam waktu yang singkat Ilustrasi lebih dominan dengan fotografi dan kurang sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan c. Dari Efektifitas penyampaian pesan: sebagian besar bilboard tidak efektif, hal ini disebabkan karena: Penggunaan teks yang terlalu banyak. Ketinggian billboard yang relatif tinggi sehingga billboar hanya dapat dilihat dari jarak jauh Penikmat billboard adalah mereka yang berkendaraan dengan kecepatan yang relatif cepat, sehingga billboard hanya dilihat sepintas Banyak yang tidak memperhitungkan faktor penghalang dan pesaing sehingga berpotensi menimbulkan kekacauan informasi dan visual kota Kesimpulan yang dapat diambil: a. Billboard kurang sesuai untuk pengendara kendaraan, dan lebih tepat untuk pejalan kaki, karena informasi lebih tersampaikan b. Karena hanya dilihat sepintas, desain bentuk lebih cocok dari pada teks c. Untuk meningkatkan efektifitas, diperlukan pengaturan billboard baik dari segi desain maupun penempatan. d. Bilboard yang ada di pusat kota Semarang, saat ini lebih banyak bersifat waste, karena informasi tidak dapat tersampaikan dengan baik, dan cenderung berpotensi menimbulkan kekacauan visual kota

59

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013


__________________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA Murtomo, B Adji, 2007, Penataan Papan Reklame Pada Penggal Jalan Hayam Wuruk Semarang, Journal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman ENCLOSURE volume 6 No.1. Maret 2007 Danisworo, Mohammad, 2005, Inovasi Media Ruang Luar dalam Urban Desain, makalah Kuliah Umum di DKV Petra Surabaya Fred N. Kerlinger (diterjemahkan Landung R. Simatupang), 2003, Asas-asas Penelitian Behavioral, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Hardjati, Susi, 2008, Implementasi Kebijakan Konsep dan Tipologi Reklame di Kawasan Jalan- Sulawesi Kertajaya Manyar Kertoarjo Sura-baya, Jurnal Rekayasa Perencanaan, Vol.4, No. 3, Juni 2008 http://semarangkota.go.id/cms/index.php?option=com_content&task=view&id=1932&Itemid =1 IGN Made Mahardika, 2011, Desain Komunikasi Visual Sebagai Sarana Promosi Anantara Seminyak Resort & SPA Di Seminyak Kuta, Tugas Akhir, DKV, ISI Denpasar LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME, Pasal 1 butir Minai, AT, 1984, Arhitecture as Environment Comunication, Mouton, Berlin Nurmalasari, Shofiyah, 2008, Hubungan Media Ruang Luar (Menggu-nakan Pencahayaan Buatan) dengan Kualitas Visual Koridor di Malam Hari Menurut Persepsi Masyarakat, Thesis S-2 Program Studi Magister Pembangunan Wilayah dan Kota UNDIP Pramono, Eddy Djoko, 2006, Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Reklame dan Aspek Legal Hukumnya di Jalan Slamet Riyadi Di Kota Surakarta, Thesis S-2 Program Studi Magister Pembangunan Wilayah dan Kota UNDIP Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan, 1993, Jakarta: Pustaka Utama Graffiti, Cetakan Ketiga, dalam dekavetiga Petra Rustan, Surianto, 2008, Layout, dasar dan penerapannya, Gramedia, Jakarta Sanyoto, sadjiman Ebdi, 2009, Nirmana, dasar-dasar seni dan Desain, Jalasutra, Yogyakarta Sony Kartika, Dharsono, Nanang Ganda Perwira ,2004, Pengantar Estetika, Rekayasa sains, Bandung Shirvani, Hamid, 1984, The Urban Design Process, Van Nostran Reinhold Company, New York Smardon, RC, 1986, Foundation for Visual Project Analysis, John Wiley &son, New York
60

SERI KAJIAN ILMIAH, Volume 15, Nomor 1, Januari 2013


__________________________________________________________________________________

Sony Kartika, Dharsono, Nanang Ganda Perwira, 2004, Pengantar Estetika, Rekayasa sains, Bandung Sudikno Mertokusumo, 1985, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta Sunarimahingsih, 1995, Sistem Visual di Kawasan Pusat Kota Lama Studi Kasus Pusat Kota Lama Semarang, Tesis S-2, UGM Yogyakarata

61

Anda mungkin juga menyukai