Anda di halaman 1dari 12

PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN GRAFIS

KOTA MALANG AKTOR PEMERINTAH DINAS PERINDUSTRIAN


Dimas Tri Rendra Graha, Budi Sugiarto Waloejo, Agus Dwi Wicaksono
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886
shionm60@gmail.com

ABSTRAK

Kota Malang adalah Kota Kreatif di Indonesia. Kota Malang memiliki industri kreatif Desain grafis sebagai
salah satu sektor unggulan. Namun Industri kreatif desain grafis kota malang juga memiliki permasalahan yang
menghambat perkembangannya antara lain, pembajakan desain, daya beli lokal yang rendah, dan hasil produk
yang diremehkan. Penelitian ini meneliti bagaimana cara mengembangkan desain grafis di kota Malang.
Metode mengembangkan desain grafis di Kota Malang dibatasi dengan menggunakan metode perencanaan
strategis. Aktor Perencanaan strategis yang dipilih adalah aktor pemerintahan yakni Dinas Perindustrian. Hasil
dari perencanaan strategis menunjukkan bahwa terdapat 3 pergeseran paradigma utama, yang menyangkut
perubahan produk Desain menjadi non cetak, perubahan gaya penyampaian pesan, dan perubahan persepsi
masyarakat mengenai desain. Value proposition terpilih berdasarkan pergeseran paradigma tersebut adalah
value proposition Costumer Intimacy. Visi yang harus diterapkan adalah “Mewujudkan Industri Kreatif Desain
Grafis yang berorientasi pada pelayanan konsumen dengan produk desain grafis non cetak yang personalized”.
Misi yang ditentukan adalah meningkatkan kegiatan pemasaran dan promosi, Meningkatkan kemampuan
Industri Desain grafis dalam memberikan produk desain non cetak personalized, Mengembangkan sarana
prasarana Desain Grafis serta mewujudkan iklim usaha desain yang kondusif. Berdasarkan hasil perencanaan
terdapat 16 rencana aksi yang perlu dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian. Rencana Aksi tersebut terdiri dari
kegiatan yang menyangkut peningkatan pemasaran dan promosi, kegiatan edukasi konsumen, kegiatan
peningkatan kemampuan industri kreatif desain grafis, penyediaan sarana desain grafis, dan peningkatan
kapasitas dinas perindustrian.

Kata Kunci: Industri-Kreatif-Desain-Grafis, Rencana-Strategis, Costumer-Intimacy, Rencana-Aksi.

ABSTRACT

Malang is one of Indonesia Creative City. Malang have creative industry such as design graphic as one of its
creative industries prime sector. However, Design Graphic Industries development has been struggles. Survey
found, Design Graphic obstruction such as design copyright violation, poor local buyer, and people perception
of design. This study aims to determine how to develop design graphic. Method of development used on this
study is strategic plan method. Subject planner on this study is Goverment Actor, Industrial Departement. This
research finds 3 major value shift, shift of design become digital product, shift of message delivery style, and
shift of people perception. Value proposition suitable use based on value shit is Costumer Intimacy. The result of
strategic planning show vision that needed to take is “Creating Design Graphic Creative Industry orientated to
costumer services with unprinted personalized design”. Mission used for design graphic industry is raise
promotion and marketing, increase design graphic capability, develop design infrastructure, and create
sustainable design bussiness climate. There are 16 action plans needed to be done by departement of industry.
Action plan consist of activity such as increase marketing and promotion, consumen education, increase design
graphic bussiness actor capability, develop design infrastructure and increase departement of industry capacity.

Keywords: Design-Graphic-Creative-Industries, Strategic-Plan, Costumer-Intimacy, Action-Plan.

Malang menetapkan diri menjadi salah satu Kota


PENDAHULUAN Kreatif dengan salah satu sektor industri kreatif
Pada Temu Kreatif Nasional 2015, Industri Desain grafis/ Desain Komunikasi Visual sebagai
Kreatif ditetapkan sebagai tulang punggung sektor yang diunggulkan (Arifin, 2016). Banyak
perekonomian di Indonesia. Berdasarkan UU No. hambatan pengembangan yang dialami oleh
3 tahun 2014, Industri kreatif adalah Industri sektor bisnis desain grafis. Permasalahan bisnis
yang mentransformasi dan memanfaatkan yang kurang sustainable dapat dilihat dari umur
kreatifitas, keterampilan, dan kekayaan perusahaan desain grafis kota Malang yang
intelektual untuk menghasilkan barang dan jasa. mayoritas masih muda dengan umur kurang dari
Kota Malang menjadi tuan rumah Indonesia 3 tahun (65,96%). Berdasarkan hasil survei,
Creative City Conference pada Maret 2016. Kota permasalahan utama industri kreatif desain grafis

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016 79


PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN GRAFIS KOTA MALANG AKTOR PEMERINTAH
DINAS PERINDUSTRIAN

antara lain, Pembajakan desain yang tinggi sampling non probability yakni Snowball
menjadi keluhan bagi 60% (18) pelaku industri sampling. Snowball sampling adalah teknik
desain grafis, 66% pelaku industri mengeluhkan pengambilan sampling yang bermula dari satu
daya beli lokal yang rendah, 70% pelaku sample dan terus bertambah. Penarikan sample
mengeluhkan hasil karya desain yang diremehkan pola ini dilakukan dengan menentukan sample
masyarakat umum. Disamping itu 43% pelaku pertama. Sampel berikutnya ditentukan
industri kreatif desain grafis juga mengeluhkan berdasarkan informasi dari sample pertama, dan
pelaku desainer pemula yang menyebabkan seterusnya. Survei yang dilakukan menggunakan
fluktuasi harga desain. survei populasi dengan total pelaku bisnis
Penelitian perlu dilakukan untuk industri kreatif desain grafis tersurvei 47 pelaku.
mengetahui bagaimana cara mengembangkan
Analisa Aktor Desain Grafis
desain grafis di kota Malang. Cara atau Metode
mengembangkan desain grafis di Kota Malang Penilaian dalam aktor industri kreatif
dibatasi dengan menggunakan metode desain grafis kota malang diwujudkan dalam
perencanaan strategis. Metode Perencanaan sebuah analisa Network scan dan analisis
Strategis dipilih dikarenakan memiliki beberapa Quadruple Helix. Analisis Quadruple helix
keunggulan. Keunggulan dari Perencanaan adalah analisis evaluatif yang didapatkan dengan
Strategis adalah kemampuannya untuk membandingkan kondisi/peran aktor saat ini
memahami situasi, menjelaskan misi yang dengan peran aktor yang seharusnya berdasarkan
hendak dicapai, meningkatkan kemampuan kajian teori. Analisis Kelembagaan atau yang
membuat keputusan, meningkatkan efisiensi, dan disebut Network Scan Analysis adalah bagian dari
kecepatan merespon permasalahan (Bryson, political analysis yang dilakukan untuk
2010). Oleh karena itu rumusan masalah yang mengidentifikasi hubungan antar Lembaga dan
digunakan mengikuti alur perencanaan strategis besaran fungsi lembaga tersebut. Teori peran
yang dimulai dari mengidentifikasi dan aktor yang digunakan sebagai alat evaluasi
menganalisis pergeseran paradigman, adalah peran aktor menurut Tayyiba (2008).
menentukan visi misi, strategi dan rencana aksi. Pergeseran Paradigma (Value shift)
Lingkup wilayah perencanaan adalah
industri kreatif desain grafis yang ada di kota Pergeseran paradigma adalah terjadinya
malang. Pelaku perencanaan pada penelitian ini perubahan dari cara pandang secara keseluruhan
adalah Dinas Perindustrian Kota Malang. Materi mulai dari nilai, teknik terhadap fenomena yang
perencanaan dibatasi dengan menggunakan terjadi. Pergeseran paradigma dalam perencanaan
perencanaan strategis metode Banff Executive strategis diperlukan untuk masukan dalam
Leadership karya Treacy (2003). pembuatan visi-misi. Terdapat 2 metode untuk
Pada penelitian ini Desain Grafis dibatasi menentukan pergeseran paradigma yakni dengan
hanya pada bidang yang berkaitan dengan melakukan studi literatur dan melakukan
pembuatan desain secara manual maupun wawancara terhadap ahli. Kedua metode tersebut
elektronik, dan dalam bidang komputer grafik. digunakan untuk melihat tren atau perkembangan
Pembatasan ini dilakukan karena bidang kerja yang ada pada kondisi saat ini serta arahan
Desain Grafis pada animasi, film dan video perkembangan yang dianggap ideal untuk masa
berada dalam sektor industri kreatif yang berbeda yang akan datang. Pergeseran paradigma dalam
dalam pembagian 16 sektor industri kreatif sebuah sistem perindustrian mempengaruhi
menurut BEKRAF (2016). Lingkup Materi seluruh subsistem perindustrian.
Desain Grafis dibatasi lebih lanjut pada pelaku
bisnis industri kreatif desain grafis. Pelaku bisnis
industri kreatif desain grafis dalam penelitian ini Value Proposition
adalah pelaku usaha/aktor bisnis industri kreatif Terdapat 3 nilai inti organisasi atau value
desain grafis baik formal/ informal, partime/ proposition yang dapat diambil dan dijadikan
fulltime, bekerja perseorangan maupun dalam panduan dalam perencanaan strategis. Nilai
perusahaan desain grafis. tersebut antara lain, Operasional Excellence,
Product Leadership dan Costumer Intimacy.
METODE PENELITIAN Nilai inti tersebut menjadi cita-cita dalam
Metode Sampling pengembangan industri/ organisasi yang
menganutnya. Nilai Operasional Excellence akan
Metode sampling yang digunakan dalam memiliki produk yang dijual dengan harga yang
penelitian Pengembangan Industri Kreatif Sektor murah dengan penjualan massif. Nilai Product
Desain Grafis Kota Malang adalah metode Leadership akan menjual produk unik inovatif

80 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016


Dimas Tri Rendra Graha, Budi Sugiarto Waloejo, Agus Dwi Wicaksono

dengan harga lebih mahal karena terdapat biaya aksi yang dibuat berdasarkan kondisi SWOT
pengembangan produk. Costumer intimacy akan masing-masing strategi.
dengan membangun kedekatan perusahaan
terhadap konsumen yang dituju melalui HASIL DAN PEMBAHASAN
pelayanan, dan memiliki pemahaman yang lebih Kota Malang Merupakan Kota terbesar
terhadap kebutuhan konsumen. Pemilihan Value kedua di Jawa Timur. Kota Malang terkenal akan
Proposition ditentukan berdasarkan Value apa fungsinya sebagai kota pendidikan dan juga
yang dianggap penting bagi perusahaan dan hasil sebagai kota transit untuk wisatawan. Kota
dari analisis value shift/ pergeseran paradigma. Malang dengan Jumlah penduduk 851.298 jiwa
Critical Success Factor (CSF) memiliki angkatan kerja sebanyak 406.935 jiwa
yang terdiri dari 377.329 berkerja dan 29.606
Critical Success Factor adalah analisis
jiwa sebagai pengangguran terbuka. Berdasarkan
yang dilakukan setelah visi dan misi selesai
data Kota Malang dalam angka jumlah pekerja
dibuat (setelah proses perencanaan strategis
desain grafis tidak dapat diketahui jumlah
Outcomes and Impact). Critical Success Factor
pastinya karena dibagi dalam 2 lapangan usaha
memiliki pengertian sebagai Faktor yang paling
yakni kedalam industri pengolahan, dan tenaga
berpengaruh dalam keberhasilan usaha untuk
kerja jasa perusahaan. Jumlah tenaga kerja
pencapaian misi. Menentukan Critical Success
industri pengolahan di kota malang adalah 53.922
Factor, dilakukan dengan membuat prediksi
jiwa sedangkan Jumlah tenaga kerja sektor
apabila visi misi sukses bagaimana dampaknya
lapangan usaha Keuangan, Asuransi, Usaha
dan kondisi apa saja yang berubah. Dampak
persewaan bangunan dan jasa perusahaan adalah
kesuksesan visi misi dilihat dari sudut pandang
23.638 jiwa.
finansial, sudut pandang konsumen, sudut
Besaran nominal PDRB kota Malang atas
pandang pertumbuhan dan perkembangan serta
dasar harga berlaku pada tahun 2015 sebesar Rp.
sudut pandang internal organisasi. Setelah
51.827,98 (Milyar Rp), sedangkan atas dasar
ditemukan Critical Succes Factor dari masing-
harga konstan sebesar Rp. 41.951,56 (Milyar
masing perspektif, dibuatlah pengukuran kinerja.
Rp). menurut data PDRB kota Malang kontribusi
Pengukuran kinerja yang dilakukan dengan
Desain Grafis adalah sebesar 2,46% namun
perspektif Balance ScoreCard selanjutnya
belum dapat dijadikan tolak ukur dikarenakan
berguna untuk menerjemahkan visi dan misi
hasil prosentase tersebut masih bercampur
sebuah organisasi (Hermawan, 2008)
dengan industri kreatif sektor lain seperti
Analisis SWOT percetakan, dan kriya.
Industri kreatif sudah diakomodasi dalam
Analisis SWOT adalah analisis yang
kebijakan tujuan penataan ruang kota malang
digunakan untuk menggambarkan kondisi real
2037 yakni “mewujudkan kota malang sebagai
internal (SW) maupun eksternal (OT) dari sebuah
pusat kegiatan Nasional (PKN) yang produktif,
organisasi. Dalam Analisis SWOT biasanya
dan berkelanjutan, dengan basis pendidikan,
dibuat sebuah matriks SWOT yang memuat
perdagangan dan jasa, industri kecil, menengah,
strategi yang dilakukan perusahaan/organisasi
industri kreatif, pariwisata, serta sarana perkotaan
terhadap semua hasil identifikasi internal dan
yang mantap dan mandiri.”
eksternal. Hasil identifikasi internal eksternal
dapat bersumber dari subsistem industri, aktor Industri Kreatif Desain Grafis Kota Malang
quadruple helix, dan kondisi internal dinas
Pelaku bisnis merupakan kunci bagi
perindustrian. Subsitem industri yang dimaksud
pengembangan industri kreatif. Ekonomi kreatif
adalah sistem produksi industri. Secara umum,
yang mengandalkan kekayaan intelektual dan ide
sistem produksi industri industri tersebut terdiri
sebagai bahan bakar utama memerlukan pelaku
dari input dan output produksi seperti bahan
bisnis yang senantiasa berkembang. Dalam
baku, tenaga kerja, modal, produk, dan limbah
Industri Kreatif Desain grafis, pelaku usaha
(Hakim, 2008).
bisnis desain grafis itu berada di bidang usaha
Strategi tersebut memuat strategi SO, WO,
jasa konsultan ataupun industri pengolahan.
ST dan WT. Namun dalam penelitian ini
Pelaku industri desain grafis adalah pelaku bisnis
pembuatan matriks SWOT untuk strategi SO,
yang unik. Mayoritas pelaku adalah pelaku bisnis
WO, ST dan WT tidak dilakukan. Hal ini
yang tidak memiliki karyawan atau bekerja
dikarenakan fungsi Analisis SWOT dalam
sendiri. Banyak pelaku tidak memiliki kantor,
penelitian ini adalah untuk menggambarkan
hanya bekerja dirumah, semua pekerjaan
kondisi lapangan serta masukan untuk rencana
dilakukan secara online. Pelaku industri kreatif
desain grafis juga terkadang hanya mengandalkan

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016 81


PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN GRAFIS KOTA MALANG AKTOR PEMERINTAH
DINAS PERINDUSTRIAN

bisnisnya sebagai part time dan memiliki


pekerjaan tetap lain. Hal ini tidak hanya
menyebabkan Pelaku industri kreatif tidak
terdata. Disamping itu sikap pelaku industri
kreatif desain grafis cenderung tertutup, dan
menolak untuk diwawancarai.
Tabel 1. Umur perusahaan Industri Kreatif
Desain Grafis Kota Malang
Umur Industri Desain Grafis Kota
Malang Jumlah (%)
dibawah 1 tahun 18 38,30%
1-2 tahun 5 10,64%
2-3 tahun 8 17,02%
3-4 tahun 4 8,51%
4-5 tahun 2 4,26%
Diatas 5 tahun 10 21,28%

Gambar 2. Peta persebaran pelaku bisnis

Tenaga Kerja Desainer Grafis yang ada


Gambar 1. Pendapatan per bulan Industri kreatif di kota Malang terdiri dari tenaga kerja yang
desain grafis berasal dari pendidikan desain Grafis, belajar
otodidak dan non desain Grafis. Tenaga kerja non
Berdasarkan hasil perbandingan tiap desain Grafis adalah tenaga kerja yang tidak
industri desain grafis dapat ditarik beberapa memiliki latar belakang desain Grafis, tidak
kesimpulan. Kesimpulan pertama adalah semakin berkerja sebagai desainer Grafis namun tetap
besar umur industri desain grafis, maka semakin bekerja di bisnis desain Grafis. Contoh dari
besar pendapatannya. Kesimpulan kedua, Pelaku tenaga kerja non desain Grafis adalah tenaga
industri kreatif desain yang memiliki target pasar kerja akuntan, dan tenaga kerja Programmer.
luar negeri cenderung memiliki pendapatan lebih Berdasarkan gambar 3 Tenaga kerja non desain
besar. Pelaku yang bekerja fulltime di industri yang berjumlah 8% tersebut tidak bisa menjadi
kreatif desain grafis memiliki pendapatan yang tolak ukur kemampuan desainer grafis Kota
lebih tinggi. Pelaku yang bekerja berkelompok Malang. Sehingga tolak ukur pekerja desain
memiliki pendapatan yang lebih besar grafis hanyalah berasal dari pendidikan DKV dan
dibandingkan pelaku yang bekerja sendirian. Pekerja Otodidak.
Aktivitas desainer grafis di Kota Malang
hanya memiliki 3 aktivitas yakni Proses Kreasi
desain grafis, Desktop Publishing dan
Komersialisasi.

82 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016


Dimas Tri Rendra Graha, Budi Sugiarto Waloejo, Agus Dwi Wicaksono

mengerjakan permintaan pasar dalam negeri.


6; 8%
Rincian pemasaran industri kreatif desain grafis
dapat dilihat pada gambar 5.

DKV
Lokal
21; 28%
48; 64% Otodidak Lokal, Nasional
3; 6% 9; 19%

23; 49% Lokal, Nasional,


Non DKV
4; 9% Internasional
Nasional,
8; 17% Internasional
Gambar 3. Komposisi Tenaga Kerja Pelaku Internasional
Desain Grafis Kota Malang

Produk yang dihasilkan oleh industri Gambar 5. Jangkauan Pemasaran Desain Grafis
kreatif desain grafis cukup beragam. Produk Kota Malang
tersebut mulai dari desain, marketing sales kit,
company program, desain web, cover buku, Berdasarkan masing-masing karakteristik
desain power point, hingga desain font. Semua tersebut Pelaku bisnis Industri kreatif Desain
produk tersebut masih termasuk dalam produk Grafis Kota Malang dibagi kedalam 3 klasifikasi.
desain grafis karena masih sesuai dengan hakekat
desain grafis yakni pembuatan desain secara Klasifikasi 1
manual maupun elektronik yang dilakukan untuk Klasifikasi pertama dari pelaku bisnis
menyampaikan gagasan atau ide. Produk Desain desain grafis terdiri dari pelaku yang bekerja
grafis kemudian dikelompokkan ke dalam 3 sendirian dengan pendapatan kurang dari lima
kelompok besar yakni Desain, marketing sales juta rupiah perbulan. Klasifikasi ini terdiri dari 33
kit, dan company program. Rincian masing- pelaku bisnis desain grafis. Jumlah pelaku desain
masing produk yang dihasilkan oleh pelaku grafis yang melayani permintaan lokal mencapai
industri kreatif desain grafis terdapat pada 84,85% (28) dari populasi klasifikasi pertama,
gambar 4. dan yang melayani permintaan Nasional
mencapai 27,27% (9) dari populasi klasifikasi
pertama. Sedangkan pelaku bisnis desain grafis
dari klasifikasi pertama yang melayani
permintaan internasional hanya 15,15% (5) dari
populasi klasifikasi pertama. Umur Industri
kreatif Desain grafis dalam klasifikasi pertama
mayoritas (22;67%) berumur kurang dari 2 tahun.
Masalah yang dialami oleh klasifikasi 1
pelaku bisnis desain grafis masih sama dengan
keseluruhan masalah yang dialami oleh
klasifikasi lain. Masalah tersebut adalah hasil
karya desain yang diremehkan, daya beli lokal
yang rendah, pembajakan desain serta banyaknya
Gambar 4. Produk Desain yang dihasilkan desainer pemula yang asal menjual desain dengan
harga murah. Permasalahan lain yang spesifik
Berdasarkan hasil survei, pelaku industri terjadi dalam klasifikasi 1 pelaku bisnis desain
desain grafis yang melayani permintaan pasar grafis adalah masalah dengan percetakan yang
lokal adalah 74,47% dari total populasi. Pelaku menggratiskan pembuatan desain. Permasalahan
industri desain grafis yang melayani permintaan dengan percetakan ini menjadi keluhan 30,30%
Nasional adalah 31,91% dari total populasi (10) pelaku desain grafis klasifikasi 1.
perusahaan desain grafis dan pelaku industri Klasifikasi 2
desain grafis yang melayani pasar internasional
berjumlah 34,04% dari total populasi. Namun Klasifikasi kedua terdiri dari pelaku yang
pelaku industri kreatif desain grafis yang bekerja sendirian dan bekerja secara full time.
mngerjakan permintaan internasional belum tentu Klasifikasi kedua pelaku bisnis memiliki populasi
sebesar 9 pelaku Industri Kreatif desain grafis.

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016 83


PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN GRAFIS KOTA MALANG AKTOR PEMERINTAH
DINAS PERINDUSTRIAN

Pelaku pada klasifikasi kedua cenderung (4;44%) sebagai pelaksana monitoring dan evaluasi
merupakan pelaku dengan umur perusahaan kegiatan.
diatas 5 tahun. Pelaku binis klasifikasi kedua Berdasarkan Rencana Strategis Dinas
67% (6) memiliki keunggulan perusahaan yakni Perindustrian Salah satu program kerja yang
pembuatan desain yang menyesuaikan berkaitan dengan industri kreatif adalah penataan
permintaan konsumen serta 78% (7) melayani struktur industri berupa operasional pusat
permintaan Internasional. pengembangan industri kreatif digital, Festival
Pelaku bisnis desain grafis yang berkerja Industri Kreatif (Pameran, festival film animasi,
sendiri namun mampu bersaing pada pasar fiksi dan dokumenter), Penyediaan Katalog, dan
internasional cenderung memiliki penghasilan website ekonomi kreatif Kota Malang.
tidak tetap dengan rentang penghasilan antar Pada awal tahun 2017 Dinas
bulan berubah-ubah meskipun memiliki nilai Perindustrian dan Perdagangan dipisah menjadi 2
yang besar. Pelaku bisnis desain yang masih dinas yakni Dinas Perindustrian dan Dinas
tidak memiliki nama biasanya mendapat Perdagangan. Rencana Strategis masing-masing
konsumen dari luar negeri dengan sistem dinas masih dalam tahap penyusunan. Dinas
kompetisi. Perindustrian memiliki 5 unit kerja yakni,
Sekretariat, Bidang Perdagangan, Bidang
Klasifikasi 3
Perindustrian Agro dan Kimia, Bidang ILMETA
Pelaku bisnis Industri Kreatif Desain grafis dan IATT, serta Bidang Perlindungan Konsumen.
pada klasifikasi 3 adalah pelaku desain grafis Dinas Perindustrian lebih difokuskan pada
yang memiliki tenaga kerja lebih dari 1, bekerja industri kreatif kuliner, desain, film,
secara kelompok atau berbentuk sebuah games/aplikasi, ilustrasi, videografi. Sedangkan
perusahaan. Pelaku industri kreatif desain grafis seni, pertunjukan lebih kearah disbudpar.
pada klasifikasi ini berjumlah 5 pelaku industri
Analisis Aktor
dengan 2 pelaku industri sudah memiliki ruang
kerja/kantor pribadi. 3 pelaku yang tidak Analisis Quadruple helix adalah analisis
memiliki ruang kerja, bekerja secara online, dan evaluatif yang didapatkan dengan
hanya berkumpul di ruang publik/cafe jika membandingkan kondisi/peran aktor saat ini
diperlukan. dengan peran aktor yang seharusnya berdasarkan
Pelaku bisnis Industri Kreatif Desain grafis kajian teori.
klasifikasi 3 memiliki pemasaran yang tersebar di Aktor Pemerintah memiliki tugas
tingkat lokal, nasional, dan internasional secara Menciptakan iklim usaha yang kondusif,
merata. Sifat pekerjanya juga hampir rata antara Menciptakan sinergi kolaborasi Akademisi,
part time dan full time dengan 60% lebih kearah Bisnis, Komunitas dan Pemerintah dan Fasilitasi
fulltime. 5 pelaku industri dalam klasifikasi ini serta pemberian insentif. Berdasarkan hasil
terdiri dari 2 pelaku dengan umur perusahaan 2-3 analisis Aktor pemerintahan sudah melaksanakan
tahun, 1 pelaku dengan umur perusahaan 3-4 peranannya sebagai aktor pendukung industri
tahun, 1 pelaku dengan umur usaha 4-5 tahun kreatif. Namun Peran pemerintah dalam
serta 1 pelaku dengan umur usaha lebih dari 5 menciptakan iklim usaha ekonomi kreatif yang
tahun. kondusif baru ada dalam tahap penyusunan
rencana. Hal ini dikarenakan adanya perubahan
Dinas Perindustrian Kota Malang
susunan dalam unsur pemerintahan yang baru
Dinas Perindustrian memiliki tugas terjadi pada awal tahun 2017. Adanya perubahan
pokok penyusunan dan pelaksanaan kebijakan susunan pemerintahan dapat membantu Peranan
daerah di bidang perindustrian. Dinas pemerintahan dalam mendukung industri kreatif.
Perindustrian dan perdagangan berfungsi sebagai Aktor Akademisi memiliki peran sebagai
perumus dan pelaksana teknis bidang Lembaga riset/ kajian untuk engine creative, dan
perindustrian, sebagai penyusun dan pelaksana memberi masukan kebijakan kepada pemerintah.
Rencana Strategis dan Rencana Kerja di bidang Akademisi sudah tergabung dalam Komite
perindustrian, sebagai pelaksana koordinasi dan ekonomi kreatif sehingga dapat memberikan
kerja sama dengan asosiasi dunia usaha masukan kebijakan dalam pemerintahan. Aktor
pelaksanaan pembinaan, sebagai pengembang akademisi sudah memenuhi fungsi perannya
dan pengawas kelembagaan di bidang industri, sebagai pemberi masukan kebijakan. Namun
sebagai pelaksana fasilitasi permodalan dan peranan untuk menjadi engine creative masih
pelatihan teknis manajemen di bidang industri, perlu ditingkatkan. Peranan ini dapat telaksana
sebagai pelaksana promosi produk industri serta dengan mengadakan workshop pelatihan metode
produksi desain kreatif baru yang lebih terbuka

84 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016


Dimas Tri Rendra Graha, Budi Sugiarto Waloejo, Agus Dwi Wicaksono

untuk umum utamanya menarget pada komunitas


dan bisnis desain grafis.
Aktor Komunitas memiliki peran sebagai
tempat Kolaborasi kreatif, lembaga dengan
kegiatan yang mendorong sektor kreatif serta
memberi masukan pada pemerintah. Aktor
Komunitas beberapa sudah memenuhi perannya
sesuai dengan hasil kajian teori. Namun terdapat
komunitas yang lebih memilih untuk mandiri dari
membatasi kolaborasi yang dilakukan dengan
pemerintah ataupun aktor lain seperti komunitas
Gambar 6. Pergeseran Paradigma
Pena Hitam.
Value Proposition
Pergesaran Paradigma
Pergeseran paradigma yang berubah
Pergeseran paradigma adalah metode
menjadi non cetak sangat mempengaruhi cara
yang digunakan untuk mengetahui dan
pemasaran dari industri kreatif desain grafis.
menentukan outcome dan impact yang diinginkan
Sedangkan pergeseran paradigma dari sisi konten
oleh pelaku perencanaan strategis. Pergeseran
yang berubah ke arah yang lebih abstrak namun
paradigma akan membahas mengenai pandangan
tetap sesuai tujuan, menjadi landasan dalam
apa dalam industri kreatif desain grafis yang
menentukan value proposition.
merupakan pandangan ideal dan dapat dijadikan
panduan hingga masa yang akan datang.
Pergeseran paradigma terjadi pada teknik
penggambaran dimulai dari banyaknya media
untuk membuat desain grafis mulai dari pensil
kertas, linografi, dye, ukir kayu, hingga alat
percetakan, menjadi satu media penggambaran
yakni menggunakan komputer. Semua karya
visual yang menggunakan media komputer tidak
hanya lebih canggih namun juga menghasilkan
karya yang jauh lebih baik.
Pergeseran paradigma kedua terjadi di Gambar 7. Value Proposition terpilih
sisi konten desain grafis. Gaya penyampaian Berubahnya konten kearah yang lebih
pesan yang awalnya to the point pun mulai abstrak sesuai tujuan pembuatan desain akan
berubah, menjadi lebih halus tapi tetap menyebabkan hasil karya visual/produk desain
menyampaikan maksud. Hal ini dapat dijumpai grafis berbeda antara satu konsumen dengan
mulai dari iklan rokok 76 dengan Jin yang konsumen lain. Dengan paradigma baru ini
mengabulkan permintaan hingga poster rokok produk dari 2 konsumen pengusaha mobil
malboro dengan gambaran seorang koboi tersebut bisa berbeda dan sifat produk desain
penunggang kuda. Sebelum pergeseran grafis akan beragam dan sangat spesifik antara
paradigma terjadi iklan atau hasil produk desain satu konsumen dengan konsumen lain meskipun
yang berasal dari perusahaan yang sama-sama permintaan karya visual produknya hampir sama.
rokok akan sama semua. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Industri
Pergeseran paradigma yang ketiga kreatif desain grafis kota malang sangat cocok
dilakukan oleh komunitas dan pelaku bisnis dengan nilai inti Costumer Intimacy.
industri kreatif desain grafis berupa arahan Visi-Misi Industri Kreatif Desain Grafis kota
mengembangkan desain grafis di masyarakat Malang
lokal. Arahan pengembangan tersebut adalah
upaya peningkatan kesadaran bahwa desain grafis Berdasarkan hasil analisis pergeseran
tidak berarti desain gratis. paradigma dan value proposition maka
ditetapkan visi industri kreatif desain grafis
adalah sebagai berikut:
“Mewujudkan Industri Kreatif Desain Grafis
yang berorientasi pada pelayanan konsumen
dengan produk desain grafis non cetak yang
personalized”

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016 85


PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN GRAFIS KOTA MALANG AKTOR PEMERINTAH
DINAS PERINDUSTRIAN

Visi industri kreatif desain grafis apabila visi berhasil dicapai dengan perspektif
memiliki 2 nilai utama yang harus dipegang nilai finansial, costumer, internal dan innovation and
tersebut antara lain adalah pelayanan konsumen, learning. Setelah diketahui Critical Succes
produk desain grafis non cetak yang Factor yang diperlukan maka dapat dijabarkan
personalized. dalam suatu indikator kesuksesan (measure of
Pelayanan Konsumen dalam visi adalah succes), target serta strategi yang diperlukan.
Bentuk utama dalam value proposition Costumer Gambar 8 menunjukkan hasil CSF untuk setiap
Intimacy yang mengandalkan pelayanan misi.
konsumen yang baik serta berfokus pada usaha
untuk memenuhi kebutuhan dari tiap konsumen
dengan solusi yang paling baik. Costumer
intimacy menuntut pengetahuan untuk menggali
masalah yang dihadapi oleh konsumen, berkerja
sama dengan konsumen dan menghasilkan
pemecahan masalah dalam bentuk produk yang
bervariasi.
Fokus utama produk yang dihasilkan
dalam desain grafis kota Malang adalah Produk
yang non cetak dilandaskan pada pergeseran
paradigma dari desain grafis. Produksi desain
grafis non cetak menuntut adanya peningkatan
teknologi yang digunakan baru komputer dan
software yang secara berkala harus diperbarui.
Produk desain non cetak juga harus personalized Gambar 8. Critical Succes Factor pada tiap Misi
atau antar konsumen berbeda sesuai keinginan Industri kreatif Desain grafis
konsumen. Berdasarkan hasil CSF tersebut maka
Oleh karena itu diperlukan misi yang dirumuskan indikator kesuksesan serta strategi
mengacu pada proses output produk-pemasaran yang perlu diambil. Berdasarkan hasil analisis
dan konsumen yang kemudian dituangkan dalam terdapat sembilan Strategi yang perlu diambil.
misi. 4 misi industri kreatif desain grafis yakni Strategi tersebut antara lain:
sebagai berikut: 1. Meningkatkan kegiatan promosi desain
1. Meningkatkan kegiatan pemasaran dan grafis dengan media cetak, media sosial
promosi industri kreatif desain grafis maupun sosialisasi yang berbasis pada
Kota Malang yang menunjukkan usaha pendekatan konsumen
keberagaman variasi produk desain grafis 2. Meningkatkan kegiatan pameran industri
non cetak yang personalized desain grafis yang menunjukkan
2. Meningkatkan kemampuan Industri keberagaman desain dan mampu menjadi
Desain grafis dalam memberikan produk pemecahan masalah konsumen
desain non cetak personalized yang 3. Mengadakan kegiatan promosi edukasi
memuaskan konsumen terhadap konsumen desain grafis melalui
3. Mengembangkan sarana prasarana desain kerjasama antar aktor untuk
grafis yang mendukung pelayanan meningkatkan kesadaran dan
konsumen serta pengembangan desain kepercayaan serta kebutuhan konsumen
non cetak terhadap produk desain
4. Menciptakan iklim usaha desain grafis 4. Mengadakan survei tingkat kepuasan
yang kondusif melalui peningkatan konsumen desain grafis melalui
kerjasama antar aktor dan peningkatan kerjasama dengan aktor akademisi, bisnis
kapasitas dinas perindustrian dan komunitas
5. Meningkatkan kemampuan desainer
Strategi Industri Kreatif Desain Grafis kota
grafis dalam membuat desain, melayani
Malang
konsumen dan memahami kebutuhan
Berdasarkan hasil visi misi diatas maka konsumen melalui kerjasama antar aktor
ditetapkan strategi untuk setiap misi yang ada. 6. Mengadakan sarana prasarana desain
Strategi ditetapkan berdasarkan Critical Succes grafis yang menunjang value costumer
Factor. Critical Succes Factor dapat diketahui Intimacy
dengan memperkirakan bagaimanakah kondisi 7. Meningkatkan kerjasama antar aktor
Industri Kreatif Desain Grafis kota Malang bisnis, komunitas ADGI, MCF, pena

86 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016


Dimas Tri Rendra Graha, Budi Sugiarto Waloejo, Agus Dwi Wicaksono

hitam, MDC dengan akademisi Desain 4. Kerjasama desainer dengan IKM/UKM


grafis (UB, UM, MaChung, STIKI) yang membutuhkan jasa desain, melalui
8. Meningkatkan Sumber dana non mekanisme pembiayaan pemerintah
pemerintah untuk pembiayaan rencana 5. Mengadakan kerjasama dengan aktor
aksi dengan menarik sektor swasta untuk bisnis dan akademisi untuk, mengukur
berinvestasi tingkat kepuasan pelanggan desain grafis
9. Melakukan pendataan dan upaya pada setiap event pertemuan konsumen
perlindungan industri kreatif desain dengan desainer yang diadakan disperin
grafis melalui kerjasama akademisi, 6. Kerjasama pelatihan pelayanan
bisnis dan Komunitas konsumen
7. Kerjasama Seminar Studi Konsumen
Rencana Aksi Industri Kreatif Desain Grafis
8. Kerjasama pelatihan peningkatan
kota Malang
kemampuan teknik desain
Sembilan Strategi yang telah ditetapkan, 9. Pengadaan sarana desain grafis yang
lebih lanjut dianalisis masing-masing strategi dilengkapi ruang kerja, meeting room,
tersebut berdasarkan Strengh, Weakness, class room dan Community spaces
Opportunity dan Threat. Setelah masing-masing 10. Pengadaan alat teknologi produksi pada
strategi diketahui kondisi internal dan eksternal sarana desain grafis pemerintah
tersebut maka dibuatlah Rencana Aksi Industri 11. Pengadaan software desain grafis pada
Kreatif desain grafis. Berdasarkan hasil Analisis sarana desain grafis pemerintah
SWOT, dirumuskan rencana aksi sebagai berikut: 12. Mengadakan pertemuan rutin membahas
1. Mengadakan kegiatan promosi desain perkembangan industri kreatif desain
melalui media cetak, dan media sosial grafis dengan semua aktor serta
milik pemerintah, aktor komunitas dan mengevaluasi dan merencanakan
bisnis kegiatan rencana aksi selanjutnya
2. Pembuatan Even Pameran, Wokshop 13. Membuat transparansi pendanaan dan
Desain Grafis yang menunjukkan pelaksanaan rencana Aksi, yang bisa
keberagaman produk dengan kerjasama diakses publik di website Disperin
aktor komunitas dan bisnis 14. Sosialisasi Surat ijin industri, dan alur
3. Mengubah pelatihan teknik desain untuk proses perijinan
UKM, IKM menjadi kegiatan edukasi/ 15. Melakukan pendataan industri kreatif
seminar tentang desain yang diisi oleh desain grafis melalui komunitas
aktor komunitas, bisnis ataupun 16. Pemberian insentif dan bantuan
akademisi dari Industri kreatif desain pengurusan HAKI
grafis
Tabel 2. Rencana Aksi
Kode Rencana Aksi Pelaksana Tujuan Sasaran Target
Masyarakat secara umum Kegiatan Promosi
Disperin berkerjasama Pelaksanaan tugas promosi,
Mengadakan dan konsumen. Promosi dengan value
dengan Komunitas membangun Promosi dengan
RA-1 kegiatan bisa dalam bentuk cetak Costumer Intimacy
desain grafis, dan value Costumer Intimacy.
promosi desain ataupun melalui media dilakukan per bulan
bisnis desain grafis Dan pembelajaran konsumen
sosial web pemerintahan pada tahun akhir
Masyarakat secara umum
Disperin sebagai dan konsumen produk
Kegiatan Pameran
Pembuatan inisiator, Pelaksana menunjukkan keberagaman desain grafis. tidak bisa
Industri Kreatif
Event Pameran, dan pendanaan produk desain, media hanya sekedar
Ra-2 dilakukan 4x
Workshop difokuskan pada Aktor pendekatan konsumen dan memamerkan produk
pertahun pada tahun
Desain Grafis Komunitas, Bisnis dan pembelajaran konsumen namun perlu ada
akhir perencanaan
Akademisi penjelasan dan upaya
pendekatan konsumen
Mengubah
Disperin sebagai Jumlah IKM/UKM
pelatihan teknik IKM/UKM yang
pelaksana pengubah Edukasi Konsumen desainer yang mengikuti
desain menjadi membutuhkan jasa
kebijakan pelatihan grafis, pendekatan pada Seminar desain
RA-3 kegiatan desainer grafis. target
desain. Seminar konsumen, pewujudan nilai meningkat. (6x pada
edukasi/ pada setiap kegiatan 20-
diadakan berkerjasama Costumer Intimacy tahun akhir
seminar tentang 30 UKM/IKM
aktor lain perencanaan)
desain
Disperin sebagai
inisiator, berkerjasama Jumlah IKM/UKM
Edukasi Konsumen desainer IKM/UKM yang
Kerjasama aktor pemerintahan yang mengikuti
grafis, pendekatan pada membutuhkan jasa
RA-4 desainer dengan lain seperti dinas kegiatan meningkat.
konsumen, pewujudan nilai desainer grafis, dan
IKM/UKM koperasi dan UKM, (6x pada tahun akhir
Costumer Intimacy menjadi peserta RA-3
dan juga Aktor perencanaan)
Komunitas, Bisnis dan

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016 87


PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN GRAFIS KOTA MALANG AKTOR PEMERINTAH
DINAS PERINDUSTRIAN

Kode Rencana Aksi Pelaksana Tujuan Sasaran Target


Akademisi
Mengadakan Disperin sebagai
Mengukur kepuasan konsumen produk desain
pengukuran inisiator, Pelaksana
konsumen sebagai salah satu grafis yang Tingkat kepuasan
tingkat dan pendanaan
RA-5 indikator Costumer Intimacy menggunakan/ membeli konsumen
kepuasan difokuskan pada Aktor
dan bahan evaluasi pada produk desain pada event meningkat
pelanggan Komunitas, Bisnis dan
rencana aksi pertemuan rutin yang diadakan disperin
desain grafis Akademisi
Disperin sebagai pelayanan konsumen selalu
Kerjasama inisiator, Pelaksana berkembang sesuai dengan Pelatihan pelayanan
pelatihan dan pendanaan perkembangan permintaan Pelaku bisnis Desain konsumen dilakukan
RA-6
pelayanan difokuskan pada Aktor konsumen oleh karena itu Grafis kota Malang secara berkala 6
konsumen Komunitas, Bisnis dan perlu upaya peningkatan bulan sekali
Akademisi kemampuan
Disperin sebagai Seminar mengenai
inisiator, Pelaksana Untuk memenuhi kebutuhan Consumen Study
Kerjasama
dan pendanaan pemahaman kebutuhan Pelaku bisnis Desain Desain grafis
RA-7 Seminar Studi
difokuskan pada Aktor konsumen yang tinggi dalam Grafis kota Malang dilakukan secara
Konsumen
Komunitas, Bisnis dan value Costumer Intimacy berkala 6 bulan
Akademisi sekali
Disperin sebagai
Kerjasama Pencapaian Visi
inisiator, Pelaksana Pelatihan teknik
pelatihan membutuhkan produk yang Pelaku bisnis Desain
kegiatan pelatihan desain dilakukan
RA-8 peningkatan beragam dan flesibel yang Grafis Kota Malang dari
difokuskan pada Aktor secara berkala 6
kemampuan memerlukan kemampuan semua Klasifikasi
Komunitas, Bisnis dan bulan sekali
teknik desain SDM yang tinggi
Akademisi
Pelaku bisnis Industri
Untuk memenuhi kebutuhan
Disperin, kreatif desain grafis Penambahan 1
Pengadaan ruang kerja, meeting room,
berkerjasama dengan Prioritas pada pelaku sarana oleh disperin
RA-9 sarana desain class room dan Community
Aktor Bisnis dan Klasifikasi 1 dan dalam 5 tahun
grafis spaces yang menunjang value
Akademisi Klasifikasi 3 yang belum jangka kerja
Costumer Intimacy
memiliki kantor
Disesuaikan dengan
Alat teknologi produksi keberadaan sarana
Disperin,
pengadaan alat Untuk memenuhi kebutuhan ditempatkan pada sarana penunjang baru dan
berkerjasama dengan
RA-10 teknologi produksi beragam produk desain grafis yang dibuat dikonsultasikan
Aktor Bisnis dan
produksi desain permintaan konsumen pada rencana aksi dengan aktor bisnis,
Akademisi
sebelumnya komunitas,
akademisi
Disesuaikan dengan
Pengadaan
keberadaan sarana
software desain Disperin, Program hanya
Untuk memenuhi kebutuhan penunjang baru dan
grafis pada berkerjasama dengan ditempatkan pada alat
RA-11 produksi beragam produk dikonsultasikan
sarana desain Aktor Bisnis dan produksi yang ada pada
permintaan konsumen dengan aktor bisnis,
grafis Akademisi rencana aksi sebelumnya
komunitas,
pemerintah
akademisi
Pertemuan rutin membahas
perkembangan industri
kreatif desain grafis,
Seluruh aktor
Pertemuan Disperin, diikuti oleh mengevaluasi dan Pertemuan diadakan
pemerintah, komunitas,
RA-12 Rutin Aktor aktor akademisi, bisnis merencanakan kegiatan 1x dalam 3 bulan di
akademisi dan bisnis
Desain grafis dan komunitas rencana aksi selanjutnya, tahun akhir
desain grafis kota malang
konsolidasi ataupun
pembahasan transparansi
dana rencana aksi.
menarik sektor swasta
(corporate/asosiasi)
Terwujudnya
Transparansi Disperin, publikasi berinvestasi pada event yang Transparansi pendanaan
transparansi
Pendanaan dan dapat berkerjasama diadakan oleh pemerintahan. diupload dalam website
RA-13 pendanaan dan
Pelaksanaan dengan Aktor Bisnis Sehingga pendanaan dan disperin sehingga dapat
pelaksanaan
Kegiatan dan Akademisi pelaksanaan kegiatan tidak diakses publik
Rencana Aksi
murni dibebankan kepada
pemerintah
Sosialisasi pentingnya Surat
Disperin, publikasi ijin industri, dan bagaiamna
Sosialisasi Izin Seluruh pelaku bisnis
acara dapat alur proses perijinan. Sosialisasi diadakan
Usaha industri, Desain Grafis Kota
RA-14 berkerjasama dengan Menghilangkan pandangan pada awal tahun
dan alur proses Malang disetiap
Aktor Bisnis dan bahwa tidak ada untungnya rencana 2x
perijinan klasifikasi
Akademisi antara memiliki IUI atau
tidak.
Seluruh pelaku bisnis
pendataan dan upaya Desain Grafis Kota Pelaku bisnis
Penjaringan dan Disperin berkerjasama
perlindungan industri kreatif Malang diutamakan industri kreatif
pendataan dengan Komunitas
RA-15 desain grafis oleh dinas pelaku yang memiliki desain grafis 60%
industri kreatif desain grafis, dalam
Perindustrian melalui Surat usaha desain diatas 1 terdata dan memliki
desain grafis melakukan pendataan
Izin Industri tahun. IUI
Prioritas bagi pelaku

88 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016


Dimas Tri Rendra Graha, Budi Sugiarto Waloejo, Agus Dwi Wicaksono

Kode Rencana Aksi Pelaksana Tujuan Sasaran Target


klasifikasi 2 dan 3

Menghilangkan pandangan
Pemberian bahwa tidak ada untungnya
Jumlah Pelaku bisnis
Insentif IUI dan antara memiliki IUI atau Pelaku bisnis Desain
memliki IUI &
RA-16 bantuan Dinas Perindustrian tidak. Mengurangi masalah Grafis kota Malang yang
mengurus HAKI
pengurusan pembajakan desain yang memiliki IUI
meningkat
HAKI menjadi keluhan pelaku
bisnis desain grafis

KESIMPULAN 2. Meningkatkan kemampuan Industri


Desain grafis dalam memberikan produk
Terdapat 4 kesimpulan dalam penelitian
desain non cetak personalized yang
perencanaan strategis Industri kreatif desain
memuaskan konsumen
grafis kota malang aktor pemerintahan dinas
3. Mengembangkan sarana prasarana desain
perindustrian. Keempat kesimpulan tersebut
grafis yang mendukung pelayanan
mengacu terhadap rumusan masalah.
konsumen serta pengembangan desain
Kesimpulan pertama mengenai
non cetak
Pergeseran paradigma. Pergeseran paradigma
4. Menciptakan iklim usaha desain grafis
dalam desain grafis kota malang terdapat 3
yang kondusif dengan meningkatkan
sebagai berikut:
kerjasama antar aktor dan meningkatkan
1. Pergeseran yang pertama adalah desain
kapasitas dinas perindustrian
grafis yang berubah sebelumnya
Terdapat 9 Strategi perencaanaan yang
cenderung menggunakan media cetak
diperlukan, antara lain:
menjadi non cetak.
1. Meningkatkan kegiatan promosi desain
2. Pergeseran paradigma yang kedua adalah
grafis dengan media cetak, media sosial
konten desain grafis yang konten
maupun sosialisasi yang berbasis pada
awalnya cenderung langsung pada pokok
usaha pendekatan konsumen
permasalahan menjadi lebih abstrak
2. Meningkatkan kegiatan pameran industri
namun sampai tujuan. Perubahan sisi
desain grafis yang menunjukkan
konten ini adalah perubahan yang
keberagaman desain dan mampu menjadi
dilakukan untuk membuat perbedaan
pemecahan masalah konsumen
hasil karya desain meskipun objek yang
3. Mengadakan kegiatan promosi edukasi
didesain sama. Contoh dari pergeseran
terhadap konsumen desain grafis melalui
paradigma ini adalah konten iklan rokok
kerjasama antar aktor untuk
yang tidak lagi harus memperlihatkan
meningkatkan kesadaran dan
cengkeh, bahan baku serta orang yang
kepercayaan serta kebutuhan konsumen
merokok namun bisa juga digambarkan
terhadap produk desain
sebagai jin kocak ataupun koboi.
4. Mengadakan survei tingkat kepuasan
3. Pergeseran paradigma ketiga adalah
konsumen desain grafis melalui
arahan dan pandangan yang ada di
kerjasama dengan aktor akademisi, bisnis
komunitas dan bisnis untuk mengubah
dan komunitas
desain grafis lebih dihargai oleh
5. Meningkatkan kemampuan desainer
masyarakat.
grafis dalam membuat desain, melayani
Berdasarkan hasil pergeseran paradigma
konsumen dan memahami kebutuhan
maka ditetapkan value proposition yang
konsumen melalui kerjasama antar aktor
digunakan adalah Costumer Intimacy dengan Visi
6. Mengadakan sarana prasarana desain
yakni “Mewujudkan Industri Kreatif Desain
grafis yang menunjang value costumer
Grafis yang berorientasi pada pelayanan
Intimacy
konsumen dengan produk desain grafis non cetak
7. Meningkatkan kerjasama antar aktor
yang personalized”
bisnis, komunitas ADGI, MCF, pena
Berdasarkan visi tersebut maka ditetapkan
hitam, MDC dengan akademisi Desain
misi adalah sebagai berikut:
grafis (UB, UM, MaChung, STIKI)
1. Meningkatkan kegiatan pemasaran dan
8. Meningkatkan Sumber dana non
promosi industri kreatif desain grafis
pemerintah untuk pembiayaan rencana
Kota Malang yang menunjukkan
aksi dengan menarik sektor swasta untuk
keberagaman variasi produk desain grafis
berinvestasi
non cetak yang personalized

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016 89


PERENCANAAN STRATEGIS INDUSTRI KREATIF SEKTOR DESAIN GRAFIS KOTA MALANG AKTOR PEMERINTAH
DINAS PERINDUSTRIAN

9. Melakukan pendataan dan upaya pembangunan Kota Kreatif Indonesia


perlindungan industri kreatif desain yang Berkelanjutan. dalam Indonesia
grafis melalui kerjasama akademisi, Creative City Conference. Malang. 30
bisnis dan Komunitas Maret- 3April 2016.
Berdasarkan hasil strategi industri kreatif
desain grafis terpilih, dibuatlah 16 Rencana Aksi
yang terdiri dari kegiatan peningkatan pemasaran
dan promosi, kegiatan edukasi konsumen,
kegiatan peningkatan kemampuan desain grafis,
penyediaan sarana desain grafis, dan peningkatan
kapasitas dinas perindustrian.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Undang - Undang Nomor 3 tahun
2014 tentang Perindustrian
Arifin, Zainul. 2016. Malang Akan Jadi Kota
Kreatif.
http://regional.liputan6.com/read/247104
0/malang-akan-jadi-kota-kreatif-dunia
(diakses pada 30 agustus 2016)
BEKRAF. 2016. Formulir Pemeringkatan
Kota/Kabupaten Ekonomi Kreatif
2016. Jakarta: Badan Ekonomi Kreatif
Indonesia
BPS. 2016. Kota Malang Dalam Angka 2016
Bryson, John M. 2010. The Future of Public and
NonProfit Strategic Planning in
United States. Public Administration
Review University of Minasota,
December 2010: S255-S267
Hakim, Nasution. Yudha Prasetyawan. 2008.
Perencanaan dan Pengendalian
Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Hermawan, Sigit. 2008. Penerapan Balance
Scorecard Sebagai Alat Implementasi
Strategi Dalam Upaya Meningkatkan
Kinerja Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo. Jurnal Ekonomi Bisnis dan
Akuntansi VENTURA, tahun 2008,
vol 11 no 2. Sidoarjo: Universitas
Muhammadiyah Sidoarjo
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
2014. Rencana Aksi Ekonomi Kreatif
2015-2019
Pangestu, Mari Elka. 2008. Pengembangan
Industri Kreatif menuju visi ekonomi
kreatif Indonesia 2025. Jakarta:
Departemen Perdagangan RI
Treacy, Michael., Wiersema, Kaplan & Norton.
2003. Strategic Leadership Systems
Model. Adapted from General
Systems Theory, Centre for Strategic
Management, Environmental
/Biological Systems, Banff Executive
Leadership Inc.
Tayyiba, Mira. 2016. Rancangan Konsep Umum
Dan Dukungan Pemerintah bagi

90 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 8, Nomor 2, 2016

Anda mungkin juga menyukai