DI KOTA SURAKARTA
MAKALAH
Disusun Oleh
NIM : 227486
2023
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….II
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..III
ABSTRAK………………………………………………………………………………………IV
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.3.2 Sekaten……………………………………………………………………………………...8
3.1 Simpulan……………………………………………………………………………………..10
3.2 Saran………………………………………………………………………………………….10
ii
iii
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa dan menerima berkat
dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan artikel “ Potensi Citra Daerah
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
terciptanya karya ilmiah ini. Tentu tidak bisa maksimal jika tidak didukung oleh berbagai pihak.
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa karya ilmiah ini masih memiliki kekurangan baik
dalam penyusunan maupun tata bahasa yang telah ditentukan. Oleh karena itu, dengan rendah hati
kami menerima saran dan kritik dari para pembaca untuk penyempurnaan karya ilmiah ini. Semoga
artikel yang telah kami susun bermanfaat dan menginspirasi para pembaca.
iv
ABSTRAK
Surakarta memiliki nama lain Solo yang lebih populer dari Surakarta. Surakarta digunakan
dalam situasi formal, sedangkan nama Solo lebih sering digunakan. Budaya Solo yang terdapat di
setiap distrik menjadikan Kota Solo unik. Solo merupakan salah satu kota di Jawa Tengah dan
menjadi objek wisata bersama dengan tempat wisata seperti budaya dan seni. Solo terkenal di
kalangan penduduk tanah air karena keunggulan kota Solo sering diiklankan di media. Solo
merupakan kota yang memiliki sejarah sebagai ibu kota kerajaan dan memiliki dua keraton. Solo
tidak memiliki potensi wisata alam, namun terkenal dengan masyarakatnya yang ramah dan
budaya lokalnya. Solo memiliki sejumlah budaya religi yang menjadi daya tarik wisatawan lokal
maupun mancanegara ke Kota Solo, seperti Grebeg Sudiro, upacara adat Sekaten, dan kirab malam
1 Suro.
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
mencapai tujuan bersama akan lebih mudah. Fenomena yang digambarkan diatas sering
disebut dengan Urban Branding.
Kota Solo merupakan salah satu kota yang dikenal dengan budaya Jawa yang kental.
Slogan “Solo, The Spirit of Java” merupakan salah satu slogan Kota Solo Raya yang kini
menjadi simbol promosi pariwisata di Indonesia. Sebagai kota tujuan wisata dalam komunikasi
pariwisata strategis Kota Solo Raya. Secara khusus Soloraya di Surakarta di kelola oleh Badan
Pariwisata Nasional, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dan pada tahun 2012 sebanyak
2.133.848 wisatawan berkunjung ke Soloraya untuk brand communication yang dilakukan
oleh DKP. Salah satu kunjungannya adalah memasak. Lebih dari 20 jenis masakan asli
Surakarta di jual. Media televisi, koran, dan internet kerap menayangkan berbagai
keistimewaan Solo Raya yang sering ditulis dan disiarkan serta diikuti oleh sejumlah besar
wisatawan domestik dan mancangera.
Perkembangan pariwisata Kota Soloraya ditandai dengan berbagai pameran dan acara
budaya yang bertujuan untuk mmpromosikan pariwisata domestik dan internasional. Pada
tahun 2010, Soloraya menerima Anugerah Pariwisata Indonesia sebagai kota terpopuler bagi
wisatawan di Indonesia. Menerima Penghargaan Pariwisata Indoensia 2010 yang di sponsori
oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, dan Penghargaan Pariwisata Indonesia 2009
untuk kategori Destinasi Wisata Terbaik di Indonesia oleh Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata Repulik Indonesia bekerja sama dengan Majalah SWA.
Kota Solo memiki beberapa budaya yang masih sangat hidup di kalangan masyarakatnya.
Seperti perayaan Sekaten di bulan Maulud untuk memperingati maulid Nabi Muhammad
SAW. Grebek maulud diadakan pada tanggal 12. Ada juga Grebek Sudiro yang diperingati
untuk memperingati Imlek. Ada juga Kirab Pusaka Keraton yang diadakan untuk merayakan
Tahun Baru Suro. Ada pula Sadranan, yaitu upacara untuk mendoakan arwah leluhur dan ahli
waris yang telah meninggal.
2
1.2 Rumusan Masalah
Bergantung pada beban latar belakang, pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Tradisi religi Kota Solo apa yang menarik bagi wisatawan domestik dan mancanegara?
2. Bagaimana latar belakang sejarah dan budaya Kota Solo?
3
2. Metode Studi Literatur
Metode yang dijelaskan dalam artikel ini dilakukan dalam beberapa langkah.
Mencari kata kunci yang sesuai dengan pembahasan makalah akademik, mencari makalah
dan buku terbaru yang berhubungan dengan tradisi religi dan budaya kota Surakarta, dan
mencari kutipan dari berbagai sumber akademik.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
semakin banyak data yang terkumpul, semakin tepat bagi peneliti untuk
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif untuk menjawab kedua
fenomena tersebut. Misalnya, data tentang makna ritual, nilai-nilai yang
dipegang orang dalam kehidupannya, motivasinya, dan keyakinan tertentu.
Dalam filosofi budaya Jawa dalam yang terkait dengan kompleks keraton yang di
dikenal dengan Agatra Tunggal Catur, adalah :
1. Keraton, merupakan pusat pemerintahan. Berdirinya Keraton Surakarta
Hadiningrat tidak terlepas dari perjuangan pemberontakan pada masa pemerintahan
Paku Buwana II yaitu Pemberontakan Pecinan yang timbul dari Keraton Kartasura.
Pemberontakan dimulai pada tahun 1740, ketika East India Company menerapkan
kebijakan pengurangan Tionghoa di Batavia, dan banyak Tionghoa melarikan diri
ke Jawa Tengah dan membentuk pasukan perlawanan untuk mempertahankan diri
di daerah pelarian, dan tentara Tionghoa menjadi lebih kuat karena dari dukungan.
Ia menunjuk Mas Garendy sebagai bupati pesisir dan menguasai Keraton Kartasura
dengan gelar Sunan Kuning.
2. Alun- Alun, sebagai simbol suara rakyat. Pada zaman dahulu, terdapat banyak
sekali bangunan dengan fungsi yang berbeda-beda di Alun-alun lor. Di sebelah
barat ada galangan kapal, dan itu adalah temapat kuda dari seluruh negeri datang
untuk menemui para menteri dan mengikat kuda. Di sebelah tenggara adalah
markas batalion, tempat gamelan seto dimainkan untuk mengiringi pelatihan
6
prajurit istana. Di tengahnya ada dua pohon beringin yang dipagari pagar. Di
sebelah barat adalah masjid Agung, pusat islam. Di sisi barat daya dan timur laut
terdapat gapura Slompretan dan Batangan.
3. Madjid Agung, sebagai tempat ibadah. Masjid Agung Surakarta merupakan salah
satu simbol Sannat Islam Surakarta. Tingginya kesadaran beragama raja dan
masyarakat membuat perkembangan Islam dan posisi kepemimpinan masjid
semakin kuat. Masjid ini dibangun oleh Raja Kasunanan untuk menyempurnakan
Masjid Agung Surakarta dan untuk menyampaikan berbagai ajaran agama. Islam
merupakan sistem kepercayaan, sedangkan kebudayaan Jawa merupakan falsafah
hidup yang diyakini oleh masyarakat Jawa. Berbagai kemajuan dan perkembangan
yang terkait tidak lepas dari pendidikan dan keyakinan agama masyarakat yang
mendukungnya.
4. Pasar, sebagai mata pencaharian masyarakat. Pasar penuh minat untuk kehadiran
terkemuka sebagai elemen struktural kota Sala. Menurut Clifford Geertz (1992),
pasar merupakan lembaga ekonomi sekaligus sebagai cara hidup, sehingga
perdagangan para pedagang menjadi latar belakang tetap dalam hampir semua
kegiatan yang berlangsung di pasar. Pasar juga memainkan peran sosial yang sangat
kuat karena menghubungkan kerabat atau pelanggan dengan pelanggan atau
anggota kelompok.
7
2.3.1 Grebeg Sudiro
Grebeg Sudiro merupakan gabungan dari dua kata. Kata grebeg mengac
pada tradisi grebeg, dan sudiro adalah kependekan dari sudiroprajan, nama desa
yang berdekatan dengan kampung Pecinan Pasar Gede di Solo tengah. Dalam
tradisi Grebeg, Sudiro memperebutkan kue keranjang, kue khas Tionghoa
sebagai bentuk merayakan keberadaan kampung Sudiroprajan, dan diarak
didepan pasar tradisional Solo, Pasar Gede, dipertandingkan. Momen ini
merupakan salah satu highlight dari Grebeg Sudiro, bagian dari perayaan Imlek
Tu Gunungan. Gunungan Jalaa dan Gunungan Estri jelas banyak menampilkan
nuansa budaya Jawa.
Tradisi Grebeg Sudiro merupakan ekspresi perpaduan budaya tradisonal
Tionghoa dan Jawa. Tradisi Grebeg pada dasarnya sudah menjadi tradisi kuno
budaya Jawa dan biasanya dilakukan di keraton-keraton Solo dan Yogyakarta.
Dalam tradisi Peten, biasanya hasil bumi, sayuran dan buah-buahan yang
dibagikan dan disengketakan. Grebeg sendiri merupakan tradisi khas Jawa
untuk menyambut hari-hari istimewa seperti Mulud ( kelahiran Nabi
Muhammad), syawal (Idul Fitri), Suro (Tahun Baru Jawa). Grebeg Sudiro
dimulai oleh Oei Bengki Diluncurkan oleh Sarjono Lelono Putro dan Kamajaya
kemudian disetujui oleh kepala desa Sudiroprajan (Sigit) dan pejabat budaya
dan masyarakat. Banyak acara dengan Grebeg Sudiro bervariasi setiap tahun,
tetapi ada selalu ada acara, yaitu Sedekah Bumi ( Bok Teko) ddan kirab budaya.
Sedakah Bumi diadakan di Grebeg Sudiro ( Karnaval Budaya).
2.3.2 Sekaten
Upacara Adat Sekaten adalah kegiatan budaya yang konstan di Keraton
Surakarta. Upacara Sekaten penting sebagai kegiatan membunyikan gamelan
khusus, Sekaten Gamelan bertempat di kecamatan Pradanga, dua bangunan
permanen di halaman Masjid Agung yang dibangun khusus untuk
membunyikan gamelan. Setiap tahun, Sekaten Gamelan dipentaskan dari
tanggal 5 hingga 12 bulan Muld (Maret kalender Jawa) atau selama 7 hari 6
8
malam (tidak ada gamelan pada Kamis malam) untuk merayakan ulang tahun
ke 15 kelahirannya. Nabi Muhammad. Awal keberadaan Gamelan Sekaten
interprestasi Islam diterima oleh orang Jawa sebagai gagasan dari seorang Wali
bernama Sunan Kalijaga. Nama Sekaten diterjemahkan ke dalam terminologi
Islam sebagai Shahadatein, yang berarti dua keyakinan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Menurut pertanyaan dan maksut dari pembahasan ini, maka terdapat penjelasan
determinasi sebagai berikut :
Keraton adalah pusat pemerintahan, dengan filosofi budaya Jawa yang mendalam
terkait dengan kompleks istana yang dikenal sebagai Agatra Tunggal Catur. Alun-Alun
sebagai simbol suara rakyat. Masjid Agung sebagai tempat ibadah. Pasar sebagai sumber
penghidupan masyarakat. Solo memiliki banyak budaya religi yang menarik wisatawan
domestik maupun mancanegara ke kota Solo, seperti Grebeg Sudiro, upacara adat sekaten,
dan Kirab 1 Malam Suro.
3.2 Saran
Penulis mengetahui jika penulisan makalah tersebut terdapat penuh menyimpan
penyimpangan serta terbatas. Berikutnya, penulis selalu melaksanakan pembaruan
mengenai rangkaian makalah, melalui menerapkan masukan beragam pengantar serta
komentar yang membenahi melalui para pembaca.
10
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Arganata, T. (2017). Kajian Makna Simbolik Budaya Dalam Kirab Budaya Malam 1 Suro
Keraton Kasunanan Surakarta.
(https://eprints.ums.ac.id/68169/2/JURNAL%20BARU%20v2%20Bismillah%20FINAL.
pdf)
Fibramantya, A. (2019). Dinamika Relasi Sosial Dalam Aktivitas Kirab Budaya Grebeg
Sudiro.
(https://jurnal.uns.ac.id/cakra-wisata/article/viewFile/34028/22426)
11