Anda di halaman 1dari 16

POTENSI CITRA DAERAH PARIWISATA ANTARA TRADISI DAN AGAMA

DI KOTA SURAKARTA

MAKALAH

Dosen Pengampu: Siti Noor Aini, S.Th.I.,M.Hum.,M.A

Disusun Oleh

Nama : Fahrizal Rahmad Firdaus

NIM : 227486

Semester/ Kelas : II/ H

Program Studi : Pariwisata

Jenjang : Strata Satu/ S1

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA AMBARRUKMO YOGYAKARTA

2023

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….II

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..III

ABSTRAK………………………………………………………………………………………IV

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………………….1


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………3
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………………………………….3
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………………………...3
1.5 Metode Penelitian………………………………………………………………………...….3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kerangka Teori……………………………………………………………………………….5

2.1.1 Teori Kuantitatif Pariwisata……………………………………………………………….5

2.1.2 Teori Kualitatif Pariwisata…………………………………………………………..……..5

2.2 Latar Belakang Sejarah dan Budaya Kota Surakarta………………………………………...6

2.2.2 Catur Agatra Tunggal………………………………………………………………………6

2.3 Tradisi Kota Solo……………………………………………………………………………..7

2.3.1 Grebeg Sudiro………………………………………………………………………………8

2.3.2 Sekaten……………………………………………………………………………………...8

2.3.3 Kirab Malam 1 Suro………………………………………………………………………...9

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan……………………………………………………………………………………..10

3.2 Saran………………………………………………………………………………………….10

ii
iii
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa dan menerima berkat

dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan artikel “ Potensi Citra Daerah

Pariwisata Antara Tradisi dan Agama Di Kota Surakarta” secara akurat.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam

terciptanya karya ilmiah ini. Tentu tidak bisa maksimal jika tidak didukung oleh berbagai pihak.

Sebagai penulis, kami menyadari bahwa karya ilmiah ini masih memiliki kekurangan baik

dalam penyusunan maupun tata bahasa yang telah ditentukan. Oleh karena itu, dengan rendah hati

kami menerima saran dan kritik dari para pembaca untuk penyempurnaan karya ilmiah ini. Semoga

artikel yang telah kami susun bermanfaat dan menginspirasi para pembaca.

iv
ABSTRAK

Surakarta memiliki nama lain Solo yang lebih populer dari Surakarta. Surakarta digunakan

dalam situasi formal, sedangkan nama Solo lebih sering digunakan. Budaya Solo yang terdapat di

setiap distrik menjadikan Kota Solo unik. Solo merupakan salah satu kota di Jawa Tengah dan

menjadi objek wisata bersama dengan tempat wisata seperti budaya dan seni. Solo terkenal di

kalangan penduduk tanah air karena keunggulan kota Solo sering diiklankan di media. Solo

merupakan kota yang memiliki sejarah sebagai ibu kota kerajaan dan memiliki dua keraton. Solo

tidak memiliki potensi wisata alam, namun terkenal dengan masyarakatnya yang ramah dan

budaya lokalnya. Solo memiliki sejumlah budaya religi yang menjadi daya tarik wisatawan lokal

maupun mancanegara ke Kota Solo, seperti Grebeg Sudiro, upacara adat Sekaten, dan kirab malam

1 Suro.

Kata kunci : Surakarta, Budaya, Wisatawan

v
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Surakarta masih menjadi ikon provinsi Jawa Tengah yang kental akan tradisi dan
budaya. Surakarta memiliki nama lain disebut Solo yang lebih populer dari Surakarta.
Surakarta biasanya digunakan dalam situasi formal, sedangkan nama Solo lebih sering
digunakan. Solo sudah ada ada sejak abad ke-19 dan namanya sudah dikenal dikalangan
masyarakat Indonesia. Budaya Solo tatkala terdapat ditiap-tiap distrik, menimbulkan kota Solo
unik. Bisa dibilang penduduk kota Solo begitu bijak menjaga koleksi peninggalan nenek
moyangnya. Tak heran jika kota Solo telah dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.
Kota Surakarta dikenal sebagai Kota Wisata. Sebagai tempat wisata dan tempat transit para
pebisnis, Surakarta merupakan destinasi pengunjung lokal serta luar negeri. Berdasarkan data
statistik Provinsi Jawa Tengah, total pengunjung yang bersambang ke Solo dan menggunakan
akomodasi di tahun 2019 sebanyak 1.647.229 orang, jumlah wisatawan domestik sebanyak
5.197.573 orang, dan jumlah wisatawan mancanegara sebanyak 32.335 orang. Kepala Dinas
Pariwisata Kota Solo, Lis Purwaningsih menargetkan hingga 5.435.000 wisatawan
mancanegara dan domestik berkunjung ke Kota Solo di tahun 2021.
Kita tumbuh di era di mana citra sangat penting saat ini. Hal ini merupakan fenomena di
masyarakat saat ini, yaitu keinginan agar kota atau tempat asal memiliki citra tertentu dibenak
masyarakat luas. Ada kebanggan tersendiri ketika orang yang tidak berasal dari kota yang sama
dengan kita mengenal dan bahkan menganggumi kampung halamannya. Perkembangan
lanskap perkotaan menjadi salah satu perhatian masyarakat saat ini. Pemandangan kota
mempengaruhi hal-hal lain, seperti menarik investor, penghargaan, pengakuan, dan akhirnya
mengarah pada kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pembangunan citra, tidak hanya
tergantung pada masyarakat tetapi juga harus didukung oleh upaya pemerintah karna tentunya
kekuatan utama ada pada pemerintah, mengingat pemerintahlah yang berhak atas perbuatan
kebijakan dan lain-lain. Keinginan warga Solo untuk menciptakan citra sendiri untuk kotanya
diterima oleh Pemerintah Kota Surakarta yang mulai menggalakan pembangunan Kota Solo
agar dikenal masyarakat luas. Jika keduanya sudah bertindak sinergis, keinginan untuk

1
mencapai tujuan bersama akan lebih mudah. Fenomena yang digambarkan diatas sering
disebut dengan Urban Branding.
Kota Solo merupakan salah satu kota yang dikenal dengan budaya Jawa yang kental.
Slogan “Solo, The Spirit of Java” merupakan salah satu slogan Kota Solo Raya yang kini
menjadi simbol promosi pariwisata di Indonesia. Sebagai kota tujuan wisata dalam komunikasi
pariwisata strategis Kota Solo Raya. Secara khusus Soloraya di Surakarta di kelola oleh Badan
Pariwisata Nasional, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dan pada tahun 2012 sebanyak
2.133.848 wisatawan berkunjung ke Soloraya untuk brand communication yang dilakukan
oleh DKP. Salah satu kunjungannya adalah memasak. Lebih dari 20 jenis masakan asli
Surakarta di jual. Media televisi, koran, dan internet kerap menayangkan berbagai
keistimewaan Solo Raya yang sering ditulis dan disiarkan serta diikuti oleh sejumlah besar
wisatawan domestik dan mancangera.
Perkembangan pariwisata Kota Soloraya ditandai dengan berbagai pameran dan acara
budaya yang bertujuan untuk mmpromosikan pariwisata domestik dan internasional. Pada
tahun 2010, Soloraya menerima Anugerah Pariwisata Indonesia sebagai kota terpopuler bagi
wisatawan di Indonesia. Menerima Penghargaan Pariwisata Indoensia 2010 yang di sponsori
oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, dan Penghargaan Pariwisata Indonesia 2009
untuk kategori Destinasi Wisata Terbaik di Indonesia oleh Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata Repulik Indonesia bekerja sama dengan Majalah SWA.
Kota Solo memiki beberapa budaya yang masih sangat hidup di kalangan masyarakatnya.
Seperti perayaan Sekaten di bulan Maulud untuk memperingati maulid Nabi Muhammad
SAW. Grebek maulud diadakan pada tanggal 12. Ada juga Grebek Sudiro yang diperingati
untuk memperingati Imlek. Ada juga Kirab Pusaka Keraton yang diadakan untuk merayakan
Tahun Baru Suro. Ada pula Sadranan, yaitu upacara untuk mendoakan arwah leluhur dan ahli
waris yang telah meninggal.

2
1.2 Rumusan Masalah
Bergantung pada beban latar belakang, pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Tradisi religi Kota Solo apa yang menarik bagi wisatawan domestik dan mancanegara?
2. Bagaimana latar belakang sejarah dan budaya Kota Solo?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui tradisi keagamaan Kota Solo yang diminati
wisatawan domestik dan mancanegara serta agar tradisi dan budaya Kota Solo lenih dikenal
dunia.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Dalam perbuatan artikel ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan serta ilmu
pengetahuan yang lebih mendalam dan untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah
Pendidikan Agama Islam.
2. Mampu memberikan pengetahuan serta referensi artikel ilmiah tentang potensi citra daerah
pariwisata antara tradisi dan agama di Kota Surakarta bagi pembaca atau mahasiswa lain.
Artikel ilmiah ini bermanfaat untuk membentuk mahasiswa yang cerdas, profesional, dan
mengetahui potensi citra daerah pariwisata antara agama dan tradisi di kota Surakarta.
3. Menambah wawasan pembaca ataupun mahasiswa sehingga mengetahui apa saja potensi
citra daerah pariwisata antara tradisi dan agama di kota Surakarta.

1.5 Metode Penelitian


1. Metode Observasi Lapangan
Metode observasi ini dilakukan dengan mengamati secara langsung berbagai
macam tradisi dan budaya keagamaan yang ada di Kota Surakarta. Kemudian penulis
mengolah kembali dan mengkaji observasi langsung terhadap berbagai jenis tradisi dan
budaya kota Surakarta untuk menghasilkan sebuah karya tulis akademik yang dapat
diterima oleh para pembaca.

3
2. Metode Studi Literatur
Metode yang dijelaskan dalam artikel ini dilakukan dalam beberapa langkah.
Mencari kata kunci yang sesuai dengan pembahasan makalah akademik, mencari makalah
dan buku terbaru yang berhubungan dengan tradisi religi dan budaya kota Surakarta, dan
mencari kutipan dari berbagai sumber akademik.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kerangka Teori


Kerangka teoretis adalah wadah yang menggambarkan variabel atau isu-isu kunci
yang terlibat dalam penelitian. Teori-teori ini berfungsi sebagai bahan referensi untuk
diskusi lebih lanjut. Dengan cara ini, kerangka teori disiapkan di mana penelitian dapat
dianggap benar. Ada beberapa teori yang penulis gunakan dalam kerangka teori
makalah akademik ini. Teori-teori ini adalah :

2.1.1 Teori Kuantitatif Pariwisata


Teori Kuantitatif adalah gagasan tentang seperangkat konstituen atau
variabel terkait dengan pernyataan atau hipotesis yang menentukan hubungan
(biasanya dalam hal besaran atau arah) antara variabel. Teori kuantitatif cocok
untuk membuktikan fenomena (hipotesis). Analisis kuantitatif menggunakan
data berupa angka yang diperoleh dari perhitungan atau pengukuran, diolah dan
dianalisis menurut kriteria statistik tertentu. Misalnya, jika peneliti ingin
mengetahui bagaimana atraksi wisata mempengaruhi loyalitas wistawan,
mereka pasti akan mengembangkan alat komputasi dan pengukuran sehingga
mereka dapat menginterprestasikan gambaran konkret dari fenomena tersebut.
Analisis harus digunakan untuk menentukan seberapa besar pengaruhnya.

2.1.2 Teori Kualitatif Pariwisata


Teori Kualitatif adalah penelitian yang memiliki dasar penjelas untuk
klarifikasi atau pemahaman fenomena yang lebih dalam. Penelitian kualitatif
memfokuskan penelitian pada suatu pemikiran, mengungkapkan proses dan
implikasi yang terlibat dalam fenomena. Misalnya, penelitian telah dilakukan
untuk mengkaji makna di balik motivasi masyarakat adat tertentu. Masyarakat
menganut tradisi hidup di hutan dan menolak modernisasi. Oleh karena itu,

5
semakin banyak data yang terkumpul, semakin tepat bagi peneliti untuk
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif untuk menjawab kedua
fenomena tersebut. Misalnya, data tentang makna ritual, nilai-nilai yang
dipegang orang dalam kehidupannya, motivasinya, dan keyakinan tertentu.

2.2 Latar Belakang Sejarah Dan Budaya Kota Surakarta


Sejarah kota Surakarta Hadiningrat bermula dari berpindahnya Kartasura, ibu kota
Kerajaan Mataram, ke desa Sala. Dalam perkembangan selanjutnya, wilayah kerajaan
tunggal itu terbagi menjadi dua bagian, Solo dan Ngayogyakarta, karena Perjanjian
Giyanti. Juga dalam perjanjian Salatiga, Keraton Surakarta Hadiningrat dan
Kepangeranan Mangkunegaran diperintah oleh Pangeran Adipati Mangkunegaran atau
lebih dikenal dengan Samber Nyawa.

2.2.2 Catur Agatra Tunggal

Dalam filosofi budaya Jawa dalam yang terkait dengan kompleks keraton yang di
dikenal dengan Agatra Tunggal Catur, adalah :
1. Keraton, merupakan pusat pemerintahan. Berdirinya Keraton Surakarta
Hadiningrat tidak terlepas dari perjuangan pemberontakan pada masa pemerintahan
Paku Buwana II yaitu Pemberontakan Pecinan yang timbul dari Keraton Kartasura.
Pemberontakan dimulai pada tahun 1740, ketika East India Company menerapkan
kebijakan pengurangan Tionghoa di Batavia, dan banyak Tionghoa melarikan diri
ke Jawa Tengah dan membentuk pasukan perlawanan untuk mempertahankan diri
di daerah pelarian, dan tentara Tionghoa menjadi lebih kuat karena dari dukungan.
Ia menunjuk Mas Garendy sebagai bupati pesisir dan menguasai Keraton Kartasura
dengan gelar Sunan Kuning.
2. Alun- Alun, sebagai simbol suara rakyat. Pada zaman dahulu, terdapat banyak
sekali bangunan dengan fungsi yang berbeda-beda di Alun-alun lor. Di sebelah
barat ada galangan kapal, dan itu adalah temapat kuda dari seluruh negeri datang
untuk menemui para menteri dan mengikat kuda. Di sebelah tenggara adalah
markas batalion, tempat gamelan seto dimainkan untuk mengiringi pelatihan

6
prajurit istana. Di tengahnya ada dua pohon beringin yang dipagari pagar. Di
sebelah barat adalah masjid Agung, pusat islam. Di sisi barat daya dan timur laut
terdapat gapura Slompretan dan Batangan.
3. Madjid Agung, sebagai tempat ibadah. Masjid Agung Surakarta merupakan salah
satu simbol Sannat Islam Surakarta. Tingginya kesadaran beragama raja dan
masyarakat membuat perkembangan Islam dan posisi kepemimpinan masjid
semakin kuat. Masjid ini dibangun oleh Raja Kasunanan untuk menyempurnakan
Masjid Agung Surakarta dan untuk menyampaikan berbagai ajaran agama. Islam
merupakan sistem kepercayaan, sedangkan kebudayaan Jawa merupakan falsafah
hidup yang diyakini oleh masyarakat Jawa. Berbagai kemajuan dan perkembangan
yang terkait tidak lepas dari pendidikan dan keyakinan agama masyarakat yang
mendukungnya.
4. Pasar, sebagai mata pencaharian masyarakat. Pasar penuh minat untuk kehadiran
terkemuka sebagai elemen struktural kota Sala. Menurut Clifford Geertz (1992),
pasar merupakan lembaga ekonomi sekaligus sebagai cara hidup, sehingga
perdagangan para pedagang menjadi latar belakang tetap dalam hampir semua
kegiatan yang berlangsung di pasar. Pasar juga memainkan peran sosial yang sangat
kuat karena menghubungkan kerabat atau pelanggan dengan pelanggan atau
anggota kelompok.

2.3 Tradisi Kota Solo


Solo merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki daya tarik
seperti budaya dan seni serta menjadi objek wisata. Kelebihan kota Solo sering
diiklankan di media, sehingga Solo terkenal di kalangan masyarakat negara tersebut.
Kota ini sendiri sudah menjadi destinasi liburan baik wisatawan domestik maupun
mancanegara. Meningkatnya arus wisatawan menunjukkan bahwa solo menjadi pilihan
pertama untuk berwisata. Solo merupakan kota yang memiliki sejarah sebagai kota
kerajaan dan memiliki dua keraton. Solo tidak memiliki potensi wisata alam, namun
Solo terkenal dengan keramahan masyarakatnya dan budaya asli. Di Solo, terdapat
banyak budaya religi yang menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara
ke Kota Solo.

7
2.3.1 Grebeg Sudiro
Grebeg Sudiro merupakan gabungan dari dua kata. Kata grebeg mengac
pada tradisi grebeg, dan sudiro adalah kependekan dari sudiroprajan, nama desa
yang berdekatan dengan kampung Pecinan Pasar Gede di Solo tengah. Dalam
tradisi Grebeg, Sudiro memperebutkan kue keranjang, kue khas Tionghoa
sebagai bentuk merayakan keberadaan kampung Sudiroprajan, dan diarak
didepan pasar tradisional Solo, Pasar Gede, dipertandingkan. Momen ini
merupakan salah satu highlight dari Grebeg Sudiro, bagian dari perayaan Imlek
Tu Gunungan. Gunungan Jalaa dan Gunungan Estri jelas banyak menampilkan
nuansa budaya Jawa.
Tradisi Grebeg Sudiro merupakan ekspresi perpaduan budaya tradisonal
Tionghoa dan Jawa. Tradisi Grebeg pada dasarnya sudah menjadi tradisi kuno
budaya Jawa dan biasanya dilakukan di keraton-keraton Solo dan Yogyakarta.
Dalam tradisi Peten, biasanya hasil bumi, sayuran dan buah-buahan yang
dibagikan dan disengketakan. Grebeg sendiri merupakan tradisi khas Jawa
untuk menyambut hari-hari istimewa seperti Mulud ( kelahiran Nabi
Muhammad), syawal (Idul Fitri), Suro (Tahun Baru Jawa). Grebeg Sudiro
dimulai oleh Oei Bengki Diluncurkan oleh Sarjono Lelono Putro dan Kamajaya
kemudian disetujui oleh kepala desa Sudiroprajan (Sigit) dan pejabat budaya
dan masyarakat. Banyak acara dengan Grebeg Sudiro bervariasi setiap tahun,
tetapi ada selalu ada acara, yaitu Sedekah Bumi ( Bok Teko) ddan kirab budaya.
Sedakah Bumi diadakan di Grebeg Sudiro ( Karnaval Budaya).

2.3.2 Sekaten
Upacara Adat Sekaten adalah kegiatan budaya yang konstan di Keraton
Surakarta. Upacara Sekaten penting sebagai kegiatan membunyikan gamelan
khusus, Sekaten Gamelan bertempat di kecamatan Pradanga, dua bangunan
permanen di halaman Masjid Agung yang dibangun khusus untuk
membunyikan gamelan. Setiap tahun, Sekaten Gamelan dipentaskan dari
tanggal 5 hingga 12 bulan Muld (Maret kalender Jawa) atau selama 7 hari 6

8
malam (tidak ada gamelan pada Kamis malam) untuk merayakan ulang tahun
ke 15 kelahirannya. Nabi Muhammad. Awal keberadaan Gamelan Sekaten
interprestasi Islam diterima oleh orang Jawa sebagai gagasan dari seorang Wali
bernama Sunan Kalijaga. Nama Sekaten diterjemahkan ke dalam terminologi
Islam sebagai Shahadatein, yang berarti dua keyakinan.

2.3.3 Kirab Malam 1 Suro


Kirab malam 1 Suro merupakan tradisi tahunan yang diadakan Keraton
Surakarta untuk menyambut tahun baru Hijriah. Upacara malam 1 Suro
merupakan salah satu contoh syukut masyarakat Jawa, malam pengharapan
agar kehidupan tahun depan lebih baik dari kehidupan tahun lalu, dan malam 1
suro ini membawa keberkahan. Banyak yang datang untuk melihat upacara
karnaval Malam 1 Suro berhharap bisa disiram dengan pusaka. Kotoran kerbau
putih inilah yang menjadi cucuk lampah, yang dipercaya membawa berkah,
yang oleh masyarakat disebut ngalap berkah. Kala itu, Kirab Malam 1 Suro
dipentaskan untuk merayakan awal tahun baru Islam. Ritual yang dilakukan
meliputi tirakat hening, tilakatan, kunkum, kirab budaya, dan pembersihan
pusaka.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Menurut pertanyaan dan maksut dari pembahasan ini, maka terdapat penjelasan
determinasi sebagai berikut :
Keraton adalah pusat pemerintahan, dengan filosofi budaya Jawa yang mendalam
terkait dengan kompleks istana yang dikenal sebagai Agatra Tunggal Catur. Alun-Alun
sebagai simbol suara rakyat. Masjid Agung sebagai tempat ibadah. Pasar sebagai sumber
penghidupan masyarakat. Solo memiliki banyak budaya religi yang menarik wisatawan
domestik maupun mancanegara ke kota Solo, seperti Grebeg Sudiro, upacara adat sekaten,
dan Kirab 1 Malam Suro.

3.2 Saran
Penulis mengetahui jika penulisan makalah tersebut terdapat penuh menyimpan
penyimpangan serta terbatas. Berikutnya, penulis selalu melaksanakan pembaruan
mengenai rangkaian makalah, melalui menerapkan masukan beragam pengantar serta
komentar yang membenahi melalui para pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal
Arganata, T. (2017). Kajian Makna Simbolik Budaya Dalam Kirab Budaya Malam 1 Suro
Keraton Kasunanan Surakarta.
(https://eprints.ums.ac.id/68169/2/JURNAL%20BARU%20v2%20Bismillah%20FINAL.
pdf)

Fibramantya, A. (2019). Dinamika Relasi Sosial Dalam Aktivitas Kirab Budaya Grebeg
Sudiro.
(https://jurnal.uns.ac.id/cakra-wisata/article/viewFile/34028/22426)

11

Anda mungkin juga menyukai