net/publication/346672959
CITATIONS READS
0 378
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Eko PRIYO Purnomo on 07 December 2020.
Dyah Ayu Pandansari1, Eko Priyo Purnomo2, dan Aulia Nur Kasiwi3
123
Departemen Pemerintahan dan Administrasi Internasional, Sekolah Pemerintahan Jusuf
Kalla, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia
E-mail: pandansr1999@gmail.com; eko@umy.ac.id; aulianurkasiwi@gmail.com
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peranan city branding dalam meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan di Kota Surakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kepustakaan. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis isi. Hasil penelitian ini adalah city branding merupakan salah satu upaya suatu kota
untuk mempertahan kan eksistensi keunggulan daerahnya dalam persaingan global melalui logo, tagline, simbol,
maupun slogan. Hal tersebut merupakan suatu elemen penting dalam pengembangan aspek-aspek kehidupan di
Kota, begitu pula dengan Surakarta yang merasa bahwa dalam upaya meningkatkan kualias kotanya perlu
dilakukan branding hingga dunia internasional. Maka, city branding di kota Surakarta menggunakan tagline
“Solo The Spirit Of Java” untuk menggambarkan identitas kota Surakarta kepada dunia bahwa kota Surakarta
merupakan pusat peradaban kebudayaan Jawa sehingga menyatakan diri bahwa Solo adalah jiwanya Jawa.
Strategi pemerintah kota Surakarta dalam rangka menarik minat berkunjung wisatawan yaitu melalui atraksi-
atraksi kebudayaan, festival-festival seni dan budaya, dan penyediaan sarana dan prasarana yang mampu
mengakomodir kebutuhan wisatawan. Selain itu, pemerintah juga menggandeng komunitas, dan swasta atau
pihak eksternal birokrat dalam melakukan komunikasi branding. Akan tetapi, komunikasi dan konsistensi dalam
melakukan promosi branding harus diiringi dengan sinergitas antar aktor-aktor yang terlibat sehingga dapat
mencapai tujuan utama dari city branding. Rekomendasi untuk pemerintah dalam melakukan branding yaitu
konsistensi branding yang digunakan sebagai wujud identitas kota Surakarta karena didalam tagline “Solo The
Spirit Of Java” terdapat beberapa sub-branding yang juga dipasarkan kepada publik.
ABSTRACT. This study aims to identify the role of city branding in increasing the number of tourist visits in the
city of Surakarta. The research method used is library research method. Data collection method used is the
documentation method. The data analysis technique used is content analysis. The results of this study are city
branding is an effort of a city to maintain the existence of the excellence of its region in global competition
through logos, taglines, symbols, and slogans. This is an important element in the development of aspects of life
in the City, as well as Surakarta, which feels that in an effort to improve the quality of the city, it is necessary to
carry out branding to the international world. Thus, city branding in the city of Surakarta uses the tagline "Solo
The Spirit Of Java" to describe the identity of the city of Surakarta to the world that the city of Surakarta is the
center of Javanese cultural civilization so that it declares itself that Solo is the soul of Java. The strategy of the
Surakarta city government in order to attract tourists to visit is through cultural attractions, arts and cultural
festivals, and the provision of facilities and infrastructure that are able to accommodate the needs of tourists. In
addition, the government also cooperates with the community, and the private sector or external bureaucrats in
conducting branding communication. However, communication and consistency in promoting branding must be
accompanied by synergy between the actors involved so as to achieve the main objectives of city branding. The
recommendation for the government in branding is the consistency of branding that is used as a form of identity
of the city of Surakarta because in the tagline "Solo The Spirit Of Java" there are several sub-branding that are
also marketed to the public.
DOI: 10.33701/jipwp.v46i1.1036
Terbit Tanggal 28 Mei 2020
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020 243
Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)
244 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020
meningkatkan kualitas dan kuantitas komitmen dan sinergitas oleh semua pihak
wisatawan. yang terlibat sehingga dapat menciptakan kota
Menariknya branding di kota Solo atau yang dapat dikenal oleh khalayak umum
Surakarta ini dapat dikatakan sudah melakukan hingga dunia internasional.
berbagai upaya dalam pengembangan dan Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
komunikasi branding sehingga dapat mengetahui lebih dalam tentang bagaimana
meningkatkan jumah wisatawan. Berdasarkan city branding yang dilakukan oleh pemerintah
informan pada tahun 2019 kunjungan wisata di Kota Surakarta dalam upaya meningkatkan
kota Solo cukup meningkat dibandingkan potensi berkunjung wisatawan.
tahun lalu. Meskipun demikian bukan berarti
proses branding dikatakan berhasil namun, METODE
upaya dalam meningkatkan wisatawan dapat Metode penelitian yang digunakan
dikatakan berhasil. Pemerintah kota Solo adalah metode penelitian kepustakaan. Metode
memiliki Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun kepustakaan yaitu metode dimana proses
2017 tentang Penyelenggaraan Usaha perolehan datanya diperoleh dari sumber-
Pariwisata yang mana didalamnya berisi sumber informasi tertulis seperti jurnal
tentang strategi pemerintah kota dalam penelitian, buku, surat kabar dan majalah, serta
penyelenggaraan uaha wisata, selain itu internet (Danandjaja, 2014). Metode
tercantum pula hambatan dan upaya pengumpulan data yang digunakan yaitu
penyelesaian yang dilakukan pemerintah kota metode dokumentasi. Teknik analisis data
Solo. Disisi lain pemerintah kota Solo yang digunakan adalah analisis isi (Content
bekerjasama dengan stakeholder lain yang Analysis). Analisis tersebut digunakan guna
terdiri dari komunitas-komunitas, dan pihak mendapatkan inferensi yang valid dan dapat
swasta. Dimana antara pemerintah kota, diteliti ulang berdasarkan konteksnya. Dalam
komunitas dan swasta memegang peran metode analisis ini terdapat proses memilih,
masing-masing dalam upaya mensukseskan membandingkan, menggabungkan dan
branding “Solo The Spirit Of Java”. Akan memilah berbagai pengertian hingga
tetapi, meskipun terjalin kerjasama dengan ditemukan yang relevan (Serbaguna, 2005)
beberapa pihak masih terjadi miskomunikasi dalam (Mirzaqon T & Purwoko, 2017).
antar dinas terkait. Sementara itu, kepemilikan
slogan “Solo The Spirit Of Java” masih belum HASIL DAN PEMBAHASAN
disadari oleh seluruh elemen kota Solo karena a) City Branding
masih kurangnya kesadaran masyarakat akan City branding identik dengan identitas,
nilai slogan tersebut. Hal ini terjadi sebab keunikan, kekhasan, dan keunggulan suatu
slogan tersebut hadir berasal dari pemerintah daerah dalam upaya mengglobalkan daerah
sehingga lebih bersifat top-bottom bukan tersebut. City branding dapat diartikan sebagai
bottom-top. Secara keseluruhan, branding kota konsep pemasaran suatu kota layaknya sebuah
Solo dapat dikatakan berhasil meskipun masih produk (PARAHITA, 2017). Untuk
banyak kekurangan. Kendati demikian, kota membentuk identitas atau image, suatu kota
Solo terbilang memiliki banyak branding dapat menggunakan logo atau simbol yang
sehingga terkesan tidak konsisten. Pada spesifik dan menarik (Puspitasari & Saputro,
periode jabatan pemerintah kota Solo tahun 2017). City branding juga dapat disebut
2015-2021 disebutkan bahwa kota Solo sebagai upaya pemerintah kota dalam
memiliki visi untuk menjadi sebuah kota mempertahankan eksistensi daerahnya pada
kreatif dimana promosi kota dilakukan melalui persaingan antar kota di era globalisasi untuk
aktivitas komunikasi branding seperti membuat positioning yang kuat di masyarakat.
menggelar event-event kreatif. Kota Surakarta Selain itu, untuk mendukung kekuatan city
memiliki banyak potensi kreatif yang dapat branding diperlukan suatu karakter yang kuat
dikembangkan namun, perlu digaris bawahi dan konsisten.
bahwa untuk branding suatu kota dibutuhkan
Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)
Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020 245
City branding dapat dilakukan melalui destinasi tertentu akan berdampak pada tingkat
berbagai media diantaranya yaitu mouth to kenyamanan wisatawan kemudian akan
mouth, sosialisasi atau promosi resmi oleh menghasilkan outcome bahwa wisatawan
pemerintah, media cetak, media digital, dan senang berkunjung ke kota Surakarta.
media internet. Disamping itu, menurut Andrea 2) Atraksi
Insch (Insch, 2011) langkah-langkah dalam Atraksi merupakan suatu kegiatan
proses city branding antaralain: terkonsep yang mana bertujuan untuk menarik
a. Identity wisatawan yang hadir. Sehingga, adanya
Identity atau identitas yaitu sebelum atraksi dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi
diterapkannya city branding terlebih dahulu wisatawan.
pemerintah kota mengidentifikasi aset, potensi, 3) Amenitas
keunggulan atau keunikan maupun sesuatu Amenitas adalah penyediaan beragam
yang khas untuk membedakan kota satu sarana dan prasarana bagi wisatawan yang
dengan kota yang lain. tinggal. Seperti akomodasi, penginapan,
b. Objectivity kuliner, dan lain-lain yang juga memiliki daya
Objectivity yaitu target, tujuan, dan tarik bagi wisatawan yang singgah.
harapan pemerintah terhadap pelaksanaan city Lain halnya dengan strategi branding
branding secara keseluruhan bagi kepentingan menurut Duncan dalam (Rahayu, 2015a)
khalayak umum. bahwa branding dapat menggunakan konsep
c. Communication komunikasi pemasaran terpadu. Dalam
Communication atau komunikasi teorinya (Duncan, 2002) menekankan pada 5
adalah untuk melaksanakan city branding (lima) prinsip yaitu:
diperlukan adanya komunikasi antara 1) Cross-functional process
pemerintah dengan pihak-pihak yang Adanya sinergitas pada seluruh
berkepentingan didalam pembangunan city departemen, bagian, atau agen baik di dalam
branding. Aktor-aktor tersebut ialah pelaku maupun di luar perusahaan, dan memiliki
industri pariwisata, agen perjalanan “travel”, prinsip kerja yang sama, serta bersama-sama
investor, masyarakat, dan lain-lain. dalam perencanaan dan monitoring brand
d. Coherence relationship.
Coherence atau berkaitan yaitu dalam 2) Creating and nourishing stakeholder
melaksanakan city branding pemerintah dan relationships
mitra kerja (investor, travel agent, hotel) harus Upaya menarik pelanggan, yang
konsisten dalam penyampaian pesan atau kemudian terjadi suatu interaksi sehingga
informasi dan berkomitmen kuat dalam perusahaan mendapatkan informasi terkait apa
menggunakan tagline/branding/merek tertentu yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam
terhadap calon wisatawan. memenuhi kebutuhan dan keinginan
Sementara itu pemerintah kota Solo pelanggan.
dalam penyelenggaraan branding guna 3) Profitable customer relationships
optimalisasi pariwisata berbasis budaya Perlunya membangun hubungan yang
memiliki landasan hukum yaitu Peraturan baik dan intensif dengan para pelanggan yang
Daerah Nomor 5 Tahun 2017 tentang dianggap sesuai dengan harapan perusahaan.
Penyelenggaraan Usaha Pariwisata yang mana 4) Strategically controlling or influencing all
kebijakan ini berisi tentang bagaimana kiat- messages
kiat pemkot dalam meningkatkan upaya Semua aktivitas dan produk yang
optimalisasi pariwisata. Salah satunya adalah dihasilkan oleh perusahaan memiliki pesan
dengan penerapan strategi 3A yaitu (Kartika, yang ingin disampaikan kepada public,
2019) : sehingga perlu adanya pengelolaan dan
1) Aksesibilitas controlling dalam penyampaian pesan tersebut.
Aksesibilitas disini adalah tingkat 5) Encouraging purposeful dialogue
kemudahan dalam menjangkau tentang
Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)
246 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020
sebuah indikator dalam menentukan kualitas kota Solo ialah pencaharian lokasi ibukota
pariwisata. (Swarbrooke & Horner, 2007) Kerajaan Mataram Islam yang baru, kemudian
meyakini bahwa para wisatawan membeli terpilih desa Sala atau Solo sebagai ibukota
pengalaman secara keseluruhan daripada kerajaan. Sejak saat itu desa tersebut berubah
produk yang ditentukan. Terdapat tiga fase menjadi Surakarta Hadiningrat hingga terjadi
pengalaman, antara lain: perkembangan yang pesat di wilayah tersebut.
a. Fase Antisipasi, yaitu terjadi sebelum Setelah itu, terjadi Perjanjian Giyanti pada
perjalanan dimulai tahun 1755 yang menyebabkan Kerajaan
b. Fase Konsumsi, yaitu terjadi selama Mataram Islam terpecah menjadi Surakarta dan
perjalanan Yogyakarta. Selanjutnya, terpecah kembali
c. Fase Ingatan, yaitu terjadi setelah dalam Perjanjian Salatiga pada tahun 1767
perjalanan berakhir. menjadi Kasunanan dan Mangkunegaran.
Menurut Philip Kotler (2006:198) Hingga saat ini keduanya dikenal luas oleh
dalam bukunya Marketing for Hospitality and masyarakat lokal hingga mancanegara. Selain
Tourism berasumsi bahwa minat pembelian itu, berdasarkan survei Most Livable City
konsumen dapat disamakan dengan minat Index (MLCI) yang dilakukan oleh Ikatan Ahli
berkunjung pada wisatawan. Wisatawan dalam Perencanaan Indonesia (IAP) (sumber:
memutuskan untuk mengunjungi suatu solops.com), Ketua Kompartemen Livable
destinasi melakukan beberapa pertimbangan, City IAP, Elkana Catur menyatakan bahwa
selanjutnya tercipta suatu dorongan yang kuat Solo merupakan kota layak huni dengan
dalam memotivasi untuk memilih suatu presentase 66,9 persen (sumber:
tindakan yang dimaksud dengan minat. Surakarta.go.id). Hasil presentase tersebut
Indikator yang dapat digunakan untuk diukur menggunakan lima aspek penilaian
mengukur minat berkunjung wisatawan yaitu pengelolaan air bersih, fasilitas
(Ramadhan et al., 2015) yaitu : pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas
1) Ketertarikan keagamaan, dan fasilitas transportasi
2) Prefensi kemudian, Kementrian Agraria juga
3) Pencarian informasi mengatakan demikian bahwa kota Solo
Disamping itu, faktor yang merupakan salah satu kota layak huni yang
mempengaruhi wisatawan dalam mengunjungi berdasarkan lima aspek penilaian yaitu pangan,
suatu destinasi, diantaranya adalah 1) Biaya; 2) tempat ibadah, air bersih, pendidikan, dan
Aksebilitas; 3) Fasilitas; 4) Keamanan; dan kesehatan (Perdana, 2019). Dengan demikian
lain sebagainya. Akan tetapi, faktor pendorong dapat diartikan bahwa kota Solo memiliki
utama yang mempengaruhi wisatawan dalam kondisi wilayah yang baik bagi penduduk Solo
mengunjungi destinasi yaitu persepsi maupun wisatawan yang berkunjung. Sejak
wisatawan terkait hubungan antara dahulu kota Solo dikenal dengan ramah
karakteristik destinasi dengan kebutuhan akan tamahnya, hal tersebut yang membuat
pemenuhan hasrat, prefensi, dan rasa. wisatawan yang berkunjung betah dan ingin
kembali mengunjungi kota Solo. Sikap ramah
Analisis tamah yang dimiliki oleh kota Solo merupakan
Kota Surakarta atau yang biasa dikenal bentuk citra kota yang dapat mendukung
dengan nama kota Solo sejak abad ke 17 yang branding kota Solo. Menurut data yang
terletak di Provinsi Jawa Tengah memiliki luas diperoleh dari website Dinas Kependudukan
wilayah sebesar 44,04 Km2 . Sebagian besar dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta pada
lahan sebesar 65% digunakan sebagai tempat tahun 2017 menyatakan sebagian besar
pemukiman, sedangkan sebesar 16% lahan penduduk kota Solo bermata pencaharian di
digunakan sebagai tempat berlangsungnya bidang jasa, kemudian disusul oleh pengusaha,
kegiatan ekonomi dengan temperatur udara PNS/TNI/POLRI, pedagang, dan petani.
kisaran 28 derajat celcius karena berada di Dalam bidang perdagangan kota Solo terkenal
wilayah iklim ekuatorial. Awal mula lahirnya pada sektor Batik dan sektor kulinernya
Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)
248 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020
untuk mengenalkan kota Solo kepada khalayak batik, Kereta Kencana World Music Festival
umum melalui acara kebudayaan dan untuk mengenalkan Solo sebagai kota Seni
pertunjukan kebudayaan yang dilakukan secara Budaya, kemudian Solo Eco Cultural City
terus menerus dan berkelanjutan. Keunikan sebagai bentuk perwujudan sinergitas dengan
kota Solo yang terletak pada perpaduan ruang karakter budaya dan lingkungan, dan Solo
kota warisan yang kental akan budaya dan Internasional Performing Art (SIPA) untuk
ruang kota modern dengan segala aktivitas memperkenalkan tarian tradisional kepada
masyarakat masa kini. Keunikan ini akan dunia internasional (Adelina, 2015). Daya tarik
memberikan kekuatan terhadap upaya lain yang memberi dampak terhadap branding
branding. Di kota Solo terdapat dua jalan adalah pada bidang kuliner yang mana kota
utama yaitu jalan dr. Radjiman dan jalan Solo memiliki beragam jenis makanan khas
Slamet Riyadi. Di sekitar jalan Radjiman yang dapat menarik wisatawan berkunjung ke
merupakan kawasan warisan budaya yang Solo, beberapa makanan khas yang menjadi
memiliki nilai sejarah, sedangkan jalan Slamet primadona di kota Solo yaitu Sego Liwet,
Riyadi dibangun oleh kolonial Belanda yang Serabi Notosuman, Wedang Asle dan Selat
memberikan akses pada kehidupan modern. Solo. Berdasarkan potensi kebudayaan historis,
Selain itu, Pasar Klewer sebagai pasar atraksi-atraksi yang disuguhkan, dan
bersejarah di Solo dan pada awalnya adalah penyediaan wisata kuliner yang menarik ini
tempat dimana masyarakat daerah kerajaan mampu membuat kota Solo dikenal oleh
berkumpul dan melakukan transaksi masyarakat luas juga sesuai dengan strategi
perdagangan. Disisi lain terdapat empat desa yang dipaparkan oleh Dinas Pariwisata Kota
tradisional yaitu: Laweyan Desa Batik, Desa Surakarta. Maka, branding yang dilakukan
Wisata Sondakan, Kemlayan Desa Seniman, juga dapat dikatakan sebagai upaya pemerintah
dan Kauman sebagai Desa Muslim. Disisi lain kota Solo untuk melestarikan budaya dan
terdapat bangunan bersejarah lainnya seperti warisan yang dimiliki oleh kota Solo.
Masjid Agung Surakarta, Klenteng Tien Kok Promosi tagline “Solo The Spirit Of
Sie, Gereja St. Petrus, Vihara Am Po Kian, dan Java” tidak hanya dilakukan dalam penyajian
Sahasra Adhi Pura sebagai bentuk keragaman atraksi kebudayaan akan tetapi juga dilakukan
budaya dan kepercayaan di Solo. Hal – hal melalui media cetak (brosur), media digital
tersebut juga berpengaruh terhadap branding seperti media sosial, media elektronik (televisi,
kota Solo. Branding tagline “Solo The Spirit radio), dan website. Media sosial yang
of Java” menghasilkan peluang mengenai digunakan yaitu Instagram (@pariwisatasolo),
keunikan sejarah yang memperkuat ruang Facebook, dan Twitter (@agendasolo,
kotanya. “Solo The Spirit Of Java” merupakan @aboutsurakarta, @pemkotsolo), serta pada
parent branding, sehingga kota Solo memiliki website-website resmi milik dinas di kota Solo,
beberapa sub-branding yaitu Solo Kota selain itu juga menggunakan Active Marketing
Budaya, Solo Kota Pariwisata, Solo Kota yaitu dalam bentuk talkshow. Branding yang
Ekonomi, Solo Kota Kreatif, Solo Kota Batik, dilakukan adalah dengan mencantumkan
Solo Eco Cultural City, Solo Kota MICE, Solo gambar slogan dan memberikan informasi-
Kota Festival, Solo Kota Vokasi, Solo Kota informasi terkini terkait kota Solo dan event-
Seni, Solo Kota Kuliner, Solo Future Is Solo event yang akan dan sedang berlangsung di
Past. Strategi branding yang dilakukan oleh kota Solo. Untuk mendongkrak kesuksesan
pemerintah kota Solo yaitu dengan cara branding kini Solo memiliki aplikasi bernama
menitikberatkan pada peningkatan “Solo Destination” yang bertujuan untuk
penyelenggaraan event dan atraksi-atraksi seni memudahkan masyarakat dan pengguna atau
budaya berskala nasional dan internasional pengunjung kota Solo dalam memperoleh
secara rutin. Implementasi branding “Solo the informasi dan mendapatkan layanan secara
Spirit of Java” dilakukan melalui kegiatan- efektif dan efisien. Dengan segala
kegiatan berbasis budaya seperti Solo Batik keanekaragaman budaya dan keunikan yang
Carnival untuk mengenalkan Solo sebagai kota disuguhkan kota Solo berhasil meningkatkan
Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)
250 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020
jumlah wisatawan sejak tahun 2015 hingga mereka sendiri (Purnomo, 2011). Konsistensi
2019. Sampai dengan September 2019 jumlah tersebut tercermin dari peran pemerintah kota
wisatawan mencapai 3.665.811 wisatawan Solo dalam mendukung event-event budaya
yang terdiri dari 22.934 wisatawan asing, dan dan seni yang dilakukan oleh pihak internal
3.642.877 wisatawan domestik (Wasita, 2019). maupun eksternal pemerintah, juga melalui
Sementara itu, dalam penelitian (Wiyana et al., penyediaan informasi terkait event secara up to
2018) diakatakan bahwa para wisatawan yang date. Maka, dalam proses city branding ini
mengetahui tagline “Solo The Spirit of Java” merupakan bentuk fase coherence.
hanya sebanyak 36%, sebanyak 84% Dengan demikian, city branding di
menyatakan bahwa Solo dikenal sebagai kota Kota Solo dengan tagline “Solo The Spirit Of
Budaya, 94% menyatakan Batik Solo lebih Java” dapat dikatakan berhasil dengan
istimewa dibanding kota lain, kemudian 95% berbagai penyajian atraksi budaya dan
wisatawan menyatakan masih banyaknya optimalisasi potensi yang dimiliki dari
kuliner tradisional Solo, dan 88% menyatakan berbagai sektor serta memaksimalkan nilai-
bahwa penduduk lokal memiliki sikap yang nilai yang terkandung dalam tagline tersebut.
ramah kepada pengunjung. Dalam Meskipun, peningkatan kunjungan wisatawan
melaksanakan strategi pemasaran, pemerintah tidak secara signifikan tetapi dapat dikatakan
kota Solo bersama-sama stakeholder lain cukup berhasil. Disisi lain proses
berperan aktif bahkan melibatkan beberapa pemasarannya juga didukung oleh
pihak yang sesuai dengan bidangnya mulai pemanfaatan teknologi informasi dan
dari komunitas, swasta. Dalam proses city komunikasi yang baik sehingga menghasilkan
branding hal tersebut merupakan bentuk dari informasi yang baik, aktual, terkini, dan
fase communication. menarik bagi pembaca.
Selain penyajian atraksi budaya dan
kuliner dalam pengembangan branding Tabel 1. Peningkatan Jumlah Wisatawan
tentunya perlu dibarengi dengan adanya sarana Kota Solo
dan prasarana yang memadai untuk menunjang
Jumlah
kenyamanan dan keamanan para wisatawan
Wisatawan
yang berkunjung. Hal itu tercermin dengan Tahun
adanya ketersediaan fasilitas seperti adanya Do Int
mestik ernasional
travel agent, hotel atau penginapan,
transportasi umum, dan fasilitas lainnya. 4. 36.
2015
106.239 546
Terdapat dua transportasi umum di kota Solo
yaitu Batik Solo Trans dan Bus 4. 33.
2016
361.868 682
Werkudorodimana bus Werkudoro memberi
sisi keunikan tersendiri karena 4. 76.
2017
383.430 454
memvisualisasikan wayang Werkudoro pada
badan bus. Sehingga, hal tersebut juga menjadi 4. 38.
2018
daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung. 657.283 537
Pariwisata Daerah Surakarta (BPPDS). Widodo, B., & Setiansah, M. (2014). Strategi
E-Journal Undip. Pencitraan Kota (City Branding)
Insch, A. (2011). Branding the City as an Berbasis Kearifan Lokal (Studi Kasus
Attractive Place to Live. In City Di Kota Solo, Jawa Tengah Dan
Branding (pp. 8-14). Kabupaten Badung, Bali). Jurnal
Doi:10.1057/9780230294790_2 Komunikasi PROFETIK, 7(2).
Krisnawati, E. (2015). Citra Pesona Kota Nursanty, E., Syahbana, J. A., & Suprapti, A.
Surakarta Dalam Upaya Mewujudkan (2018). Using City Branding as the
Destinasi Wisata Terkait Obyek Wisata Part of the Intersection Point of
Yang Ada. Jurnal Teknik Sipil dan Modernization and Tradition. Case
Arsitektur, 16(20). Study: Surakarta City (Solo),
Mazida, R. A., & Gunawijaya, J. (2018). SIPA Indonesia. SHS Web of Conferences,
"community": Sebuah NGO (Non- 41, 04001. EDP Sciences.
Governmental Organization) Dibalik Wiyana, T., Putranto, T. S., Zulkarnain, A., &
Keberhasilan Penyelenggaraan SIPA Kusdiana, R. N. (2018). i. IOP
(Solo International Performing Arts). Conference Series: Earth and
FISIP UI. Environmental Science, 126, 012200.
Mirzaqon T, A., & Purwoko, B. (2017). Studi IOP Publishing.
Kepustakaan Mengenai Landasan Adelina, S. (2015). Implementasi City
Teori Dan Praktik Konseling Branding Kota Solo Demi Menjamin
Expressive Writing. Bimbingan dan Keberlangsungan Slogan The Spirit Of
Konseling. Java.
Muktiali, M. (2011). Kaji Banding City Arifin, M., Eny, S., Sos, S., & Si, M. (2018).
Branding Kota Semarang Dengan Cyber Branding Solo International
Kota Di Indonesia (Solo & Surabaya) Performing Arts (Sipa) Melalui
Dan Kota Dunia (Kota Amsterdam). Instagram Dalam Mempertahankan
Seminar Nasional City Branding. Brand Awareness Pengunjung (PhD
Nugroho, A., Purwasito, A., & Sofiah, S. Thesis). IAIN Surakarta.
(2014). Slogan Solo The Spirit Of Java Nasirudin, M. (2017). Efektivitas Digital
Sebagai Promosi Pemerintah Kota Solo Branding Dalam Pencitraan Kota
Untuk Go International ( Implementasi (Studi Korelasi Antara Efektivitas
Penggunaan Slogan “Solo, The Spirit Digital Branding# kotasolo dengan
of Java” dalam Strategi City Branding Pencitraan Kota Surakarta di
Kota Solo Melalui Penyelenggaraan Instagram Menurut Followers@
Event Kebudayaan Tahun 2012) Jurnal kotasolo_fp). (PhD Thesis). Universitas
Kommas. Sebelas Maret.
Purnomo, E. P. (2011). The stakeholders’ Nursanty, E., Suprapti, A., & Syahbana, J. A.
analysis and development indicator of (2017). The application of tourist gaze
sustainability on the community theory to support city branding in the
project. planning of the historic city Surakarta,
Ramadhan, A. H., Suharyono, S., & Kumadji, Indonesia. Place Branding and Public
S. (2015). Pengaruh City Branding Diplomacy, 13(3), 223–241.
Terhadap Minat Berkunjung Serta Parahita, A. (2017). Aktivitas Komunikasi City
Dampaknya Pada Keputusan Branding Kota Solo Sebagai Kota
Berkunjung (Survei Pada Wisatawan Kreatif (Studi Kasus Aktivitas
Kota Surabaya 2015). Jurnal Komunikasi City Branding Kota Solo
Administrasi Bisnis (JAB), 28(1). sebagai Kota Kreatif oleh Dinas
Swarbrooke, J., & Horner, S. (2007). Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Consumer Behaviour In Tourism. Surakarta dan Solo Creative City
Routledge.
Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)
254 Jurnal Ilmu Pemerintahan Widya Praja, Volume 46 No. 1, Mei 2020
Network) (PhD Thesis). Universitas City Branding Kota Solo (PhD Thesis).
Sebelas Maret. Universitas Gadjah Mada.
Pratama, B. S., Santoso, B., & Sos, S. (2018). Rahayu, A. (2015a). Strategi Komunikasi
Peran Public Relation Dalam Pemasaran Kota Solo sebagai
Membangun Citra Kota (Studi destinasi MICE (Meeting, Incentive
Deskriptif Kualitatif Peran Humas Trip, Conference, Exhibition) (PhD
Kota Surakarta Dalam Membangun Thesis). UNS (Sebelas Maret
Solo Sebagai Kota Budaya) (PhD University).
Thesis). Universitas Muhammadiyah Rahayu, A. (2015b). t (PhD Thesis). UNS
Surakarta. (Sebelas Maret University).
Puspitasari, C. P., & Saputro, E. P. (2017). Perdana. (2019, February 17). Solo Nyaman
Strategi City Branding Kota Surakarta Dihuni, tapi... Radar Solo. Retrieved
Melalui Instagram@ agendasolo (PhD from radarsolo.jawapos.com
Thesis). Universitas Muhammadiyah Wasita, A. (2019, November 11). Jumlah
Surakarta. Wisatawan ke Solo Sejak 2015 Terus
PUTRI, S. P. (2017). Pengaruh Citra Pasar Meningkat. Antara Jateng. Retrieved
Tradisional Terhadap Keberhasilan from jateng.antaranews.com
Dinamika City Branding Kota Surakarta Dalam Menarik Minat Berkunjung Wisatawan
(Dyah Ayu Pandansari, Eko Priyo Purnomo, dan Aulia Nur Kasiwi)