Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL PENELITIAN

UPAYA PENINGKATAN BRAND AWARENESS DENGAN METODE


DESTINATION BRANDING PADA KAWASAN CAGAR BUDAYA
TROWULAN, MOJOKERTO, JAWA TIMUR

Disusun guna memenuhi nilai Ujian Tengah Semester


Kapita Selekta Periklanan
Dosen pengampu: Catur Priyadi, S.Sos., M.Si., M.Ikom

Disusun oleh:

Fransiska Angelina Widiyanti


NIM 202041196

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
DKI JAKARTA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
sampai saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian yang
berjudul “Upaya Peningkatan Brand Awareness Dengan Metode Destination Branding
Pada Kawasan Cagar Budaya Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur” dengan tepat waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Catur Priyadi, S.Sos., M.Si., M.Ikom selaku dosen
mata kuliah Kapita Selekta Periklanan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr.
Moestopo (Beragama) yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses belajar
berlangsung. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penulisan proposal penelitian ini.

Adapun tujuan proposal penelitian ini disusun yakni untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kapita Selekta Periklanan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
tentang pentingnya destination branding pada kawasan cagar budaya atau kawasan wisata
lainnya.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun penulis harapkan guna perbaikan penyusunan kedepannya. Semoga
proposal ini dapat memberikan manfaat. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Jakarta, 05 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………..……………………………………………………….... 2

DAFTAR ISI…………………..……………………………………………………………...3

BAB I: PENDAHULUAN…………………………………………………………………....4

1. 1 Latar Belakang………………………………………………………...….…….4

1. 2 Fokus Masalah….………………………..………………...……………………5

1. 3 Rumusan Masalah………………..……………………………………………..5

1. 4 Tujuan Penelitian……..…………………………………………………………5

BAB II: LANDASAN TEORI……….....…………………………………………………....6

2. 1 Penelitian Terdahulu……….………..…………………………………………..6

2. 2 Pengertian Kawasan Cagar Budaya dan Wisata …………..……………………6

2. 3 Pengertian Branding………………..…………...…………………..…………..7

2. 4 Branding Destination…………………………………….……………………..8

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN……………………..…………………………11

3. 1 Jenis Penelitian………………………………………………………………...11

3. 2 Subjek dan Objek Penelitian…………………………………………………...11

3. 3 Variabel Penelitian……………………………………………………………...11

3. 4 Populasi dan Sampel….………………………………………...……………...12

3. 5 Teknik Pengambilan Sampel…………………………………………………...12

3. 6 Sumber Data……………………………………………………………………13

3. 7 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………………...14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG PENELITIAN


Menjadi salah satu negara berkembang di Asia Tenggara, warga Indonesia
sudah sepatutnya bangga akan ragam kekayaan yang dimiliki hingga saat ini.
Kekayaan yang berlimpah ruah mulai dari budaya, bahasa, alam, sumber daya
manusia (SDM), hingga warisan budaya turun menurun yang masih terjaga
keasliannya hingga saat ini. Saat ini, Indonesia terkenal pula akan keindahan alam
serta warisan cagar budayanya. Maka dari itu, tak heran banyak wisatawan turis yang
berbondong-bondong datang ke Indonesia untuk turut merasakan keindahan Indonesia
dari dekat.

Tak pelak hal nya keindahan alam yang berlimpah, warisan cagar budaya
Indonesia yang masih terjaga dan terawat hingga saat ini juga menarik perhatian
warga dunia. Salah satu warisan tersebut adalah Kawasan Cagar Budaya Trowulan
yang bertempat di Mojokerto, Jawa Timur. Kawasan Trowulan merupakan satu dari
18 situs budaya Indonesia yang saat ini masih dalam proses pengajuan sebagai situs
warisan dunia UNESCO. Meski begitu, Trowulan sendiri telah menyandang status
sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional serta Destinasi Pariwisata Nasional.

Sepanjang sejarahnya, Trowulan menyimpan banyak kekayaan budaya yang


masih dapat digali dan dipelajari lebih mendalam. Kekayaan budaya tersebut bersifat
tangible heritage, ada pula yang bersifat intangible heritage. Ada banyak peninggalan
seperti artefak hingga bangunan arsitektur dari masa Kerajaan Majapahit yang tidak
berubah bentuk dan wujudnya. Selain itu, setiap tahunnya kawasan ini juga rutin
mengadakan festival kebudayaan sebagai wujud aktivasi pariwisatanya.

Disamping berbagai kekayaan nilai budaya dan pesona yang menarik minat
wisatawan, tak dapat dipungkiri bahwa kawasan ini masih memiliki beragam
permasalahan yang perlu dituntaskan segera seperti penurunan pengunjung hingga
32.705 wisatawan per tahunnya. Mengingat besarnya potensi Kawasan Cagar Budaya

4
Trowulan serta diiringi terus menurunnya jumlah wisatawan, tentu hal ini perlu
perhatian khusus serta solusi agar hal tersebut tidak terus terjadi.

Berdasarkan data dari Pusat Informasi Majapahit menyebutkan bahwa hal


yang menyebabkan penurunan pengunjung setiap tahunnya adalah karena masih
kurangnya media promosi yang digunakan untuk mempromosikan candi-candi yang
ada di situs tersebut baik secara offline maupun online. Tidak hanya itu, jarak antar
lokasi yang berjauhan juga menyebabkan belum adanya sistem branding yang
menghubungkan semua spot wisata di kawasan tersebut.

Oleh sebab itu, berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan diatas,


Kawasan Cagar Budaya Trowulan memerlukan adanya penataan sistem branding
secara ulang dengan menggunakan metode destination branding yang diperkirakan
dapat meningkatan kesadaran masyarakat atau brand awareness pada Kawasan Cagar
Budaya Trowulan tersebut.

1. 2 FOKUS MASALAH
Peningkatan kesadaran merek atau brand awareness pada Kawasan Cagar
Budaya Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur guna menekan penurunan wisatawan serta
menjadikan kawasan wisata tersebut menjadi lebih tertata serta memudahkan akses
bagi pengunjung.

1. 3 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan jabaran latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka
rumusan masalah dari bahasan ini adalah bagaimana merancang destination branding
Kawasan Cagar Budaya Trowulan sebagai upaya meningkatkan brand awareness
pada masyarakat?

1. 4 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penyusunan proposal penilitian destination branding pada
Kawasan Cagar Budaya Trowulan, Mojokerto adalah untuk meneliti dan mengetahui
upaya peningkatan brand awareness di masyarakat serta sebagai bentuk pengajuan
kajian lebih dalam mengenai potensi-potensi lain dari kawasan tersebut.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2. 1 PENELITIAN TERDAHULU
Sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan rancangan destinaton branding
Kawasan Cagar Budaya Trowulan, penulis menggunakan literatur atau penelitian
terdahulu agar dapat mencapai hasil yang lebih baik.

Penelitian pertama berangkat dari jurnal penelitian oleh Muhammad Adam


Alamsyah, seorang mahasiswa Universitas Dinamika, Surabaya dengan judul
“Perancangan Destination Branding Desa Jatipasar Sebagai Upaya Meningkatkan
Brand Awareness” (2023) . Dalam penelitiannya tersebut, Muhammad Adam
Alamsyah merancang destination branding Desa Jatipasar dengan membuat brand
identity guna memperkenalkan desa tersebut sebagai desa yang kaya akan sejarah
peninggalan Kerajaan Majapahit serta seni budaya kepada masyarakat.

Lalu penelitian kedua berasal dari penelitian yang dilakukan oleh Mahdi
Ramdani, seorang mahasiswa Universitas Dinamika, Surabaya dengan judul
“Perancangan Destination Branding Desa Wisata Aik Berik di Kabupaten Lombok
Tengah Sebagai Upaya Meningkatkan Brand Awareness” (2020). Dalam penelitian itu
pula, Mahdi Ramdani merancang destination branding Desa Wisata Aik Berik guna
memperkenalkan keindahan alam serta ekowisata dari kawasan tersebut. Adapun
permasalahan dalam penelitian tersebut adalah minimnya fasilitas promosi milik desa
wisata Aik Berik sehingga jumlah wisatawan dari tahun ke tahun terus mengalami
penurunan.

Persamaan dari dua penelitian sebelumnya dengan penelitian kali ini adalah
merancang destination branding sebagai upaya meningkatkan brand awareness.

2. 2 PENGERTIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA DAN WISATA


Menurut undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya bab 1
pasal 1 ayat 1 (2010) menjelaskan bahwa cagar budaya adalah warisan budaya
bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur

6
Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di
air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah,
ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses
penetapan. Sementara itu, berdasarkan undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Cagar Budaya bab 1 ayat 6 (2010) mengatakan bahwa kawasan cagar budaya adalah
satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih yang
letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang yang khas.

Berangkat dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kawasan cagar


udaya merupakan sebuah kawasan yang memiliki situs cagar budaya yang saling
berdekatan dan harus dilestarikan keberadaannya karena adanya nilai penting sejarah,
ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan. Pelestarian situs-situs
tersebut penting dilakukan agar kawasan tersebut tetap dapat dikunjungi serta terjaga
kelestariannya.

Oleh sebab itu, dibentuklah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2021 tentang Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Bangunan Gedung Cagar Budaya yang Dilestarikan. Pelestarian
kawasan tersebut guna mempertahankan keberadaan serta nilainya dengan cara
melindungi, memanfaatkan, mengembangkan potensi dari kawasan tersebut.

Sementara itu, pengertian wisata sendiri menurut undang-undang Nomor 10


Tahun 2009 tentang Kepariwisataan bab 1 pasal 1 (2009) menyatakan bahwa wisata
adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi suatu tempat tententu dengan tujuan rekreasi, pengembangan pribadi,
atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Jadi secara sederhananya wisata mengandung empat unsur yakni kegiatan
perjalanan, dilakukan atas dasar keinginan pribadi atau sukarela, bersifat sementara,
perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya
tarik wisata.

2. 3 PENGERTIAN BRANDING
Secara etimologis, branding berasal dari kata brand yang memiliki arti merek
atau tanda. Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2006) branding merupakan nama,

7
istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari semuanya yang dimaksudkan
untuk mengidentifikasi barang atau jasa atau kelompok penjual dengan untuk
membedakannya dari barang atau jasa pesaing. Maka dari itu, branding adalah
kegiatan membangun persepsi dan kepercayaan publik terhadap sebuah brand. Tujuan
hadirnya brand digunakan brand mudah diidentifikasi, dipercaya, serta dapat
dibedakan dengan produk lain (Rustan, 2021).

Meskipun terkesan hal yang sama, pada dasarnya istilah brand dan branding
adalah dua hal yang berbeda. Menurut Aaker dalam Citranuari Sekar Jingga (2015)
pengertian merek atau brand adalah suatu nama dan/atau simbol yang mana bersifat
dengan guna untuk dapat membedakan sebuah logo, cap, dan kemasan atau yang
lainnya yang bermaksud untuk mengidentifikasi atau mengetahui suatu barang atau
juga suatu jasa dari penjual sebuah produk tertentu.

Sedang istilah branding menurut Wirani Swasty dalam bukunya yang berjudul
Branding: Memahami dan Merancang Strategi (15:2016) mengatakan bahwa
branding adalah suatu program yang mengkhususkan atau memfokuskan dan
memproyeksikan nilai-nilai merek. Dalam program ini terdapat penciptaan perbedaan
antara produk dan pelanggan dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Jadi
jika disimpulkan, branding merupakan keseluruhan proses dalam memilih unsur,
nilai, hingga janji apa yang dimiliki oleh sebuah entitas perusahaan yang
membutuhkan proses disiplin dalam usahanya membangun kesadaran serta
memperkuat loyalitas pengguna.

2. 4 DESTINATION BRANDING
Menurut Morisson & Anderson (2002), destination branding adalah proses
yang digunakan untuk mengembangkan identitas dan kepribadian yang berbeda dari
semua destinasi yang kompetitif. Adanya branding berguna untuk mengidentifikasi
serta membedakan kombinasi elemen merek sebuah perusahaan dengan perusahaan
lain. Disamping itu, branding juga digunakan untuk membangun citra positif (Cai,
2000). Konsep branding pada pariwisata menurut Kavaratzis adalah dengan
menjadikan sebuah kota sebagai destinasi atau kota tujuan wisata dari masyarakat
lokal, nasional, hingga internasional. Sangat memungkinkan bagi sebuah kota untuk

8
mengelola potensi pariwisata yang dimiliki daerahnya sebagai identitas dan
karakteristik unik kota tersebut.

Melalui destination branding memudahkan pengunjung dalam megidentifikasi


satu destinasi dengan destinasi wisata di daerah lain. Selain itu, hal ini dapat
memberikan nilai lebih pada sebuah destinasi. Walau tak dapat dipungkiri, dengan
menggunakan destination branding, masyarakat akan cenderung berekspetasi tinggi
dan berharap mendapatkan pengalaman menyenangkan selama berada di situs
tersebut.

Menurut Das Gupta (2011), terdapat delapan prinsip destination branding yang
umum diikuti, antara lain:
a) Purpose and potential
Menciptakan nilai suatu wilayah, kota, atau negara dengan menyelaraskan
pesan sesuai dengan tempat juga visi yang kuat, khas, serta strategis dengan
membuka potensi, investasi, iklan yang hemat biaya serta kuat agar diingat
dan dapat meningkatkan reputasi.
b) Truth
Kadang kala sebuah destinasi mengalami penurunan citra hingga berada pada
tahap tertinggal, tidak seimbang, hingga tidak adail. Maka dari itu, tugas
destination branding lah yang memastikan agar gambar masyarakat boleh
mendapatkan kembali informasi atau gambaran yang benar, lengkap, dan
kontemporer dalam komunikasi secara terfokus dan efektif tersebut.
c) Aspiration and betterment
Menyajikan visi yang terpercaya, menarik, dan berkelanjutan untuk masa
depan serta tegas dalam konteks masa depan bersama.
d) Inclusiveness and common good
Destination branding harus digunakan untuk pencapaian masyarakat, tujuan
politik, dan ekonomi.
e) Connectivity
Destination branding menghubungkan seseorang dengan lembaga atau
perorangan dengan tujuan akan melahirkan suatu strategi brand atau branding
yang baik. Dalam hal ini tentunya dapat membantu menyatukan pemerintah,

9
sektor swasta, dan organisasi non pemerintah untuk merangsang keterlibatan
dan partisipasi penduduk.
f) Things take time
Merancang strategi destination branding yang tepat dan melaksanakannya
secara menyeluruh tentu membutuhkan waktu, usaha, kesabaran, serta
kebijaksanaan. Apabila semua dilakukan dengan benar, maka hal ini akan
menjadi keuntungan jangka panjang.
g) Creativity and innovation
Destination branding harus membebaskan, membantu, hingga mengarahkan
bakat dan keterampilan penduduk dan mempromosikan ini untuk mencapai
inovasi dalam pendidikan, bisnis, dan pemerintahan.
h) Complexity and simplicity
Realitas destinasi yang seringkali merupakan hal rumit dan sering
bertentangan, namun esensi branding yang efektif adalah kesederhanaan dan
kelangsungan. Dalam hal ini keanekaragaman tempat dan orang diharapkan
masih mampu mengkomunikasikan destination branding ke seluruh dunia
dengan cara yang jujur, mudah diingat, serta menarik.

10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. JENIS PENELITIAN


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei
yang bersifat kuantitatif. Menurut Kerlinger (dalam Sugiyono, 2012:12), penelitian
survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data
yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga
ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel
sosiologis maupun psikologis.

3.2. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN


1. Subjek Penelitian
M.Idrus (2009), Subjek penelitian adalah bagian individu, benda, atau
organisme yang menjadi sumber informasi yang dibutuhkan oleh seorang
peneliti dalam pengumpulan jenis data penelitian. Subjek penelitian yang akan
diteliti adalah pengunjung Kawasan Cagar Budaya Trowulan berusia 15-45
tahun baik pria maupun wanita.
2. Objek Penelitian
Sugiyono (2014:20) menjelaskan bahwa objek di dalam riset adalah suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan mempunyai variasi
tertentu dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Objek dalam penelitian ini adalah sikap dan tingkat minat
pengunjung terhadap Kawasan Cagar Budaya Trowulan serta masukan dan
kritik saran dari para pengunjung.

3.3. VARIABEL PENELITIAN

Identifikasi Variabel
a. Variabel Bebas (Independent variable)
Variabel bebas merupakan variabel yang keberadaannya mempengaruhi besar
atau kecilnya nilai dependent variable, baik secara positif maupun negatif.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah destination branding (X1).

11
b. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk
menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau
tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat pengunjung (Y).
c. Variabel Mediasi (Mediating Variable)
Variabel mediasi mengacu pada proses abstrak yang tidak secara langsung
diamati tetapi memiliki keterkaitan diantara variabel bebas dan terikat. Variabel
Mediasi dalam penelitian ini adalah sikap pengunjung(X2).

3.4. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi
Menurut Sugiyono (2012:119), populasi merupakan wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung atau
wisatawan Kawasan Cagar Budaya Trowulan baik itu pria maupun wanita
berusia 15-45 tahun.

2. Sampel
Arikunto (2006:131) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian atau sebagai
wakil populasi yang kana diteliti. Apabila penelitian yang dilakukan sebagian
dari populasi maka bisa di bilang penelitian tersebut penelitian sampel.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei dengan jumlah sampel
minimum untuk penelitian survei ini adalah 1000 responden.

3.5. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan jenis sampling


non-probability. Menurut Supardi (1993) teknik sampling jenis ini sesuai apabila
dipilih untuk populasi yang sifatnya infinit atau besaran anggota populasinya belum
atau tidak dapat ditentukan terlebih dahulu sebelumnya. Macam dari teknik

12
pengambilan sampel jenis ini antara lain quota sampling, teknik pengambilan sampel
ini dilakukan dengan menentukan kuota atau jumlah dari sampel penelitian terlebih
dahulu. Prinsip penentuannya sama dengan accidental sampling. Tetapi peneliti
menetapkan terlebih dahulu jumlah sampel yang akan diperlukan.

3.6. SUMBER DATA

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang
merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan oleh peneliti. Adapun data
primer yang diperoleh secara langsung dari subjek yang diteliti melalui kuesioner.
Data primer secara khusus dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Penulis mengumpulkan data primer dengan metode kuesioner dan juga metode
observasi. Metode kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya,
dapat diberikan secara langsung atau angket survei digital atau internet. Jenis angket
ada dua, yaitu tertutup dan terbuka. Kuesioner yang digunakan dalam hal ini adalah
kuesioner tertutup yakni kuesioner yang sudah disediakan jawabannya, sehingga
responden tinggal memilih dan menjawab secara langsung. (Sugiyono, 2008:142)

Penulis melakukan wawancara kepada para pengunjung atau wisatawan Kawasan


Cagar Budaya Trowulan baik itu pria maupun wanita berusia 15-45 tahun.

Kemudian penulis juga melakukan pengumpulan data dengan metode observasi.


Menurut (Sugiyono, 2013:145) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan.

Berdasarkan pengertian observasi menurut beberapa pendapat para ahli yang telah
dikemukakan, bahwa lembar observasi merupakan metode pengumpulan data dengan
cara mengamati dan mencatat aspek-aspek yang diteliti atau diselidiki secara
sistematis, logis, objektif, dan rasional dari berbagai fenomena, baik dalam situasi
yang sebenarnya maupun di dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.

13
3.7. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik Angket
dan Kuesioner. Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab nya. Angket ini digunakan untuk memperoleh data
tentang minat dan penilaian pengunjung atau wisatawan Kawasan Cagar Budaya
Trowulan terhadap aksesibilitas kawasan ini serta kemudahan mereka dalam
memperoleh informasi mengenai situs ini.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang bersifat tertutup,
dimana responden tidak diberikan kesempatan untuk memberikan jawaban dengan
kata-kata sendiri. Responden hanya memberi tanda ( √ ) pada jawaban yang
disediakan. Penggunaan angket diharapkan akan memudahkan bagi responden dalam
memberikan jawaban, karena alternatif jawaban telah tersedia sehingga menjawabnya
cukup memerlukan waktu yang singkat.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert, yaitu skala yang berisi
lima pilihan jawaban. “Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial” (Sugiyono, 2009:93)

Alternatif jawaban berupa kolom check list (√). Pada setiap pernyataan dalam
instrumen disediakan lima pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju,
tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka
jawaban responden diberikan skor, sebagai berikut :

1. Skor 5 jika jawaban sangat setuju


2. Skor 4 jika jawaban setuju
3. Skor 3 jika jawaban kurang setuju
4. Skor 2 jika jawaban tidak setuju
5. Skor 1 jika jawaban sangat tidak setuju.

14

Anda mungkin juga menyukai