Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL PENELITIAN

PERANCANGAN DESTINATION BRANDING PADA DESA


KEMUNING, KABUPATEN KARANGANYAR, JAWA TENGAH
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BRAND AWARENESS

Disusun guna memenuhi nilai Ujian Akhir Semester


Kapita Selekta Periklanan
Dosen pengampu: Catur Priyadi, S.Sos., M.Si., M.Ikom

Disusun oleh:

Fransiska Angelina Widiyanti


NIM 202041196

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
DKI JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
sampai saat ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian yang
berjudul “Perancangan Destination Branding pada Desa Kemuning, Kabupaten
Karanganyar, Jawa Tengah Sebagai Upaya Meningkatkan Brand Awareness” dengan
tepat waktu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Catur Priyadi, S.Sos., M.Si., M.Ikom selaku dosen
mata kuliah Kapita Selekta Periklanan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr.
Moestopo (Beragama) yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama proses belajar
berlangsung. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penulisan proposal penelitian ini.

Adapun tujuan proposal penelitian ini disusun yakni untuk memenuhi nilai ujian akhir
semester (UAS) mata kuliah Kapita Selekta Periklanan. Selain itu, makalah ini bertujuan
untuk menambah wawasan tentang pentingnya destination branding pada kawasan cagar
budaya atau kawasan wisata lainnya.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun penulis harapkan guna perbaikan penyusunan kedepannya. Semoga
proposal ini dapat memberikan manfaat. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Jakarta, 06 Juli 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………..……………………………………………………….... 2

DAFTAR ISI…………………..……………………………………………………………...3

BAB I: PENDAHULUAN…………………………………………………………………....4

1. 1 Latar Belakang………………………………………………………...….…….4

1. 2 Fokus Masalah….………………………..………………...……………………5

1. 3 Rumusan Masalah………………..……………………………………………..5

1. 4 Tujuan Penelitian……..…………………………………………………………5

BAB II: LANDASAN TEORI……….....…………………………………………………....6

2. 1 Penelitian Terdahulu……….………..…………………………………………..6

2. 2 Pengertian Kawasan Wisata …………..……………………..…………………6

2. 3 Pengertian Branding………………..…………...…………………..…………..7

2. 4 Branding Destination…………………………………….……………………..8

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN……………………..…………………………11

3. 1 Jenis Penelitian………………………………………………………………...11

3. 2 Subjek dan Objek Penelitian…………………………………………………...11

3. 3 Variabel Penelitian……………………………………………………………...11

3. 4 Populasi dan Sampel….………………………………………...……………...12

3. 5 Teknik Pengambilan Sampel…………………………………………………...12

3. 6 Sumber Data……………………………………………………………………13

3. 7 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………………...14


BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Peran sektor pariwisata Indonesia dalam menunjang pembangunan nasional


terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Kemanparekraf pada tahun 2020,
terbukti sektor pariwisata merupakan salah satu sektor andalan guna memperoleh
devisa dari penghasilan non-migas. Disamping itu, pariwisata juga mendorong
bidang-bidang strategis lainnya untuk ikut berperan dalam pembangunan nasional,
contohnya seperti ikut menciptakan lapangan pekerjaan mendorong pelestarian dan
pengembangan budaya serta rasa cinta tanah air, mendorong pelestarian dan
penghijauan lingkungan, dan pengembangan sarana pendidikan. Menjadi industri jasa
yang padat karya, tentu saja sektor ini memberikan sumbangan besar bagi pemerataan
pembangunan di Indonesia.

Pariwisata di Indonesia sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan beragam


cara, salah satunya melalui pengembangan potensi sumber daya wisata yang dimiliki
seperti wisata alam, wisata budaya, hingga wisata buatan yang sengaja dibuat untuk
aktivitas wisata (Bagunda, 2016). Obyek-obyek tersebut dikunjungi oleh masyarakat
dengan beragam tujuan mulai dari bersantai, belajar kebudayaan, bermain, melihat
benda peninggalan masa lampau, hingga sekedar merasakan panorama alam dan
lingkungan sekitar.

Objek wisata Desa Kemuning yang terletak di Kecamatan Ngargoyoso,


Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah ini juga memberikan kontribusi
terhadap daerahnya dengan mengandalkan obyek wisata yang dimilikinya, mulai dari
kebun teh, komunitas jeep, arum jeram, hingga olahraga paralayang. Tak hanya itu,
sumber daya alam, fasilitas, hingga sarana dan prasarana rekreasi yang telah
disediakan juga meningkatkan pendapatan asli daerah melalui retribusi pengunjung.
Namun sayangnya, dalam kurun beberapa tahun terakhir ini kawasan tersebut
mulai menunjukkan kemunduran yang dapat dilihat dari segi fasilitas hingga
keterjangkauan akses menuju lokasi. Hal ini diperparah pula dengan kurangnya
kesadaran masyarakat umum khususnya daerah Jawa Tengah akan besarnya potensi
kekayaan wisata alam di daerah tersebut. Maka dari itu, berdasarkan uraian singkat
diatas, dapat kami simpulkan bahwa akan bermanfaat dan menarik apabila hal ini
dapat diangkat dan dapat dicari solusi dari permasalahan tersebut.

1. 2 FOKUS MASALAH
Peningkatan kesadaran merek atau brand awareness pada Kawasan Wisata
Desa Kemuning, Kec. Ngargoyoso, Kab. Karanganyar, Jawa Tengah guna menekan
penurunan wisatawan serta menjadikan kawasan wisata tersebut menjadi lebih tertata
dan memberikan kemudahan akses bagi pengunjung.

1. 3 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan jabaran latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka
rumusan masalah dari bahasan ini adalah bagaimana merancang destination branding
Kawasan Wisata Desa Kemuning, Kec. Ngargoyoso, Kab. Karanganyar, Jawa Tengah
sebagai upaya meningkatkan brand awareness pada masyarakat?

1. 4 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penyusunan proposal penilitian destination branding pada
Kawasan Wisata Desa Kemuning, Kec. Ngargoyoso, Kab. Karanganyar, Jawa Tengah
adalah untuk meneliti dan mengetahui upaya peningkatan brand awareness di
masyarakat serta sebagai bentuk pengajuan kajian lebih dalam mengenai
potensi-potensi lain dari kawasan tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI

2. 1 PENELITIAN TERDAHULU
Sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan rancangan destinaton branding
Kawasan Wisata Desa Kemuning, Kec. Ngargoyoso, Kab. Karanganyar, Jawa Tengah,
penulis menggunakan literatur atau penelitian terdahulu agar dapat mencapai hasil
yang lebih baik.

NO Nama/Tahun Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian

1 Ahmad Peracangan Penelitian dimulai Hasil penelitian


Syahid Destination dengan perancangan menunjukkan bahwa
Abdulloh, Branding melalui studi literatur. upaya dan
Baroto Tavip Kawasan Cagar Kemudian dilanjut pengembangan
Indrojarwo Budaya Trowulan dengan studi branding Kawasan
sebagai Upaya eksperimental 1 Cagar Budaya
Meningkatkan (pembuatan konsep Trowulan merupakan
Brand Awareness implementasi desain pekerjaan yang
dan strategi branding, kompleks serta
serta studi observasi membutuhkan
lokasi), eksperimental sinergi dari berbagai
2 (detailing konsep dan stakeholder terkait.
sketsa visual) Selain itu,
eksperimental 3 (akhir implementasi output
proses meliput kreasi desain yang
konsep dan ditetapkan juga
implementasi desain). sesuai dan dapat
diperluas lagi selama
masih tetap
mengedepankan
kegunaan dan
pendanaan yang ada

2 Ayu Septiana, Destination Metode penelitian yang Hasil dari penelitian


Yanti Setianti, Braning Process digunakan menunjukkan bahwa
Wawan of Bengkalis menggunakan kualitatif Disparbudpora
Setiawan Regency as a dengan pendekata studi Kabupaten
Cultural Tourism kasus deskriptif Bengkalis
Destination by memperkenalkan
the Board of destinasi wisata
Tourism, Culture, budaya dengan
Youth and Sport melakukan 5 tahapan
destination
branding.

3 Cindy Lidya, Destination Metode yang Hasil penelitian


Susie Branding digunakan tersebut
Perbawasari, Kabupaten menggunakan menunjukkan bahwa
Hanny Hafiar Ciamis Oleh penelitian deskriptif dalam pelaksanaan
Dinas Pariwisata jenis data kualitatif destination branding
dan Kebudayaan dengan paradigma Kabupaten Ciamis,
Provinsi Jawa positivisme. Teknik Jawa Barat, Dinas
Barat pengumpulan data yang Pariwisata dan
digunakan meliputi Kebudayaan
wawancara mendalam, Provinsi Jawa Barat
observasi sudi pustaka, menjalankan kelima
serta studi dokumentasi tahap destination
branding yang
dikemukakan oleh
Morgan, Pritchard,
dan Pride. Adapun
dalam tahap
implementasinya,
Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Provisi
Jawa Barat perlu
melakukan
komunikasi yang
intens terhadap
seluruh komponen
pendukung
pariwisata serta terus
melakukan review
atas aktivitas agar
dapat melihat
kekurangan serta
melakukan
perbaikan.

2. 2 PENGERTIAN KAWASAN WISATA

Jika meninjau dari Undang-Undang No.10 Tahun 2009 Tentang


Kepariwisataan Bab 1 Ketentuan Umum pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa wisata
adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi,
atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. Kemudian, pada pasal 1 ayat 3 menjelaskan bahwa pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
Sementara itu, pada pasal 1 ayat 10 juga menjelaskan bahwa kawasan strategi
pariwisata merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki
potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam
satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,
pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan
dan keamanan.

Berangkat dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kawasan wisata


merupakan sebuah kawasan yang memiliki yang memiliki nilai dan fungsi yang dapat
dinikmati oleh masyarakat baik perorangan hingga kelompok untuk tujuan tersendiri
seperti rekreasi, menikmati panorama alam, belajar kebudayaan dan warisan leluhur,
hingga melihat peninggalan masa lalu. Melihat pentingnya dan besarnya potensi dari
kawasan tersebut, maka pelestarian kawasan-kawasan tersebut penting dilakukan agar
kawasan tersebut tetap dapat dikunjungi serta terjaga kelestariannya.

Suwantoro (2004: 3) mendefinisikan istilah pariwisata sebagai suatu perubahan


tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karna suatu alasan dan
bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Maka dengan itu, dapat
dikatakan bahwa perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan
antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui
sesuatu. Pariwisata hadir dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dngan
kegiatan olahraga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan, dan keperluan usaha
lainnya. Janianto Damanik dan Helmut F. Weber (2006:11) mengungkapkan bahwa
potensi wisata adalah semua obyek baik itu alam, budaya, hingga yang buatan yang
memerlukan banyak penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi
wisatawan.

2. 3 PENGERTIAN BRANDING
Secara etimologis, branding berasal dari kata brand yang memiliki arti merek
atau tanda. Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2006) branding merupakan nama,
istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari semuanya yang dimaksudkan
untuk mengidentifikasi barang atau jasa atau kelompok penjual dengan untuk
membedakannya dari barang atau jasa pesaing. Maka dari itu, branding adalah
kegiatan membangun persepsi dan kepercayaan publik terhadap sebuah brand. Tujuan
hadirnya brand digunakan brand mudah diidentifikasi, dipercaya, serta dapat
dibedakan dengan produk lain (Rustan, 2021).

Meskipun terkesan hal yang sama, pada dasarnya istilah brand dan branding
adalah dua hal yang berbeda. Menurut Aaker dalam Citranuari Sekar Jingga (2015)
pengertian merek atau brand adalah suatu nama dan/atau simbol yang mana bersifat
dengan guna untuk dapat membedakan sebuah logo, cap, dan kemasan atau yang
lainnya yang bermaksud untuk mengidentifikasi atau mengetahui suatu barang atau
juga suatu jasa dari penjual sebuah produk tertentu.

Sedang istilah branding menurut Wirani Swasty dalam bukunya yang berjudul
Branding: Memahami dan Merancang Strategi (15:2016) mengatakan bahwa
branding adalah suatu program yang mengkhususkan atau memfokuskan dan
memproyeksikan nilai-nilai merek. Dalam program ini terdapat penciptaan perbedaan
antara produk dan pelanggan dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Jadi
jika disimpulkan, branding merupakan keseluruhan proses dalam memilih unsur,
nilai, hingga janji apa yang dimiliki oleh sebuah entitas perusahaan yang
membutuhkan proses disiplin dalam usahanya membangun kesadaran serta
memperkuat loyalitas pengguna.

2. 5 DESTINATION BRANDING
Menurut Morisson & Anderson (2002), destination branding adalah proses
yang digunakan untuk mengembangkan identitas dan kepribadian yang berbeda dari
semua destinasi yang kompetitif. Adanya branding berguna untuk mengidentifikasi
serta membedakan kombinasi elemen merek sebuah perusahaan dengan perusahaan
lain. Disamping itu, branding juga digunakan untuk membangun citra positif (Cai,
2000). Konsep branding pada pariwisata menurut Kavaratzis adalah dengan
menjadikan sebuah kota sebagai destinasi atau kota tujuan wisata dari masyarakat
lokal, nasional, hingga internasional. Sangat memungkinkan bagi sebuah kota untuk
mengelola potensi pariwisata yang dimiliki daerahnya sebagai identitas dan
karakteristik unik kota tersebut.
Melalui destination branding memudahkan pengunjung dalam megidentifikasi
satu destinasi dengan destinasi wisata di daerah lain. Selain itu, hal ini dapat
memberikan nilai lebih pada sebuah destinasi. Walau tak dapat dipungkiri, dengan
menggunakan destination branding, masyarakat akan cenderung berekspetasi tinggi
dan berharap mendapatkan pengalaman menyenangkan selama berada di situs
tersebut.

Menurut Das Gupta (2011), terdapat delapan prinsip destination branding yang
umum diikuti, antara lain:
a) Purpose and potential
Menciptakan nilai suatu wilayah, kota, atau negara dengan menyelaraskan
pesan sesuai dengan tempat juga visi yang kuat, khas, serta strategis dengan
membuka potensi, investasi, iklan yang hemat biaya serta kuat agar diingat
dan dapat meningkatkan reputasi.
b) Truth
Kadang kala sebuah destinasi mengalami penurunan citra hingga berada pada
tahap tertinggal, tidak seimbang, hingga tidak adail. Maka dari itu, tugas
destination branding lah yang memastikan agar gambar masyarakat boleh
mendapatkan kembali informasi atau gambaran yang benar, lengkap, dan
kontemporer dalam komunikasi secara terfokus dan efektif tersebut.
c) Aspiration and betterment
Menyajikan visi yang terpercaya, menarik, dan berkelanjutan untuk masa
depan serta tegas dalam konteks masa depan bersama.
d) Inclusiveness and common good
Destination branding harus digunakan untuk pencapaian masyarakat, tujuan
politik, dan ekonomi.
e) Connectivity
Destination branding menghubungkan seseorang dengan lembaga atau
perorangan dengan tujuan akan melahirkan suatu strategi brand atau branding
yang baik. Dalam hal ini tentunya dapat membantu menyatukan pemerintah,
sektor swasta, dan organisasi non pemerintah untuk merangsang keterlibatan
dan partisipasi penduduk.
f) Things take time
Merancang strategi destination branding yang tepat dan melaksanakannya
secara menyeluruh tentu membutuhkan waktu, usaha, kesabaran, serta
kebijaksanaan. Apabila semua dilakukan dengan benar, maka hal ini akan
menjadi keuntungan jangka panjang.
g) Creativity and innovation
Destination branding harus membebaskan, membantu, hingga mengarahkan
bakat dan keterampilan penduduk dan mempromosikan ini untuk mencapai
inovasi dalam pendidikan, bisnis, dan pemerintahan.
h) Complexity and simplicity
Realitas destinasi yang seringkali merupakan hal rumit dan sering
bertentangan, namun esensi branding yang efektif adalah kesederhanaan dan
kelangsungan. Dalam hal ini keanekaragaman tempat dan orang diharapkan
masih mampu mengkomunikasikan destination branding ke seluruh dunia
dengan cara yang jujur, mudah diingat, serta menarik.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. JENIS PENELITIAN


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei
yang bersifat kuantitatif. Menurut Kerlinger (dalam Sugiyono, 2012:12), penelitian
survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data
yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga
ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel
sosiologis maupun psikologis.

3.2. SUBJEK DAN OBJEK PENELITIAN


1. Subjek Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010), subjek penelitian adalah batasan
penelitian yang mana peneliti memiliki hak untuk menentukan apakah akan
menggunakan subjek benda, hal, atau orang untuk melekatnya variabel
penelitian. Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang akan diteliti adalah
pengunjung Desa Kemuning Kabupaten Karanganyar berusia 17-45 tahun
baik pria maupun wanita.
2. Objek Penelitian
Iwan Satibi (2017:74) menjelaskan bahwa objek penelitian merupakan sebuah
kegiatan yang bertujuan untuk memetakan atau menggambarkan penelitian
atau sasaran riset secara komprehensif. Objek dalam penelitian ini adalah
sikap dan tingkat minat pengunjung terhadap Kawasan Wisata Desa
Kemuning, Kabupaten Karanganyar serta menggali masukan dan kritik saran
dari para pengunjung.

3.3. VARIABEL PENELITIAN

Identifikasi Variabel
a. Variabel Bebas (Independent variable)
Variabel bebas merupakan variabel yang keberadaannya mempengaruhi besar
atau kecilnya nilai dependent variable, baik secara positif maupun negatif.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah destination branding (X1).
b. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk
menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau
tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat pengunjung (Y).
c. Variabel Mediasi (Mediating Variable)
Variabel mediasi mengacu pada proses abstrak yang tidak secara langsung
diamati tetapi memiliki keterkaitan diantara variabel bebas dan terikat. Variabel
Mediasi dalam penelitian ini adalah sikap pengunjung(X2).

3.4. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi
Menurut Somantri (2006:62), populasi merupakan keseluruhan elemen, atau
unit elemen, atau unit penelitian, atau unit analisis yang memiliki karakteristik
tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian. Untuk itu, pada penelitian ini
populasi yang kami gunakan adalah pengunjung atau wisatawan Kawasan
Wisata Desa Kemuning, Kab. Karanganyar, Jawa Tengah berusia 17-55 tahun
baik itu pria maupun wanita.

2. Sampel
Arikunto (2006:131) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian atau sebagai
wakil populasi yang kana diteliti. Apabila penelitian yang dilakukan sebagian
dari populasi maka bisa di bilang penelitian tersebut penelitian sampel.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei dengan jumlah sampel
minimum untuk peserta survei adalah 1000 responden.

3.5. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan jenis sampling


non-probability. Menurut Sugiyono (2018:136) teknik ini merupakan teknik
pengambilan sampel dengan tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama
kepada setiap anggota populasi saat akan dipilih sebagai sampel. Macam dari teknik
pengambilan sampel jenis ini antara lain quota sampling. Teknik pengambilan sampel
ini dilakukan dengan menentukan kuota atau jumlah dari sampel penelitian terlebih
dahulu. Prinsip penentuannya sama dengan accidental sampling. Tetapi peneliti
menetapkan terlebih dahulu jumlah sampel yang akan diperlukan.

3.6. SUMBER DATA


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang
merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan oleh peneliti. Adapun data
primer yang diperoleh secara langsung dari subjek yang diteliti melalui kuesioner.
Data primer secara khusus dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Penulis mengumpulkan data primer dengan metode kuesioner dan juga metode
observasi. Metode kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya,
dapat diberikan secara langsung atau angket survei digital atau internet. Jenis angket
ada dua, yaitu tertutup dan terbuka. Kuesioner yang digunakan dalam hal ini adalah
kuesioner tertutup yakni kuesioner yang sudah disediakan jawabannya, sehingga
responden tinggal memilih dan menjawab secara langsung. (Sugiyono, 2008:142)

Penulis melakukan wawancara kepada para pengunjung atau wisatawan Kawasan


Wisata Desa Kemuning, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah baik itu pria maupun
wanita berusia 17-55 tahun.

Kemudian penulis juga melakukan pengumpulan data dengan metode observasi.


Menurut (Sugiyono, 2013:145) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan
ingatan.

Berdasarkan pengertian observasi menurut beberapa pendapat para ahli yang telah
dikemukakan, bahwa lembar observasi merupakan metode pengumpulan data dengan
cara mengamati dan mencatat aspek-aspek yang diteliti atau diselidiki secara
sistematis, logis, objektif, dan rasional dari berbagai fenomena, baik dalam situasi
yang sebenarnya maupun di dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.

3.7. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik Angket
dan Kuesioner. Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Angket ini digunakan untuk memperoleh data
tentang minat dan penilaian pengunjung atau wisatawan Desa Kemuning, Kec.
Ngargoyoso, Kab. Karanganyar, Jawa Tengah terhadap aksesibilitas kawasan ini serta
kemudahan mereka dalam memperoleh informasi mengenai daerah ini.

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang bersifat tertutup,
dimana responden tidak diberikan kesempatan untuk memberikan jawaban dengan
kata-kata sendiri. Responden hanya memberi tanda ( √ ) pada jawaban yang
disediakan. Penggunaan angket diharapkan akan memudahkan bagi responden dalam
memberikan jawaban, karena alternatif jawaban telah tersedia sehingga menjawabnya
cukup memerlukan waktu yang singkat.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert, yaitu skala yang berisi
lima pilihan jawaban. “Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial” (Sugiyono, 2009:93)

Alternatif jawaban berupa kolom check list (√). Pada setiap pernyataan dalam
instrumen disediakan lima pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju,
tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka
jawaban responden diberikan skor, sebagai berikut :

1. Skor 5 jika jawaban sangat setuju


2. Skor 4 jika jawaban setuju
3. Skor 3 jika jawaban kurang setuju
4. Skor 2 jika jawaban tidak setuju
5. Skor 1 jika jawaban sangat tidak setuju

Anda mungkin juga menyukai