Keanekaragaman suku dan budayanya yang luar biasa, Indonesia adalah bangsa
yang besar. Ada kemungkinan bahwa seiring berjalannya waktu, kita akan menemukan
atau menemukan kelompok orang yang masih percaya dan melestarikan ciri-ciri budaya
dan adat istiadat yang diturunkan dari nenek moyang seperti Suku Baduy di Banten, Suku
Dayak di Kalimantan, Kampung Naga di Tasikmalaya, dan Desa Trunyan di Bali.
Kampung Jalawastu sebuah kampung adat Sunda di desa Ciseureuh, Ketangungan, Brebes,
Jawa Tengah, adalah salah satu contoh budaya dan adat istiadat yang masih hidup di daerah
Brebes. Masyarakat di wilayah barat Jawa Tengah, yang dulunya merupakan bagian dari
Kerajaan Sunda, masih menghormati tradisi leluhur mereka. Masyarakat di Desa
Jalawastu, yang sekarang dikenal sebagai desa budaya, terus mengikuti tradisi leluhur
mereka.
Di desa Jalawastu, masyarakat masih sangat lekat dalam melestarikan adat istiadat
dan warisan budaya nenek moyang. Masyarakat desa Jalawastu masih mempertahankan
budaya tradisionalnya. Terdapat sanggar yang menyerupai museum desa dan menyimpan
peninggalan-peninggalan kuno seperti alat-alat musik, benda-benda suci, kitab-kitab kuno,
dan lain-lain. dipelihara dengan hati-hati dan diperbolehkan untuk dikunjungi oleh
pengunjung. Terdapat juga beberapa situs bersejarah yang sakral seperti Petilasan
(perbatasan antara kehidupan manusia dan dunia gaib), pemandian dewi yang terletak di
puncak gunung. Terlihat pada tradisi adat yang masih mereka lestarikan. perayaan Ngasa
(sedekah). Adat ngasa adalah sebuah ritual yang dilakukan untuk mengungkapkan terima
kasih kepada Tuhan atas hasil panen yang diberikan. Upacara ini adalah bentuk apresiasi
terhadap anugerah yang diberikan dalam bentuk hasil pertanian. Sekarang ini, semua orang
berharap agar usaha yang dijalani tahun depan sukses dan lancar. Selain itu, masyarakat
juga memberikan doa dan harapan yang baik untuk kesuksesan di masa depan. Upacara
adat ngasa diselenggarakan setiap tahun dan diadakan pada hari-hari tertentu, terutama
pada hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon. Sebelum acara berlangsung, Jalawastu
umumnya mempersiapkan nasi jagung dan mencari lalapan dalam bentuk dedaunan. Nasi
jagung bersama lalapan adalah produk dari hasil bercocok tanam yang akan dihidangkan
sebagai hidangan utama dalam acara adat Ngasa.
Dalam konteks perkembangan teknologi yang semakin pesat dan modern, warga
tetap menjaga dan memelihara ajaran nenek moyang mereka. Bahkan kehidupan mereka
bisa dikatakan masih terisolir dari masyarakat modern. Desa Jalawastu terletak di ujung
selatan Desa Ciseureuh, tepat di sebelah Gunung Kumbang. Namun di Desa Jalawastu juga
terdapat pantangan atau peraturan yang harus dipatuhi yaitu larangan terhadap wayang
golek, larangan beternak angsa, larangan membangun rumah dengan bahan semen,
keramik, genteng serta larangan menanam kedelai dan kucai. Yang aneh lagi, di Desa
Jalawastu dilarang menanam kucai, padahal daerah Brebes terkenal dengan ciri khas
bawang ungunya. Lebih dari itu,
Desa Jalawastu terletak di Kabupaten Brebes, dimana sebagian besar wilayah
Brebes menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi dengan daerah sekitarnya, namun
Desa Jalawastu tidak menggunakan bahasa Jawa melainkan menggunakan bahasa Sunda.
Dan mitos lain di kalangan penduduk setempat yang bepergian atau berkunjung ke Desa
Jawastu (Nyekar) adalah adanya larangan penggunaan barang-barang kulit modern yang
berbau. Simbolisme tersebut sangat kuat dan dikaitkan dengan pelaksanaan ritual Ngasa
(sedekah) pada masyarakat Desa Jalawastu. Pasalnya, masyarakat Desa Jalawastu
mempercayai adanya benda gaib yang hidup berdampingan dengan manusia. Melakukan
ritual Ngasa (sedekah) dianggap sebagai bentuk menjaga komunikasi yang baik dan
mensyukuri segala nikmat yang diterima dan diberikan. Menurut Widodo (2020), tradisi
Ngasa (Ucapan Syukur...Gunung) melibatkan banyak aspek budaya, sehingga dapat
dikatakan bahwa upacara ini merupakan bagian dari budaya warga desa Jalawastu. Oleh
karena itu, penting untuk mengkaji permasalahan ini sebagai bentuk dan fungsi kehidupan
di Desa Jalawastu.
1.2. Rumusan Masalah
Setelah menganalisis beberapa informasi yang disajikan dalam bagian pengantar, penulis
dapat menyimpulkan permasalahan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana cara memberikan gambaran kepada masyarakat tentang desa dan
keunikannya melalui media visual?
1.2.2 Belum ada strategi branding yang efektif di Desa Adat Jalawastu sebagai Desa
Wisata Budaya
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan Desa Adat Jalawastu? Bagaimana branding yang tepat
untuk desa budaya Jawastu mengadopsi upacara adat Ngasa sebagai destinasi
wisata di Kabupaten Brebes untuk memudahkan pemahaman masyarakat luas?
Pada bagian kedua, penulis akan mengulas sumber-sumber dalam kerangka desain yang akan
dihasilkan oleh penulis lain dalam studi literatur dan meninjau sumber-sumber dalam karya yang
terkait dengan karya-karya sebelumnya tentang topik yang sama yang akan dipakai oleh penulis
sebagai referensi. Teori inilah yang kemudian dijadikan penulis sebagai landasan utama dalam
menciptakan karya “Perancangan Identitas Visual Desa Budaya Jalawastu Melalui Upacara Adat
Ngasa sebagai Daya Tarik Pariwisata di Kabupaten Brebes”
2.1.2. Perancangan Visual Branding dan Media Promosi Objek Wisata Taman
Legon Samatra Nusamara Desa Yehembang Kangin Kabupaten Jembrana
Jurnal penelitian “Perancangan visual branding dan media promosi objek
Wisata Taman Legon Samatra Nusamara Desa Yehembang Kangin Kabupaten
Jembrana” yang di susun oleh Ni Putu Elvian Andreani, Made Arini
Hanindharputri, Ni Putu Emilika Budi Lestari dengan mengidentifikasi masalah
yang ada, mengumpulkan informasi yang kemudian akan dianalisis untuk
membantu dalam merancang branding visual dan materi promosi. Ringkasan dari
analisis data adalah sebuah kesimpulan awal mengenai target pasar dan destinasi
wisata Taman Legon Samatra Nusamara. Setelah itu, menentukan platform mana
yang akan digunakan untuk memasarkan destinasi wisata Taman Legon Samatra
Nusamara, sambil mengembangkan citra merek visual dengan fitur dan
karakteristik yang cocok dengan audiens yang ditargetkan.
Pentingnya desain visual brand adalah untuk menciptakan identitas yang
kuat, sehingga masyarakat dapat mengenali dan memahami citra yang disajikan
oleh Taman Legon Samatra Nusamara sebagai objek wisata. Dengan demikian,
dirancangnya identitas visual ini diharapkan dapat meningkatkan mutu bisnis,
menarik perhatian dengan keunikan yang menarik, mampu menarik perhatian para
wisatawan, dan meningkatkan jumlah pengunjung yang datang ke destinasi wisata
Taman Legon Samatra Nusamara Yehembang Kangin Kabupaten Jembrana[2].
[3] B. Dhiva, O. Ring, and R. Tungary, “Perancangan destination branding North Surabaya
Amerta,” pp. 127–145.
[4] F. Yanti, Zubaidah, and S. Ahdi, “Perancangan Visual Branding Kota Sawahlunto,” J.
Desain Komun. Vis., vol. 4, pp. 1–20, 2015.
[7] Reza Maulana, “Perancangan Komunikasi Visual Promosi Clothing Brand ‘sekut’ sebagai
Penunjang Brand Awareness”, [Online]. Available:
http://repository.trisakti.ac.id/usaktiana/digital/00000000000000112174/2023_TA_SDK_
091301800041_Bab-2_Landasan-teoritis.pdf
[9] A. B. AGUNG, Perancangan Desain Maskot Sebagai Media Promosi HIGI CREATIVE
LAB GUNA MENINGKATKAN BRAND LOYALTY, vol. 1, no. 1. 2019. [Online].
Available: http://www.ghbook.ir/index.php?name=فرهنگ و رسانه های
&نوینoption=com_dbook&task=readonline&book_id=13650&page=73&chkhashk=ED9C
9491B4&Itemid=218&lang=fa&tmpl=component%0Ahttp://www.albayan.ae%0Ahttps://
scholar.google.co.id/scholar?hl=en&q=APLIKASI+PENGENA
[10] Faridh Nugraha, “Perancangan Ulang Identitas Visual Hanna Cakes And Catering Melalui
Logo Dan Aplikasi,” pp. 4–31, 2013.