Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

“PERANCANGAN VISUAL BRANDING KAMPUNG BUDAYA


JALAWASTU MELALUI UPACARA ADAT NGASA SEBAGAI
DESTINASI WISATA DI KABUPATEN BREBES”

RIZQI NUR SYA’BANI


21105012

PRODI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI DAN DESAIN
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM PURWOKERTO
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keanekaragaman suku dan budayanya yang luar biasa, Indonesia adalah bangsa
yang besar. Ada kemungkinan bahwa seiring berjalannya waktu, kita akan menemukan
atau menemukan kelompok orang yang masih percaya dan melestarikan ciri-ciri budaya
dan adat istiadat yang diturunkan dari nenek moyang seperti Suku Baduy di Banten, Suku
Dayak di Kalimantan, Kampung Naga di Tasikmalaya, dan Desa Trunyan di Bali.
Kampung Jalawastu sebuah kampung adat Sunda di desa Ciseureuh, Ketangungan, Brebes,
Jawa Tengah, adalah salah satu contoh budaya dan adat istiadat yang masih hidup di daerah
Brebes. Masyarakat di wilayah barat Jawa Tengah, yang dulunya merupakan bagian dari
Kerajaan Sunda, masih menghormati tradisi leluhur mereka. Masyarakat di Desa
Jalawastu, yang sekarang dikenal sebagai desa budaya, terus mengikuti tradisi leluhur
mereka.
Di desa Jalawastu, masyarakat masih sangat lekat dalam melestarikan adat istiadat
dan warisan budaya nenek moyang. Masyarakat desa Jalawastu masih mempertahankan
budaya tradisionalnya. Terdapat sanggar yang menyerupai museum desa dan menyimpan
peninggalan-peninggalan kuno seperti alat-alat musik, benda-benda suci, kitab-kitab kuno,
dan lain-lain. dipelihara dengan hati-hati dan diperbolehkan untuk dikunjungi oleh
pengunjung. Terdapat juga beberapa situs bersejarah yang sakral seperti Petilasan
(perbatasan antara kehidupan manusia dan dunia gaib), pemandian dewi yang terletak di
puncak gunung. Terlihat pada tradisi adat yang masih mereka lestarikan. perayaan Ngasa
(sedekah). Adat ngasa adalah sebuah ritual yang dilakukan untuk mengungkapkan terima
kasih kepada Tuhan atas hasil panen yang diberikan. Upacara ini adalah bentuk apresiasi
terhadap anugerah yang diberikan dalam bentuk hasil pertanian. Sekarang ini, semua orang
berharap agar usaha yang dijalani tahun depan sukses dan lancar. Selain itu, masyarakat
juga memberikan doa dan harapan yang baik untuk kesuksesan di masa depan. Upacara
adat ngasa diselenggarakan setiap tahun dan diadakan pada hari-hari tertentu, terutama
pada hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon. Sebelum acara berlangsung, Jalawastu
umumnya mempersiapkan nasi jagung dan mencari lalapan dalam bentuk dedaunan. Nasi
jagung bersama lalapan adalah produk dari hasil bercocok tanam yang akan dihidangkan
sebagai hidangan utama dalam acara adat Ngasa.
Dalam konteks perkembangan teknologi yang semakin pesat dan modern, warga
tetap menjaga dan memelihara ajaran nenek moyang mereka. Bahkan kehidupan mereka
bisa dikatakan masih terisolir dari masyarakat modern. Desa Jalawastu terletak di ujung
selatan Desa Ciseureuh, tepat di sebelah Gunung Kumbang. Namun di Desa Jalawastu juga
terdapat pantangan atau peraturan yang harus dipatuhi yaitu larangan terhadap wayang
golek, larangan beternak angsa, larangan membangun rumah dengan bahan semen,
keramik, genteng serta larangan menanam kedelai dan kucai. Yang aneh lagi, di Desa
Jalawastu dilarang menanam kucai, padahal daerah Brebes terkenal dengan ciri khas
bawang ungunya. Lebih dari itu,
Desa Jalawastu terletak di Kabupaten Brebes, dimana sebagian besar wilayah
Brebes menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi dengan daerah sekitarnya, namun
Desa Jalawastu tidak menggunakan bahasa Jawa melainkan menggunakan bahasa Sunda.
Dan mitos lain di kalangan penduduk setempat yang bepergian atau berkunjung ke Desa
Jawastu (Nyekar) adalah adanya larangan penggunaan barang-barang kulit modern yang
berbau. Simbolisme tersebut sangat kuat dan dikaitkan dengan pelaksanaan ritual Ngasa
(sedekah) pada masyarakat Desa Jalawastu. Pasalnya, masyarakat Desa Jalawastu
mempercayai adanya benda gaib yang hidup berdampingan dengan manusia. Melakukan
ritual Ngasa (sedekah) dianggap sebagai bentuk menjaga komunikasi yang baik dan
mensyukuri segala nikmat yang diterima dan diberikan. Menurut Widodo (2020), tradisi
Ngasa (Ucapan Syukur...Gunung) melibatkan banyak aspek budaya, sehingga dapat
dikatakan bahwa upacara ini merupakan bagian dari budaya warga desa Jalawastu. Oleh
karena itu, penting untuk mengkaji permasalahan ini sebagai bentuk dan fungsi kehidupan
di Desa Jalawastu.
1.2. Rumusan Masalah
Setelah menganalisis beberapa informasi yang disajikan dalam bagian pengantar, penulis
dapat menyimpulkan permasalahan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana cara memberikan gambaran kepada masyarakat tentang desa dan
keunikannya melalui media visual?
1.2.2 Belum ada strategi branding yang efektif di Desa Adat Jalawastu sebagai Desa
Wisata Budaya
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan Desa Adat Jalawastu? Bagaimana branding yang tepat
untuk desa budaya Jawastu mengadopsi upacara adat Ngasa sebagai destinasi
wisata di Kabupaten Brebes untuk memudahkan pemahaman masyarakat luas?

1.2. Tujuan Penelitian


Meneliti secara mendalam tentang tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan
analisis yang menyeluruh mengenai apa saja yang kurang dalam image branding Desa
Budaya Jawastu melalui upacara adat Ngasa sebagai destinasi wisata di Kabupaten Brebes
untuk memudahkan masyarakat mewujudkannya[1].
1.4. Manfaaf Penelelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1.4.1 Mengoptimalkan berbagai potensi pariwisata, seperti sektor pariwisata, sejarah,
keagamaan, dan budaya, yang disatukan dalam suatu citraan visual untuk
menciptakan identitas yang menarik bagi wisatawan, investor, dan membedakan
dari pesaing. Membina hubungan yang kuat dengan masyarakat Jawa Tengah agar
tercipta rasa setia dan loyalitas.
1.4.2 Manfaat penelitian yang dilakukan akan membantu penulis memperdalam ilmunya
di bidang komunikasi visual khususnya terkait dengan strategi destinasi branding
dan hasil penelitian tersebut akan menjadi referensi bagi penelitian-penelitian lain
yang berkaitan dengan strategi destinasi branding.
1.4.3 Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam mengembangkan strategi branding
destinasi Desa Adat Jalawastu, memberikan perspektif yang lebih luas dan
berkontribusi membantu daerah menerapkan strategi branding yang intuitif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian kedua, penulis akan mengulas sumber-sumber dalam kerangka desain yang akan
dihasilkan oleh penulis lain dalam studi literatur dan meninjau sumber-sumber dalam karya yang
terkait dengan karya-karya sebelumnya tentang topik yang sama yang akan dipakai oleh penulis
sebagai referensi. Teori inilah yang kemudian dijadikan penulis sebagai landasan utama dalam
menciptakan karya “Perancangan Identitas Visual Desa Budaya Jalawastu Melalui Upacara Adat
Ngasa sebagai Daya Tarik Pariwisata di Kabupaten Brebes”

2.1. Studi Pustaka


Dalam pengembangan karya akhir ini, peneliti mencari informasi dari beberapa studi
sebelumnya untuk dijadikan sebagai perbandingan, baik dalam hal keunggulan maupun
kelemahan yang terdapat. Peneliti juga mencari informasi dari jurnal ilmiah dan tesis untuk
mendapatkan data mengenai topik yang relevan dengan teori yang digunakan sebagai dasar
ilmiah. Banyak ulasan dan tesis telah mencakup perencanaan seperti yang dijelaskan di
bawah ini :
2.1.1. Jurnal Perancangan ”Destination Visual Branding: Meningkatkan Daya
Tarik Pariwisata"
Jurnal perancangan ”Destination Visual Branding: Meningkatkan Daya
Tarik Pariwisata" Artikel ini membicarakan tentang bagaimana ketampilan visual
dari suatu daerah dapat membantu dalam meningkatkan minat wisatawan untuk
mengunjunginya. Tujuan utama dari tulisan ini adalah untuk mengevaluasi ide
mengenai citra merek visual yang bisa mencerminkan identitas yang khas dari suatu
lokasi dan juga menarik minat para pelancong. Dengan menganalisis beberapa
tujuan wisata terkenal, penelitian ini menunjukkan betapa pentingnya visual
branding dalam membangun reputasi positif suatu destinasi. Peneliti juga
mengambil informasi dari artikel penelitian dan tesis untuk mendapatkan data yang
tersedia tentang teori terkait, dengan judul yang digunakan untuk menemukan dasar
ilmiah teori tersebut.
Desain ini menyimpulkan bahwa visual destinasi branding yang efektif
tidak hanya sekedar menciptakan citra positif. destinasi tetapi juga berperan penting
dalam meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung. Temuan ini memberikan
dasar untuk mengembangkan lebih lanjut strategi branding destinasi yang sukses.

2.1.2. Perancangan Visual Branding dan Media Promosi Objek Wisata Taman
Legon Samatra Nusamara Desa Yehembang Kangin Kabupaten Jembrana
Jurnal penelitian “Perancangan visual branding dan media promosi objek
Wisata Taman Legon Samatra Nusamara Desa Yehembang Kangin Kabupaten
Jembrana” yang di susun oleh Ni Putu Elvian Andreani, Made Arini
Hanindharputri, Ni Putu Emilika Budi Lestari dengan mengidentifikasi masalah
yang ada, mengumpulkan informasi yang kemudian akan dianalisis untuk
membantu dalam merancang branding visual dan materi promosi. Ringkasan dari
analisis data adalah sebuah kesimpulan awal mengenai target pasar dan destinasi
wisata Taman Legon Samatra Nusamara. Setelah itu, menentukan platform mana
yang akan digunakan untuk memasarkan destinasi wisata Taman Legon Samatra
Nusamara, sambil mengembangkan citra merek visual dengan fitur dan
karakteristik yang cocok dengan audiens yang ditargetkan.
Pentingnya desain visual brand adalah untuk menciptakan identitas yang
kuat, sehingga masyarakat dapat mengenali dan memahami citra yang disajikan
oleh Taman Legon Samatra Nusamara sebagai objek wisata. Dengan demikian,
dirancangnya identitas visual ini diharapkan dapat meningkatkan mutu bisnis,
menarik perhatian dengan keunikan yang menarik, mampu menarik perhatian para
wisatawan, dan meningkatkan jumlah pengunjung yang datang ke destinasi wisata
Taman Legon Samatra Nusamara Yehembang Kangin Kabupaten Jembrana[2].

2.1.3. Perancangan destination branding North Surabaya Amerta


Jurnal penelitian “Perancangan destination branding North Surabaya
Amerta” yang di susun oleh Bright Dhiva, Octavia Ring Ring Tungary
Membicarakan usaha meningkatkan citra merek yang lebih kuat untuk
meningkatkan popularitas dan ketertarikan wisatawan yang berkunjung ke Kota
Tua Surabaya. Beberapa opsi yang bisa dilakukan adalah menciptakan citra merek
Kota Tua Surabaya yang unik dan kuat dengan menggunakan ide-ide dan konsep
kreatif menarik untuk North Surabaya Amerta, yang mencakup unsur vintage,
sejarah, dan keunikan. Nilai-nilai ini akan terlihat dalam aspek visual seperti
simbol, slogan, jenis huruf, pilihan warna, maskot, dan desain grafis.
Rebranding Amerta Surabaya Utara bertujuan untuk menciptakan identitas
yang baru sesuai dengan nuansa bersejarah, klasik, dan kuno Kota Tua Surabaya.
Dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan jumlah pengunjung di North
Surabaya Amerta. Perencanaan mencakup penggunaan metode penelitian kualitatif
yang melibatkan pengamatan dan pencatatan informasi, serta pendekatan
perencanaan seperti pengidentifikasian data, analisis, penggabungan, dan penilaian.
Analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) serta analisis siapa,
apa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana (5W1H) biasa digunakan untuk
mengidentifikasi isu dan mencari solusi yang tepat. Karakteristik baru dari Kota
Tua Surabaya dapat disajikan melalui penggunaan logo, slogan, maskot, dan palet
warna sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat citra merek. Untuk mengatasi
kekurangan fasilitas, akan disediakan fasilitas booth foto dan persewaan pakaian
yang diharapkan dapat menarik minat masyarakat yang ingin mencari lokasi foto
dengan sentuhan klasik. Media promosi meliputi barang promosi seperti mug,
gantungan kunci, pin, stiker, tas jinjing, dan identitas perusahaan seperti pulpen,
cap, kartu identitas, surat, dan karcis. Melalui strategi pemasaran destinasi,
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan keberadaan North Surabaya
Amerta, menarik lebih banyak pengunjung, dan memperkuat citra positif tentang
North Surabaya Amerta[3].
2.2. Referensi Karya
Dalam bagian referensi karya, penulis akan mencantumkan karya-karya yang telah
dibuat sebelumnya. Penulis akan menggunakan referensi ini sebagai sumber dalam
“Perancangan Visual Branding Desa Budaya Jalawastu Melalui Upacara Adat Ngasa
Sebagai Destinasi Wisata di Kabupaten Brebes”. Penulis dalam karya ini akan
memanfaatkan referensi visual untuk mendukung pembuatan ide desain yang efisien dan
menarik. Penulis menggunakan beberapa referensi berikut ini.

2.2.1. Perancangan Visual Branding Kota Sawahlunto

Perancangan Visual Branding Kota Sawahlunto karya Fitri Yani


pembahasan dan merancang dentitas dari kota Sawahlunto, Penggunaan
elemen visual seperti logo, slogan, dan simbol yang terinspirasi dari bentuk
kuali, yang merupakan ciri khas Kota Sawahlunto dan mencerminkan nilai-
nilai filosofis kota tersebut. Rancangan menggunakan analisis SWOT
digunakan untuk meneliti kekurangan, keunggulan, potensi, dan tantangan
di Kota Sawahlunto serta faktor-faktor yang membedakannya dari kota-kota
pesaing[4].
Perancangan identitas visual untuk Kota Sawahlunto mencakup
logo, motto, dan simbol yang akan diterapkan di baliho bertingkat besar. Isi
dari materi komunikasi termasuklah stiker, gantungan kunci, baju kaos, tas
belanja, tanda arah, manual buku, cangkir, pin, dan jam tangan[4].
2.2.2. Percancangan Visual Branding Kota Padangsimpuan

Perancangan Visual Branding Kota Sawahlunto karya Annisa


Fauziah. Pada perancangan kali ini penulis membahas mengenai
perancangan visual branding Kota Salak di Kota Padangsidimpuan. Dapat
disimpulkan salah satu hal utama yang harus dipertimbangkan dalam
kegiatan branding adalah identitas. Oleh sebab itu, pengarang
merencanakan terlebih dahulu sebuah citra visual yang terdiri dari lambang
yang mengandung kata-kata judul dan slogan yang secara alami membawa
maksud. Peserta didik dapat memahami dan mendalami nilai-nilai serta cara
hidup yang tercermin dalam budaya kota. Di samping itu, dalam
menciptakan citra merek, penulis juga merencanakan lambang-lambang
unik dari Kota Padangsidimpuan[5].

2.2.3. Perancangan Visual Branding Kabupaten Kudus Sebagai Upaya Promosi


Kabupaten

Perancangan Visual Branding Kabupaten Kudus Sebagai Upaya


Promosi Kabupaten karya Muchamad Saiful Anam, Daniar Wikan
Setyanto, Dzuha Hening Yanuarsari Perancangan Didorong oleh
kesuksesan industri tembakau kretek di Kabupaten Kudus dan potensi
wisata yang beragam, termasuk pariwisata, sejarah, religi, dan budaya, kota
Kudus menciptakan identitasnya sendiri yang dipadukan menjadi visual
brand yang kuat. Sasaran dari ini adalah untuk menarik perhatian para
pelancong. Paragraf ini dimaksudkan untuk menjelaskan peran investor
dalam bisnis dan bagaimana mereka dapat membedakan diri dari pesaing.
Setelah brand visual ini diluncurkan, masyarakat lokal, terutama di Jawa
Tengah, didorong untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh
Kabupaten Kudus dengan tujuan memperkuat loyalitas warga Jawa Tengah.
Visual branding yang digunakan melibatkan serangkaian logo pendukung
yang bertujuan untuk menarik dan mempertahankan perhatian konsumen.
Hal ini dilaksanakan oleh pemerintah setempat, yaitu Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Kudus[6].
Salah satu jenis media yang tersedia adalah Katalog Kota Kudus,
brosur, banner gulung, branding mobil, kalender, dan pakaian kaos. Adapun
untuk mendukung promosi merek, berbagai media seperti kartu nama, tanda
pengenal, surat bisnis, amplop, map, dan label DVD dapat digunakan.
Media iklan tersebut mampu menarik perhatian orang untuk melakukan
perjalanan atau mengalokasikan uangnya di Kabupaten Kudus. Langkah ini
merupakan langkah awal yang positif bagi Pemerintah Kabupaten Kudus
serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengembangkan potensi
pariwisata di Kabupaten Kudus.
2.3. Dasar Teori
Dalam merancang sebuah visual branding yang bertujuan untuk meningkatkan citra suatu
daerah “Perancangan Visual Branding Kampung Budaya Jalawastu Melalui Upacara Adat
Ngasa Sebagai Destinasi Wisata Di Kabupaten Brebes” agar dapat diimplementasikan
secara akurat dan tepat, diperlukan landasan teori yang sesuai untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
2.3.1. Teori Desain Komunikasi Visual
Desain grafis sering kali disebut sebagai desain komunikasi grafis atau desain
visual komunikasi. Banyak kata-kata ini seringkali menjadi sumber tanya jawab
bahkan perselisihan, seiring dengan popularitas istilah Desain Komunikasi Visual
(DKV) di perguruan tinggi.
Desain komunikasi visual berarti merancang informasi untuk pihak lain hanya
dengan menggunakan cara yang representative dapat dilihat secara visual. Namun,
media seperti video seringkali memadukan unsur visual dengan suara atau audio,
disebut juga audiovisual, sehingga dapat dilihat secara visual dan aural
(Maschinen,Investition, Beschaffungen, Ersatzbeschaffungen, & Mittelherkunft,
n.d.).
2.3.1.1 Prinsp-prinsip Desain
Menurut Drs. Sadjiman Ebdi Sanyoto (Drs. Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2006:
32) berpendapat bahwa desain komunikasi visual merupakan suatu ilmu dan
kekhususan keilmuan[7]. Salah satu karakteristik desain kreatif adalah
kemampuannya untuk menarik perhatian pembaca, dengan teks yang mudah
dibaca dan dipahami. Selain itu, desain kreatif juga mampu menyajikan
informasi visual yang mendukung teks tulisan, serta dapat menonjolkan
intisari teks dan menceritakan suasana setempat.
Prinsip-prinsip desain, yaitu :
1. Keseimbangan (balance)
Seperti namanya, Keseimbangan dalam desain berarti semua
elemen harus terlihat seimbang. Tidak ada keberatan yang
signifikan. Desainer perlu menggabungkan teks, warna, dan gambar
dengan proporsi yang seimbang sehingga tidak menciptakan kesan
yang tidak seimbang. Ada dua prinsip utama yang digunakan untuk
mencapai keseimbangan, yaitu keseimbangan yang memiliki simetri
dan keseimbangan yang bersifat asimetris. Simetri adalah ketika
ukuran dari titik pusat membentang ke semua arah, baik ke sisi kiri
maupun ke sisi kanan. Asimetris adalah ketidakseimbangan dalam
susunan benda yang memiliki berat yang sama di setiap sisi.
2. Kesatuan (unity)
Kesatuan dalam prinsip desain grafis adalah gabungan,
kekonsistenan, keseragaman atau kebulatan, yang merupakan inti
dari susunan visual. Prinsip kesatuan mengarah pada penyatuan
seluruh elemen menjadi satu kesatuan yang utuh dan menciptakan
tema yang kuat, sambil memperkuat hubungan yang menyatukan
satu sama lain. Sangatlah vital untuk menyajikan kepada klien
sebuah desain yang menyampaikan pesan yang kuat sesuai dengan
konsep yang diinginkan.
3. Ritme (rhythm)
Ritme merupakan pola yang menggabungkan dengan prinsip
kesatuan yang berirama. Artinya juga dapat mencakup pengulangan
atau modifikasi unsur-unsur desain grafis. Ritme dibentuk oleh
unsur-unsur yang beragam dengan pola dan kesamaan yang
koheren. Beberapa jenis ritme meliputi reguler, berjalan lancar, dan
maju atau progresif.
4. Penekanan (emphasis)
Dalam setiap desain, terdapat elemen yang perlu diutamakan
daripada yang lain. Penekanan ini memiliki tujuan utama untuk
memastikan bahwa pandangan audiens terfokus pada pesan yang
ingin disampaikan. Penting untuk diingat bahwa tidak semua
elemen harus diberi penekanan, karena jika hal tersebut terjadi,
desain akan menjadi terlalu berantakan dan pesan yang ingin
disampaikan tidak akan terbaca dengan jelas.
5. Proporsi
Proporsi adalah keterkaitan yang dibentuk oleh
perbandingan antara sejumlah elemen atau bagian dengan elemen
atau bagian lainnya atau dengan keseluruhan. Hal ini juga bisa
diinterpretasikan sebagai perubahan dimensi tanpa perubahan dalam
panjang, lebar, atau tinggi, sehingga gambar dengan perubahan
proporsi sering terlihat menyimpang.
Secara penampilan, desainnya memiliki sedikit kreativitas,
sehingga ide dasarnya sulit untuk diidentifikasi dan dihasilkan.
Banyak ide yang muncul sebenarnya hanya merupakan
penyempurnaan dari ide-ide sebelumnya, yang berasal dari
observasi dan pencatatan ide, lalu dipertimbangkan ulang. Tidak
peduli seberapa sederhana desainnya, hal yang pasti dalam proses
pembuatan desain adalah desainer harus memiliki pemahaman yang
kuat tentang dasar-dasar desain dan kemampuan untuk
mengaplikasikannya.
2.3.2. Visual Branding
Branding visual mencakup elemen visual dari suatu produk seperti simbol,
jenis huruf, citra, dan gambar lain yang dapat digunakan untuk menyampaikan
identitas merek. Pencitraan merek secara visual dapat dianggap sebagai bagian
integral dari pencitraan merek secara keseluruhan, karena sebuah merek bisa
mencakup produk, layanan, individu, benda, gagasan, proses, negara, organisasi,
atau hampir segala hal[8].
2.3.2. Maskot
Maskot adalah representasi dari suatu merek atau citra dalam bentuk
karakter khusus dengan ciri-ciri yang mencerminkan merek tersebut. Maskot adalah
alat komunikasi yang memungkinkan interaksi dengan masyarakat dan dapat
menjadi alat promosi yang efektif dalam jangka waktu yang panjang. Maskot
dianggap sebagai alat yang berhasil dalam menggambarkan gambaran dan aspirasi
suatu wilayah atau kota, menjelaskan tujuan, dan menjadi bagian dari komunitas[9].
2.3.3. Identitas Visual
Identitas visual merujuk pada elemen visual yang memberikan kesan yang
kuat dan dapat segera dikenali sebagai bagian dari merek tertentu, sehingga
menciptakan ciri khas atau identitas unik dari merek tersebut. Melalui penampilan
gambar, kita dapat membentuk persepsi yang baru melalui pengalaman visual yang
kita alami dan proses pemahaman informasi tentang obyek yang disediakan oleh
pembuat gambar itu. Identitas visual haruslah dirancang sedemikian rupa sehingga
mudah diingat dan dikenali, sehingga dapat segera dikenali oleh banyak orang dan
menjadi karakteristik yang melekat pada merek tersebut. Dia menganggap itu
sebagai representasi dari merek tertentu[10].
DAFTAR PUSTAKA

[1] D. Kumoratih, “Sebagai Branding-Destination,” vol. 2, no. 1, pp. 75–82, 2020.

[2] N. P. E. Andreani, M. A. Hanindharputri, and N. P. E. B. Lestari, “Perancangan Visual


Branding Dan Media Promosi Objek Wisata Taman Legion Sumatra Nusamara Desa
Yehembang Kangin Kabupaten Jembrana,” J. Selaras Rupa, vol. 1, no. 2, pp. 46–52,
2020, [Online]. Available: https://jurnal.idbbali.ac.id/index.php/selarasrupa

[3] B. Dhiva, O. Ring, and R. Tungary, “Perancangan destination branding North Surabaya
Amerta,” pp. 127–145.

[4] F. Yanti, Zubaidah, and S. Ahdi, “Perancangan Visual Branding Kota Sawahlunto,” J.
Desain Komun. Vis., vol. 4, pp. 1–20, 2015.

[5] D. S. Nugroho, “PERANCANGAN VISUAL BRANDING KOTA


PADANGSIDIMPUAN,” Nhk技研, vol. 151, pp. 10–17, 2015.

[6] D. W. S. Muchamad Saiful Anam, “Perancangan Visual Branding Kabupaten Kudus,”


Peranc. Vis. Brand. Kabupaten Kudus, vol. 1, no. 5, p. 13, 2015.

[7] Reza Maulana, “Perancangan Komunikasi Visual Promosi Clothing Brand ‘sekut’ sebagai
Penunjang Brand Awareness”, [Online]. Available:
http://repository.trisakti.ac.id/usaktiana/digital/00000000000000112174/2023_TA_SDK_
091301800041_Bab-2_Landasan-teoritis.pdf

[8] “Visual city branding,” 2016.

[9] A. B. AGUNG, Perancangan Desain Maskot Sebagai Media Promosi HIGI CREATIVE
LAB GUNA MENINGKATKAN BRAND LOYALTY, vol. 1, no. 1. 2019. [Online].
Available: http://www.ghbook.ir/index.php?name=‫فرهنگ و رسانه های‬
‫&نوین‬option=com_dbook&task=readonline&book_id=13650&page=73&chkhashk=ED9C
9491B4&Itemid=218&lang=fa&tmpl=component%0Ahttp://www.albayan.ae%0Ahttps://
scholar.google.co.id/scholar?hl=en&q=APLIKASI+PENGENA

[10] Faridh Nugraha, “Perancangan Ulang Identitas Visual Hanna Cakes And Catering Melalui
Logo Dan Aplikasi,” pp. 4–31, 2013.

Anda mungkin juga menyukai