OLEH
NIM : 1903010046
KUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan saya panjatkan ke hadapan Tuhan yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
tuntunannya saya dapat menyelesaikan tugas dalam mata kuliah Birokrasi Publik ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Ucapan terimakasih yang pertama saya layangkan untuk Bapak Drs.
Primus Lake, M.Si selaku dosen dalam mata kuliah ini, karena telah memberikan tugas ini
sehingga saya dapat menambah wawasan mengenai Kebijakan Kependudukan. Ucapan
terimakasih tak lupa juga saya berikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan
membantu saya dalam menyelesaikan tugas ini.
Saya selaku penulis juga menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh sebab itu, masukan berupa usul dan saran dari teman-teman pembaca
sekalian sangat bermanfaat bagi saya agar dapat menjadi tolak ukur dalam pembuatan makalah
berikutnya agar dapat lebih baik lagi.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dekade ini, perkembangan pariwisata sudah demikian pesat dan menjadi suatu
fenomena yang sangat global dengan melibatkan jutaan manusia, baik kalangan masyarakat
industri pariwisata maupun kalangan pemerintah dengan biaya yang cukup tinggi. Perkembangan
dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik perubahan pola, bentuk, dan sifat
kegiatan, dorongan orang untuk melakukan perjalanan, cara berpikir, maupun sifat
perkembangan itu sendiri.di negara maju pariwisata sudah bukan hal yang baru lagi untuk orang
melakukan perjalanan wisata. Namun demikian di negara-negara sedang berkembang atau yang
disebut negara dunia ketiga pariwisata baru dalam taraf pengembangan. Indonesia merupakan
negara yang dengansumber daya alam juga memiliki keanekaragamaan kesenian dan budaya di
setiap daerah membuat suatu daerah mempunyai ciri khas yang dapat dipromosi dan diekspos
(expose) ke daerah-daerah lain bahkan ke mancanegara. Ciri khas yang dimiliki suatu daerah
tersebut dijadikan sebagai objek wisata yang menarik pariwisata diartikan sebagai suatu
perjalanan dari suatu tempat menuju tempat lain yang bersifat sementara, yang biasanya
dilakukan orang-orang yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja terus-menerus dan
memanfaatkan waktu libur dengan menghabiskan waktu bersama keluarga untuk berekreasi
(Maryam, 2011:1). Alasan seseorang berwisata salah satunya karena adanya dorongan
keagamaan seperti berekreasi ke tempat-tempat suci agama untuk mendalami ilmu tentang
agama dan juga yang bertujuan untuk berolahraga atau sekedar menonton pertandingan olahraga
(Spillane,1987)
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki sangat banyak tempat pariwisata yang tidak kalah menarik jika dibandingkan dengan
provinsi yang lain. Kabupaten Sabu Raijua sabagai salah satu Kabupaten di Provinsi NTT yang
memiliki potensi-potensi pariwisata yang cukup banyak yang dapat dikembangkan. Jumlah
wisata di Kabupaten Sabu Raijua adalah 58 objek wisata. Dari 58 objek wisata yang paling
dikenal adalah 12 objek wisata. Dari dua belas (12) objek wisata di Kabupaten Sabu Raijua yang
paling dikenal, objek wisata Kelab’ba Maja dan Goa Mabala merupakan
objek wisata yang menarik di Sabu Raijua saat ini. Karena kedua objek wisata ini selain
memiliki keindahan dan keunikan alam secara alami yang lebih menarik dari objek wisata
lainnya. Kelab’ba Maja terletak di Desa Wadumaddi, Kecamatan Hawu Mehara dengan jarak
tempuh kurang lebih mencapai 24 kilo meter (Km) dari Kota Seba. Yang menjadi menarik dari
objek wisata Kelab’ba Maja adalah keindahan dan keunikan yang memilik tebing yang unik
dengan beraneka ragam corak yang indah dan berwarna warni, tampak pilar berdiri kokoh dan
berbentuk mirip jamur sehingga Kelab’ba Maja dijuluki mirip seperti Painted Hills di Orange,
AS. yang menarik juga di lokasi pariwisata ini disakralkan oleh masayrakat setempat karena
menjadi tempat diamnya Dewa Maja atau Dewa bagi masyarakat yang tinggal di Gelanalalu.
Kelab’ba Maja terdiri dari dua kata yakni “Kelab’ba” yang artinya sebagai tanah atau abu dan
“Maja” yang berarti Dewa atau sering disebut “tempat para Dewa”. Keunikan lain dari Kelab’ba
Maja terdapat tiga batu besar yang melambangkan bapak, ibu dan anak yang di tengah terdapat
batu yang dijadikan altar ketika melakukan ritual berupa potongan hewan kurban bagi Dewa
Maja sebegai persembahan wujud keselamatan dan kesuburan.
Goa Mabala merupakan objek wisata berupa goa yang sudah ada dari dahulu kala. Objek wisata
ini terletak di Desa Eimau, Kecamatan Sabu Tengah. Dengan jarak tempuh 12 km dari Ibukota
Sabu Raijua. Goa Mabala juga tidak kalah menariknya karena atap dan dinding goa terukir
stalaktit indah dan beraneka ragam berbentuk yang menakjubkan yang terbentuk secara alami.
Ada bentuk buaya, kepala manusia, lumbung pangan penghuni Goa dan binatang laut. Karena
keunikan dan keindahan ini maka Goa Mabala meraih pengahargaan atau awards Anugerah
Pesona Indonesia (API) pada tahun 2019 sebagai destinasi terunik terpopuler juara kedua setelah
Kilo Meter Nol Indonesia. Selain eksotik dan keindahan juga memiliki nilai sejarah yang tinggi
dan diyakini memiliki kekuatan mistis. Sebab Goa ini dihuni oleh orang sakti yang bernama
Mabala. Dalam Goa ini juga terdapat air yang tertampung dalam sebuah tempat yang tidak
pernah kering. Air yang berada dalam Goa Mabala dipercaya membawa keberuntungan jika
dioleskan ke bagian wajah manusia juga diyakini menyembuhkan penyakit pada manusia seperti
penyakit kulit. Selain itu, di salah satu dinding Goa Mabala terdapat batu mirip berbentuk buaya
yang masih tersimpan rapi sampai saat ini. Sehingga Goa Mabala juga mejadi sasaran kunjungan
wisatawan lokal dan mancanegara.
Pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Pariwisata Kabupaten Sabu Raijua yang sangat berperan
penting dalam mengembangkan objek wisata Kelab’ba Maja dan Goa Mabala.Oleh karena itu,
berdasarkan uraian diatas, maka calon peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengembangan Objek Wisata Kelab’ba Maja Dan Goa Mabala Di Kabupaten Sabu Raijua”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan permasalahannya yaitu
Bagaimana Pengembangan Objek Wisata Kelab’ba Maja dan Goa Mabala oleh Dinas Pariwisata
Kabupaten Sabu Raijua?
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Pengembangan pariwisata dalam negeri telah diarahkan untuk memupuk cinta tanah air
dan bangsa. Berdasarkan UU No.9 Tahun 1990 dan UU No. 10 Tahun 2009 tentang
kepariwisataan, kebijaksanaan yang digariskan adalah bahwa yang dapat dijadikan objek
wisata dan daya tarik wisata berupa keadaan alam, flora, dan fauna, hasil karya manusia, serta
peniggalan sejarah dan budaya yang merupakan model bagi perkembangan dan peningkatan
kepariwisataan di Indonesia.
Pengertian pengembangan pariwisata adalah segala kegiatan dan usaha dan terkoordinasi
untuk menarik wisatawan yang menyediakan sarana dan prasarana, baik berupa barang atau
jasa dan fasiltas yang diperlukan guna melayani kebutuhan wisatawan ( Musanef, 1995).
Sedangkan menurut pengertian pariwisata menurut Soemarwoto (1993) merupakan kegiatan
kompleks, menyangkut wisatawan, kegiatan, sarana dan prasarana, objek dan daya tarik
wisata, fasilitas pengunjung, dan sarana lingkungan.
Kebijakan pembangunan merupakan bagaian dari kebijakan publik (public policy) yang
selalu dihubungkan dengan kegiatan pemerintah. Menurut Thomas R. Dye, kebijakan publik
adalah apa yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Dye mengatakan
bahwa bila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu maka harus ada tujuannya
(objektifnya) dan kebijakan publik itu meliputi semua tindakan pemerintah, jadi bukan
semata-mata merupakan pernyataan keinginan pemerintah atau pejabat saja. Secara
konseptual kebijakan publik dapat dilihat dari kamus Administrasi Publik Chandler dan Plato
(1988:107), mengatakan bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap
sumber daya yang ada dan untuk memcahkan masalah publik atau pemerintah. Bahkan
Chandle dan Plato beranggapan bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk investasi
yang kontinu oleh pemerintah demi kepentingan orang-orang yang tidak berdaya dalam
masyarakat agar mereka dapat hidup dan ikut berpartisipasi dalam pemerintah.
Pemerintah bisa melakukan banyak hal lewat proses pengambilan kebijakan. Dalam
konteks pembangunan, pemerintah dapat mengatur dan menata birokrasinya untuk
melaksanakan pembangunan, sehingga efesiensi dan efektivitas pelaksanaan pembangunan
sebagian besar terletak kepada bagaimana pemerintah membuat kebijakan pembangunan.
Dalam kehidupan negara modern saat ini, kegiatan pembangunan termasuk pembangunan
kepariwisataan tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya sebuah kebijakan yang
baik pula. Dengan demikian, setiap insan pariwisata dan terlebih lagi para birokrat, baik
dilingkungan Pemerintah maupun Pemerintah Daerah, harus memiliki pemahaman yang
mendalam tentang pentingnya menyusun dan mengimplementasi kebijakan yang baik dalam
kegiatan pariwisata.
Ditinjau dar aspek kebeutuhan praktis, pembahasan tentang teori-teori yang berkaitan
dengan kebijakan pembangunan seringkali tidak diperhatikan. Orang yang mendengar istilah
kebijakan pembangunan kepariwisataan pada umumnya secara otomatis akan fokus
perhatiannya kepada aktivitas yang dilakukan Pemerintah maupun Pemerintah Daerah dalam
mengatur kegiatan kepariwisataan. Namun demikian, beberapa teori terkait dengan konsep
yang dimaksud perlu diungkapkan karena membantu memberikan pemahaman lebih
mendalam mengenai aktivitas yang seharusnya oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah
dalam pengelolaan pariwisata.
Dalam mengelola pariwisata dibutuhkan SDM, peralatan, fasilitas, sarana dan prasarana
bahkan promosi pariwisata. Jumlah pengelola di objek wisata Kelab’ba Maja sebanyak 2
orang tetapi dengan jumlah pengunjung rata-rata kurang lebih 50 orang perhari diperkirakan
tidak cukup maka kesulitan dalam melayani pengunjung, membersihkan dan keindahan
tempat wisata Kelab’ba Maja. Pendidikan pengelola hanya lulus SMA umum dan bukan
pendidikan khusus pariwisata. Sedangkan pengelola di Goa Mabala berjumlah 30 orang tetapi
kebanyakan tidak aktif, yang aktif hanya 3 orang, dengan jumlah pengunjung rata-rata kurang
lebih 34 orang perhari diperkirakan tidak cukup, sehingga kesulitan dalam melayani
pengunjung, membersihkan wisata. Tingkat pendidikan pengelola hanya lulus SMA umum
dan bukan pendidikan khusus pariwisata.
2. Sarana dan Prasarana
Sarana yang ada di Kelab’ba Maja sangat kurang baik dari segi jumlah seperti fasilitas-
fasilitas lopo, toilet, faslitas penampungan air, tempat sampah, tidak ada lahan parkir, warung
makan dan juga tempat jualan souvenir. Prasarana infrastruktur jalan ke Kelab’ba Maja sudah
cukup bagus sebab jalan sudah beraspal hotmikx dan lapen sampai ke lokasi wisata tetapi
jalan lapen tersebut terdapat beberapa titik yang sudah rusak dan berlubang. Moda
transportasi yang dapat digunakan bisa kendaraan pribadi, tetapi juga bisa menggunakan
transportasi sewa/rental biaya sangat mahal kurang lebih Rp.800.000-900.000/hari Sarana
yang ada di Goa Mabala, lopo, toilet, tempat jualan souvenir, home stay, tempat
penampungan air, tangga turun dalam Goa, tempat beristrahat dan berteduh di mulut Goa
sudah rusak dan lahan parkir tidak ada.
3. Promosi
Promosi objek wisata Kelab’ba Maja dan Goa Mabala sudah dilakukan dengan mengikut
ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) dan promosi lewat festival Kelab’ba Maja akan tetapi
promosi tidak terbatas pada (API) dan festival Kelab’ba Maja saja. Namun promosi kedua
objek wisata ini setelah API dan Festival Kelab’ba Maja tidak lagi melakukan promosi lebih
lanjut atau secara kontinu dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang baik sebagai suatu
daya tarik wisata.
4. Partisipasi Masyarakat
Unsur penting dalam pengembangan objek wisata adalah keterlibatan masyarakat dalam
hal ini wisatawan dalam setiap aspek yang ada di tempat wisata tersebut. Masyarakat terlibat
langsung dalam menjaga dan memelihara sarana dan prasaran serta kebersihan objek wisata.
Partisipasi masyarakat merupakan partisipasi yang aktif, 87 baik dalam menjaga dan
memelihara kebersihan serta menjaga dan memilihara sarana dan prasarana objek wisata
Kelab’ba Maja dan Goa Mabala. Keterlibatan wisatawan di Kela’ba Maja dan Goa Mabala
sudah tergolong baik sebab adanya kesadaran yang tinggi akan pentingnya pariwisata dalam
menjaga sarana prasarana sebab sarana dan prasarana yang ada masih bisa berfungsi dengan
baik.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil dari pembahasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa,
Jumlah pengelola di Kelab’ba Maja masih sangat kurang dan tidak ada penambahan jumlah
tenaga pengelola, sementara di Goa Mabala jumlah pengelola sudah cukup namun kebanyakan
tidak aktif. Dari sisi kualitas pengelola masih sangat terbatas pengetahuan dan pegalaman dalam
pariwisata karena tidak ada yang memiliki latar belakang pendidikan pariwisata sebagai
pengetahuan dasar dalam pengelolaan sebuah pariwisata. Kemudian juga tidak ada upaya
pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam pengembangan dan
pembangunan pariwisata hanya sebatas studi banding
3.2. Saran
http://skripsi.undana.ac.id/index.php?p=show_detail&id=2574
http://geoportal.saburaijuakab.go.id/data/wisata_alam
https://saburaijuakab.go.id/halaman/sejarah