Anda di halaman 1dari 11

AGORA: Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur Usakti ISSN 1411-9722 (Print)

Vol. 20 No. 2 Desember 2022: 172-182 ISSN 2622-500X (Online)


DOI: http://dx.doi.org/1025105/agora.v20i1.14326

CREATIVE PLACEMAKING DENGAN PERSPEKTIF KEARIFAN


LOKAL PADA PERANCANGAN PUSAT SENI DAN BUDAYA DI
JIMBARAN, BALI

CREATIVE PLACEMAKING WITH LOCAL WISDOM


PERSPECTIVE ON ART AND CULTURE CENTER DESIGN IN
JIMBARAN, BALI

Putri Feros Wahyuning*1, Mohammad Ischak*2, Hardi Utomo*3


1, 2, 3
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Trisakti, Jakarta
*e-mail: 2m.ischak@trisakti.ac.id

ABSTRAK
Dalam rangka menghindari krisis identitas budaya Bali, pemerintah setempat menerapkan
konsep cultural tourism sebagai pengembangan penataan kawasan pariwisata. Salah satunya
dengan menerapkan kearifan lokal Tri Hita Karana yang diterjemahkan sebagai konsep tata
ruangnya yaitu Sanga Mandala. Penelitian ini mengkaji prinsip – prinsip creative
placemaking yang diterapkan ke dalam perancangan Pusat Kegiatan Seni Dan Budaya Di
Jimbaran, Bali dengan perspektif kearifan lokal. Metode yang digunakan adalah metode
kualitatif deskriptif melalui studi literatur. Hasil analisis adalah bahwa penerapan prinsip
sanga mandala dicapai dengan penataan pola tata ruang dan fungsi bangunan, dan
menempatkan ruang-ruang kreatif sebagai wadah seniman untuk mempertunjukan proses
berkaryanya pada jalur-jalur yang dilewati pengunjung.

Kata kunci : creative placemaking, kearifan lokal, sanga mandala

ABSTRACT
In avoiding a crisis of Balinese cultural identity, the local government applies the concept of
cultural tourism as the development of the arrangement of tourism areas. One of them is by
applying the local wisdom of Tri Hita Karana which is translated as a spatial concept,
namely Sanga Mandala. This study examines the principles of creative placemaking that will
be applied to the design of Art and Cultural Center in Jimbaran, Bali with the perspective of
local wisdom. The method used is descriptive qualitative method in the form of literature
study.. The results of the analysis in the form of design criteria that will be developed into
the area. The conclusion is that open space is an integral part of developing a comprehensive
creative community space.

Keywords : creative placemaking, local wisdom, sanga mandala

A. PENDAHULUAN heran bila Bali menjadi salah satu objek


Bali merupakan pulau yang kaya akan seni wisata yang tertinggi dalam tingkat kepari-
dan budayanya. Tidak hanya kaya akan seni wisataanya, terutama bagi para wisatawan
dan budayanya saja namun, adat istiadat mancanegara ( Ngurah, & Utama,2018).
setempat yang masih sangat kental. Tidak Di era globalisasi yang terbuka ini, tidak dapat
dipungkiri terjadinya transisi akibat dari
172
Putri Feros Wahyuning: Creative Placemaking dengan Perspektif Kearifan Lokal pada Perancangan
Pusat Seni dan Budaya di Bali (172-182)

terpaan informasi yang memungkinkan kelangsungan bisnis lokal serta menyatukan


timbulnya pertarungan antara nilai – nilai keberagaman masyarakat dalam upaya
budaya lokal dengan nilai – nilai budaya merayakan serta saling menginspirasikan
modern (Suwardani,2015). Transisi ini (Markusen, & Nicodemus,2014). Secara
dikhawatirkan dapat menggeser nilai-nilai mikro berdasarkan National Endowment for
budaya setempat yang sudah ada sejak turun the Arts (NEA) creative placemaking
temurun sehingga mengakibatkan krisis merupakan ruang atau tempat kreatif yang
identitas budaya Bali. Oleh karena itu, mengintegrasikan kegiatan seni, budaya, dan
dikeluarkanlah peraturan pemerintahan desain yang melibatkan masyarakat, seniman,
daerah Bali yaitu mengenai Kepariwisataan desainer, dan budayawan, dalam upaya
Budaya Bali, yang berisi tujuan dari konsep memperkuat komunitas, memajukan
Cultural Tourism. Isi dari konsep Cultural perubahan ekonomi, fisik, dan sosial lokal.
Tourism ialah, pelestarian lingkungan alam Dengan demikian, creative placemaking dapat
Bali secara berkelanjutan, meningkatkan dan diartikan sebagai upaya menggabungkan
memper-kuat harkat, martabat, serta jati diri suatu desain dengan aktivitas seni dan budaya
masyarakat Bali, serta meningkatkan yang kreatif secara efisien (Atika, &
kesejahteraan masyarakat Bali yang merata Poedjioetami, 2022).
dan berkelanjutan (Peraturan Daerah Provinsi Sebagai daerah tujuan wisata, Bali
Bali Nomor 2 Tahun 2012). mempunyai daya tarik wisata yang menarik
Bentuk pelestarian dari konsep cultural untuk dikunjungi dari segi daya tarik wisata
tourism tersebut berupa penerapan Tri Hita budaya, alam maupun buatan (Hariyana, &
Karana sebagai dasar pola tata ruang dalam Mahagangga, 2015). Oleh karena itu,
merancang suatu kawasan. Tri Hita Karana diperlukannya kajian mengenai prinsip –
adalah usaha dalam menciptakan tiga bentuk prinsip creative placemaking dengan
hubungan hidup sebagai satu kesatuan yang perspektif kearifan lokal yang menghasilkan
dapat membentuk kondisi hidup yang kriteria desain sebagai daya tarik wisata
harmonis (Wahana, dkk.,2015). Tri Hita budaya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
Karana ini sebagai dasar utama pembentukan prinsip – prinsip creative placemaking apa
zonasi ruang dari konsep sanga mandala. saja yang sesuai dengan koridor wisata
Konsep sanga mandala sendiri merupakan budaya dan juga kriteria desain seperti apa
penggabungan dari konsep orientasi sumbu yang tepat untuk diterapkan kedalam Pusat
bumi dan sumbu ritual atau sumbu matahari Kegiatan Seni Dan Budaya Di Jimbaran, Bali.
(Widhiarini, dkk.,2019). Dengan adanya penelitian ini, maka didapati
Penerapan konsep sanga mandala ke dalam kebaharuan dalam perancangan Pusat
perancangan kawasan sangat berpotensi untuk kegiatan seni dan budaya, dimana konsep
memenuhi salah satu dari prinsip – prinsip desain yang diterapkan tidak monoton namun
creative placemaking yaitu terintegrasi diselipkannya unsur kreativitas budaya dan
terhadap budaya. Secara makro Creative sekaligus sebagai bentuk pelestarian aset –
Placemaking diartikan sebagai jiwa dari ruang aset lokal khususnya di daerah bali.
publik dan pribadi, meremajakan struktur dan
pemandangan jalan, meningkatkan B. STUDI PUSTAKA
B.1 Creative Placemaking
173
Agora: Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur Usakti,
Volume 20, Nomor 2, Desember 2022

Ann Markusen dan Anne Gadwa (2010) (Sumber : Richards, 2020)


mendefinisikan placemaking kreatif sebagai
B.2 Kearifan Lokal
sebuah kemitraan antara sektor publik,
swasta, nirlaba, dan komunitas untuk secara Kearifan lokal dapat diartikan sebagai
strategis membentuk karakteristik ekonomi, gagasan hidup yang berdasarkan atas pikiran
fisik, dan sosial dari suatu tempat di sekitar yang jernih, karakter mulia, serta
aktivitas seni dan budaya. Lebih lanjut, Ann mengandung kepositifan (Sumiarsa, dkk.,
Markusen dan Anne Gadwa (2010) 2022). Kearifan lokal dapat dikaji lebih lanjut
menjelaskan bahwa Placemaking yang dengan menelusuri proses pewarisan nilai
kreatif menjiwai ruang publik dan privat, dari satu generasi ke generasi berikutnya
meremajakan struktur dan pemandangan (Mungmachon, 2012). Meskipun demikian,
jalan, meningkatkan kelangsungan bisnis terdapat kendala yang sering dihadapi setiap
lokal dan keamanan publik, dan menyatukan destinasi wisata seperti, sulitnya dalam
beragam orang untuk merayakan, menjaga keaslian serta keunikan sosial,
menginspirasi, dan terinspirasi. budaya dan tradisi setempat (Diana, &
Tujuan pembuatan tempat kreatif adalah Setiawan,2021).
untuk memajukan umat manusia melalui Kearifan lokal masyarakat Bali menghasilkan
inisiatif artistik yang membangun komunitas tatanan kehidupan sosial masyarakat Bali
yang sehat dan kuat. Placemaking kreatif yang lebih nyaman. Hal ini dikarenakan
adalah gerakan seniman dan desainer, seluruh pola yang berhubungan dengan baik
kelompok budaya dan organisasi seni yang kepada Tuhan Yang Maha Esa, hubungan
keluar dari silo dan masuk ke lingkungan antara manusia, serta hubungan dengan
mereka. Ini adalah tentang kemitraan lintas lingkungan yang saling berkaitan satu sama
sektor yang memanfaatkan kekuatan seni lainnya dengan konsep Tri Hita Karana, dan
untuk mengubah dan memajukan lingkungan juga mempengaruhi pola ruang sehingga
kita, yang diprakarsai oleh wirausahawan memberikan kesan yang baik dan juga sangat
atau tim wirausaha (Markusen dan Gadwa, berarti bagi desa dan masyarakat
2010). (Widyastuty, 2018). Keberadaan tata ruang
Adapunn prinsip dasar Creative Placemaking dan sosial masyarakat bali inilah yang
dapat dijabarkan pada gambar 1 di bawah: menjadi daya tarik maupun pesona tersendiri
bagi wisatawan lokal maupun mancanegara
menjadikan identitas khas yang harus
dilestarikan, dipertahankan secara
berkelanjutan (Kasuma, & Suprijanto,2013).
Bentuk pengembangan dari perspektif
kearifan lokal dapat lihat dari segi
kemampuan dan penerimaan masyarakat
setempat. Hal ini bermaksud untuk
mengetahui karakter serta kemampuan
masyarakat yang bisa digunakan dalam
Gambar 1. Prinsip Dasar Creative upaya pengembangan wisata pusat seni dan
Placemaking budaya.
174
Putri Feros Wahyuning: Creative Placemaking dengan Perspektif Kearifan Lokal pada Perancangan
Pusat Seni dan Budaya di Bali (172-182)

B.3 Sanga Mandala


Sanga Mandala adalah gabungan dua kata
Sanga dan Mandala yang memiliki arti
tersendiri ‘angka sembilan’ dan
‘zona/wilayah’ sehingga membentuk sebuah
konsepsi yang dikenal sebagai tatanan
arsitektur tradisional bali (Ramseyer dan
Tisna, 2001). Konsepsi ini pada dasarnya
membagi suatu lahan atas sembilan petak
wilayah atau sembilan zona yang masing-
masing memiliki nilai-nilai kesakral profanan
Gambar 3. Denah Tata Rumah Tradisional
tersendiri. Pembagian wilayah/zona didasari Bali
oleh orientasi kosmologis Bali yang (Sumber: Ramseyer, 2003 dan Sitinjak, dkk.,
2020)
mengambarkan delapan arah mata angin
dengan satu titik fokus ditengahnya C. METODE PENELITIAN
(Budihardjo, 1990). Metode penelitian yang digunakan metode
Konsepsi ini berkenaan tentang arah sakral kualitatif deskriptif melalui studi literatur.
dan arah profan dalam tatanan budaya Proses penelitian ini diawali dengan
masyarakat Hindu Bali, yaitu konsepsi perumusan masalah, kemudian hasil
tentang pasangan arah Kaja-Kelod (arah perumusannya dibahas dan disandingkan
gunung – arah laut) dan Kangin-Kauh (arah dengan studi literatur yang berhubungan
matahari terbit – arah matahari terbenam). langsung dengan tujuan penelitian, yang
(Suryada, & Bagus, 2018) kemudian menghasilkan temuan berupa
kriteria desain. Temuan kriteria desain inilah
sebagai pemecah masalah penelitian.
1. Lokasi penelitian, berada di Jalan
Karangmas, Jimbaran, Bali.
2. Ruang lingkup penelitian, prinsip –
prinsip creative placemaking dengan
batasan dari segi perspektif kearifan
lokal, kriteria desain yang dihasilkan dari
Gambar 2. Persilangan Sumbu Kaja-Kauh
dengan Sumbu Kangin-Kauh prinsip – prinsip creative placemaking
(Sumber : Gelebet dkk, 2002 dan Suryada, 2018) dengan perspektif kearifan lokal,
menerapkan sanga mandala sebagai
Dari hasil sembilan zonasi seperti pada
salah satu tolak ukur perspektif kearifan
gambar 2. untuk menempatkan massa
lokal.
bangunan kedalam zonasi mengikuti
3. Sumber data, data diperoleh dengan
penempatan yang sesuai dengan Rencana Tata
kajian literatur terdahulu.
Rumah Tradisional Bali, yaitu:

175
Agora: Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur Usakti,
Volume 20, Nomor 2, Desember 2022

4. Teknik analisis data, data dianalisis


dengan teknik analisis deskriptif
kualitatif dari hasil persortiran kajian
literatur, sehingga dapat memperoleh
gambaran berupa kriteria desain yang
diterapkan kedalam pusat seni dan
budaya di jimbaran, bali.
Gambar 5.
Eksisting Tapak Perancangan
(Sumber : Dokumentasi, 2021)

Dari gambar di atas, kondisi eksisting tapak


tergolong semi publik, dikarenakan hanya
sisi utara yang berbatasan dengan jalan
utama, sisi barat, timur, dan selatan
berbatasan dengan jalan lingkungan Jimbaran
Hub. dan vegetasi.
Tapak perancangan memiliki luas sebesar
36.180m2 dengan kondisi tapak yang
berkontur yang kemiringan lahannya sekitar
15 hingga 30%. Bentuk tapak sedikit miring
ke arah barat laut, dimana bila di tarik lurus
langsung menghadap Gunung Agung.
Gunung Agung merupakan kaja dari Konsep
Sanga Mandala.

Gambar 4. Kerangka Proses Penelitian


(Sumber : Analisis, 2022)

D. HASIL PENELITIAN
D.1 Lokasi Penelitian
Tapak perancangan berlokasikan di Jalan
Karangmas, jimbaran, bali. Lokasi tapak
merupakan kawasan yang digalakkan
pemerintah sebagai kawasan pariwisata
(Sarbagita), hal ini telah tercantum pada
Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2014.

Gambar 6.
Arah perletakan tapak terhadap Gunung Agung
(Sumber: EarthGoogle, Analisis, 2022)

176
Putri Feros Wahyuning: Creative Placemaking dengan Perspektif Kearifan Lokal pada Perancangan
Pusat Seni dan Budaya di Bali (172-182)

D.2 Kajian Penerapan Creative Dari gambar 6. di atas, selanjutnya


Placemaking diimplementasikan ke dalam tapak
Prinsip dasar creative placemaking dari hasil perancangan seperti gambar dibawah ini:
kajian pusataka terdiri atas tiga dasar, yaitu:
(a) Budaya, (b) Makna, (c) Kreatifitas.
(Richards, 2020).
D.2.1 Budaya
Terdapat hubungan antar ruang yang
memanfaatkan budaya tangible dan budaya
intangible (Richards, 2020). Dalam budaya
Bali dari segi Arsitektur Tradisionalnya Gambar 8.
konsep yang diterapkan selalu Pembentukan Zonasi dari arah orientasi Kaja-
mempertimbangkan dari aspek alam, iklim, Kelod pada Tapak.
(Sumber: Analisis, 2022)
sosial, tata ruang luar, pola ruang, struktur
bangunannya, serta penggunaan material
bangunannya (Sitinjak, dkk., 2022). Budaya
tangible yang dimunculkan dalam penelitian
ini dengan menggunakan konsep sanga
mandala sebagai perencanaan pola tata ruang
kawasan.

Gambar 9.
Pembentukan Zonasi dari arah orientasi Kangin-
Kauh pada Tapak.
(Sumber: Analisis,2022)

Persilangan dari gambar 6. dan gambar 7.


menghasilkan konsep Sanga Mandala yang
mana berupa sembilan zonasi dengan
kesakralan – profanan dari masing – masing
zonanya.

Gambar 7.
Konsep zona Tri Mandala dan Sanga Mandala.
(Sumber: Sitinjak, dkk., 2022)

Gambar 10.
Hasil persilangan sumbu Kaja-Kelod dengan
Kangin-Kauh.
(Sumber : Analisis, 2021)

177
Agora: Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur Usakti,
Volume 20, Nomor 2, Desember 2022

Dari gambar diatas terdapat sembilan zona NM (Nistaning Madya), adalah Bale Dauh
dengan fungsi zona yang berbeda-beda. zona dengan fungsi paviliun barat biasanya
Dalam menentukan fungsinya dapat untuk tempat tidur anak.
menggunakan Tata Ruang Rumah Tradisional NN (Nistaning Nista), adalah Angkul – angkul
Bali. zona dengan fungsi pintu masuk kawasan
rumah.
Dari keterangan yang dijelaskan di atas,
berikut bentuk implementasi zoning ke dalam
tapak perancangan:

Gambar 11.
Denah Tata Rumah Tradisional Bali Gambar 12.
(Sumber: Ramseyer, 2003 dan Sitinjak, dkk., Tata letak massa bangunan berdasarkan Konsep
2020) Sanga Mandala.
(Sumber: Analisis, 2022)

Berikut keterangan sembilan zona sanga Dari gambar di atas yang merupakan hasil
mandala berdasarkan Tata Ruang Rumah implementasi dari segi kearifan lokal,
Tradisional Bali (RTB): selanjutnya dikaitkan dengan creative
UU (Utamaning Utama), adalah zona paling placemaking. Hal ini dapat dilihat dari ruang
sakral yang difungsikan sebagai penempatan – ruang luar bangunan yang tercipta antar
Kuil Keluarga massa bangunan.
UM (Utamaning Madya), adalah Bale Gede
zona dengan fungsi paviliun untuk upacara
adat.
UN (Utamaning Nista), adalah Lumbung zona
dengan fungsi tempat penyimpanan atau
gudang.
MU (Madyaning Utama), adalah Bale Maten
zona dengan fungsi paviliun untuk tidur.
MM (Madyaning Madya), adalah Natah zona Gambar 13.
Area sebagai penunjang aktivitas luar ruangan.
kosong yang yang difungsikan sebagai (Sumber: analisis, 2022)
sirkulasi udara kawasan rumah.
MN (Madyaning Nista), adalah Pawon zona Dari gambar di atas, ruang luar bangunan
dengan fungsi dapur. didesain dengan menata Ruang-ruang kreatif

178
Putri Feros Wahyuning: Creative Placemaking dengan Perspektif Kearifan Lokal pada Perancangan
Pusat Seni dan Budaya di Bali (172-182)

secara merata sepanjang pedestrian. Hal ini merupakan bangunan utama dari kawasan Art
memudahkan pengunjung dalam berinteraksi and Cultural Center. Sedangkan pasar seni
maupun beristirahat. ialah wadah untuk sumber penghasilan para
D.2.2 Makna seniman, yang mana ini merupakan
Rancangan suatu ruang yang dapat kebutuhan setelah Ibadah. Pada gambar 14.
menceritakan serta menjelaskan makna yang massa museum diletakan pada arsiran
terkandung dengan memadukan kebutuhan berwarna salmon dan massa pasar seni pada
pengguna, kegiatan, dan lokasi (Richards, arsiran warna oren.
2020). Hal ini diartikan dengan menyusun Utamaning Nista, adalah zona profan, maka
skenario dari penempatan-penempatan massa fungsi yang paling tepat digunakan sebagai
bangunan yang berdasarkan fungsi tempat parkiran.
bangunannya yang menciptakan satu Madyaning Utama, adalah zona tengah
kesatuan yang kokoh. mengarah ke Kauh. Dengan demikian, fungsi
Dari hasil pembagian sembilan zonasi beserta bangunan yang cocok ialah permukiman
fungsi bangunan didalamnya, berikut seniman dan fasilitas pendidikan seni dan
penjelasan mengenai penempatan fungsi budaya. Hal ini dikarenakan, berdasarkan
bangunan berdasarkan zonasi Konsep Sanga Tata Ruang Rumah Tradisional Bali zona ini
Mandala: sebagai tempat istirahat kepala keluarga dan
juga secara hirarkinya bangunan utama kedua
setelah pura. Sedangkan fasilitas pendidikan
seni dan budaya, selain para seniman sebagai
pelaku utama bangunan tersebut namun ada
pengunjung yang sebagai pelaku utama
kedua untuk fungsi bangunan ini yaitu
sebagai murid yang ingin belajar. Pada
gambar 14.
Madyaning Madya, adalah zona paling
tengah yang difungsikan sebagai ruang
Gambar 14. terbuka aktif. Hal ini dikarenakan sebagai
Rancangan Tata letak massa bangunan
(Sumber: Analisis, 2022) daya tarik wisatawan dan juga salah satu
bentuk implementasi creative placemaking
Utamaning Utama, adalah zona paling sakral
yang memfungsikan ruang luar sebagai
oleh karena itu pada zona tersebut bangunan
aktivitas berinteraksi. Untuk mengaktifkan
yang ditempatkan ialah Pura atau Kuil
ruang terbuka, dapat difungsikan sebagai
Kawasan Art and Cultural Center. Pada
panggung terbuka (amphitheatre).
gambar 14. massa diletakan pada arsiran
Madyaning Nista, adalah zona tengah profan.
berwarna putih.
Zona ini juga sangat berpotensi sebagai
Utamaning Madya, adalah zona tengah
Entrance pejalan kaki untuk memasuki
mengarah ke Kelod maka fungsi bangunan
kawasan Art and Cultural Center.
yang cocok di zona ini adalah bangunan
Nistaning Utama, berdasarkan Tata Ruang
dengan fungsi museum dan Pasar Seni. Hal
RTB zona ini dikosongkan. Implementasi ke
ini dikarenakan fungsi bangunan Museum

179
Agora: Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur Usakti,
Volume 20, Nomor 2, Desember 2022

dalam perancangan, zona ini difungsikan aktif (Resmawa & Masruroh, 2019). Hal
sebagai Entrance Kawasan Art and Cultural ini dapat diimplementasikan dengan
Center dikarenakan letak zona ini berhadapan menjadikan ruang terbuka terikat oleh semua
langsung dengan jalan utama dan dapat pelaku kegiatan untuk saling berinteraksi.
memudahkan para pengunjung untuk Selain itu, juga didukung dengan
memasuki ke dalam kawasan. menempatkan ruang-ruang kreatif yang
Nistaning Madya, Berdasarkan Tata Ruang tersebar secara merata.
RTB zona ini sebagai tempat istirahat anak,
dari segi tingkat sakral – profan, zona ini E. KESIMPULAN
sangat berpotensi untuk bangunan dengtan Hasil yang didapatkan dari penelitian
fungsi sebagai museum dan gedung mengenai, Creative Placemaking dengan
pertunjukan. Hal ini dikarenakan selain Perspektif Kearifan Lokal pada Perancangan
berkaitan dengan sanga mandala konsep Pusat Kegiatan Seni dan Budaya di Jimbaran,
desain juga dikaitkan dengan creative Bali berupa kriteria desain yang diantaranya:
placemaking. Budaya
Nistaning Nista, adalah zona paling profan, • Menerapkan konsepsi Sanga Mandala
sehingga fungsi yang tepat adalah sebagai sebagai aspek perencanaan pola penataan
tempat parkiran. Selain tempat parkiran, zona ruang. Hal ini merupakan bentuk
ini juga sebagai Entrance kendaraan untuk implementasi dari hubungan antar ruang
memasuki kawasan parkiran Art and Cultural yang memanfaatkan budaya tangible dan
Center. budaya intangible. Zona yang dihasilkan
Penempatan massa – massa bangunan ke diantaranya:
dalam tapak yang telah terimplementasikan o Utamaning Utama, dengan fungsi
oleh sanga mandala berdasarkan hirarki bangunan yang bernilai religius.
bangunan dari Rumah Tradisional Bali. o Zona Utama, dengan fungsi bangunan
D.2.3 Kreatifitas utama dalam perancangan kawasan.
Penciptaan ruang kreatif bersama dan o Zona Madya, dengan fungsi bangunan
berelasi dalam meningkatkan kualitas hidup, penunjang dalam perancangan
melalui aktivitas kreasi budaya maupun loka kawasan.
karya bersama (Richards, 2020). Hal ini o Zona Nista, dengan fungsi area service
diartikan dengan menempatkan aktivitas kawasan.
kreasi dengan lokasi strategis sebagai bentuk Makna
daya tarik pengunjung saat mengunjungi • Pemaknaan ruang didasari dengan pola tata
kawasan wisata. ruang Rumah Tradisional Bali.
Perlunya dilakukan ruang kreatif bersama Penempatan-penempatan massa bangunan
dalam menciptakan kualitas hidup yang baik ini menghasilkan satu kesatuan kawasan
di destinasi wisata. (Atika, & Poedjioetami, yang kokoh. Makna yang diambil
2022). Pariwisata kreatif didasari oleh teori berdasarkan hirarki fungsi bangunan pada
pembangunan berkelanjutan, yang Rencana Tata Rumah Tradisional Bali.
menawarkan pengalaman belajar dan Kreatifitas
pelatihan supaya wisatawan bisa berperan

180
Putri Feros Wahyuning: Creative Placemaking dengan Perspektif Kearifan Lokal pada Perancangan
Pusat Seni dan Budaya di Bali (172-182)

• Menciptakan ruang luar yang aktif dan Wisata Minat Khusus Dalam
kreatif. Selain itu, menempatkan aktivitas Mendukung Pengembangan Pariwisata
kreasi dengan lokasi strategis sebagai Berkelanjutan di Bali." Pusaka: Journal
bentuk daya tarik pengunjung wisata. of Tourism, Hospitality, Travel and
Secara spesifiknya aktivitas kreasi berupa Business Event 1.2 (2019): 46-52.
aktivitas seniman saat menciptakan DOI:https://doi.org/10.33649/pusaka.v1i
karyanya, dimana wadah menciptakan 2.18
karyanya tersebut dengan menyebar ruang Markusen, Ann, and Anne Gadwa
-ruang kreatif disepanjang pedestrian Nicodemus. "Creative placemaking: how
kawasan. Hal ini yang menciptakan ruang to do it well." Community Development
luar aktif dan kreatif. Seniman Investment Review 2 (2014): 35-42.
mempertontonkan proses pembuatan Hariyana, I. Kadek, and I. G. A. O.
karyanya kepada pengunjung yang sedang Mahaganggaa. "Persepsi masyarakat
berada diluar ruangan. terhadap pengembangan kawasan goa
peteng sebagai daya tarik wisata di desa
DAFTAR RUJUKAN jimbaran kuta selatan kabupaten
Ngurah, I. Dewa Gede, and Made Suyana badung." Jurnal Destinasi Pariwisata
Utama. "Peran Modal Sosial, Potensi ISSN 2338 (2015): 8811.
Pariwisata Dan Pemberdayaan Markusen, Ann, and Anne Gadwa. "Creative
Masyarakat Pada Pembangunan placemaking." Washington, DC 2010.
Pariwisata Berbasis Masyarakat Di Sumiarsa, Fitri, Kiky Yustikasari, and Evi
Kawasan Strategis Pariwisata Lebih." E- Novianti. "Strategi Pengembangan
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Kampung Wisata Berbasis Kearifan
Udayana 7.2018 (2018): 1647-1666. Lokal di Desa Mirat Kabupaten
Suwardani, Ni Putu. "Pewarisan nilai-nilai Majalengka." TOBA: Journal of
kearifan lokal untuk memproteksi Tourism, Hospitality and Destination 1.1
masyarakat Bali dari dampak negatif (2022): 25-29.
globalisasi." Jurnal Kajian Bali 5.2 DOI:https://doi.org/10.55123/toba.v1i1.
(2015): 247-264. 107
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Mungmachon, Miss Roikhwanphut.
Tahun 2012 Tentang “Kepariwisataan "Knowledge and local wisdom:
Budaya Bali”. Community treasure." International
Wahana, Ni Putu Purnasari Dewi, Sriti Journal of Humanities and Social Science
Mayang Sari, and Anik Rakhmawati. 2.13 (2012): 174-181.
"Wujud Ajaran Tri Hita Karana pada Diana, Diana, and Avi Budi Setiawan.
Interior Pura Agung Jagad Karana "Evaluasi Penerapan Community Based
Surabaya." Intra 3.2 (2015): 520-530. Tourism (CBT)." Efficient: Indonesian
WIDHIARINI, NI MADE AYU NATIH, Journal of Development Economics 4.1
PUTU ENI OKTAVIAN, and NI PUTU (2021): 1044-1065.
FEBY DEVIRA PERMANITA. Widyastuty, A. A. S. A. "Tri Hita Karana
"Arsitektur Tradisional Bali Pada dalam Pengendalian Perkembangan Pola
Bangunan Puri Sebagai Daya Tarik

181
Agora: Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Arsitektur Usakti,
Volume 20, Nomor 2, Desember 2022

Permukiman di Desa Kaba-Kaba DOI:https://doi.org/10.1016/j.annals.202


Tabanan bali." Seminar Nasional Hasil 0.102922
Riset dan Pengabdian (SNHRP-1) Ramseyer, Urs. Bali dalam dua dunia,
Inovasi Teknologi dan Pendidikan Guna Matamerabook, 2003.
Mewujudkan Indonesia Sejahtera di Era Daftar Rujukan Website
Industrialisasi. Vol. 4. 2018. [1] https://www.arts.gov/impact/creative-
Kasuma, Putu Agus Wira, and Iwan placemaking (diakses pada tanggal 28
Suprijanto. "KARAKTERISTIK maret 2022)
RUANG TRADISIONAL PADA DESA
ADAT PENGLIPURAN, BALI-
Characteristic of Traditional Space in the
Traditional Village of Penglipuran, Bali."
Jurnal Permukiman 7.1 (2013): 40-50.
Suryada, I. G. A. B., and Gusti Agung Bagus.
"Konsepsi Tri Mandala Dan Sanga
Mandala Dalam Tatanan Arsitektur
Tradisional Bali." Jurnal SUlapa 4.1
(2012): 23-32.
Ramseyer, Urs, and I. Gusti Raka Panji Tisna,
eds. Bali: Living in Two Worlds:[a
Critical Self-portrait. Schwabe, 2001.
Atika, Firdha Ayu, and Esty Poedjioetami.
"Creative Placemaking Pada Ruang
Terbuka Publik Wisata Bangunan Cagar
Budaya, Untuk Memperkuat Karakter
Dan Identitas Tempat." Pawon: Jurnal
Arsitektur 6.1 (2022): 133-148.
DOI:https://doi.org/10.36040/pawon.v6i
1.3810
Sitinjak, Ronald Hasudungan Irianto, Laksmi
Kusuma Wardani, and Poppy
Firtatwentyna Nilasari. "Traditional
Balinese Architecture: From Cosmic to
Modern." SHS Web of Conferences. Vol.
76. EDP Sciences, 2020.
DOI:https://doi.org/10.1051/shsconf/202
07601047
Richards, Greg. "Designing creative places:
The role of creative tourism." Annals of
tourism research 85 (2020): 102922.

182

Anda mungkin juga menyukai