Anda di halaman 1dari 15

PEMBERDAYAAN LOKALITAS DAN KREATIVITAS:

UPAYA MENUJU BANDUNG KOTA KREATIF


Tri Rahayu1, Roni Sugiarto2
1. Kelompok Bidang Ilmu Filsafat Arsitektur, Program Studi Ilmu Filsafat, Fakultas Filsafat,
Universitas Katolik Parahyangan, Jl. Nias No.2 Bandung
2. Kelompok Bidang Ilmu Sejarah Teori dan Falsafah Arsitektur, Program Studi Teknik
Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan, Jl. Ciumbuleuit No. 94 Bandung
archde14@gmail.com, ronisugiarto1304@gmail.com

Abstrak
Ketika modernitas dengan segala kebakuan dan kepraktisannya kian merayap, lokalitas pun tetap
elegan dengan pesonanya. Lokalitas seolah menjadi daya pikat tersendiri, menjadi obat kerinduan
pada masa lalu. Segala yang berbau tradisi, menginspirasi arsitek dan perancang kota. Rancangan
yang kreatif tentu memiliki daya pikat tersendiri bagi warga dan wisatawan lokal ataupun non-
lokal. Bandung adalah kota dengan julukan Paris Van Java, yang berkonsekuensi pada penataan
infrastruktur dan wajah kota yang kental identitasnya dengan budaya Sunda nan elok. Peluang ini
tentu membutuhkan kreativitas yang menjajakan keunikan dan identitas khas ala Bandung.
Penelitian tentang penaataan ruang kota, strategi perencanaan menuju kota kreatif, dan strategi
berkelanjutan tentu menjadi penting untuk mewujudkan Bandung Kota Kreatif. Penelitian
dilakukan dengan mengamati infrastruktur kota Bandung di beberapa titik sentral pada bangunan
bersejarah hingga wajah kota, dan bagaimana strategi pemerintah mengatasi persoalan ini,
kaitannya dengan kreativitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya menuju Bandung Kota
Kreatif dilakukan melalui pemberdayaan ‘ekonomi kreatif‘ di bidang fashion, kuliner, dan desain
yang bertebaran menghiasi wajah kota hingga wilayah perbukitan. Kota kreatif memungkinkan
pencapaian masyarakat hidup sejahtera dan mandiri secara ekonomi. Lebih jauh lagi, melalui
program ‗Bandung Kota Kreatif‘, imbasnya bukan hanya menuju kota kreatif tapi sebagai ‗smart
city‘yang dilakukan melalui strategi : inovasi, desentralisasi dan kolaborasi.

Kata kunci:lokalitas, kreativitas, budaya Sunda, Bandung kota kreatif

Abstract
Title: Empowerment of Locality and Creativity: The Effect towards Bandung Creative City

As modernity with all rigidity and practically increasingly creeping, the locality was still elegant
with its charm. Localities seems to be a special allure which become healer of longing of the past.
Everything related to tradition inspires architects and city planners. Creative design certainly has
allure for residents, local and non local tourists. Bandung is the city wellknown as Paris Van
Java, which has consequence to the arrangement of the infrastucture and face of the city with
strong identity of exquisite Sundanese culture. These opportunities would require creativity which
offer uniqueness and special identity of Bandung. The study of city arrangement, planning stategy
towards creative city, and sustainable strategy would be essential to realize the Bandung Creative
City. The study was conducted by observing Bandung infrastucture at some central points in the
heritage building until face of the city, and how the goverment‘s strategy to overcome this
problem, related to creativity. The result shows that efforts to Bandung Creative City is done
through empowerment of ‗creative economy‘ in fashion, culinary, and design decorate city faces
up to hilly region. Creative city allows the achivement of community prosperity and economically
independence. Furthermore, through ‗Bandung Creative City‘ program, the impact is not only to
the creative city but also to a ‘smart city‘ which is done the following strategies: innovation,
decentralization, and collaboration.

Keywords: locality, creativity, Sundanese culture, Bandung creative city

93
ATRIUM, Vol. 2, No. 2, November 2016, 93-108

Pendahuluan telah banyak mengundang minat para


akademisi dan pemangku kebijakan
Lokalitas dan kreativitas merupakan (Girard, L.F., Baycan, T., Nijkamp,
identitas yang melekat pada akhir 2011). Dari yang mengkonsentrasikan
modernisme. Segala yang berbau kajiannya pada upaya pemberdayaan
tradisi seolah kian menawan ketika industri kreatif dilihat dari konteks
keseragaman bentuk polatik terasa kemodernan (Girard., et.all, 2011)
membosankan. Bukan saja pada hunian hingga yang mencoba mengkritisi dan
rumah tinggal yang mengambil merekonseptualisasi ulang model kota
inspirasi budaya tradisi, melainkan juga kreatif (Harris,A., Mareno, L., 2011).
pada skala yang lebih besar pada tata Sementara itu kajian tentang lokalitas
kota juga mengindikasikan hal serupa. sebagai salah satu peluang
Para arsitek dan perancang kota pengembangan kota kreatif masih
dituntut lebih kreatif menyiasati banyak yang belum tergali. Padahal
tuntutan dan kebutuhan masyarakat banyak hal yang bisa dilakukan untuk
urban. Rupanya ini menjadi indikasi menciptakan keunikan kota. Itu
kuat ketika para perancang mulai sebabnya, penelitian lokalitas dan
melirik rancangan ala Sunda tradisi kreativitas sebagai kesatuan
pada tempat-tempat wisata, kuliner pemberdayaan menuju kota kreatif,
hingga fashion. Disaat kerinduan pada kiranya layak untuk dilihat dan dikaji
tradisi menjadi asupan nutrisi yang lebih jauh. Fokus penelitian mencoba
menenangkan, pada arsitek dan mencari berbagai aspek upaya
perancang kota melihatnya sebagai mewujudkan kota kreatif di Bandung.
peluang kreativitas dalam perancangan Bagaimana penataan ruang kota?
infrastruktur kota yang mengadopsi Strategi seperti apa yang dilakukan
budaya tradisi. Julukan Bandung Paris pemerintah sebagai upaya perencanaan
Van Java sekaligus menjadi daya pikat menuju kota kreatif? Peran apa yang
tersendiri bagi wisatawan lokal maupun dapat dilakukan masyarakat untuk
non lokal. Peluang ini menjadi isyarat mendukung program pemerintah? Serta
utama perancangan yang mengolah bagaimana strategi berkelanjutan yang
kultur modern bergandengan dengan dilakukan pemerintah untuk
tradisi. Disisi lain, karakter masyarakat mewujudkan Bandung sebagai kota
Sunda yang memiliki kebiasaan kreatif?
‗ngariung‘ (dari bahasa Sunda yang
artinya ‗berkumpul‘) sekaligus menjadi
peluang kreativitas yang perlu Metode Penelitian
diperhatikan dalam mewujudkan
Penelitian ini dilakukan melalui
Bandung Kota Kreatif dan Smart City.
pendekatan yang bersifat kualitatif
Kondisi yang demikian dapat menjadi
(qualitative method), dengan teknik
peluang sekaligus tantangan dalam
pengambilan data observasi langsung
pengembangan kota kreatif.
(direct observation). Peneliti terlibat
Sebutan tentang ‗Kota Kreatif‘ tentu secara langsung (insider)di lapangan;
bukan s+emata karena banyaknya seni mengalami ruang, mengamati dan
dan kerajinan yang ada, juga bukan meleburkan diri dengan fenomena yang
sebatas kreativitas masyarakatnya terjadi. Hal ini dilakukan untuk
semata, melainkan juga penataan ruang menemukan data lebih detail sehingga
kota, dan tersedianya fasos fasum yang memungkinkan peneliti dapat
memadai. Istilah kota kreatif, rupanya mengabstraksi pengetahuan baru dari

94
Rahayu, Pemberdayaan Lokalitas dan Kreativitas

proses, tindakan, dan interaksi weekend.Tempat yang dipilih adalah


langsung dengan objek yang Dusun Bambu di Lembang. Tempat
ditelitinya, seperti yang dikatakan oleh tersebut dijadikan sampel penelitian
Creswell (2008). karena selain konsep perancangan
arsitekturnya yang mengadopsi
Metode Pengumpulan Data lokalitas budaya Sunda, juga tempat
Pengamatan langsung di lapangan tersebut merupakan tempat yang
dilakukan pada hari Sabtu tanggal 6 banyak diminati oleh wisatawan lokal
dan 13 Agustus 2016, kemudian di hari ataupun non lokal.
Minggu tanggal 7, 14 dan 21 Agustus
2016. Di hari Sabtu, peneliti Pengambilan data dilakukan peneliti
mengalami ruang dan mengamati dengan cara: mengalami fenomena
kawasan di sepanjang Jl. Merdeka, yang terjadi dan mengambil objek foto
yang meliputi lokasi tempat berdirinya yang mewakili situasi di beberapa titik
Gedung Merdeka, Museum Konferensi penting kota Bandung sebagai kota
Asia Afrika, dan Alun-alun pusat Kota kreatif—mulai dari kawasan heritage
Bandung. Perjalanan diteruskan dengan yang terletak di Jl. Merdeka dan Jl.
mengamati situasi yang terjadi di Braga, kawasan wajah kota yang
sekitar Jl. Braga, sebagai kota tua dan terletak di Jl. Ir. Juanda dan Jl. Dago
tempat bangunan-bangunan Heritage di Pojok hingga kawasan perbukitan yang
Kota Badung. Pada hari berikutnya, di mengusung konsep lokalitas Sunda
hari Minggu tanggal 7 Agustus 2016 yang terletak di Jl. Kolonel Matsuri
peneliti memfokuskan pencarian data Lembang. Dengan demikian, data yang
di daerah Gedung Sate dan di kawasan diperoleh dapat memberikan gambaran
Dago pukul 06.00-10.00 WIB untuk lebih detail dan dapat mewakili
menangkap moment car free day. pengembangan kota kreatif di
Peneliti menyusuri jalan dengan Bandung.
menjadi bagian masyarakat yang
menikmati ruang bebas dari Jl. Metode Analisis
Cikapayang menuju Jl. Ir Juanda Penelitian ini menggunakan analisis
hingga acara selesai. Pencarian data melalui pendekatan metode
dilakukan kembali di hari Minggu fenomenologi dan analisis teks. Metode
tanggal 14 Agustus 2016, untuk fenomenologi digunakan untuk
mendapatkan situasi yang berbeda di menyelami dan memahami fenomena
sepanjang daerah Dago pada moment yang terjadi di spot-spot kawasan
car free day. Tanggal 21 Agustus heritage, wajah kota hingga kawasan
peneliti melakukan pengamatan khusus perbukitan Bandung. Fenomenologi
di Kampung Kreatif yang terletak di merupakan pendekatan filsafat yang
Dago Pojok. memungkinkan terjadinya relasi
esensial antara peneliti/subjek yang
Penentuan lokasi pengambilan data di berkesadaran (conscious subject) dan
daerah Dago, karena daerah tersebut objek (object). Fenomenologi juga
merupakan wajah kota Bandung yang memungkinkan penjelasan tentang
banyak dipadati Factory Outlet, tempat objek bukan sekedar sebagai fakta-
kuliner, serta adanya kampung kreatif fakta melainkan juga menyelami
di jantung kota. Selain itu penelitian esensinya. Dalam memahami sebuah
juga dilakukan di daerah perbukitan objek—bangunan, kawasan, dan situasi
Lembang sebagai tempat favorit yang terjadi—peneliti meleburkan diri
masyarakat untuk menghabiskan waktu tanpa jarak, sekaligus juga mengambil

95
ATRIUM, Vol. 2, No. 2, November 2016, 93-108

jarak dari definisi untuk mendapatkan kreatif, dan (4) sebagai tempat
berbagai kemungkinan lain yang lebih berkembangnya budaya kreatif
terbuka. (Girard., et al, 2011). Lebih jauh Girard
mengatakan bahwa kota kreatif
Sementara analisis teks digunakan seharusnya mengembangkan solusi
untuk mendeskripsikan pengalaman imajinatif dan inovatif untuk berbagai
keterleburan langsung peneliti dengan masalah sosial, ekonomi dan
objek tanpa jarak. Teks yang lingkungan.
dimaksudkan bukan saja teks
gramatikal—yang didapat dari internet Kota Bandung adalah kota dengan
berupa informasi seputar Bandung— beragam komunitas dan identitas.
melainkan juga teks berupa gambar Banyak pendatang dari luar kota, juga
yang diperoleh dari pengambilan foto dari manca negara. Kondisi yang
di lapangan. Penggabungan antara demikian menuntut adanya ruang-
metode fenomenologi dan analisis data ruang komunal yang dapat
teks dilakukan untuk mendapatkan memfasilitasi mereka untuk saling
hasil penelitian lebih terbuka, akurat berinteraksi dan berdiskusi. Salah satu
dan komprehensif. solusi imajinatif dan inovatif
pemerintah kota sebagai bentuk
konkret berkembangnya ekonomi
Hasil dan Pembahasan kreatif yang mengakomodir beragam
Kreativitas telah menemukan banyak kebutuhan masyarakat kota adalah
refleksi dalam studi perkotaan yang dengan mengosongkan ruang di
menawarkan beberapa konsep baru; sepanjang Jl. Ir. Djuanda di setiap hari
seperti kelas kreatif, industri kreatif, minggu, lewat program ―car free
lingkungan kreatif, dan kota kreatif day.‖Ruang bebas asap tersebut
(Girard, et.all, 2011).Wacana kota memungkinkan berbagai aktivitas dan
kreatif telah menjadi perbincangan beragam komunitas bertemu saling
hangat di kalangan akademisi dan berinteraksi, berdagang, berkarya seni
praktisi yang bermuara pada konsep- secara langsung, dan berdiskusi santai
konsep Florida (2002), Hall (1998 dan tanpa gangguan bisingnya suara
2000), Scott (2000), Howkins (2002), kendaraan yang memadati ruang kota
Helbrecht (2004), ISoCaRP (2005), Wu di setiap harinya.
(2005), Jones (2007), dan Musterd Segar, sejuk, tanpa asap, dan terhubung
et.all (2007).Sejak ide Florida (2002) dengan alam tanpa sekat segera terasa
tentang kelas kreatif, industri kreatif saat mengalami ruang terbuka hijau di
dan kota kreatif juga ide Heilbrun., sepanjang Jl. Ir. Juanda Dago di hari
Gray (2004), Pratt (1997), Vogel minggu. Melebur dalam ruang kota,
(2001), Scott (2003), dan Gabe (2006) dalam keriuhan orang-orang dan
tentang keberhasilan lingkungan, maka diantara pengguna sepeda yang
tumbuh kesadaran baru tentang membaur dengan pejalan kaki.
kegiatan-kegiatan kreatif. Kota kreatif, Pengalaman hampir serupa juga terasa
umumnya dipahami dan digunakan saat diri berada di ruang terbuka hijau
dalam empat cara: (1) sebagai titik daerah perbukitan Lembang, tepatnya
fokus dari seni dan infrastruktur di Dusun Bambu Family Leisure Park.
budaya, (2) sebagai tempat Merasakan kesegaran dan aroma pohon
berkembangnya ekonomi kreatif, (3) pinus, menatap langit tanpa batas
kota kreatif identik dengan kelas

96
Rahayu, Pemberdayaan Lokalitas dan Kreativitas

membuat diri menjadi bagian dari sendiri berasal dari alasan kaum urban
alam. yang tinggal di kota bukan sebagai
keinginan melainkan sebagai
kebutuhan sehingga ada kerinduan
dengan suasana desa. Kerinduan pada
alam tanpa asap, kesejukan dan
kesegaran angin yang kian langka di
ruang kota, seolah terhadirkan di sana.

Penataan Ruang Kota


Sense of place desa menjadi inspirasi
menata infrastruktur kota mulai dari
fasos fasum hingga tempat liburan.
Kebiasaan orang desa yang cenderung
berkumpul, berbincang, bersama, juga
dituangkan dalam pembangunan
taman-taman di kota Bandung. Taman
tematik seperti Taman Jomblo yang
sekarang berganti nama menjadi
Taman Pasupati di Jl. Balubur, Taman
Gesit di Jl. Dipati Ukur, Taman Lansia
di Jl. Cilaki, Taman Musik Centrum di
Jl. Belitung, Taman Fotografi di Jl.
Gambar 1. Menyatu dengan diri yang lain
dalam ruang terbuka hijau Anggrek, Taman Dago di Jl. Ir. Juanda,
Sumber: Dokumentasi Rahayu, 2016 Taman Alun-alun yang terletak di pusat
kota Bandung, Taman Teras
Mengalami ruang seperti ini terasa diri Cikapundung di Jl. Siliwangi
berada di desa, menyatu dalam merupakan ruang publik di kota yang
keterleburan ―fourfold‖—earth, sky, memungkinkan warga saling
divinities, mortals—seperti yang berinteraksi. Perjumpaan mereka akan
diilustrasikan oleh Heidegger (1971). memungkinkan munculnya ide-ide
Melebur dengan kesatuan holistik kreatif, gagasan-gagasan baru dan
alam; merasakan hembusan angin, melahirkan banyak komunitas kreatif di
menyatu dan membaur dengan diri Bandung. Cara ini cukup efektif
yang lain, mengalami pengalaman memberikan ruang berkumpul, berbagi
langka sekaligus mengejutkan; saat dan berdiskusi bagi masyarakat kota di
melihat kebersamaan sepasang kakek- Bandung.
nenek dengan becak tuanya.
Sense of place desa makin terasa di saat
Ilustrasi kesan di atas adalah bagian car free day, yang memungkinkan
pengalaman ruang saat diri berada di banyak orang saling berinteraksi, dan
kota Bandung. Udara segar yang kian pasar tumpah seolah menjadi tradisi
langka di kota, tapi terasa saat berada setiapkali hari minggu tiba. Sensasi
di ruang-ruang terbuka hijau kota pasar desa seperti ini yang kerapkali
hingga di tempat berlibur daerah dirindukan oleh kaum urban.
perbukitan Lembang, daerah bagian
barat Bandung. Kondisi ini persis
seperti yang dikatakan oleh Landry
(2008), bahwa ide dari kota kreatif itu

97
ATRIUM, Vol. 2, No. 2, November 2016, 93-108

sengaja diciptakan untuk warga saling


interaksi dan dimungkinkan akan
muncul ide-ide kreatif baru yang
seringkali tak terduga.
Seperti yang disebutkan oleh Peck
(2005) bahwa ekonomi kreatif tidak
hanya tentang orang-orang kreatif dan
industri kreatif, tetapi juga tentang
pemasaran, konsumsi dan
pembangunan real estate. Kondisi yang
diilustrasikan oleh Peck, juga didapati
di kota Bandung. Selain pasar-pasar
tradisional di setiap hari dan di moment
car free day, Bandung juga mengalami
pembangunan yang cukup pesat. Di
kawasan sepanjang Jl. Ir. Djuanda, Jl.
Cihampelas, Jl. Merdeka, Jl.
Gambar 2. Taman Pasupati di bawah Ciumbuleuit, Jl Sukarno Hatta, banyak
jembatan layang
Sumber: Dokumentasi Rahayu, 2016 didapati real estate.Tidak hanya itu,
pembangunan lainnya terkait dengan
fasos fasum juga menjadi perhatian
utama pemerintah kota Bandung.
Penataan infrastuktur kota mulai dari
pembangunan gedung untuk fasilitas
umum, akses jalan dan pedestrian,
taman-taman kota, saluran air bersih,
pemukiman dan perumahan, tempat
pembuangan sampah, pengelolaan
sampah, sistem drainase, alat
transportasi umum juga menjadi
perhatian pemerintah. Alat-alat
transportasi umum seperti angkot,
andong, bus, becak, kereta api, sepeda
(bike sharing), dan kuda menjadi
pilihan warga.

Gambar 3. Pasar tumpah di hari minggu


saat car free day
Sumber: Dokumentasi Rahayu, 2016

Car free day memungkinkan suasana


bahagia tak terduga, dapat mempererat
hubungan, mengenal lebih dekat,
mengenal orang baru, memahami orang
lain, hingga hanya meluangkan waktu
senggang untuk bertemu dan Gambar 4. Bike sharing
berdiskusi. Ruang-ruang seperti ini Sumber: Dokumentasi Rahayu, 2016

98
Rahayu, Pemberdayaan Lokalitas dan Kreativitas

Kota kreatif tentu memiliki keunikan budaya Sunda. Berlokasi tepat di depan
tersendiri yang berbeda dengan kota- Gedung Sate, disetiap hari minggu
kota lainnya. Yang unik di kota ini kawasan ini menjadi tempat favorit
adalah tersedianya bike sharing yang warga untuk berkumpul, berolah raga,
merupakan solusi untuk mengatasi bersepeda, bersantai bersama keluarga
masalah lingkungan. dan teman-teman. Sejumlah fitur dan
faktor yang membedakan kota kreatif
Idenya dari Walikota Bandung yang adalah tentang ‗keunikan‘ dan
mencoba menggalang komunitas non- ‗keaslian‘ kota. Menurut Bradford
profit sejak 11 November 2011 dan (2004), kota kreatif mengekspresikan
terealisasi pada Juni 2012. Lokasi keunikan dan keaslian mereka dalam
shelter bike sharing berada di 13 hal: seni, perdagangan, dan masyarakat
wilayah, dan baru 5 shelter yang aktif serta intensitas hubungan diantara
(yourbandung.com). Melalui program ketiga hal tersebut. Keunikan dan
Bandung bike sharing diharapkan akan keaslian budaya lokal dengan ciri
meminimalkan polusi, dan menggugah berkumpul (ngariung)menjadi potensi
kesadaran warga kota untuk memilih yang memungkinkan terbentuknya ide-
sepeda sebagai alat transportasi yang ide kreatif.
ramah lingkungan dan menyehatkan.
Kini di setiap harinya telah banyak
didapati warga yang bersepeda. Ide
bike sharing adalah solusi imajinatif
yang mengatasi permasalahan polusi
dan membuat masyarakat peduli
dengan pola hidup sehat.

Tata kota lainnya adalah revitalisasi


lapangan Gashibu menjadi: ―Gashibu
Tepasna Jawa Barat.‖ Proyek ini
sedang dalam tahap penyelesaian. Gambar 6. Ruang bersama di lapangan
Rencananya, akan dibangun menjadi Gashibu hari minggu
Sumber: Dokumentasi Rahayu, 2016
kawasan tempat berkumpulnya orang
Bandung. Mengitari lapangan Gashibu sambil
menggerakkan tubuh dengan pancaran
sinar matahari pagi, tentu akan
membuat masyarakat menjadi lebih
sehat. Hal ini akan meminimalkan
angka kematian sekaligus juga dapat
menjaga hubungan dengan orang
terdekat yang disetiap harinya waktu
habis untuk kerja. Tahap berikutnya
Gashibu Tepasna Jawa Baratjuga akan
dilengkapi dengan taman, area parkir
sepeda, galeri para seniman Jawa Barat
Gambar 5. Gashibu Tepasna Jawa Barat
Sumber: Dokumentasi Rahayu, 2016 dan amphitheater.Kata ―Tepasna‖
dalam kalimat ―Bandung Tepasna
Sejak menjelang peringatan hari Jawa Barat‖mengindikansikan
kemerdekaan RI, lapangan tersebut pemberdayaan lokalitas dalam
dibuka. Rancangannya mengadopsi penataan infrastruktur kota. Hal ini

99
ATRIUM, Vol. 2, No. 2, November 2016, 93-108

sesuai dengan syarat yang diajukan didapati gedung-gedung bangunan tua


oleh Landry (2008: 36, 204) tentang yang masih berfungsi hingga sekarang.
kota kreatif, salah satunya Museum Konferensi Asia Afrika yang
mengkondisikan sense of locality menyatu dengan Gedung Merdeka
dalam penataan kota. Ini yang akan adalah salah satunya.
menjadi sentuhan unik, sebagai
identitas kota tersebut yang berbeda Dulu gedung ini dikenal dengan nama
dengan kota lainya. Societeit Concordia yang dikenal
dengan tempat berkumpulnya
Apa yang dilakukan pemerintah kota masyarakat kota Bandung untuk
Bandung dalam merevitalisasi kawasan kalangan atas. Seiring berkembangnya
Gashibu, senada dengan gagasan zaman, gedung tersebut beralih fungsi
UNCTAD (2008), bahwa kota kreatif sebagai tempat pertemuan Konferensi
menggunakan potensi kreatif mereka Asia Afrika (KAA) dan sejak tahun
dalam berbagai cara melalui 1980 berganti nama menjadi Museum
pertunjukan dan seni rupa, beberapa Asia Afrika (direktori-wisata.com).
festival yang membentuk identitas dan
strategi pemasaran kota lewat industri
budaya untuk menyediakan lapangan
kerja dan pendapatan. Jika kita
perhatikan, program yang digagas dan
diwujudkan menjadi kota kreatif di
Bandung sebenarnya mengacu pada
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Bandung, sesuai PERDA No. 18 Tahun
2011-2031, Pasal 32, yang berbunyi:
―Struktur ruang adalah susunan
pemukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi
Gambar 7. Penataan trotoar di sepanjang Jl.
sebagai pendukung kegiatan sosial Asia Afrika
ekonomi masyarakat yang secara Sumber: Dokumentasi Rahayu, 2016
hierarkis memiliki hubungan
fungsional.‖ Trotoar di sepanjang Jl. Asia Afrika
ditata dengan gaya Eropa untuk
Tata ruang lainnya yang juga menjadi mengenang Bandung Tempo Doeloe.
perhatian pemkot Bandung adalah Bangku-bangku diletakkan disepanjang
revitalisasi bangunan-bangunan jalan, batu berbentuk bola besar
heritage seperti: Alun-alun dan Gedung bertuliskan nama-nama Negara perserta
Merdeka yang berlokasi di Jl. Asia KAA, umbul-umbul bergambar dan
Afrika, bangunan bersejarah di Jl. bertuliskan sejarah KAA, dan tepat di
Braga, dan Gedung Sate di Jl. pertigaan Jl. Asia Afrika didapati
Diponegoro. Pembangunan di monument bertuliskan nama-nama
sepanjang Jl. Asia Afrika menjadi Negara peserta KAA.
kawasan wisata yang menarik untuk
dikunjungi di pusat kota Bandung. Tata kota di Bandung yang peduli pada
Bangunan-bangunan bergaya Art Deco nilai sejarah masa lalu—seperti
dengan beragam kisah sejarah dapat konsentrasi pemkot pada bangunan
ditelusuri di sepanjang jalan. Tepat di heritage di Jl. Asia Afrika, Jl. Braga
kawasan Jl. Braga dan Jl. Asia Afrika dan Jl. Diponegoro tersebut sebenarnya

100
Rahayu, Pemberdayaan Lokalitas dan Kreativitas

sesuai dengan konsep kota kreatif yang dengan keambiguan, paradox atau
digagas oleh Landry (2008). kontradiksi, dan mencipta sesuatu yang
Menurutnya gagasan kota kreatif dari original. Yang menarik dari pernyataan
formula aslinya berfokus pada potensi Landry (2008) adalah bahwa dalam
industri budaya, seperti yang terlihat kota kreatif bukan berarti selalu
bahwa kota harus berkonsentrasi pada terkondisi untuk mencipta kebaruan,
apa yang mereka perbuat dan khusus. melainkan juga terbiasa untuk melihat
Dalam konteks ini, proyek-proyek seni situasi dengan cara yang fleksibel; jika
dan pemeliharaan bangunan tua mungkin mengangkat budaya lama
bersejarah tentu sangat signifikan untuk dengan cara yang kreatif.
menjadikan Bandung sebagai kota
kreatif. Dalam konfigurasi kawasan kota,
‗keativitas merupakan salah satu mata
Menjadi kreatif bukan berarti hanya uang utama (Landry, 2008). Kota
peduli pada yang baru, melainkan juga kreatif tentu memiliki kebijakan dan
apa upaya untuk meninjau dan menilai strategi perencanaan yang tidak jauh
kembali semua situasi dengan cara dari kata ‗kreatif‘, ‗imajinatif‘, dan
yang fleksibel (Landry, 2008). Perlu ‗inovatif.‘Kreativitas lahir karena
keberanian untuk perubahan jika kuriositas yang membuka pikiran dan
diperlukan dan memiliki penilaian yang mencari wawasan serta kemungkinan-
baik untuk menjaga sejarah. Oleh kemungkinan baru menghadapi
karena itu sejarah dan kreativitas masalah kota. Problem kemacetan,
menjadi kombinasi yang menarik misalnya, dapat diatasi dengan ajakan
antara budaya lama dan baru. naik bus (―ayo naik bus‖)dan angkot
Kreativitas adalah upaya untuk gaul sebagai transportasi
mengeksplorasi sumber daya dan umum.Sedangkan problem polusi dapat
membantu mereka untuk tumbuh. diatasi dengan ajakan naik sepeda
Tugas perancang kota adalah lewat program ―bike
mengenali, menggali, mengelola dan sharing.‖Imajinasi diperlukan untuk
mengembangkan sumber daya secara membuat lompatan-lompatan ide,
bertanggung jawab. melihat koneksi yang tidak biasa,
mencipta keambiguan bahkan
Strategi Perencanaan Menuju Kota keganjilan. Seperti upaya mengatasi
Kreatif problem kemacetan dan upaya
Landry (2008) melihat kota kreatif menjajakan kuliner, bisa diatasi lewat
identik dengan kota yang memiliki bus kuliner keliling kota Bandung. Juga
kreativitas sumber daya manusia dan bagaimana mengatasi kemacetan
industri budaya dengan keunikan dan sekaligus mempromosikan kota
kekhasannya. Namun di kota kreatif, Bandung sebagai destinasi wisata,
bukan hanya seniman dan mereka yang disiasati dengan pengadaan ―Banros‖
terlibat dalam ‗ekonomi kreatif‘ yang (bus wisata kota).
kreatif, meskipun mereka memainkan
peran penting. Lebih jauh Landry Strategi perencanaan Walikota
(2008) mengatakan bahwa menjadi Bandung tentang kota kreatif, dapat
kreatif berarti memiliki kemampuan kita lihat dari 7 point dalam
untuk berpikir sesuatu yang berbeda, membenahi kota, diantaranya:
memiliki ketertarikan untuk belajar 1. Membuat bus sekolah gratis. Kini
sesuatu yang baru, melihat hubungan bus yang menampung 70 orang
yang yang tidak biasa, tidak takut tersebut sudah beroperasi.

101
ATRIUM, Vol. 2, No. 2, November 2016, 93-108

Rancangannya unik dan fun sebagai faktor utama pembentuk kota kreatif.
representasi dunia anak sekolah. Lebih detail lagi Landry dan Hyams
Tujuannya adalah mengurangi (2012), mengajukan syarat bahwa kota
kemacetan dan biaya sekolah. kreatif ditentutan oleh beberapa faktor,
2. Membuat taman tematik. Udara diantaranya: (1) adanya ruang-ruang
Bandung yang sejuk, akan terasa kreatif di berbagai sudut kota, (2)
jika banyak ruang terbuka hijau. adanya kesadaran untuk
3. Bandung bebas dari asap rokok. mengeksperikan ide kreatif dari
Program ini untuk meminimalkan kalangan terdidik, (3) adanya pimpinan
polusi udara di kota Bandung. dan kebijakan yang memberi ruang
Melalui program Selasa Tanpa Asap untuk mengembangkan berbagai
Rokok, diharapkan warga Bandung industri kreatif, (4) adanya pengaturan
sadar akan kesehatan pribadi dan wilayah, toleransi dan aksesibilitas
lingkungan. termasuk bagaimana agar para warga
4. Parkir modern dengan sistem pra dapat melakukan perjalanan mudah,
bayar. Program tersebut sudah murah dan nyaman. Syarat-syarat
diterapkan di Jl. Braga, dengan tersebut memang didapati di kota
sistem operasional: Rp.2000,- untuk Bandung.
jam pertama, dan Rp.2000,- untuk
jam selanjutnya. Ruang-ruang kreatif bertebaran di
5. Menjadikan Jl. Braga sebagai pusat sudut kota Bandung dalam komunitas
kuliner Bandung. Program ini kampung-kampung kreatif. Kampung
digelar setiap malam minggu, pukul kota menjadi semacam kolase mini
18.00-02.00 WIB, dengan menu warga kota yang memungkinkan
sajian mulai dari kelas bawah mereka untuk terus mengembangkan
sampai kelas atas. prinsip-prinsip toleransi, keragaman,
6. Bandung terkoneksi internet. dan kesetiakawanan. Hal ini tampak
Melalui program Bandung dalam ungkapan graffiti mural di
terkoneksi internet yang dapat Kampung Kreatif Dago Pojok
diakses di taman-taman kota, bertuliskan:
gedung pemerintahan kota hingga
desa, Walikota Bandung berencana
menjadikan Bandung sebagai Smart
City. Hal ini akan mempermudah
segala urusan pemerintahan dan
jaringan dengan warga.
7. Bus tingkat Bandung Tour On Bus.
Diharapkan melalui program ini
wisatawan luar kota tidak lagi
mengitari Bandung dengan mobil Gambar 8. Ungkapan sindiran tentang
pribadinya yang membuat ketidakpedulian
Sumber: Dokumentasi Rahayu, 2016
kemacetan lalu lintas
(merdeka.com). Karya seni memang lebih jujur
mengatakan yang tak terkatakan. Seni
Program-program pemerintah tersebut dapat mendidik hati dan mempertajam
mengindikasikan terbentuknya kota rasa. Pesan-pesan, himbauan, teriakan,
kreatif di Bandung. Kiranya jelas atau bahkan kritikan seringkali lebih
bahwa ruang-ruang kreatif merupakan dapat tersampaikan melalui olah bentuk

102
Rahayu, Pemberdayaan Lokalitas dan Kreativitas

seni yang unik tak terduga. Seni penting dari kota. Kota kreatif
mengatakan kebenaran yang kerap membutuhkan masyarakat yang cerdas,
tersembunyi dan tak terperhatikan. memiliki kehendak, motivasi, imajinasi
Kreativitas warga tentu tidak akan dan kreativitas. Kreativitas seringkali
pernah ada jika tanpa dukungan muncul dalam kondisi ketika tidak
pemangku kebijakan kota. Walikota berada dalam zona nyaman. Kondisi
Bandung, yang juga seorang arsitek Bandung yang tidak memiliki sumber
dengan gagasan kreatifnya kiranya daya energi, telah menuntut mereka
menjadi pemicu untuk mewujudkan berpikir kreatif dan inovatif.
kota kreatif dengan menggali
kreativitas warga kota. Banyak hal Masyarakat Bandung dari anak-anak
telah dilakukan, mulai perbaikan hingga orang dewasa, mereka
infrastruktur kota, penyediaan sarana cenderung berani berekspresi. Itu
dan prasarana, pengembangan sebabnya banyak bermunculan seniman
kampung kreatif yang semua itu dan kelompok kreatif lainnya. Gagasan
melibatkan peran aktif warga. Florida (2002) tentang adanya kelas
kreatif menghubungkan pada ide
Peran Masyarakat tentang kota kreatif, yang sekaligus
Konsep kota kreatif yang menjadi aspek penting didalamnya.
dikembangkan oleh Landry di akhir Kelompok masyarakat yang termasuk
tahun 1980 dan studi tentang The dalam kelas kreatif adalah desainer,
Creative City: A Tollkit for Urban arsitek, ilmuwan, seniman dan pemikir.
Inovators di tahun 2008 telah menjadi Sementara itu paradigma kreativitas
dokumen acuan utama kota kreatif. kota juga terhubung dengan gagasan
Filosofi kota kreatif Landry didasarkan ekonomi kreatif.
pada imajinasi orang dan ia
menggambarkan kota kreatif sebagai Selain adanya kampung kreatif, warga
‗tempat di mana orang berpikir, Bandung banyak yang mengasah
berencana, dan bertindak dengan kreativitas dari pengalamannya
imajinasi. sewaktu kuliah dengan membuat:
sepatu lukis, kaos lukis, hingga
berbisnis kuliner. Kedasaran ini tentu
menjadi modal utama pembentukan
kota kreatif. Seperti yang dilakukan
oleh kelompok kreatif di bidang desain
kaos di kota Bandung yang menjajakan
informasi seputar kota Bandung.
Konsep ini juga menjadi konsentrasi
kota kreatif yang digagas oleh Landry
(2008), bahwa pada intinya ada tiga
domain untuk mengembangkan
ekonomi kreatif: industri media dan
hiburan, seni dan warisan budaya, dan
layanan kreatif bisnis-ke-bisnis.
Gambar 9. Kepolosan anak-anak saat
menari dengan iringan musik Girard, L.F., Baycan, T., Nijkampt. P.
Sumber: Dokumentasi Rahayu, 2016 (2011) mengklasifikasikan bahwa kota
kreatif memiliki kriteria mendasar yang
Landry (2008) mengatakan bahwa
mempertimbangkan faktor ekonomi,
masyarakat adalah faktor yang sangat

103
ATRIUM, Vol. 2, No. 2, November 2016, 93-108

sosial, lingkungan dan budaya. Strategi Berkelanjutan


Keempat faktor tersebut tidak bisa Predikat sebagai kota kreatif bagi
berdiri sendiri, atau lebih mendominasi Bandung yang disematkan oleh
satu dari yang lainnya, melainkan UNESCO di bidang desain tahun 2015,
saling bersinergi membentuk kesatuan kiranya makin memperkuat komitmen
kota kreatif. Seperti peningkatan Walikota Bandung untuk
ekonomi dari sektor pemberdayaan menggalakkan program ekonomi
lokalitas, sekaligus menjadi peluang kreatif melalui smart city. Ditambah
peningkatan kesejahteraan sosial, lagi dukungan Presiden RI, Jokowi
pembangunan berbasis lingkungan dan melalui Badan Ekonomi Kreatif yang
pelestarian budaya lokal.Kota menyiapkan Bandung dan Yogyakarta
Bandung, mencoba menggalakkan sebagai kota kreatif di Indonesia
sektor industri lokal menjadi industri (detikNews, 2015). Terkait dengan hal
kreatif. ini, Walikota Bandung merencanakan
strategi berkelanjutan melalui beberapa
program penggalakan ekonomi kreatif
diantaranya:
1. Industri fashion. Selain adanya
factory outlet di sepanjang Jl.
Ir.Juanda, kawasan Dago yang
menjadikan kota ini terkenal dengan
kota fashion, juga didapati wisata
Batik Komar yang mengusung
konsep educative, creative learning
& shopping dalam Brosur Batik
Komar, 2016.
2. Industri desain. Bandung terkenal
dengan sebutan kota mode, dan ini
Gambar 10. Gang jalan masuk ke kampung yang menjadikan desain pakaian
kreatif di Dago Pojok yang diproduksi masyarakat
Sumber: Dokumentasi Rahayu, 2016 Bandung terbilang cukup unik dan
menarik.
Lukisan mural di lorong ruang
3. Industri IT (information
kampung kreatif adalah sisi lain dari
technology). Melalui program
tampang wajah kota Bandung.
Bandung terkoneksi internet,
Kedepannya kampung kreatif di Dago
masyarakat industri kreatif teknologi
ini menggalakkan industri fashion
dan komunikasi Indonesia (MIKTI)
berbasis seni lukis. Peran serta
bekerjasama dengan Telkom telah
masyarakat kota Bandung juga banyak
mendirikan Lembah Digital
dari para pengusaha batik yang
Bandung (Bandung Digital Valley/
mengusung lokalitas Jawa Barat. Salah
BDV) yang difokuskan untuk
satunya adalah Wisata Batik Komar,
mengembangkan industri IT local.
yang berlokasi di Jl. Cigadung dan Jl.
4. Industri kuliner. Pesatnya bisnis
Sumbawa. Selain menjajakan ragam
kuliner di Bandung, sebagian dari
batik yang kaya warna dengan corak
pelaku bisnis kuliner mulai
tradisi dan urban modern, juga
membentuk komunitas pengusaha
menyelenggarakan kursus/ pelatihan
yang diberi nama Sindikat Kuliner.
membatik, dan proses pencelupan/
pewarnaan.

104
Rahayu, Pemberdayaan Lokalitas dan Kreativitas

Selain kawasan Dago sebagai sentra pengrajin dapat menjajakan makanan


fashion, kawasan lainnya di Bandung khas dari berbagai daerah di Indonesia.
juga menjadi kawasan ekonomi kreatif;
misalnya: Cibaduyut sebagai sentra Strategi yang dilakukan Walikota
industri sepatu kulit, Cibuntu sebagai Bandung dalam membangun kota,
sentra industri tahu, Sukamulya Sukaja yaitu: inovasi, desentralisasi, dan
sebagai sentra industri boneka, kolaborasi (Bappenas.go.id). Pertama,
Binongjat sebagai sentra industri dan inovasi maksudnya adalah adanya
perdagangan, Cigondewah sebagai upaya untuk mengubah gaya hidup dan
sentra produksi dan perdagangan kain, perilaku masyarakat agar menjadi lebih
Cihampelas sebagai sentra sopan, santun, tertib, bahagia, yang
perdagangan jeans, Suci sebagai sentra didorong oleh leadership dan tata
industri sablon dan kaos. kelola yang baik. Kedua,
desentralisasi mengupayakan adanya
Jika kita perhatikan, upaya pemkot distribusi kewenangan dari Walikota ke
Bandung menggalakkan program Lurah, RT/RW, Karang Taruna, PKK,
ekonomi kreatif memang beralasan, dan lembaga pemberdayaan
karena komunitas-komunitas kreatif masyarakat lainnya. Ketiga,
merupakan roda penggerak ekonomi kolaborasi/ kerjasama dengan berbagai
kota. Berdasarkan survey tahun 2011, pihak, antara lain: akademia,
kota Bandung termasuk dalam jajaran 5 pengusaha, komunitas, dan institusi.
besar kota kreatif se-Asia. Saat ini di
kota Bandung sudah ada 400 outlet
industri kreatif dan dapat menyerap Kesimpulan
kurang lebih 334.244 tenaga kerja. Penjelasan di atas sekaligus
Secara regional, pada tahun 2012 mempertegas bahwa upaya menuju
kontribusi ekonomi kreatif kota Bandung Kota Kreatif dilakukan
Bandung terhadap produk domestic melalui pemberdayaan ‘ekonomi
regional bruto (PDRB) provinsi Jawa kreatif‘ di bidang fashion, kuliner, dan
Barat, hampir 8% atau sekitar 21 triliun desain yang bertebaran menghiasi
dan telah menyerap tenaga kerja sekitar wajah kota hingga wilayah perbukitan.
2,75% dari jumlah total tenaga kerja. Hal lain yang tak terduga adalah
Kontribusi terbesar ekonomi kreatif di kondisi kota kreatif di Bandung
kota Bandung diberikan di bidang memungkinkan pencapaian masyarakat
desain, fashion, kerajinan, kuliner dan hidup sejahtera dan mandiri secara
turisme (Koran Sindo, 2015). ekonomi. Melalui program ‗Bandung
Tidak hanya kampung kreatif yang Kota Kreatif‘, imbasnya bukan hanya
berada di perkotaan, tetapi di daerah menuju kota kreatif tapi sebagai ‗smart
perbukitan Lembang juga menjadi city‘ yang dilakukan melalui strategi:
kawasan wisata yang menjajakan inovasi, desentralisasi dan kolaborasi.
tempat kuliner, edukasi, sekaligus Kondisi yang terjadi di kota Bandung
rekreasi. Konsepnya hampir serupa, yang telah dinobatkan sebagai kota
yaitu mengusung lokalitas budaya kreatif oleh UNESCO sebenarnya
Sunda Kampung Naga ke dalam merepresentasikan gagasan pada
perancangan arsitektur Kampung pemikir ―kota kreatif‖ sebelumnya. Itu
Layung. Selain itu spot dengan nuansa sebabnya Bandung menjadi salah satu
kampung, juga didapati spot-spot yang kota kreatif karena upaya pembayaan
memfasilitasi para pebisnis kuliner dan lokalitas dan kreativitas masyarakat

105
ATRIUM, Vol. 2, No. 2, November 2016, 93-108

setempat juga dukungan pemerintah Helbrecht, I. ed. (2004). Bare


kota yang menjelma dalam penataan gographies in knowledge
insfatruktur. societies –creative cities as text
and piece of art: Two eyes, one
vision. Built Environment, 30
Daftar Pustaka (3), 194-203.
Bradford, N. (2004). Creative cities Hall, P. (1998). Cities in civilization.
structured policy dialogue London: Weidenfeld and
backgrounder, CPRN Nicolson.
(Canadian Policy Research Hall, P. (2000). Creative cities and
Networks), Paper F/46, August economic development. Urban
2004. Studies. 37 (4), 639-49.
Batik Komar: Wisata Batik Educative, Heilbrun, J., Gray, C.M. (1993). The
Creative Learning & Shopping economics of art and culture,
(Brochure). Bandung: Rumah UK: Cambridge University
Batik Komar. Press.
Bandung Kota Kreatif Dunia Howkins, J. (2002). The creative
UNESCO. (15 Desember 2015). economy: How people make
Koran Sindo. money from ideas.
Creswell, J.W. (2008). Research Harmondsworth: Penguin.
design: Qualitative, ISoCaRP. (2005). Making Spaces for
quantitative, and mixed The Creative Economy.
methods approaches. Second Jones, T. (2007). Cultural districts.
Edition London: Sage HKIP and UPSC Conference:
Publications, Inc. When creative industries
Florida, R. (2002). The rice of the crossover with cities. Hong
creative class - and how it is Kong, 2-3 April.
transforming leisure, Landry, C. (2008). The creative city: A
community and everyday life. toolkit for urban innovation.
New York: Basic Book. Second Edition. London.
Gabe, T.M. (2006). Growth of creative Sterling, VA: Comedia
occupations. U.S: Metropolitan Earthscan,
Areas Growth and Change, 37 Landry, C., Hyams, J. (2012). The
(3). P. 369-415. creative city index: Measuring
Girard, L.F., Baycan, T., Nijkamp, P. the pulse of the city, UK:
(2011). Sustainable city and Comedia.
creativity promoting creative Musterd, S., Bonthe, M., Chapain, C.,
urban initiatives, UK, England: Kovacs, Z., Murie, A. (2007).
Ashgate, p. xxv. Accomodating creative
Harris, A., Moreno, L. (2011).Creative knowledge: A literature review
city limits, Art and humanities from a european perspective.
research Concil, UK, Urban ACRE Report 1. Amsterdam:
Lab, UCL Urban Laboratory. AMIDSt.
Heidegger, M. (1971). Poetically man Peck. J. (2005). Struggling with the
dwells, in Poetry, language, creative class. International
thought, trans. By. Hofstadter, Journal of Urban and Regional
Albert. New York: Harper & Research. 294, 740-70.
Row.

106
Rahayu, Pemberdayaan Lokalitas dan Kreativitas

Peraturan Daerah Kota Bandung No.


18 Tahun 2011. Tentang:
Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Bandung Tahun 2011-
2031. Kota Bandung. Lembaran
Daerah Kota Bandung.
Pratt, A. (1997). The cultural industries
production system.
Environment and Planning. A,
29, 1953-74.
Scott, A. (2000), The cultural economy
of paris. International Jornal of
Urban and Regional Research.
24, 567-82.
Scott, A. (2003). The cultural economy
of cities. London: Stage.
UNCTAD. (2008). The challenge of
assessing the creative economy:
Toward informed policy-
making. Creative Economy
Report 2008. United Nations.
UNCTAD/DITC/2008/2.
Wu, W. (2005). Dynamic cities and
creative clusters. World Bank
Policy Research Working
Paper. 3509.

107

Anda mungkin juga menyukai