Anda di halaman 1dari 7

DesignING Regionalism ARCHITECTURE Cultural Park

AT Cirebon

PERANCANGAN TAMAN BUDAYA DENGAN PENDEKATAN


ARSITEKTUR REGIONALISME DI CIREBON
Andri Nur Aziz,
Universitas Wijayakusuma Purwokerto Jl. Beji Karangsalam Telp. 0281-643989, Fax. 0281-6439711
andrinuraziz99@gmail.com
Wita Widyandini,
Universitas Wijayakusuma Purwokerto Jl. Beji Karangsalam Telp. 0281-643989, Fax. 0281-6439711
witawidyandini@yahoo.co.id
Yohannes Wahyu Dwi Yudhono
Universitas Wijayakusuma Purwokerto Jl. Beji Karangsalam Telp. 0281-643989, Fax. 0281-6439711
wahyuyudono@gmail.com
ABSTRACT (ABSTRAK)
Cirebon City is a coastal city located in West Java Province in the north, directly adjacent to Brebes
district, Central Java. This city has great potential in its cultural and artistic diversity. Ironically,
the facility for performing or performing arts in the city of Cirebon is very inadequate to
accommodate these cultural activities. The right solution so that this problem can be resolved is to
create an area capable of being a place of introduction, development and preservation of culture
and arts in the form of a cultural park. The cultural park is designed using a regionalist
architectural approach, namely by applying elements of local Cirebonan architecture, so that it can
become an area that reflects the diversity of Cirebon culture and arts.
Key Words: Cultural Park, Cirebon, Regionalism

ABSTRAK
Kota Cirebon merupakan kota pesisir yang terletak di Provinsi Jawa Barat di bagian utara berbatasan
langsung dengan kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Kota ini memiliki potensi besar dalam
keberagaman budaya dan keseniannya. Ironisnya Ironisnya Fasilitis pementasan atau pagelaran seni
yang ada di kota Cirebon sangat tidak memadai untuk mewadahi kegiatan kebudayaan tersebut.
Solusi yang tepat agar masalah tersebut bisa teratasi adalah dengan membuat kawasan yang mampu
menjadi tempat pengenalan,pengembangan dan pelestarian kebudayaan dan kesenian berupa taman
budaya. Taman budaya dirancang dengan menggunakan pendekatan arsitektur regionalisme, yaitu
dengan menerapkan unsur-unsur arsitektur lokal Cirebonan, sehingga mampu menjadi area yang
mencerminkan keanekaragaman kebudayaan dan kesenian Cirebon.
Kata Kunci : Taman Budaya, Cirebon, Regionalisme

1. LATAR BELAKANG Beberapa kegiatan yang berkaitan dengan


Kota Cirebon merupakan kota pesisir yang kebudayaan yang masih dilaksanakan di kota Cirebon
terletak di Propinsi Jawa Barat bagian utara diantaranya adalah, Kirab Budaya, Festival Seni dan
berbatasan langsung dengan kabupaten Brebes, Jawa Budaya Perairan, Festival Keraton Nusantara,
Tengah. Hal ini menjadikan kota Cirebon sebagai Festival Gotrasawala, selain budayanya kota Cirebon
kota transit yang mampu menarik wisatawan. Selain juga dikenal akan seninya, yang terkenal dari kota ini
itu di kota Cirebon terdapat sebuah pelabuhan yang yaitu batik, tari topeng, sintren, kesenian gembyung,
diberi nama pelabuhan Muara Jati yang berdiri pada genjring rudat, dan angklung bungko.
tahun 1415, pada awal berdirinya pelabuhan ini Kegiatan-kegiatan budaya dan seni rutin
digunakan sebagai sarana berdagang oleh bangsa dilakukan setiap tahunnya baik tingkat kota sampai
Cina, Arab, Persia, India, Malaka, Tumasik, Pasai, tingkat nasional, dimana pengunjung atau peserta
dan orang-orang Jawa serta Palembang. Oleh karena kegiatan tidak hanya masyarakat lokal kota Cirebon,
itu Cirebon memiliki beragam corak budaya,seni dan wisatawan domestik dan mancanegara juga turut
arsitektur yang unik sebagai dampak dari akulturasi serta dalam kegiatan ini. Dilihat dari data statistik
budaya. Kota Cirebon juga memiliki 4 keraton yaitu witasawan domestik dan mancanegara dari tahun
keraton Kasepuhan, keraton Kanoman, keraton 2013-2018 terus mengalami peningkatan, hal ini
Kacirebonan, dan keraton Kapribonan yang menunjukan kegiatan kebudayaan dan kesenian
merupakan bagian penting dari sejarah awal diminati dan menjadi daya tarik tersendiri bagi kota
berdirinya kota Cirebon dan pusat peradaban Cirebon. Sektor pariwisata khususnya wisata
kebudayaan Cirebon.
kebudayaan dan kesenian dapat menunjang adat istiadat masyarakat tertentu atau aktifitas sosial
pendapatan daerah kota Cirebon. yang terbentuk dan perkembangan zamannya.
Tabel 1. Jumlah wisatawan mancanegara dan Kebudayaan dapat menunjukan kepribadian suatu
domestik di kota Cirebon daerah atau bangsa (Koentjaraningrat, Kebudayaan,
Mentalitas dan Pembangunan, 1990).
Dari pengertian mengenai taman dan budaya
maka dapat disimpulkan bahwa Taman Budaya
adalah perpaduan antara ruang terbuka dengan
fasilitas pertunjukan dan fasilitas pendukung lainnya
yang bertujuan untuk mewadahi dan
mengembangkan kebudayaan dan kesenian.
Berdasarkan tugas dan fungsi menurut surat
Sumber : cirebonkota.bps.co.id, 2020 keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Ironisnya perkembangan jumlah wisatawan Republik Indonesia NO.0221/0/1991, taman budaya
tidak diimbangin dengan fasilitis pementasan atau mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut 3 :
pagelaran seni yang ada di kota Cirebon sangat tidak Tugas : Melaksanakan pengembangan kebudayaan
memadai, setiap pagelaran dilaksanakan ditempat daerah.
yang berbeda-beda dan terkesan memaksakan dengan Fungsi :
kapasitas yang tidak mencukupi. Hal ini dapata. Melaksanakan kegiatan pengolahan dan
berpengaruh negatif bagi citra kota Cirebon yang eksperimentasi karya seni
memiliki visi “Cirebon Kota Budaya”. b. Melaksanakan pagelaran dan pementasan seni
Masalah lain yang timbul karena tidak adac. Melaksanakan ceramah, temu karya, sarahsehan,
fasilitas kebudayaan dan kesenian yang terintegrasi lokakarya, dokumentasi, publikasi, dan informasi
adalah keberlangsungan iklim kebudayaan yang seni
menurun, ini terjadi karena peran serta remaja/anakd. Melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga
muda tidak terlibat dalam proses peletarian Taman Budaya
kebudayaan. Ironisnya pementasan pagelaran hanyae.
dinikmati oleh kalangan dewasa, peran serta generasi 2.2. Tinjauan Kebudayaan dan Kesenian Cirebon
muda sangat minim dalam proses pengembangan dan Kebudayaan dipandang sebagai sebuah sistem,
pelestarian kebudayaan dan kesenian di Cirebon. Hal sebagai suatu kajian atau alat analisis yang terdiri
ini akan menjadi masalah bagi kelestarian dari unsur-unsur yang saling berkaitan, berhubungan
kebudayaan dan kesenian di Cirebon. satu dengan yang lain dalam sebuah integral,
Upaya pemerintah kota Cirebon untuk mewadahi berfungsi, beroperasi, atau bergerak dalam keutuhan
kegiatan dan menjaga kelestarian kebudayaan dan kesatuannya.
kesenian Cirebonan adalah dengan membuat kawasan Pengertian ini merujuk pada aspek individual dan
pusat kebudyaan yang berfungsi sebagai tempat sosial dari kehidupan manusia sebagai unsur-unsur
pengenalan,pengembangan dan pelestarian yang mempunyai fungsi pedoman dan energi secara
kebudayaan dan kesenian Cirebon. Selain itu timbul balik (Parsons, 1966; Spindler, 1977; dalam
keberadaan kawasan pusat kebudayaan yang dikemas Mulyana 2016).
menjadi taman budaya ini menjadi syarat yang sangat Kebudayaan yang berkembang di Cirebon
penting dalam terwujudnya visi “Cirebon Kota merupakan kebudayaan hibdrid, yaitu hasil dari
Budaya” seseuai dengan RPJMD tahun 2018-2023. pencampuran beberapa kebudayaan dengan
komposisi tertentu. Elemen pengaruh Jawa replika
2. TINJAUAN PUSTAKA Mataram, Cina-Arab, jejaring kebudayaan Cirebon
2.1. Tinjauan Taman Budaya Girang, entitas Cirebon Larang saling menyatu
Menurut Djamal (2005), taman adalah sebidang menghasilkan jejaring kebudayaan Jawa Koek atau
tanah terbuka dengan luasan tertentu di dalamnya Jawa Reang yaitu kebudayaan khas Cirebon.
ditanam pepohonan, perdu, semak, dan rerumputan
yang dapat dikombinasikan dengan kreasi dari bahan
lainnya. Umumnya dipergunakan untuk olah raga,
bersantai, bermain dan sebagainya.
Kebudayaan adalah suatu hasil karya dari
sekelompok manusia di daeah tertentu yang menjadi
ciri atau identitas sendin yang khas baik berupa
kerajman tangan maupun berupa kegiatan adat atau Gambar 1. Produksi kebudayaan Cirebon
kebiasaan. Kebudayaan dapat berupa kesenian serta Sumber : https://jurnal.ugm.ac.id, 2020
Pola hibridasi budaya yang unik di Cirebon Lokasi perencanaan berada di kawasan
menghasilkan kesenian yang beragam. Corak stadion Bima kota Cirebon. Kawasan stadion Bima
kesenian yang unik di Cirebon menjadi daya tarik merupakan area yang menjadi salah satu pusat
tersendiri bagi wisatawan lokal maupun rekreasi masyrakat Cirebon karena kawasan stadion
mancanegara. Bima sangat dekan dengan pusat kegiatan
diantaranya kampus dan dinas terkait yang ada
disekitarnya. Luasan site lebih kurang 30.300 m²
sesuai dengan Peraturan Walikota Nomor 46 Tahun
2012 tentang Perizinan Pemanfaatan Ruang
menetapkan bahwa peraturan bangunan pada lokas
Jalan Bima Stadion adalah sebagai berikut :
a. KDB : Maksimal – 80%
b. TLB : 1 – 12 Lantai
c. KLB : 3.2
d. GSB : 10 m
Gambar 2. Pertunjukan Kebudayaan Cirebon Batas Site :
Sumber : https://cirebon.co.id, 2020 a. Sebelah Selatan : Komplek GOR BIMA
2.3. Tinjauan Arsitektur Regionalisme b. Sebelah Utara : Area Persawahan
Regionalisme diperkirakan berkembang c. Sebelah Timur : Rusunawa Unswagati
sekitar tahun 1960 (Jenks, 1977 dalam Dharma d. Sebelah Barat : Komplek Pertokoan
2010). Sebagai salah satu perkembangan Arsitektur
Modern yang mempunyai perhatian besar pada ciri 4. KONSEP PERENCANAAN
kedaerahan, aliran ini tumbuh terutama di negara 4.1. 4.1. Konsep Site
berkembang. Ciri kedaerahan yang dimaksud Main entrance berada di jl. Bima Stadion,
berkaitan erat dengan budaya setempat, iklim, dan dengan mempertimbangkan kemudahan pencapaian,
teknologi pada saatnya (Ozkan, 1985 dalam Dharma kelas jalan dan kejelasan. Sumber bising utama
2010). berasal dari jalan raya. Untuk mereduksi kebisingan
Menurut William Curtis (1985) dalam Dharma datasi dengan menanam vegetasi, memberi jarak
(2010) , Regionalisme diharapkan dapat yang cukup antara bangunan dengan sumber bising
menghasilkan bangunan yang bersifat abadi, melebur dan menggunakan material kedap suara untuk ruang
atau menyatu antara yang lama dan yang baru, antara yang membutuhkan ketenang. View terbaik ke arah
regional dan universal. Arsitektur Tradisional selatan menuju jl. Bima Stadion. Oleh sebab itu
mempunyai lingkup regional sedangkan Arsitektur bagian yang membutuhkan view bagus diorientasikan
Modern mempunyai lingkup universal. 10 ke arah selatan. Hal ini sesuai dengan konsep view
Dengan demikian maka yang menjadi ciri utama dari keraton kasepuhan Cirebon. Untuk penyaring
regionalisme adalah menyatunya Arsitektur sinar matahari langsung pada sisi masa bangunan
Tradisional dan Arsitektur Modern. bagian barat menggunakan sistem secondary skin dan
roster,hal ini dipilih karena selain untuk penyaring
3. LOKASI sinar matahari langsung juga bisa digunakan untuk
Berdasarkan tata guna lahan yang telah ventilasi udara.
dikonsultasikan dengan Dinas Pekerjaan Umum dan
Perencanaan Ruang Kota Cirebon, lokasi
perencanaan berada di kawasan stadion Bima kota
Cirebon.
.

Gambar 3. Produksi kebudayaan Cirebon


Sumber : analisa penulis, 2020
Gambar 4: Konsep Site
Sumber: Analisis Penulis,2020
4.2. Konsep Besaran Ruang
Tabel 2. Konsep besaran ruang
Masa Peruntukan Luas
G. Pangeran Teater Room 2547.6m²
Walangsungsang Kap. 800 org
G. Ki Bagus Rangin Teater Room 934.4m²
Penggunaan atap badak heuay, ditujukan agar nuansa
Kap. 300 org Sunda dapat terasa di Taman Budaya Cirebon.
Teater Taman Teater 306m²
Outdoor
G. Tandi Skober Pameran dan 1883.56m²
Galeri Seni
G. Kartani Pelatihan, 1176.4m² Penggunaan motif mega mendung yang merupakan
Seminar, dan ciri khas kota Cirebon bertjuan memperkuat
Balai Seni regionalitas Taman Budaya Cirebon.
G. Art Shop & Food Kantin dan 432m²
Pusat Oleh-
Oleh
G. Perpustakaan Perpustakaan 208m²
Plaza dan Taman Outdoor area 1120m²
Bermain Anak Motif padma diambil dari motif padma pada kolom
Mushlola Sarana 154.63m² keraton Kasepuhan Cirebon, Motif padma berfungsi
Ibadah sebagai ornamen pengisi pada kolom dan balok.
G. Pengelola 280.1m² Sumber : analisa penulis, 2020
Total Kebutuhan Ruang 9114m²
Sirkulasi 20% 1823m² 4.5. Desain

Jumlah Luas Parkir 2270m²


Jumlah Total 13.270m²
Luas Site 30.300m²
Luas Area Terbuka 17.030m²
Sumber : analisa penulis, 2020

4.3. Konsep Tata Masa Bangunan

Gambar 5: Konsep Tata Masa Bangunan


Sumber: Analisis Penulis, 2020 Gambar 6: Site Plan
a. Masa ditrasformasikan menghadap ke arah Sumber: Analisis Penulis, 2020
selatan sesuai dengan arah orientasi keraton
Kasepuhan Cirebon Desain site plan berbentuk masa bangunan jamak
b. Sirkulasi bangunan menggunakan sirkulasi dengan pola sirkulasi radial. Pola sirkulasi ini dipilih
radial. agar semua bangunan dapat di lewati oleh sirkulasi
c. Penempatan Bangunan disesuaikan dengan hasil pejalan kaki.
analisa zoning site.

4.4. Konsep Penerapan Arsitektur Regionalisme


Tabel 3. Penerapan arsitektur regionalisme

Penggunaan transformasi atap joglo ditujukan agar Gambar 7: Prespektif Site


nuansa adat Jawa dapat terasa di Taman Budaya Sumber: Analisis Penulis, 2020
Tabel 4. Masa Bangunan

Interior Studio Teater


G. Pangeran Walangsungsang

G. Pangeran Ki Bagus Rangin Interior Studio Tari

G. Tandi Skober
Sumber : Analisa Penulis

KESIMPULAN
Taman Budaya menjadi salah satu solusi akan
kebutuhan kawasan pengenalan, pengembangan, dan
pelestarian kebudayaan dan kesenian Cirebon.
Penggunaan gaya arsitektur regionalisme dapan
menunjukan identitas kedaerahan dan dapat lebih
G. Kartani diterima oleh lingkungan sekitarnya.………………

G.Art Shop and Food


Sumber : Analisa Penulis

Tabel 5. Interior

Interior Teater Room

Interior Ruang Pameran


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Data Wisatawan di kota Cirebon. [diakses melalui https://cirebonkota.bps.co.id pada 21 Mei
2020, pukul 11.31]

Dharma, Agus. 2010. Aplikasi Regionalisme dalam Arsitektur. [diakses melalui


http://staffsite.gunadarma.ac.id pada 18 Feberuari, pukul 22.00]

Humaedi, Ali. 2013. Budaya Hibrida Masyarakat Cirebon. [diakses melalui https://jurnal.ugm.ac.id pada 9
April Februari 2020, pukul 12.30 WIB ]

Mendikbud RI. 1991. Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.
0221/0/1991 tentang fungsi dan Jenis taman budaya

Mulyanan, Asep. 2006. Potret Karakter Manusia Indonesia Dalam Dinamika Kebangsaan. [diakses melalui
http://file.upi.edu, pada 9 April 2020, pukul 22.10]

Natadiningrat, Arief. 2011. Sejarah Kesenian Cirebon. [diakses melalui http://cirebonkota.co.id pada 10 April
2020, pukul 22.10]

Anda mungkin juga menyukai