Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS LAPORAN KEGIATAN EVALUASI

“PEMBERDAYAAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT


DALAM MEMBANGUN KEARIFAN BUDAYA LOKAL DI
KOTA TEGAL”. 

Disusun Oleh:

Ridwan Dwi

XII IPS 2

SMA ISLAM TERPADU ASY-SYUKRIYYAH

KOTA TANGERANG

2021/2022
Nama Diklat : Diklatpim Tingkat III Angkatan XXX
Tahun : 2017
Ruang lingkup : Kabupaten/Kota
inovasi
Cluster inovasi : Pendidikan & Kebudayaan
Inovator : Zaenal Asikin, S.Pd., MM
Jabatan : Kabid. Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal
Instansi : Pemerintah Kota Tegal
pengirim
Pemda : Kota Tegal

Latar Belakang:

Setiap masyarakat baik yang berada di daerah terpencil maupun di daerah perkotaan memiliki
warisan kebudayaan yang bervariatif dan memiliki ciri berbeda antara wilayah yang satu
dengan lainnya. Warisan budaya tersebut ada yang masih terlihat jelas sampai sekarang ada
pula yang tinggal berupa benda/artefak. Namun demikian warisan tersebut ada di sebagian
masyarakat di indonesia masih lestari dan terawat dengan baik sampai sekarang. Secara
etimologi, kata kebudayaan berasal dari kata budaya, yang berasal dari kata “budi dan daya”.
Berdasarkan etimologi itu, maka budaya berarti daya dari budi. Budi itu sendiri adalah
mengacu pada pikiran. Kebudayaan dengan demikian merupakan sifat dari “daya suatu budi”.
Sebagai sebuah nilai yang dihayati, kebudayaan diwariskan secara turun temurun, dari satu
generasi ke generasi. Proses pewarisan kebudayaan disebut sebagai enkulturasi. Proses
enkulturasi berlangsung mulai dari kesatuan yang terkecil, yakni keluarga, kerabat,
masyarakat, suku bangsa, hingga kesatuan yang lebih besar lagi. Proses enkulturasi ini
berlangsung dari masa kanak-kanak hingga masa tua. Melalui proses enkulturasi ini, maka
dalam benak sebagian besar anggota masyarakat akan memiliki pandangan, nilai yang sama
tentang persoalan-persoalan yang dianggap baik dan dianggap buruk, mengenai apa yang
harus dikerjakan dalam hidup bersama dan mengenai apa yang tidak harus dikerjakan.
Indonesia mempunyal latar belakang agama dan etnik, bahasa dan budaya, terdiri dari 250
suku, lebih dari 250 bahasa, 13.000 pulau dan lima agama resmi. Keragaman latar belakang
siswa dalam hal agama, politik, sosial ekonomi, adat istiadat, jenis kelamin dan asal daerah
inilah yang semakin memperkaya kebudayaan yang dimiliki oleh indonesia. Salah satunya
adalah Kebudayaan Daerah Masyarakat Kota Tegal di Jawa Tengah.
Kota Tegal merupakan salah satu Kota di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah
keseluruhan 39,5 km2 dan terbagi menjadi 4 Kecamatan dan 27 Kelurahan yang berbatasan
langsung dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Tegal di sebelah selatan dan timur,
serta Kabupaten Brebes disebelah barat. Kota Tegal merupakan kota tua, kota legendaris
yang penuh dengan peninggalan tempo dulu, banyak bangunan tua peninggalan Belanda yang
menandakan bahwa kota ini sudah berkembang cukup lama, diantaranya rumah, gedung,
menara air, pasar pagi, dan gedung balai kota. Letak geografisnya yang cukup strategis
karena berada di persimpangan jalan Tegal, Jakarta, Semarang, dan Purwokerto.
Kota ini sering dipakai untuk transit pemasaran produk daerah sekitar seperti Kabupaten
Tegal, Brebes, Pekalongan, dan Pemalang, sebelum dipasarkan ke kota-kota besar lain
ataupun ke luar negeri. Produk yang diperdagangkan di kota Tegal bervariasi sebagian
berasal dari produk lokal seperti hasil industri pengerjaan logam, teh wangi, kok bulutangkis,
ada juga yang berasal dari luar daerah seperti hasil pertanian bawang merah yang berasal dari
Brebes, terasi sebagian didatangkan dari Sidoarjo, serta produk garmen yang sebagian
didatangkan dari Jabar.
Beberapa seni budaya yang ada di Kota Tegal sampai saat ini masih tetap dilestarikan.
Berikut adalah beragam kesenian dari masyarakat Kota Tegal yang perlu dilestarikan namun
belum dikelola dengan optimal:
a.      Tari Topeng Endel
b.      Mantu Poci
c.      Tradisi Labuhan
d.      Kentrung
e.      Batik Tegalan
f.       Wayang Golek Tegalan
Dalam pengelolaan seni budaya lokal Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal masih
terdapat beberapa kendala/isu trategis diantaranya adalah:
a.      Belum optimalnya pelestarian bangunan/benda cagar budaya di Kota Tegal;
b.      Belum optimalnya fasilitasi dan pembinaan pemerintah dalam upaya perlindungan,
pengembangan, dan pemanfaatan seni budaya;
c.      Belum optimalnya pengembangan dan pembinaan SDM dibidang seni budaya.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal sebagai Organisasi Perangkat Daerah yang
mempunyai tugas membantu Walikota melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah dan tugas pembantuan di bidang pendidikan dan bidang kebudayaan,
berkomitmen untuk mengawal arah kebijakan pembangunan jangka menengah daerah Kota
Tegal selama lima tahun kedepan sesuai visi Walikota dan Wakil Walikota terpilih,
yaitu : “Terwujudnya Kota Tegal yang Sejahtera dan Bermartabat Berbasis Pelayanan
Prima”.
Misi Walikota dan Wakil Walikota Kota Tegal terpilih dalam pembangunan jangka
menengah daerah selama lima tahun kedepan terdiri dari 5 (lima) rumusan misi, yaitu:
1.      Mewujudkan perekonomian daerah yang berdaya saing berbasis keunggulan potensi
lokal;
2.      Mewujudkan infrastruktur yang memadai dan kelestarian lingkungan untuk
pembangunan berkelanjutan;
3.      Mewujudkan kesatuan sosial serta ketentraman dan ketertiban masyarakat yang
mendorong pemberdayaan dan partisipasi masyarakat;
4.      Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, berbudi pekerja luhur dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
5.      Mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat dalam kerangka tata kelola pemerintah
yang baik dan bersih (Good and Clean Government) serta bebas dari KKN
Guna mendukung visi dan misi Walikota Tegal terpilih, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
melalui Bidang Kebudayaan berupaya lebih menggiatkan pembinaan dan pelestarian kearifan
budaya lokal. Berdasarkan Peraturan Walikota Tegal Nomor 26 Tahun 2016 tentang
Penjabaran Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Tegal Bidang Kebudayaan
mempunyai tugas perumusan rencana dan pelaksanaan kebijakan, pengoordinasian,
pemantauan, evaluasi serta pelaporan di bidang cagar budaya dan museum, sejarah
dan tradisi, dan seni dan budaya, meliputi: pengelolaan dan penetapan cagar budaya,
penerbitan izin membawa cagar budaya keluar daerah, pengelolana museum daerah,
pembinaan sejarah lokal, pelestarian tradisi, pembinaan komunitas dan lembaga adat
yang masyarakat penganutnya dalam daerah, pembinaan kesenian dan pengelolaan
kebudayaan yang masyarakat pelakunya dalam daerah.
Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam, Bidang Kebudayaan
mempunyai fungsi:
a.      Penetapan cagar budaya;
b.      Pengelolaan cagar budaya
c.      Penerbitan izin membawa cagar budaya keluar daerah;
d.      Pengelolaan museum daerah
e.      Pembinaan sejarah lokal;
f.       Pelestarian tradisi yang masyarakat penganutnya dalam daerah;
g.      Pengelolaan kebudayaan yang masyarakat pelakunya dalam daerah;
h.     Pelaksanaan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan sesusi tugas dan
fungsinya.
Dalam rangka meningkatkan kearifan budaya lokal di Kota Tegal perlu suatu langkah nyata
yang mampu mengangkat budaya lokal menjadi sebuah budaya yang bisa menjadi unggulan.
Untuk itu diperlukan suatu program yang bisa menyelesaikan permasalahan yang ada di
Bidang Kebudayaan. Dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada, sebelum membuat
suatu penyelesaian masalah terlebih dahulu diperlukan suatu analisa yang lebih terinci untuk
mengetahui sampai dimana permasalahan yang ada, untuk itu digunakan model analisa yang
dianggap tepat dalam menggambarkan permasalahan. Dari beberapa model Diagnosa
Organisasi untuk mengidentifikasi masalah yang ada di Bidang Kebudayaan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal untuk Inventarisasi permasalahan model analisis
yang digunakan adalah Leavitt’s Model (1965). Diagnosa dengan model Leavitt’s
Model dianggap cocok karena dapat menggambarkan keterkaitan antara Structure,
Technology, People, dan Task yang bisa menggambarkan secara langsung kondisi yang ada
di organisasi.
Identifikasi yang mempunyai keterkaitan dalam Leavitt’s Model (1965) antara lain struktur,
teknologi, manusia dan tugas:
 
 
Tabel 1. Analisis Leavitt’s Model  (1965)

Kompone Kondisi Komponen yang perlu Perubahan Rencana


n Setiap diintervensi setiap komponen Terobosan/
Komponen yg diharapkan
Inovasi

Struktur Belum adanya Kurangnya koordinasi Tersedianya SOP Menyusun SOP


SOP Kearifan dalam pengangkatan dan Kearifan Budaya Kearifan Budaya
Budaya Lokal pelestarian seni budaya Lokal Lokal
lokal

People Kurang Kurangnya Workshop tenta Tersedianya SDM 1.     Workshop  tenta


tersedianya ng seni budaya yang ng seni budaya
SDM yang berkompeten
2.     Membentuk
berkompeten dalam bidang
forum komunikasi
dalam bidang kebudayaan
seni budaya lokal
kebudayaan

Technolog Kurang Kurangnya koordinasi Pendekatan dan 1.     Melakukan


y tepatnya dengan pihak sekolah dalam pelestarian seni kerjasama dengan
metode rangka pelestarian budaya budaya di pihak sekolah dalam
pelestarian lokal kalangan generasi rangka pelestarian
seni budaya di muda budaya lokal
kalangan
2.     Mengadakan
generasi muda
lomba seni budaya
lokal

Task 1.     Kurang Kurangnya program kerja 1.     Meningkatny Menyusun program


optimalnya pelestarian budaya lokal a fasilitasi dan kerja pelestarian
fasilitasi dan pembinaan dalam budaya lokal
pembinaan upaya
dalam upaya perlindungan,
perlindungan, pengembangan,
pengembanga dan pemanfaatan
n, dan seni budaya;
pemanfaatan
2.     Meningkatny
seni budaya;
a pengembangan
2.     Kurang dan pembinaan
optimalnya SDM dibidang
pengembanga seni dan budaya
n dan
 
pembinaan
SDM dibidang
seni dan
budaya
Kompone Kondisi Komponen yang perlu Perubahan Rencana
n Setiap diintervensi setiap komponen Terobosan/
Komponen yg diharapkan
Inovasi

Task- Kurang Kurangnya program kerja Meningkatnya Meningkatnya SDM


People optimalnya pelestarian budaya lokal fasilitasi dan yang berkompeten
fasilitasi dan karena pembinaan dalam dalam bidang
pembinaan Kurangnya Workshop tenta upaya kebudayaan
dalam upaya ng seni budaya perlindungan,
perlindungan, pengembangan,
pengembanga dan pemanfaatan
n, dan seni budaya; 
pemanfaatan serta
seni budaya
Meningkatnya
dan
pengembangan
Kurang dan pembinaan
optimalnya SDM dibidang
pengembanga seni dan budaya
n dan karena
pembinaan Tersedianya SDM
SDM dibidang yang
seni dan berkompeten
budaya karena dalam bidang
Kurang kebudayaan
tersedianya
SDM yang
berkompeten
dalam bidang
kebudayaan

Struktur- Belum adanya Kurangnya koordinasi Tersedianya SOP Meningkatnya


Teknologi SOP Kearifan dalam pengangkatan dan Kearifan Budaya koordinasi dengan
Budaya Lokal pelestarian seni budaya Lokal karena instansi terkait dalam
karena Kurang lokal karena Kurangnya Pendekatan dan pelestarian budaya
tepatnya koordinasi dengan pihak pelestarian seni lokal
metode sekolah dalam rangka budaya di
pelestarian pelestarian budaya lokal kalangan generasi
seni budaya di muda
kalangan
generasi muda

People- Kurang Kurangnya Workshop tenta Tersedianya SDM Meningkatnya SDM


Teknologi tersedianya ng seni budaya karena yang SDM yang
SDM yang Kurangnya koordinasi berkompeten berkompeten dalam
berkompeten dengan pihak sekolah dalam dalam bidang bidang kebudayaan
dalam bidang rangka pelestarian budaya kebudayaan
kebudayaan lokal karena
karena Kurang Pendekatan dan
Kompone Kondisi Komponen yang perlu Perubahan Rencana
n Setiap diintervensi setiap komponen Terobosan/
Komponen yg diharapkan
Inovasi

tepatnya pelestarian seni


metode budaya di
pelestarian kalangan generasi
seni budaya di muda
kalangan
generasi muda

Task- Kurang Kurangnya program kerja Meningkatnya Meningkatnya SDM


Teknologi optimalnya pelestarian budaya lokal fasilitasi dan dibidang seni dan
fasilitasi dan karena Kurangnya pembinaan dalam budaya
pembinaan koordinasi dengan pihak upaya
dalam upaya sekolah dalam rangka perlindungan,
perlindungan, pelestarian budaya lokal pengembangan,
pengembanga dan pemanfaatan
n, dan seni budaya; 
pemanfaatan serta
seni budaya
Meningkatnya
dan
pengembangan
Kurang dan pembinaan
optimalnya SDM dibidang
pengembanga seni dan budaya
n dan karena
pembinaan Pendekatan dan
SDM dibidang pelestarian seni
seni dan budaya di
budaya karena kalangan generasi
Kurang muda
tepatnya
metode
pelestarian
seni budaya di
kalangan
generasi muda

Struktur- Belum adanya Kurangnya koordinasi Tersedianya SOP Meningkatnya


People SOP Kearifan dalam pengangkatan dan Kearifan Budaya koordinasi dalam
Budaya Lokal pelestarian seni budaya Lokal karena pengangkatan dan
karena Kurang lokal karena Tersedianya SDM pelestarian seni
tersedianya Kurangnya Workshop tenta yang budaya lokal
SDM yang ng seni budaya berkompeten
berkompeten dalam bidang
dalam bidang kebudayaan
kebudayaan
Kompone Kondisi Komponen yang perlu Perubahan Rencana
n Setiap diintervensi setiap komponen Terobosan/
Komponen yg diharapkan
Inovasi

People- Kurang Kurangnya Workshop tenta Tersedianya SDM Meningkatnya SDM


Task tersedianya ng seni budaya karena yang yang berkompeten
SDM yang Kurangnya program kerja berkompeten dalam bidang
berkompeten pelestarian budaya lokal dalam bidang kebudayaan
dalam bidang kebudayaan
kebudayaan karena
karena  Meningkatnya
Kurang fasilitasi dan
optimalnya pembinaan dalam
fasilitasi dan upaya
pembinaan perlindungan,
dalam upaya pengembangan,
perlindungan, dan pemanfaatan
pengembanga seni budaya; 
n, dan serta
pemanfaatan
Meningkatnya
seni budaya
pengembangan
dan
dan pembinaan
Kurang SDM dibidang
optimalnya seni dan budaya
pengembanga
n dan
pembinaan
SDM dibidang
seni dan
budaya

Dari hasil analisis dengan menggunakan alat analisis Leavitt’s Model (1965), terdapat


beberapa permasalahan dari beberapa variabel, diantaranya:
1.      Belum adanya SOP Kearifan Budaya Lokal
2.      Kurang tersedianya SDM yang berkompeten dalam bidang kebudayaan.
3.      Kurang tepatnya metode pelestarian seni budaya di kalangan generasi muda
4.      Kurang optimalnya fasilitasi dan pembinaan dalam upaya perlindungan,
pengembangan, dan pemanfaatan seni budaya
5.      Kurang optimalnya pengembangan dan pembinaan SDM dibidang seni dan budaya
            Berdasarkan hasil Bunchmaking di Dinas Kependudukan dan pencatatan sipil Kota
Padang Sumatra Barat didapat bahwa dalam Organisasi Perangkat Daerah tersebut terdapat
satu Inovasi yang dapat diadopsi tentang pelaporan pencatatan kematian tidak lagi
dibebankan kepada keluarga musibah tetapi sekarang menjadi tanggung jawab ketua RT
setempat. dengan terinspirasinya bunchmaking tersebut Pemerintah Kota Tegal khususnya
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal, mengangkat seni budaya daerah Tari Topeng
Endhel untuk dapat dilestarikan keberadaanya dimasukan ke dalam kurikulum sekolah
pendidikan dasar dalam kegiatan ekstra kurikuler.
Dari beberapa permasalahan tersebut maka dalam proyek perubahan ini akan mengangkat
judul “PEMBERDAYAAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM
MEMBANGUN KEARIFAN BUDAYA LOKAL DI KOTA TEGAL”. Melalui kearifan
budaya lokal diharapkan mampu melestarikan dan mengangkat budaya lokal di Kota Tegal
sehingga tidak akan terkikis dengan budaya modern yang semakin menjamur dan generasi
muda akan semakin mengerti dengan budaya-budaya yang dimiliki Kota Tegal.

Manfaat:

Manfaat dari pelaksanaan proyek perubahan ini antara lain


1.      Pemerintah Kota Tegal
Terwujudnya masyarakat Kota Tegal yang Bermartabat dan selalu mengangkat seni budaya
lokal dan bangga akan seni budaya lokal
 
 
2.      Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal
a.     Terlaksananya program kerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal
b.     Terfasilitasinya pembinaan seni budaya lokal
c.      Terwujudnya program pengelolaan kekayaan budaya
d.     Terwujudnya program pengelolaan keragaman budaya
3.      Manfaat bagi Stakeholder
a.     Stakeholder pemerintah
1)     Terbangunnya kerjasama dan koordinasi antar OPD dalam pelestarian budaya lokal
2)     Membangun komitmen dalam meningkatkan pengembangan seni budaya lokal
b.     Bagi Masyarakat
Terbangunnya masyarakat yang mengangkat nilai-nilai seni budaya lokal

Milestone:

Tabel 2. Pentahapan (Milestone)

NO TAHAPANDAN CAPAIAN ANTARA OUTPUT JANGKA


TAHAPAN WAKTU
1 Jangka Pendek    

  1.    Pembentukan Tim Kerja Terbentukdan Minggu I Mei


tersusunanya Tim 2017
a.    Penyusunan draft SK Tim Kerja
Kerja
b.    Pengesahan SK Tim Kerja
c.    Pendistribusian dan pembagian tugas Tim
Kerja

  2.    Melakukan koordinasi dan persamaan Terjalinnya Minggu II Mei


persepsi dengan stakeholder koordinasi dengan 2017
stakeholder terkait
a.    Melakukan koordinasi dengan stakeholder
internal
b.    Melakukan koordinasi dengan stakeholder
eksternal

  3.    Menyusun program kerja pengembangan Tersusunnya Minggu III Mei


seni budaya lokal program kerja 2017
pengembangan
a.    Rapat persiapan penyusunan program kerja
seni budaya lokal
pengembangan seni budaya lokal
b.    Konsultasi dengan mentor terkait dengan
program kerja
c.    Pendistribusian dan pemberian informasi
terkait dengan program kerja pengembangan
seni budaya lokal

  4.    Koordinasi dengan pihak sekolah dalam Terjalinnya Minggu IV Mei


pengembangan ekstrakurikuler seni budaya koordinasi dengan 2017
lokal pihak sekolah
dalam
a.    Menganalisa sekolah dan menentukan
pengembangan
kerjasama dengan pihak sekolah
ekstrakurikuler
b.    Menyusun kesepakatan ekstrakurikuler seni budaya lokal
dengan pihak sekolah
c.    Menerapkan ekstrakuriler seni budaya lokal

  5.    Menyiapkan SOP Kearifan Budaya Lokal Tersedianya SOP Minggu V Mei


Kearifan Seni 2017
a.    Menyusun Draft SOP Kearifan Seni Budaya
Budaya Lokal
Lokal
b.    Melakukan konsultasi dengan mentor
c.    Penyempurnaan SOP Kearifan Seni Budaya
Lokal
d.    Penggandaan dan pendistribusian SOP
Kearifan Seni Budaya Lokal

  6.    Mengadakan lomba seni budaya lokal antar Terlaksananya Minggu I Juni


sekolah lomba seni budaya 2017
lokal antar sekolah
a.    Rapat persiapan lomba seni budaya lokal
b.    Menyusun jadwal lombal seni budaya lokal
antar sekolah
c.    Pemberian informasi kepada pihak sekolah
d.    Pelaksanaan lomba seni budaya lokal antar
sekolah
e.    Pemberian Reward
 

  7.    Melaksanakan Festival seni budaya lokal Terlaksananya Minggu II-III


Festival seni Juni 2017
a.    Rapat persiapan Festival seni budaya lokal
budaya lokal
b.    Koordinasi dengan pihak yang terlibat
dalam Festival seni budaya lokal
c.    Pelaksanaan Festival seni budaya lokal
d.    Pemberian Reward
 

  8.    Melaksanakan monitoring dan evaluasi Terlaksananya Minggu II Juli


monev 2017
a.    Rapat monev
b.    Penyusunan hasil monev
 

2. Jangka Menengah    

  1.    Menyusun sistem data benda cagar budaya Tersedianya Agustus s.d


di Kota Tegal sistem data benda Desember 2017
cagar budaya di
   
Kota Tegal
   
 
   
Tersusunnya Draft
  Perda tentang
Benda Cagar
2.    Menyusun Draft Perda tentang Benda Budaya
Cagar Budaya
 
  Terlaksananya
monev
 
 
3.    Monitoring dan Evaluasi

3. Jangka Panjang    

       
1.    Menggali potensi seni budaya yang ada di Tergalinya potensi Tahun 2018
Kota Tegal seni budaya yang
 
ada di Kota Tegal
 
 
 
 
 
Tersedianya
 
sistem database
2.    Menyusun sistem database seni budaya dan seni budaya dan
cagar budaya cagar budaya
   
  Terlaksananya
monitoring dan
  evaluasi
3.    Monitoring dan evaluasi  
 
ANALISIS

Kota Tegal memiliki pusat perhatian dalam hal budaya setempat, seperti Tari Topeng
Endel, Mantu Poci, Tradisi Labuhan, dll. Oleh karena itu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kota Tegal sebagai Organisasi Perangkat Daerah yang mempunyai tugas membantu Walikota
melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan
di bidang pendidikan dan bidang kebudayaan, berkomitmen untuk mengawal arah kebijakan
pembangunan jangka menengah daerah Kota Tegal selama lima tahun kedepan sesuai visi
Walikota dan Wakil Walikota terpilih, yaitu : “Terwujudnya Kota Tegal yang Sejahtera
dan Bermartabat Berbasis Pelayanan Prima”. Dalam menjalani program, Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal membuat beberapa tahap yang memiliki waktu
berbeda. Yaitu Tahap Jangka Pendek Mei 2017-Juli 2017, Tahap Jangka Menengah Agustus-
Desember 2017, dan Tahap Jangka Panjang Januari-Desember 2018.Adapun kegiatan
tersebut dilakukan karena, dalam pengelolaan seni budaya lokal masih terdapat kendala atau
isu strategis, seperti Belum optimalnya pelestarian bangunan/benda cagar budaya di Kota
Tegal dan Belum optimalnya pengembangan dan pembinaan SDM dibidang seni budaya.
Oleh karena itu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal mencoba mengangkat Tari
Topeng Endhel untuk dimasukkan kedalam kurikulum sekolah dalam kegiatan
ekstrakurikuler.

Dalam rangka meningkatkan kearifan budaya lokal di Kota Tegal perlu suatu langkah
nyata yang mampu mengangkat budaya lokal menjadi sebuah budaya yang bisa menjadi
unggulan. Untuk itu diperlukan suatu program yang bisa menyelesaikan permasalahan yang ada
di Bidang Kebudayaan. Dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada, sebelum membuat
suatu penyelesaian masalah terlebih dahulu diperlukan suatu analisa yang lebih terinci untuk
mengetahui sampai dimana permasalahan yang ada, untuk itu digunakan model analisa yang
dianggap tepat dalam menggambarkan permasalahan. Dari beberapa model Diagnosa Organisasi
untuk mengidentifikasi masalah yang ada di Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Tegal untuk Inventarisasi permasalahan model analisis yang digunakan
adalah Leavitt’s Model (1965). Diagnosa dengan model Leavitt’s Model dianggap cocok karena
dapat menggambarkan keterkaitan antara Structure, Technology, People, dan Task yang bisa
menggambarkan secara langsung kondisi yang ada di organisasi.
Dengan adanya program tersebut, seluruh masyarakat diharapkan dapat melestarikan
dan membudayakan untuk mengangkat budaya lokal di Kota Tegal sehingga tidak akan
terkikis dengan budaya modern yang semakin menjamur dan generasi muda akan semakin
mengerti dengan budaya-budaya yang dimiliki Kota Tegal.

Anda mungkin juga menyukai