Disusun Oleh:
Ridwan Dwi
XII IPS 2
KOTA TANGERANG
2021/2022
Nama Diklat : Diklatpim Tingkat III Angkatan XXX
Tahun : 2017
Ruang lingkup : Kabupaten/Kota
inovasi
Cluster inovasi : Pendidikan & Kebudayaan
Inovator : Zaenal Asikin, S.Pd., MM
Jabatan : Kabid. Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal
Instansi : Pemerintah Kota Tegal
pengirim
Pemda : Kota Tegal
Latar Belakang:
Setiap masyarakat baik yang berada di daerah terpencil maupun di daerah perkotaan memiliki
warisan kebudayaan yang bervariatif dan memiliki ciri berbeda antara wilayah yang satu
dengan lainnya. Warisan budaya tersebut ada yang masih terlihat jelas sampai sekarang ada
pula yang tinggal berupa benda/artefak. Namun demikian warisan tersebut ada di sebagian
masyarakat di indonesia masih lestari dan terawat dengan baik sampai sekarang. Secara
etimologi, kata kebudayaan berasal dari kata budaya, yang berasal dari kata “budi dan daya”.
Berdasarkan etimologi itu, maka budaya berarti daya dari budi. Budi itu sendiri adalah
mengacu pada pikiran. Kebudayaan dengan demikian merupakan sifat dari “daya suatu budi”.
Sebagai sebuah nilai yang dihayati, kebudayaan diwariskan secara turun temurun, dari satu
generasi ke generasi. Proses pewarisan kebudayaan disebut sebagai enkulturasi. Proses
enkulturasi berlangsung mulai dari kesatuan yang terkecil, yakni keluarga, kerabat,
masyarakat, suku bangsa, hingga kesatuan yang lebih besar lagi. Proses enkulturasi ini
berlangsung dari masa kanak-kanak hingga masa tua. Melalui proses enkulturasi ini, maka
dalam benak sebagian besar anggota masyarakat akan memiliki pandangan, nilai yang sama
tentang persoalan-persoalan yang dianggap baik dan dianggap buruk, mengenai apa yang
harus dikerjakan dalam hidup bersama dan mengenai apa yang tidak harus dikerjakan.
Indonesia mempunyal latar belakang agama dan etnik, bahasa dan budaya, terdiri dari 250
suku, lebih dari 250 bahasa, 13.000 pulau dan lima agama resmi. Keragaman latar belakang
siswa dalam hal agama, politik, sosial ekonomi, adat istiadat, jenis kelamin dan asal daerah
inilah yang semakin memperkaya kebudayaan yang dimiliki oleh indonesia. Salah satunya
adalah Kebudayaan Daerah Masyarakat Kota Tegal di Jawa Tengah.
Kota Tegal merupakan salah satu Kota di Provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah
keseluruhan 39,5 km2 dan terbagi menjadi 4 Kecamatan dan 27 Kelurahan yang berbatasan
langsung dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Tegal di sebelah selatan dan timur,
serta Kabupaten Brebes disebelah barat. Kota Tegal merupakan kota tua, kota legendaris
yang penuh dengan peninggalan tempo dulu, banyak bangunan tua peninggalan Belanda yang
menandakan bahwa kota ini sudah berkembang cukup lama, diantaranya rumah, gedung,
menara air, pasar pagi, dan gedung balai kota. Letak geografisnya yang cukup strategis
karena berada di persimpangan jalan Tegal, Jakarta, Semarang, dan Purwokerto.
Kota ini sering dipakai untuk transit pemasaran produk daerah sekitar seperti Kabupaten
Tegal, Brebes, Pekalongan, dan Pemalang, sebelum dipasarkan ke kota-kota besar lain
ataupun ke luar negeri. Produk yang diperdagangkan di kota Tegal bervariasi sebagian
berasal dari produk lokal seperti hasil industri pengerjaan logam, teh wangi, kok bulutangkis,
ada juga yang berasal dari luar daerah seperti hasil pertanian bawang merah yang berasal dari
Brebes, terasi sebagian didatangkan dari Sidoarjo, serta produk garmen yang sebagian
didatangkan dari Jabar.
Beberapa seni budaya yang ada di Kota Tegal sampai saat ini masih tetap dilestarikan.
Berikut adalah beragam kesenian dari masyarakat Kota Tegal yang perlu dilestarikan namun
belum dikelola dengan optimal:
a. Tari Topeng Endel
b. Mantu Poci
c. Tradisi Labuhan
d. Kentrung
e. Batik Tegalan
f. Wayang Golek Tegalan
Dalam pengelolaan seni budaya lokal Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal masih
terdapat beberapa kendala/isu trategis diantaranya adalah:
a. Belum optimalnya pelestarian bangunan/benda cagar budaya di Kota Tegal;
b. Belum optimalnya fasilitasi dan pembinaan pemerintah dalam upaya perlindungan,
pengembangan, dan pemanfaatan seni budaya;
c. Belum optimalnya pengembangan dan pembinaan SDM dibidang seni budaya.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal sebagai Organisasi Perangkat Daerah yang
mempunyai tugas membantu Walikota melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah dan tugas pembantuan di bidang pendidikan dan bidang kebudayaan,
berkomitmen untuk mengawal arah kebijakan pembangunan jangka menengah daerah Kota
Tegal selama lima tahun kedepan sesuai visi Walikota dan Wakil Walikota terpilih,
yaitu : “Terwujudnya Kota Tegal yang Sejahtera dan Bermartabat Berbasis Pelayanan
Prima”.
Misi Walikota dan Wakil Walikota Kota Tegal terpilih dalam pembangunan jangka
menengah daerah selama lima tahun kedepan terdiri dari 5 (lima) rumusan misi, yaitu:
1. Mewujudkan perekonomian daerah yang berdaya saing berbasis keunggulan potensi
lokal;
2. Mewujudkan infrastruktur yang memadai dan kelestarian lingkungan untuk
pembangunan berkelanjutan;
3. Mewujudkan kesatuan sosial serta ketentraman dan ketertiban masyarakat yang
mendorong pemberdayaan dan partisipasi masyarakat;
4. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, berbudi pekerja luhur dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
5. Mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat dalam kerangka tata kelola pemerintah
yang baik dan bersih (Good and Clean Government) serta bebas dari KKN
Guna mendukung visi dan misi Walikota Tegal terpilih, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
melalui Bidang Kebudayaan berupaya lebih menggiatkan pembinaan dan pelestarian kearifan
budaya lokal. Berdasarkan Peraturan Walikota Tegal Nomor 26 Tahun 2016 tentang
Penjabaran Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Tegal Bidang Kebudayaan
mempunyai tugas perumusan rencana dan pelaksanaan kebijakan, pengoordinasian,
pemantauan, evaluasi serta pelaporan di bidang cagar budaya dan museum, sejarah
dan tradisi, dan seni dan budaya, meliputi: pengelolaan dan penetapan cagar budaya,
penerbitan izin membawa cagar budaya keluar daerah, pengelolana museum daerah,
pembinaan sejarah lokal, pelestarian tradisi, pembinaan komunitas dan lembaga adat
yang masyarakat penganutnya dalam daerah, pembinaan kesenian dan pengelolaan
kebudayaan yang masyarakat pelakunya dalam daerah.
Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam, Bidang Kebudayaan
mempunyai fungsi:
a. Penetapan cagar budaya;
b. Pengelolaan cagar budaya
c. Penerbitan izin membawa cagar budaya keluar daerah;
d. Pengelolaan museum daerah
e. Pembinaan sejarah lokal;
f. Pelestarian tradisi yang masyarakat penganutnya dalam daerah;
g. Pengelolaan kebudayaan yang masyarakat pelakunya dalam daerah;
h. Pelaksanaan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan sesusi tugas dan
fungsinya.
Dalam rangka meningkatkan kearifan budaya lokal di Kota Tegal perlu suatu langkah nyata
yang mampu mengangkat budaya lokal menjadi sebuah budaya yang bisa menjadi unggulan.
Untuk itu diperlukan suatu program yang bisa menyelesaikan permasalahan yang ada di
Bidang Kebudayaan. Dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada, sebelum membuat
suatu penyelesaian masalah terlebih dahulu diperlukan suatu analisa yang lebih terinci untuk
mengetahui sampai dimana permasalahan yang ada, untuk itu digunakan model analisa yang
dianggap tepat dalam menggambarkan permasalahan. Dari beberapa model Diagnosa
Organisasi untuk mengidentifikasi masalah yang ada di Bidang Kebudayaan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal untuk Inventarisasi permasalahan model analisis
yang digunakan adalah Leavitt’s Model (1965). Diagnosa dengan model Leavitt’s
Model dianggap cocok karena dapat menggambarkan keterkaitan antara Structure,
Technology, People, dan Task yang bisa menggambarkan secara langsung kondisi yang ada
di organisasi.
Identifikasi yang mempunyai keterkaitan dalam Leavitt’s Model (1965) antara lain struktur,
teknologi, manusia dan tugas:
Tabel 1. Analisis Leavitt’s Model (1965)
Manfaat:
Milestone:
2. Jangka Menengah
3. Jangka Panjang
1. Menggali potensi seni budaya yang ada di Tergalinya potensi Tahun 2018
Kota Tegal seni budaya yang
ada di Kota Tegal
Tersedianya
sistem database
2. Menyusun sistem database seni budaya dan seni budaya dan
cagar budaya cagar budaya
Terlaksananya
monitoring dan
evaluasi
3. Monitoring dan evaluasi
ANALISIS
Kota Tegal memiliki pusat perhatian dalam hal budaya setempat, seperti Tari Topeng
Endel, Mantu Poci, Tradisi Labuhan, dll. Oleh karena itu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kota Tegal sebagai Organisasi Perangkat Daerah yang mempunyai tugas membantu Walikota
melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan
di bidang pendidikan dan bidang kebudayaan, berkomitmen untuk mengawal arah kebijakan
pembangunan jangka menengah daerah Kota Tegal selama lima tahun kedepan sesuai visi
Walikota dan Wakil Walikota terpilih, yaitu : “Terwujudnya Kota Tegal yang Sejahtera
dan Bermartabat Berbasis Pelayanan Prima”. Dalam menjalani program, Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal membuat beberapa tahap yang memiliki waktu
berbeda. Yaitu Tahap Jangka Pendek Mei 2017-Juli 2017, Tahap Jangka Menengah Agustus-
Desember 2017, dan Tahap Jangka Panjang Januari-Desember 2018.Adapun kegiatan
tersebut dilakukan karena, dalam pengelolaan seni budaya lokal masih terdapat kendala atau
isu strategis, seperti Belum optimalnya pelestarian bangunan/benda cagar budaya di Kota
Tegal dan Belum optimalnya pengembangan dan pembinaan SDM dibidang seni budaya.
Oleh karena itu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tegal mencoba mengangkat Tari
Topeng Endhel untuk dimasukkan kedalam kurikulum sekolah dalam kegiatan
ekstrakurikuler.
Dalam rangka meningkatkan kearifan budaya lokal di Kota Tegal perlu suatu langkah
nyata yang mampu mengangkat budaya lokal menjadi sebuah budaya yang bisa menjadi
unggulan. Untuk itu diperlukan suatu program yang bisa menyelesaikan permasalahan yang ada
di Bidang Kebudayaan. Dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada, sebelum membuat
suatu penyelesaian masalah terlebih dahulu diperlukan suatu analisa yang lebih terinci untuk
mengetahui sampai dimana permasalahan yang ada, untuk itu digunakan model analisa yang
dianggap tepat dalam menggambarkan permasalahan. Dari beberapa model Diagnosa Organisasi
untuk mengidentifikasi masalah yang ada di Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kota Tegal untuk Inventarisasi permasalahan model analisis yang digunakan
adalah Leavitt’s Model (1965). Diagnosa dengan model Leavitt’s Model dianggap cocok karena
dapat menggambarkan keterkaitan antara Structure, Technology, People, dan Task yang bisa
menggambarkan secara langsung kondisi yang ada di organisasi.
Dengan adanya program tersebut, seluruh masyarakat diharapkan dapat melestarikan
dan membudayakan untuk mengangkat budaya lokal di Kota Tegal sehingga tidak akan
terkikis dengan budaya modern yang semakin menjamur dan generasi muda akan semakin
mengerti dengan budaya-budaya yang dimiliki Kota Tegal.